Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“Gangguan Sistem Imun Dengan Psoriosis”

Disusun untuk memenuhi


Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh :
1. Via Wahyuningtias (108118049)
2. Nawangsih Cahyarini (108118055)
3. Neng Fatimah (108118059)
4. Betty Septiana S. (108118060)
5. Lutfiatul Aminah (108118061)
6. Fendi Kurniawan (108118077)
7. Farkhan Taufik F. (108118072)
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYAH
TAHUN PELAJARAN 2019/202

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Gangguan
Sistem Imun Dengan Psoriasis” tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak,
penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Oleh karena itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua elemen yang turut membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, dan dapat
memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca. Meskipun penulis menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan, karena tak ada satupun yang sempurna di dunia
ini, demikian dengan tulisan ini. Oleh karena itu, kritik yang membangun kami harapkan
dari para pembaca, demi penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik. Terima Kasih.

Cilacap, 2 Juni 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psoriasis adalah penyakit peradangan (bukan infeksi) pada kulit. Terlihat
seperti bercak merah dan bersisik. Sisik itu lumayan tebal, dan kadang-
kadang rontok sendiri. Bila digaruk, bercaknya menjadi seperti bekas kerikan
lilin sehingga kerap disebut bercak lilin. Psoriasis biasanya muncul di tempat-
tempat yang sering tertekan seperti lutut, atau siku.
Sekitar 10–30% penderita psoriasis juga mengalami radang sendi.
Biasanya, psoriasis muncul pada usia dewasa dan pada sepertiga kasus
memang faktor keturunanlah yang berperan. Tapi, penyebab pasti psoriasis
sendiri sampai sekarang belum jelas. Diduga penyakit ini ada kaitannya
dengan autoimun, yaitu terganggunya sistem imun tubuh oleh beragam hal,
termasuk akibat beragam infeksi.
Psoriasis merupakan penyakit kronis dan mudah kambuh. Artinya,
berlangsung sepanjang hidup dan sampai saat ini belum ada pengobatan
pastinya. Pengobatan yang mungkin berhasil baik pada seorang pasien belum
tentu memberikan hasil serupa pada pasien yang lain.
Penanganan sangat tergantung dari berat ringannya gejala. Satu dari
sepuluh pasien psoriasis mengalaminya di usia kanak-kanak. Psoriasis yang
diperoleh di masa ini cenderung menyebar ke seluruh tubuh dan selalu
muncul kembali meski sempat menghilang. Pasien biasanya diberi obat untuk
mengurangi rasa gatal.
Di lain pihak, tidak jarang pasien mengalami tekanan psikologis, merasa
rendah diri, dan frustrasi. Makanya, penting sekali untuk menerangkan pada
anak bahwa psoriasis sama saja dengan penyakit lain. Penyakit bukan alasan
untuk kehilangan rasa percaya diri. Si kecil pasti bisa mengatasi aspek
psikologisnya, apalagi jika Anda sering berdiskusi dengannya. Dan siapa
tahu, dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada penemuan baru yang akan
sangat membantu penderita psoriasis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Psoriasis?
2. Apa Saja Etiologi Dari Psoriasis?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Gangguan Sistem Imun dengan Psoriasis?
4. Apa Saja Manisfestasi Klinik dari Psoriasis?
5. Bagimana Penatalaksanaan Medik Pada Psoriasis?
6. Bagaimana Cara Pencegahan Psoriasis?
7. Bagimana Cara pengobatan Psoriasis?
8. Apa Saja Macam-Macam Psoriasis?
9. Apa Saja Komplikasi Dari Psoriasis?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Psoriasis
2. Untuk Mengetahui Etiologi Dari Psoriasis
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi dari Gangguan Sistem Imun dengan
Psoriasis
4. Untuk Mengetahui Manisfestasi Klinik dari Psoriasis
5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Medik Pada Psoriasis
6. Untuk Mengetahui Cara Pencegahan Psoriasis
7. Untuk Mengetahui Cara pengobatan Psoriasis
8. Untuk Mengetahui Macam-Macam Psoriasis
9. Untuk Mengetahui Komplikasi Dari Psoriasis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Psoriasis
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak,
bersisik yang dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas. (Price, 1994) •
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit
dimana produksi selsel epidermis terjadi dengan kecepatan 6-9 x lebih besar
daripada kecepatan sel normal. (Smeltzer, Suzanne) • Psoriasis merupakan
penyakit radang kulit kronik dan rekuren / kambuhan, ditandai dengan adanya
bercak-bercak kemerahan dengan sisik putih yang kasar dan tebal.
(www.sinarharapan.co.id)
Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit yang kronis. Penyakit ini
ditandai dengan bercak-bercak merah dengan sisik kasar dan tebal. Penyakit
tersebut dianggap sebagai suatu penyakit gangguan kekebalan tubuh, yang
dipengaruhi terutama oleh sel T (salah satu jenis sel darah putih). Sel T yang
teraktivasi akan berinteraksi dengan sel kulit (terutama keratinosit) dan
mengakibatkan pembentukan kulit yang tebal dan bersisik.
(www.suarapembaharuan.com)
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami
proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Biasanya bentuk kulit bersisik.
Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama atau
timbul/hilang, penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan
tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana
saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta mengganggu kekuatan
mental seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (www.psoriasis.or.id)
Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit
ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi
karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik.
(Effendy, 2005)
Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapis-
lapis berwarna putih mengkilat. (Siregar, 2005)

B. Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyakit ini
diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis
timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai adanya
faktor pencetus antara lain:
1. Trauma Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena
trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya.
Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas
pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
2. Infeksi Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman
lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya
sembuh.
3. Iklim Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas,
sedangkan pada musim penghujan akan kambuh.
4. Faktor endokrin Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause.
Psoriasis cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten
terhadap pengobatan setelah melahirkan. Kadangkadang psoriasis
pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan
progesteron dosis tinggi.
5. Sinar matahari Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi
penderita psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang
kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia
mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.
6. Metabolik
7. Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
8. Obat-obatan
 Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat
memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
 Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi
dapat menimbulkan efek “withdrawal”.
 Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi
telah diakui sebagai pencetus psoriasis.
 Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
 Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron
dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan
dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
 Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat
gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering
pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian
digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
 Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
 Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
 Emosi tak terkendali.
 Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit
menjadi merah, misalnya mengandung alcohol.

C. Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan pembentukannya
dimana pada kulit normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis
hanya 3-4 hari sehingga gambaran klinik tampak adanya skuama dimana
hiperkeratotik. Disamping itu pematangan sel-sel epidermis tidak
sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik
dimana terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi
lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat. Normalnya sel kulit akan matur
pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari permukaan kulit. Pada
penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju permukaan kulit
pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan menimbulkan bentukan
peninggian kumpulan plak berwarna kemerahan. Warna kemerahan
tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel
kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin
(atau sisik putih) merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila
dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis, maka akan timbul gejala
koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya
plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic psoriasis.
Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku bagian luar,
lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula
berkembang di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan,
genitalia, wajah, dll. Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit
penderita psoriasis menunjukkan adanya penebalan epidermis dan
stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis
bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-
sel yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian
permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel
epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan
diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak).
Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain
disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama
adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP)
sikli. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada penyakit ini.
Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi pembentukan
plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.

D. Manifestasi Klinis
Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang
ditutupi oleh sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk
karena penumpukan kulit yang hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan
pertumbuhan serta pergantian sel-sel kulit yang sangat besar. Jika sisik
tersebut dikerok, maka terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap dengan
titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini tidak basah dan bisa terasa gatal atau
tidak gatal.
Psoriasis ditandai dengan hiperkeratosis dan penebalan epidermis kulit
serta proses radang, sehingga timbul skuamasi (pengelupasan) dan indurasi
eritematosa (kulit meradang dan kemerahan). Menyerang kulit, kuku, mukosa
dan sendi, tetapi tidak pada rambut. Pada umumnya tidak membehayakan
jiwa, kecuali yang mengalami komplikasi, namun penyakit ini sangat
mengganggu kualitas hidup.
Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin
melebar dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak
selalu diseluruh bagian kulit tubuh kadang-kadang hanya timbul pada tempat-
tempat tertentu saja, karena pergiliran sel-sel kulit bagian lainnya berjalan
normal. Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai ketombe, sedangkan
pada lempeng kuku tampak lubang-lubang kecil rapuh atau keruh.
Penyakit psoriasis dapat disertai dengan / tanpa rasa gatal. Kulit dapat
membaik seperti kulit normal lainnya setelah warna kemerahan, putih atau
kehitaman bekas psoriasis. Pada beberapa jenis psoriasis, komplikasi yang
diakibatkan dapat menjadi serius, seperti pada psoriasis artropi yaitu psoriasis
yang menyerang sendi, psoriasis bernanah (psoriasis postulosa) dan terakhir
seluruh kulit akan menjadi merah disertai badan menggigil (eritoderma).
Gejala dari psoriasis antara lain:
 Mengeluh gatal ringan.
 Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
 Terdapat fenomena tetesan lilin.
 Menyebabkan kelainan kuku.

E. Penatalaksanaan Medik
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis,
meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut.
Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh
pasien, pendekatan ini harus bisa diterima secara kosmetik dan tidak
mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen
waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar yaitu topikal, intralesi dan sistemik.
1. Terapi Topikal Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk
melambatkan aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi
jaringan lainnya.Obat-obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam
salisilat dan kortikosteroid.Terapi dengan preparat ini cenderung
mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis).
a. Formulasi ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat
menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan
psoriatik yang cepat.Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar
ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga
menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320
nanometer (nm).Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk
menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya.Pemakaian
sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion steroid
dapat digunakan untuk lesi kulit kepala.Pasien juga diajarkan untuk
menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai
sikat lunak pada waktu mandi.

b. Anthralin
Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk
mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat
kortikosteroid atau preparat ter lainnya.
c. Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah
obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa
lembaran plastik oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan
melunakkan plak yang bersisik.
2. Terapi Intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10,
Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang
terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi
lainnya.Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik dengan
obat ini.
3. Terapi Sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel
epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang
psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi
hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible. Jadi,
pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk
memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih
berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan
dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan
kerusakn hepar. Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik
janin) pada wanita hamil.
a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis
DNA. Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan
gejal depresi sumsum tulang.
b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah
rejeksi organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan
dalam pengobatan kasus-kasus psoriasis yang berat dan resisten
terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat terbatas
mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang
ditimbulkan (Stiller, 1994).
c. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam
vitamin A) akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan
epiterial, dan dengan demikian pemakaian preparat ini memberikan
harapan yang besar dalam pengobatan pasien psoriasis yang berat.
d. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan
umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi
PUVA meliputi pemberian preparat fotosensitisasi (biasanya 8-
metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian diikuti dengan
pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat dalam
plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak
dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika kulit yang sudah
diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen
akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA
bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan resiko jangka
panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit.
e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah
2 jam kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang
panjang denagn intensitas tinggi. (sinar ultraviolet merupakan bagian
dari spektrum elektromagnetik yang mengandung panjang gelombang
yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
f. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak
yang menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal ter
batubara (terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek
samping pada terapi PUVA.
g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah
derivat dari Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan
sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada penderita yang sudah bandel
dengan obat obat lainnya yang terdahulu.
Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati
psoriasis adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi
penyakit psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing” atau “almost
clearing” (keadaan dimana kelainan/gejala psoriasis hilang atau hampir
hilang). Keadaan ini disebut “remisi”. Masa remisi fototerapi tersebut bisa
bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi radiasi
ultraviolet dan oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya adalah untuk
jangka panjang dapat menimbulkan kanker kulit.
Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB broadband
dengan panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang praktis karana
pasien harus masuk ke dalam light box.
Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL 308
nm) merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir dengan
menggunakan sinar laser narrowband UVB dengan panjang gelombang
308 nm. Dibandingkan dengan narrowband UVB, MEL 308 nm lebih
cepat dan lebih efektif dalam mengobati psoriasis yang resisten.
Beberapa tips untuk penderita psoriasis:
 Jaga kulit agar tetap berminyak. Minyak, cream, dan petroleum jelly
adalah moisturizer yang baik. Gunakan pelembab bila udara terasa
panas.
 Penyinaran dengan sinar matahari akan menghilangkan psoriasis pada
beberapa orang, namun kulit terlebih dulu diolesi dengan minyak dan
dilakukan lubrikasi.
 Mandi dengan air panas akan mengurangi sisik yang timbul.
Penggunaan moisturizer segera setelah mandi akan berguna.
Meminimalisasi kontak dengan sabun dan bahan kimia. Gunakan sabun
yang sangat lembut, sabun moisturizing, atau sabun yang bebas
pembersih.
 Lindungi kulit dari cidera, sebab cidera dapat memperparah plaque
yang timbul.

F. Pencegahan
Ada baiknya kita mempelajari beberapa hal sebagai upaya pencegahan,
perlu diketahui sebelumnya bahwa psoriasis lebih sering muncul pada kulit
yang kering. Oleh sebab itu, bagi pembaca yang memiliki kulit cenderung
kering, hindarilah menggunakan scrub saat mandi, sering-seringlah
mengoleskan moisturizer atau pelembab kulit dengan teratur, gunakanlah
sabun mandi khusus yang mengandung moisturizer atau susu kambing.

G. Pengobatan
Pengobatan psoriasis biasanya dilakukan dengan berbagai cara mulai
dengan salep oles (topikal), obat telan (sistemik) maupun dengan penyinaran
menggunakan sinar UVB. Baik pengobatan salep maupun penyinaran hanya
membantu meredam penyakit tersebut dan tidak menyembuhkan sama sekali,
sehingga sewaktu-waktu penyakit ini dapat timbul kembali.
Salep oles yang umum digunakan antara lain yang mengandung
kortikosteroid, vitamin D3 analog (misalnya calcipotriol) dan anthralin. Salep
tersebut dioleskan langsung ke kulit yang terkena psoriasis untuk mengurangi
proses peradangan, menghilangkan kerak, dan memperlambat waktu
pergantian kulit.
Apabila dengan pengobatan topikal tidak memberikan respon dengan baik,
maka tahap selanjutnya adalah dengan penyinaran ultraviolet (phototherapy).
Lampu untuk penyinaran ini memiliki panjang gelombang 311-313 nm dan
berapa lama penyinaran dengan lampu ini berbeda-beda tergantung tiap
penderita.
Bila dengan phototherapy ini pun tidak memberikan hasil yang maksimal,
maka tahap selanjutnya adalah menggunakan obat telan (sistemik), antara lain
methotrexate, cyclosporine dan retinoid. Namun penggunaan obat telan ini
harus dengan petunjuk dan pengawasan dokter sebab obat-obat tersebut
memiliki efek samping yang cukup berbahaya. Maka dari itu, setiap penderita
harus melakukan tes darah terlebih dahulu dan mengecek fungsi hati.

H. Macam-Macam Psoriasis
Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain:
1. Psoriasis punctata : Lesi sebesar jarum pentul atau milier.
2. Psoriasis folikularis : Lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel
rambut.
3. Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air.
4. Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam.
5. Psoriasis girata : Lesi sebesar daun.
6. Psoriasis anularis : Lesi melingkar berbentuk seperti cincin karena adanya
involusi dibagian tengahnya
7. Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang menetap.
8. Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit kasar dan tertutup
lembaran lembaran skuama mirip kulit tiram.
9. Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rufiasifil

I. Komplikasi
1. Psoriasis Pustulosa
Kadang-kadang diatas makula eritematosa pada psoriasis timbul pustula-
pustula kecil dengan ukuran 1-2 mm. keadaan ini dikenal dengan psoriasis
postula. Ada 2 bentuk psoriasis postula:
a. Psoriasis postulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch). Bentuk ini
bersifat akut, merupakan bentuk sistemik dari psoriasis dengan ciri
eritematosa disertai demam dan gejala penyakit sistemik yang lain.
Postula dapat timbul diatas lesi psoriasis atau pada kulit sehat yang
mengalami eritema sebelumnya. Lesi ini menyebar dengan cepat dan
timbulnya bergelombang. Postula yang timbul tersusun berkelompok
atau diskret. Kuku menebal dan pecah-pecah karena adanya nanah.
Mukosa mulut dan lidah dapat mengalami kelainan. Kematian terjadi
karena toksik atau infeksi.
b. Psoriasis postulosa lokalisata (bentuk Barber) Bentuk ini bersifat kronik
dan sangat resisten terhadap pengobatan. Biasanya menyerang telapak
tangan dan telapak kaki serta distribusinya simetris. Lesi berupa postula
diatas plak eritematosa, berskuama. Postula yang masih baru berwarna
kuning, kemudian berubah menjadi kuning kecoklatan dan bila postula
mengering berwarna coklat gelap. Akhirnya postula yang kering ini
mengelupas. Kadang-kadang timbul rasa gatal tetapi lebih sering timbul
keluhan seperti rasa terbakar.
2. Psoriasis arthritis
Biasanya mengenai sendi-sendi interfalangeal distal dari jari tangan dan
kaki. Pada stadium akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan
sakit. Bila berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan tulang dan
synovial eusion, menyebabkan pemendekan tulang dan hal ini
mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit, jari memendek dan kaku
dalam posisi fleksi. Secara rotgenologik tampak sendi yang atrofi dengan
permulaan osteoporosis diikuti peningkatan densitas tulang, penyempitan
rongga persendian dan erosi permukaan sendi.
3. Psoriasis eritrodermia Psoriasis yang kronik dan luas dengan perjalanan
penyakit yang lama dapat berkembang menjadi eritodermia. Seluruh
permukaan tubuh menjadi merah dan tertutup skuama putih yang halus.
Umumnya bentuk ini timbul akibat pemakaian obat topikal atau
penyinaran yang berlebihan. Biasanya sulit diobati dan bila pengobatan
berhasil maka erupsi eritodermia menghilang dan lesi psoriasis yang khas
akan muncul kembali.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokus pada cara pasien menghadapi
kondisi kulit yang psoriatic, penampakan kulit „normal‟ dan
penampakan lesi kulit. Manifestasi utama yang terlihat adalah
papula merah bersisik yamg menyatu umtuk membentuk plak
berbentuk oval dengan batas yang jelas. Sisik atau skuama yang
berwarna putih perak juga terdapat. Daerah kulit didekatnya akan
memperlihatkan plak yang licin dan merah dengan permukaan
yang mengalami maserasi. Pemeriksaan harus dilakukan pada
daerah-daerah, khususnya yang cenderung untuk mengalami
psoriasis, yaitu: siku, lutut, kulit kepala, cela gluteus, jari-jari
tangan dan jari-jari kaki(uantuk menemukan lubang-lubang kecil).
Perawat harus menilai dampak penyakit tersebut pada pasien
dan strategi koping yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas
sehari-hari serta interaksi antara anggota keluarga dan teman-
teman. Banyak pasien perlu ditenteramkan kekhawatirannya
dengan penjelasan bahwa penyakitnya itu tidak menular, bukan
menerminkan higine perorangan yang buruk dan juga bukan
kanker kulit.
Pengkajian 11 Pola Gordon :
1. Pola persepsi kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi sebelumnya
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil
c. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu
d. Adakah konsultasi rutin ke dokter
e. Hygiene personal yang kurang
f. Lingkungannya kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2. Pola nutrisi metabolic
a. Pola makan sehari-hari : jumlah makanan, waktu makan, berapa kali
sehari makan
b. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu : berminyak, pedas
c. Jenis makanan yang disukai
d. Nafsu makan menurun
e. Muntah-muntah
f. Penurunan berat badan
g. Turgor kulit buruk, kering bersisik, pecah-pecah, benjolan
h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, rasa terbakar atau
perih.
3. Pola eliminasi
a. Sering berkeringat
b. Tanyakan pola berkemih dan bowel
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Pemenuhan sehari-hari terganggu
b. Kelemahan umum, malaise
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas
5. Pola tidur dan istirahat
a. Kesulitan tidur pada malam hari dan stress
b. Pengetahuan akan penyakitnya
6. Pola persepsi kognitif
a. Perubahan dalam kosentrasi dan daya ingat
b. Perubahan akan penyakitnya
7. Pola persepsi dan konsep diri
a. Perasaan tidak percaya diri atau minder
b. Perasaan terisolasi
8. Pola hubugan dengan sesama
a. Hidup sendiri atau berkeluarga
b. Frekuensi interaksi berkurang
c. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9. Pola reproduksi seksualitas
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan
b. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
a. Emosi tidak stabil
b. Ansietas, takut akan penyakit
c. Disorentiasi gelisah
11. Pola sistem kepercayaan
a. Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah agama yang
dianut

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi.
2. Gangguan body image berhubungan dengan adanya sisik pada kulit.
3. Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan
interpretasi, kurang informasi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi akibat psoriasis
5. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder
akibat penyakit psoriasis
6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan Setelah dilakukan Kaji atau catat Memberikan
integritas kulit tindakan asuhan ukuran, warna, informasi
berhubungan keperawatan keadaan luka / dasar tentang
dengan adanya selama 1X24 jam, kondisi sekitar penanganan
lesi. diharapkan tidak luka. kulit.
terjadi gangguan Lakukan Merupakan
pada integritas kompres basah tindakan
kulit. Dengan dan sejuk atau protektif yang
kriteria hasil: terapi rendaman. dapat
-Mempertahankan Lakukan mengurangi
integritas kulit. perawatan luka nyeri.
-Tidak ada lesi dan hygiene Memungkinka
sesudah itu n pasien lebih
keringkan kulit bebas bergerak
dengan hati-hati dan
dan taburi bedak meningkatkan
yang tidak kenyamanan
iritatif. pasien.
Berikan prioritas Dengan
untuk fototerapi
meningkatkan penyakit
kenyamanan dan psoriasis dapat
kehangatan lebih cepat
pasien mengalami
Gosokkan krim “clearing” atau
pelembab atau “almost
minyak secara clearing”
lembut. (keadaan
Kolaborasi:berik dimana
a n terapi kelainan /
ultraviolet gejala
(fototerapi) psoriasis
hilang atau
hampir hilang)
2. Gangguan Setelah dilakukan Berikan Klien
body image tindakan asuhan kesempatan membutuhkan
berhubungan keperawatan pada klien untuk pengalaman
dengan adanya selama 1X24 jam, mengungkapkan didengarkan
sisik pada diharapkan tidak perasaan tentang dan dipahami
kulit. terjadi gangguan perubahan citra dalam proses
body image. tubuh. Nilai rasa peningkatan
Dengan kriteria keprihatinan dan kepercayaan
hasil: ketakutan klien. diri.Memberik
-Menyatakan Bantu klien an kesempatan
penerimaan dalam kepada
situasi diri. mengembangka perawat untuk
-Bicara dengan n kemampuan menetralkan
keluarga/orang untuk menilai kecemasan
terdekat tentang diri dan dan
situasi, perubahan mengenali serta memulihkan
yang terjadi. mengatasi realitas situasi.
masalah. Kesan
Mendukung seseorang
upaya klien terhadap
untuk dirinya sangat
memperbaiki berpengaruh
citra diri, dalam
mendorong pengembalian
sosialisasi kepercayaan
dengan orang diri
lain dan Pendekatan
membantu klien dan saran yang
ke arah positif dapat
penerimaan diri. membantu
menguatkan
usaha dan
kepercayaan
yang
dilakukan
3. Kurang Setelah dilakukan Kaji ulang Memberikan
pengetahuan tindakan prognosis dan dasar
terhadap keperawatan harapan yang pengetahuan
penyakit, selama 1x 24 jam akan datang. dimana pasien
prognosis dan di harapkan Diskusikan dapat
kebutuhan pasien dapat perawatan kulit membuat
pengobatan mengerti tentang contoh pilihan
berhubungan penyakit dan penggunaan berdasarkan
dengan kurang pengobatan yang pelembab dan informasi.
pemajanan, berhubungan pelindung sinar Gatal, lepuh,
kesalahan dengan matahari. dan sensitifitas
interpretasi, penyakitnya. Dorong luka yang
kurang Dengan kriteria kesinambungan sembuh.
informasi. hasil : program latihan Mempertahan-
• pasien mengerti dan jadwalkan kan mobilitas,
dan paham periode istirahat. menurunkan
tentang kondisi, Kaji ulang komplikasi
prognosis, dan pengobatan, dan mencegah
pengobatan. termasuk tujuan, kelelahan,
• pasien dapat dosis, rute, dan membantu
mengerti tentang efek samping proses
tindakan yang diharapkan penyembuhan.
pengobatan dan dapat di Pengulangan
terapi laporkan. memungkinka
•Melakukan n kesempatan
perubahan pola untuk bertanya
hidup tertentu dan dan
berpartisipasi menyakinkan
dalam program pemahaman
pengobatan. yang akurat.
4. Kerusakan Kerusakan Kaji keadaan Mengetahui
integritas kulit integritas kulit kulit dan
berhubungan dapat teratasi Kaji keadaan mengidentifik
dengan dalam 3 x 24 jam. umum dan asi kerusakan
inflamasi Kriteria hasil: observasi TTV kulit untuk
akibat Area terbebas dari Kaji perubahan melakukan
psoriasis infeksi lanjut. 2. warna kulit. intervensi
Kulit bersih, Pertahankan yangtepat
kering, dan agar daerah Mengetahui
lembab yang terinfeksi perubahan
tetap bersih dan status
kering. kesehatan
Kolaborasi pasien.
dengan dokter Mengetahui
dalam keefektifan
pemberian sirkulasi dan
obatobatan mengidentifias
i terjadinya
komplikasi
Membantu
mempercepat
proses
penyembuhan
Untuk
mempercepat
penyembuhan
5. Ansietas yang Ansietas dapat Kaji tingkat Identifikasi
berhubungan diminimalkan ansietas dan masalah
dengan sampai dengan diskusikan spesifik akan
perubahan diatasi setelah 3 x penyebab bila meningkatkan
status 24 jam Kriteria mungkin Kaji kemampuan
kesehatan Hasil : ulang keadaan individu untuk
sekunder 1. Pasien tampak umum pasien menghadapiny
akibat penyakit rileks dan TTV a dengan lebih
psoriasis 2. Pasien Berikan waktu realistis
mendemonstrasik pasien untuk Sebagai
an /menunjukan mengungkapkan indikator awal
kemampuan masalahnya dan dalam
mengatasi dorongan menentukan
masalah dan ekspresi yang intervensi
menggunakan bebas, misalnya berikutnya
sumber-sumber rasa marah, Agar pasien
secara efektif takut, ragu merasa
3. Tanda-tanda Jelaskan semua diterima
vital normal prosedur dan Ketidaktahuan
4. Pasien pengobatan Csd dan kurangnya
melaporkan pemahaman
ansietas dapat
berkurang sampai menyebabkan
tingkat dapat timbulnya
diatasi ansietas
Mengurangi
kecemasan
pasien
6. Gangguan Gangguan konsep Kaji perubahan Mengetahui
konsep diri diri teratasi dalam perilaku pasien tingkat
berhubungan 3 x 24 jam seperti menutup ketidakpercay
dengan krisis Kriteria Hasil : 1. diri, malu an diri pasien
kepercayaan Dapat berinteraksi berhadapan dalam
diri seperti biasa. 2. dengan orang menentukan
Rasa percaya diri lain. intervensi
timbul kembali. Bersikap selanjutnya
realistis dan Meningkatkan
positif selama kepercayaan
pengobatan, dan
pada mengadakan
penyuluhan hubungan
pasien antara perawat
Beri harapan pasien.
dalam parameter Kata-kata
situasi individu. penguatan
Berikan dapat
penguatan mendukung
positif terhadap terjadinya
kemajuan perilaku
Dorong interaksi koping positif
keluarga Mempertahan
k an garis
komunikasi
dan
memberikan
dukungan
terusmenerus
pada pasien
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya adalah autoimun tetapi
cara penurunannya belum dimengerti sepenuhnya. Penyakit ini bersifat kronik
dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuma yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomen
tetesan lilin, auspitz dan kobner. Dan penyebab penyakit ini belum dapat
diketahui secara pasti, namun, faktor imun mungkin berperan karena penyakit
yang parah dapat timbul pada orang dengan gangguan kekebalan.
B. Saran
1. Diharapkan agar mahasiswa mampu menguasai pengetahuan tentang
Psoriasis
2. Meningkatkan cara hidup sehat, seperti intake makanan yang baik,
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, serta memonitor status
kesehatan
3. Menjaga Personal Hygiene
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E, Marilynn. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi


3, EGC: Jakarta.
Price, Wilson. (1995). “Patofisiologi”, Edisi 4, EGC: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. (2002). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”,
Edisi 8, Volume 3, EGC: Jakarta.
Cowin, Elizabeth J. (2009). “Buku Saku Patofisiologi”, Edisi 3; alih
bahasa, Nike Budhi Subekti; editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara
Yudha. EGC. Jakarta.
Thomson, A.D.,R.E.Cotton. (1997).”Catatan Kuliah Patofisiologi”, Edisi
3; alih bahasa, R.F. Maulany; editor bahasa Indonesia, Melfiawati S.
EGC. Jakarta.
Wilkinson, Judith M., Nancy R. Ahern. (2011). “Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC”,
Edisi 9; alih bahasa, Esty Wahyuningsih; editor edisi bahasa Indonesia,
Dwi Widiarti. EGC. Jakarta.
http://ayanurse38.blogspot.com/2013/04/askep-psoriasis.html
http://kumpulan-makalah-keperawatanku.blogspot.com/2014/01/
makalah-psoriasis.html

Anda mungkin juga menyukai