Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI

SALURAN KEMIH (ISK)

DOSEN : AGUS PRASETYO M.Kep

DISUSUN OLEH :

1. Kharisma Nur Wijayanti (108118064)


2. Syahreta Herawati Bawono (108118056)
3. Vina Ismiatus S (108118076)
4. Esa Amalia Sasih (108118066)
5. Riza Amalia Ramadan (1081180)
6. Adi Nugraha Vanda Damara (1081180)
7. Huda Athariq Romadon (108118057)

STIKES AL-IRSYAD AL ISLAMIYAH CILACAP

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2019/2020
Halaman Judul
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI
SALURAN KEMIH (ISK)

DOSEN : AGUS PRASETYO M.Kep

DISUSUN OLEH :

1. Kharisma Nur Wijayanti (108118064)


2. Syahreta Herawati Bawono (108118056)
3. Vina Ismiatus S (108118076)
4. Esa Amalia Sasih (108118066)
5. Riza Amalia Ramadan (1081180)
6. Adi Nugraha Vanda Damara (1081180)
7. Huda Athariq Romadon (1081180)

STIKES AL-IRSYAD AL ISLAMIYAH CILACAP

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah. Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Infeksi
Saluran Kemih (ISK)”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan
Medikal Bedah II (KMB II). Makalah ini berisi tentang ISK, khususnya dalam
Asuhan Keperawatan ISK . Atas dukungan moral dan materil yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen Agus Prasetyo,M.Kep.,selaku Dosen Pembimbing kami, yang
memberikan masukan kepada penulis
2. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu
Penulis menyadari dalam penyelesaian makalah, dukungan dan dorongan
dari berbagai pihak khususnya dari dosen KMB II sehingga makalah ini dapat
selesai dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna, Penulis berharap adanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk pembuatan makalah yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Cilacap, 19 Maret 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................i
Kata pengantar........................................................................................................iii
Daftar isi..................................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah........................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI...............................................................................................4
2.1 Definisi......................................................................................................4
2.2 Etiologi......................................................................................................5
2.3 Klasifikasi..................................................................................................6
2.5 Patofisiologi...............................................................................................9
2.6 Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................10
2.7 Penatalaksanaan Medis............................................................................12
2.8 Asuhan Keperarawatan ISK....................................................................14
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP.............................................................................................................22
Lampiran................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan
saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferas saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. i suatu
mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus
ditemukan bakteri di Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih
harus ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika
terdapat 100.000 atau lebih dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika
terdapat 100.000 atau lebih  bakteri/ml urin, namun jika hanya terdapat
10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal  bakteri/ml urin, namun jika hanya
terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa
adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna yang itu menunjukkan
bahwa adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai
gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang
disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala.
Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala. tanpa gejala
disebut bakteriuria tanpa gejala.
Infeksi saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada
keadaan:
a. Fokus
Fokus infeksi tidak dilewa infeksi tidak dilewati urin, misalnya
ti urin, misalnya pada lesi dini pada lesi dini pielonefritis
pielonefritis karena infeksi hematogen. karena infeksi
hematogen.

1
b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.
Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.

c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.


Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.
Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu
penyebabnya Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita.
Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek
sehingga bakteri kontaminan lebih mudah adalah uretra wanita
yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
melewati jalur ke kandung kemih.

Faktor lain yang berperan adalah melewati jalur ke kandung


kemih. Faktor lain yang berperan adalah kecenderungan untuk
menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu
kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra
sewaktu  berhubungan  berhubungan kelamin. kelamin. Uretra
Uretra yang yang pendek pendek meningkatkan meningkatkan
kemungkinan kemungkinan mikroorganisme yang menempel
dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin mikroorganisme
yang menempel dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin
memiliki akses ke kandung kemih. Wanita hamil mengalami
relaksasi semua otot memiliki akses ke kandung kemih. Wanita
hamil mengalami relaksasi semua otot  polos  polos yang yang
dipengaruhi dipengaruhi oleh oleh progesterone, progesterone,
termasuk termasuk kandung kandung kemih kemih dan dan ureter,
ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian
tersebut. Uterus pada sehingga mereka cenderung menahan urin
dibagian tersebut. Uterus pada kehamilan dapat pula menghambat
aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu.

2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) keperawatan pada pasien
dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2. Mengetahui etiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
3. Mengetahui klasifikasi penyakit Otitis Media
4. Mengetahui manifestasi klinis Infeksi Saluran Kemih (ISK)
5. Mengetahui patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Infeksi Saluran Kemih (ISK)
7. Mengetahui penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
8. Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien Infeksi
Saluran Kemih (ISK)
1.3 Batasan Masalah
1. Apakah definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ?
2. Apakah etiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ?
3. Apakah klasifikasi penyakit ISK ?
4. Apa saja manifestasi klinis Infeksi Saluran Kemih (ISK)?
5. Bagaimana patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik Infeksi Saluran Kemih (ISK)?
7. Bagaimana penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK) ?
8. Bagaimanakah cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien Infeksi
Saluran Kemih (ISK)?

3
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba
tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna
(IDAI, 2011). Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan penyakit
dengan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya
sangat banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk,
2011).

Gambar 1 Anatomi Saluran Kemih

(ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan


pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih,
meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna (Soegijanto, 2010). (ISK) adalah infeksi akibat
berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam
keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadibaik di pria
maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata

4
wanita lebih sering menderita daripada pria (Sudoyo Aru,dkk 2013). (ISK)
merupakan faktor resiko yang penting pada terjadinya insufisiensi. ginjal
atau stadium terminal sakit ginjal. Infeksi saluran kemih terjadi secara
asending oleh sistitis karena kuan berasal dari flora fekal yang
menimbulkan koloni perineum lalu kuman masuk melalui uretra
(Widagdo, 2012). (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya
pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim
ginjal sampai infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang
mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar pancar tengah

(midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa ISK (IDI,
2011).

5
Gambar 2 Gambaran Letak Bakteri Pada Infeksi Saluran Kemih

2.2 Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus
dan jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK
terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah
Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).
Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan
Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang dijumpai pada
pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu
ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk., 2011).
E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela,
enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk
2013).
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple
)
b. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan
lain-lain
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran darah
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

6
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK.
Escherichia coli (80% kasus) dan organism enterik garam-negatif
lainny merupakan organisme yang paling sering menyebabkan ISK
: kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan
perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK antara lain
Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus,
Haemophilus, dan Staphylococcus koagulsenegatif. Beberapa
faktor menyebabkan munculnya ISK di masa kanak-kanak (Wong,
2012)

2.3 Klasifikasi
Menurut Purnomo (2012), (ISK) diklasifikasikan menjadi dua
macam yaitu: ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK (rumit). Istilah ISK
uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa
disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK
complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien
yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau
adanya penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan
kuman oleh antibiotika.
Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan
anatomi dan klinis. Infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan
anatomi, yaitu:
1) Infeksi saluran kemih bawah
Berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Perempuan
Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna
dan Sindroma uretra akut.
b. Laki-laki
Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
2) Infeksi saluran kemih atas

7
Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Sukandar, 2011).
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil (Liza,
2011).

Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :

a. ISK Sederhana (tak berkomplikasi)


b. ISK berkomplikasi

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis ISK (sistomatologi ISK) dibagi menjadi gejala – gejala
lokal, sistemik dan perubahan urinalisis. Dalam praktik sehari – hari gejala
cardinal seperti disuria, polakisuria, dan urgensi sering ditemukan pada
hampir 90% pasien rawat jalan dengan ISK akut.

Lokal Sistemik
a. Disuria a. Panas badan sampai menggigil
b. Polakisuria b. Septicemia dan syok
c. Stranguria
d. Tenesmus Perubahan urinalis
e. Nokturia a. Hematuria
f. Enuresis nocturnal b. Piuria
g. Prostatimus c. Chylusuria
h. Inkontinesia d. Pneumaturia
i. Nyeri uretra
j. Nyeri kandung kemih
k. Nyeri kolik
l. Nyeri ginjal

Sumber: Nefrologi Klinik Edisi III, 2006, hal. 37

8
Pada pielonefritis akut (PNA) sering ditemukan panas tinggi (39.5oC –
40.5oC), disertai menggigil dan sakit pinggang. Pada pemeriksaan fisik diagnostik
tanpa sakit berat, panas intermiten disertai menggigil dan takikardia. Frekuensi
nadi pada infeksi E.coli biasanya 90 kali per menit, sedangkan infeksi oleh kuman
staphylococcus dan streptococcus dapat menyebabkan takikardia lebih dari 140
kali per menit. Ginjal sulit teraba karena spasme otot – otot. Distensi abdomen
sangat nyata dan rebound tenderness mungkin juga ditemukan, hal ini
menunjukkan adanya proses dalam perut, intra peritoneal. Pada PNA tipe
sederhana (uncomplicated) lebih sering pada wanita usia subur dengan riwayat
ISKB kronik disertai nyeri pinggang (flank pain), panas menggigil, mual, dan
muntah. Pada ISKA akut (PNA akut) tipe complicated seperti obastruksi, refluks
vesiko ureter, sisa urin banyak sering disertai komplikasi bakteriemia dan syok,
kadang menurun, gelisah, hipotensi hiperventilasi oleh karena alkalosis
respiratorik kadang – kadang asidosis metabolik.Pada pielonefritis kronik (PNK),
manifestasi kliniknya bervariasi dari keluhan – keluhan ringan atau tanpa keluhan
dan ditemukan kebetulan pada pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK
dapat berupa proteinuria asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan
gagal ginjal kronik (GGK).

Manifestasi klinik pada statitis akut dapat berupa keluhan –


keluhan klasik seperti polakisuria, nokturia, disuria, nyeri suprapubik,
stranguria, dan tidak jarang dengan hematuria. Keluhan sistemik seperti
panas menggigil jarang ditemukan, kecuali bila disertai penyulit PNA.
Pada wanita, keluhan biasanya terjadi 36 – 48 jam setelah melakukan
senggama, dinamakan honeymoon cystitis. Pada laki – laki, prostatitis
yang terselubung setelah senggama atau minum alkohol dapat
menyebabkan sistitis sekunder.
Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan
karena rangsangan yang berulang – ulang dan menetap. Pada pemeriksaan
fisik mungkin ditemukan nyeri tekan di daerah pinggang atau teraba suatu
masa tumor dari hidronefrosis dan distensi vesika urinaria. Manifestasi

9
klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan dengan sistitis. Gejalanya
sangat miskin, biasanya hanya disuri dan sering kencing.

2.5 Patofisiologi
Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen (neonatus)
atau secara asending (anak-anak). Faktor predisposisi infeksi adalah
fimosis, alir-balik vesikoureter (refluks vesikoureter), uropati obstruktif,
kelainan kongenital buli-buli atau ginjal, dan diaper rash. Patogenesis
infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak
faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor organismenya. Bakteri dalam
urin dapat berasal dari ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria atau dari
uretra. Beberapa faktor predisposisi ISK adalah obstruksi urin, kelainan
struktur, urolitiasis, benda asing, refluks atau konstipasi yang lama. Pada
bayi dan anak anak biasanya bakteri berasal dari tinjanya sendiri yang
menjalar secara asending. Bakteri uropatogenik yang melekat pada pada
sel uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding
ureter, dan menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri
ke sel uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut. Mukosa
kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi
sebagai anti bakteri. Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan bakteri
dapat melekat, membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk
menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung
kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis
cairan (films of fluid), apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun
refluks intrarenal. Bila hanya buli buli yang terinfeksi, dapat
mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria, akibatnya
rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali
(frequency), sakit waktu miksi (dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi
edema, meradang dan perdarahan (hematuria). Infeksi ginjal dapat terjadi
melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal dapat rusak, baik
akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal.

10
Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim
ginjal, ginjal dapat membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam
jaringan interstitial, akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu. Pada
pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau zat mediator
toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut ginjal
(renal scarring).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
b. Urine kultur :
1. Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya: streptococcus, E. Coli, dll
2. Menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
3. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
3. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada
kandung kemih
4. Studi sinar x ginjal, ureter, kandung kemih (KUB)
Studi KUB adalah sinar x abdominal yang digunakan untuk mendeteksi
batu ginjal, bisul abdominal, paralytic ileus atau obstruksi.
5. Prostate spesific antigen (PSA) test
Tes ini mengukur tingkat PSA didalam darah. Tingkat PSA akan naik
pada psien dengan BPH (Begign Prostatic Hypertropy) atau kanker
prostat. Kenaikan tingkat PSA tidak memberi dokter cukup informasi
untuk membedakan antara kanker dan kondisi-kondisi protat
jinak;namun, dokter akan mempertimbangkan hasil tes ketika

11
memutuskan apakah akan mengorder penyaringan tambahan untuk
kanker prostat. Tes ini juga digunakan untuk memonitor perawatan dan
untuk menguji kekambuhan kanker prostat.
6. Pengumpulan urin 24 jam
Ini adalah tes diagnostik yang melibatkan pengumpulan urin pasien
selama 24 jam.Tes ini biasanya digunakan untuk mengukur volume dan
berbagai faktor fungsi ginjal dan juga untuk menentukan pengeluaran
sehari-hari unsur tertentu seperti protein, elektrolit dan lain-lain.
7. Urinalysis
Urinalysis (analisa urin) adalah pengujian urin secara fisik, kimia, dan
mikroskopis.Pengujian inimeliputi sejumlah tes untuk mengevaluasi
spesimen urin mengenai penampilan, warna, kejelasan, pH, berat jenis,
dan kehadiran bakteri, darah kepingan-kepingan, glukosa, keton leukosit,
protein, RBC, dan WBC. Tes digunakan untuk mengkonfirmasikan
gejala ISP, untuk memeriksa diabetes karena kelebihan kadar glukosa,
dan untuk memonitor fungsi ginjal pada pasien gagsl ginjal.
8. Urine flow studies
Urine flow studies, juga dikenal sebagai uroflowmetry, mengukur
kekuatan dan volume per detik aliran urin dari kandung kemih ketika
pasien buang air kecil ke dalam mesin tes. Tes ini membantu
mengidentifikasi sumbatan atau kelainan Saluran kencing dan membantu
mengevaluasi seberapa baik atau seberapa buruk pasien buang air kecil.
9. Voiding cystogram
Tes ini melibatkan pengambilan gambar sinar x kandung kemih dan
uretra selama perkemihan.Suatu material kontras radiopaque ditanamkan
ke dalam kandung kemih via kateter Foley ke dalam sluran tubuh.
Setelah sinar x diambil, kateter dipindahkan. Pasien buang air kecil
sementara sinar x diperoleh. Tes ini dilakukan untuk mencari kelainan
sistem perkemihan, tumor kandung kemih, ureter, dan uretra, atau untuk
mengeluarkan ( refluks) urin dari kandung kemih ke ureter.

12
2.7 Penatalaksanaan Medis
Menurut M. Clevo Rendy TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi
saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi
berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka
kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi
b. Perubahan pola hidup diantaranya :
1. Membersihkan perineum dari depan ke belakang
2. Pakaian dalam dari bahan katun
3. Menghindari kopi, alcohol
2. Obat- obatan
1. Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
a. Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
b. Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di
ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
c. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari
sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan
pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.

13
2.8 Asuhan Keperarawatan ISK

ASKEP KASUS PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN


KEMIH (ISK)

KASUS

Bp. A seorang perawat, dating ke UGD RS. Soeradji mengantar anak


perempuannya yang masih berumur 5 th karena anaknay menangis terus-menerus
sejak kemarin sore dikarenakan Demam dan dysuria (buang air kecil terasa sakit).
Bp. A juga mengatakan, An.K dirumah dirawat oleh pembantunya sehingga untuk
personal hygiennya biasanya dibantu oleh pembantunya.

Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas
remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika akan
BAK padahal buang air kecilnya lebih sering dari pada biasanya, oleh sebab itu
An.K mengatakan takut untuk banyak minum, Bp.A mengatakan anaknya
mengalami nyeri saat BAK dan adanya darah dalam urine (hematuria), selain itu
diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulent dan terasa gatal. Karena sakit
pada bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga
waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV : RR : 28x/menit, S :


400C, N : 108x/menit. Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infuse RL, 20
tts/mnt dengan abocat ukuran 24 dan diberikan terapi obat : Ceftriaxone 2x500mg,
Ketorolak 2x0,5mg/kg/BB.

I. Pengkajian

14
1. Identitas klien
Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di
pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita dari pada pria (Sudoyo
Aru,dkk,2009).

2. Keluhan utama penyakit infeksi saluran kemih


Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi saluran
kemih ,nyeri saat berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi kemih
yang di keluarkan hanya sedikit.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang
di derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan sampai
klien di bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke
tempat lain sekalin Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah
di berikan dan bagaimana perubahan data yang didapatkan saat periksa.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit infeksi saluran kemih
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga
ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit
yang lain yang ada di dalam keluarga.
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilku, perassan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

II. Pola fungsi kesehatan


a) Pola persepsi

15
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya
tentang pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih
dengan gangguan eliminasi urine
b) Pola nutrisi
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami
penurunan akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah
saat makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali
c) Pola eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena
tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan
karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar.
d) Pola aktivitas/istirahat
Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, karena nyeri
yang dialami
e) Nilai dankeyakinan
Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan penyakit
yang di deritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan
akan kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya.
III. Pemeriksaan fisik persistem
1. Keadaan umum
Di dapatkan klien tampak lemah

2. Kesadaran : Normal GCS 4-5-6


Secara Kualitatif
1) Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2) Apatis, yaitu keadaan yang segan untuk berhubungan dengan sekiranya,
sikapnya acuh tagacuh.
3) Delerium, yaitu gelisah, disorentasi (orang, tempat waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4) Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih

16
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
5) Stupor yaitu kesadaran seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
6) Coma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin tidak ada respon pupil terhadap cahaya.

Secara Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale)

Tabel 2.1 Glasgow Coma Scale(GCS) (Junaidi, 2011)


No Komponen Nilai Hasil

1 Verbal 1 Tidak berespon

2 Suara tidak dapat dimengerti

3 Bicara kacau atau kata-kata tidak


tepat

4 Bicara membingungkan

5 Orientasi baik

2 Motorik 1 Tidak berespon

2 Ekstensi abnormal

3 Flexi abnormal

4 Menarik area nyeri

5 Melokalisasi nyeri

6 Dengan perintah

3 Reaksi 1 Tidak berespon


membuka

mata 2 Rangsang nyeri

3 Dengan perintah

4 Spontan

17
Nilai Motorik

Tabel 2.2 Glasgow Coma Scale (GCS) (Junaidi, 2011)

Respon Skala

Kekuatan normal 5

Kelemahan sedang 4

Kelemahan berat (antigravity) 3

Kelemahan berat (not antigravity) 2

Gerakan trace 1

Tak ada gerakan 0

7) Sistem Pernafasan

Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit

8) Sistem Kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah

9) Sistem Neurologi

Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek


lambat, kacau mental, disorentasi.

10) Sistem Perkemihan

a. Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada daerah meatus


( pembukaan yang dilalui urine untuk meninggalkan tubuh)
apakah terjadi adanya oliguria, dan disuria.
b. Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi

18
c. Perkusi : pada perkusi terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian
bawah abdomen dan nyeri saat berkemih
11) Sistem Pencernaan
Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dihedrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
12) Sistem Integument
Turgor kulit menurun, kulit kering.

IV. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul

1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi


uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.

2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada


kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.

3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

V. INTERVENSI
1. Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan
inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius
lain.
Intervensi:
1. Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan
keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang.
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri. Rasional:
membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan. Rasional: meningkatkan
relaksasi, menurunkan tegangan otot.

19
4. Berikan perawatan perineal. Rasional: untuk mencegah kontaminasi
uretra
5. Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari. Rasional:
Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan
naik ke saluran perkemihan.
6. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan. Rasional : relaksasi,
menghindari terlalu merasakan nyeri.

2. Diagnosa 2 : Perubahan pola eliminasi b/d obstreksii mekanik


Intervensi :
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin. Rasional:
memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.
2. Dorong meningkatkan pemasukan cairan. Rasional: peningkatan
hidrasi membilas bakteri.
3. Kaji keluhan pada kandung kemih. Rasional: retensi urin dapat terjadi
menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal).
4. Observasi perubahan tingkat kesadaran. Rasional: akumulasi sisa
uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksi

3. Diagnosa 3 : Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Intervensi:
1. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di
ketahui tentang penyakitnya. Rasional : Mengetahui sejauh mana
ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya.
2. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang. Rasional:
memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
beradasarkan informasi.
3. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik:

20
tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.

VI. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau
dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).

VII. Evaluasi
Tujuam dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang diberikat. Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :
1. Daftar tujuan-tujuan pasien.
2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
3. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
4. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

21
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih atau ISK adalah suatu istilah umum yang
dipakai untuk mengatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran
kemih Infeksi saluran kencing merupakan masalah kesehatan yang cukup
serius bagi jutaan orang di setiap tahun. Infeksi Saluran Kemih merupakan
penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia di muka
bumi.Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga
ditemukan laki-laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih.
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme
penginfeksi, biasanya suatu bakteri gram negatif seperti E.coli, masuk ke
saluran kencing.Radang area lokal terjadi, diikuti dengan infeksi ketika
organisme bereproduksi.Bakteri radang muncul di kulit area genital dan
memasuki saluran perkemihan melalui pembukaan uretra.Ada dua jalur
utama terjadi isk, yaitu ansending dan hematogen.Dalam penyakit ISK ini
terdapat beberapa klasifikasi yaitu Infeksi Saluran Kemih Bawah dan 
Infeksi Saluran Kemih Atas.Pemeriksaan diagnostik penyakit ISK ada
beberapa macam pemeriksaan seperti, tes kultur dan sensitivitas,
cystoscopy, studi sinar x ginjal, ureter, kandung kemih (KUB), prostate
spesific antigen (PSA) test, pengumpulan urin 24 jam, urinalysis, urine
flow studies, voiding cystogram.

3.2 Saran
Untuk pembaca, teman sejawat dan penulis agar dapat
memprioritaskanmasalah sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah
utama klien tersebut,walaupun pendokumentasian data tidak dapat
dilakukan karena data yang diperoleh hanya berdasarkan ilustrasi kasus
secara luas tetapi rencana tindakandapat dilakukan dengan baik.

22
Dianjurkan agar dapat mendokumentasikan semua data pada klien baik
verbal maupun obyektif degan benar sehingga dapat membuat evaluasi
dengan baik untuk menunjang pendokumentasian yang baik.
Dan saran untuk penderita penyakit ISK agar lebih menjaga
kebersihan alat genital supaya tidak terjadi atau menderita penyakit yang
sama, dan juga seperti memperhatikan kelembaban daerah kelamin ketika
cebok atau membersihkan alat kelamin harus benar-benar bersih dan
dikeringkan dengan handuk.

23
Lampiran

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis,


Cystitis, and Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrison’s Manual of
Medicine16th Edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing
Division. 2005:724

Eprint UMM. (tidak ada tahun).Tinjauan Pustaka ISK.


http://eprints.umm.ac.id/40038/3/BAB%202.pdf ( diakses pada tanggal 19
Maret 2020 )

Wulandari,Mia.2014. BAB II Tinjauan Pustaka ISK.


http://repository.ump.ac.id/2489/3/MIA%20WULANDARI%20BAB
%20II.pdf ( diakses pada tanggal 19 Maret 2020 )

Hanson S, Jodal U, 1999. Urinary Tract Infection. In Barratt TM, Avner ED,
Harmon WE. 4th ED. Baltimor, Maryland USA: Lippincott William &
Wilkins., 835-871.

Hoberman A, Charron M, Hickey RW et al, 2003. Imaging studies after febrile


urinary tract infection in young children. N Engl J Med ; 348 :195-202

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I
Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Darsono. (2016). Asuhan Keperawatan pada pasien Infeksi Saluran Kemih


(ISK).Banjarmasin

Mawwadah, Imvitahul.2018. KTI Hasil Selesai. http://repo.stikesicme-


jbg.ac.id/1755/2/KTI%20HASIL%20selesai.pdf

25
26

Anda mungkin juga menyukai