GANGGUAN URETRITIS
Nama Anggota :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
tugas yang berjudul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Uretritis”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Laporan ini disusun sebagai tugas mata kuliah Sistem Perkemihan. Dalam
menyusun laporan ini penulis mendapat kendala karena minimnya pengetahuan
dan pengalaman penulis dalam membuat laporan.
Penulis sangat berterimakasih karena berkat bantuan dari berbagai pihak
makalah ini dapat selesai dengan waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, mohon untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaanya dan semoga bermanfaat bagi kita semua,
Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan Penulisan......................................................................................
A. Kasus..................................................................................................
B. Asuhan Keperawatan.........................................................................
C. Pembahasan........................................................................................
BAB 4 PENUTUP........................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi penyakit urethritis?
2. Apakah etiologi dari penyakit urethritis?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit urethritis?
4. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit urethritis?
5. Bagaimana komplikasi penyakit urethritis?
6. Bagaiamana penatalaksanaan medis dari penyakit urethritis?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan urethritis?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi penyakit urethritis
2. Mengetahui etiologi dari penyakit urethritis
3. Mengetahui patofisiologi dari penyakit urethritis
4. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit urethritis
5. Mengetahui komplikasi penyakit urethritis
6. Mengetahui penatalaksanaan medis dari penyakit urethritis
7. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan urethritis
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Urethritis
Pada pria, manifestasi yang lazim adalah disuria dan secret uretra
purulen, sedangkan pada wanita, servisitis dapat menimbulkan secret vaginal.
Gejala-gejala sistemik biasanya tidak ada. Alasan utama yang membuat
penyakit ini sukar dikendalikan adalah kemungkinan asimtomatik gonorhoe
pada kedua jenis kelamin, yang menimbulkan sumber karier yang tampak
sehat. Penyakit asimtomatik jauh lebih sering dikalangan wanita. Indentifikasi
karier asimtomatik dengan melacak kontak-kontak seksual pasien asimtomatik
yang baru terinfeksi adalah penting. Risiko infeksi setelah satu kali hubunngan
seksual dengan pasangan yang terinfeksi diperkirakan 20-30% (CDC, 2006).
Diagnosis gonorhoe ditegakkan melalui apusan langsung pada secret uretra
dan vaigna. Pewarnaan gram menunjukkan diplokokus gram-negatif baik
ekstraselular maupun di dalam netrofil. Diagnosis tersebut harus dipastikan
dengan biakan memerlukan media khusus dan lingkungan tinggi CO2. Biakan
ini penting dilakukan karena sepsis Neisseria selain gonokokus mungkin
terdapat komensal dalam vagina.
Uretritis pascatrauma dapat terjadi pada 2-20% dari pasien yang berlebih
kateterisasi intermitten. Kejadian uretritis memiliki rasio 10 kali lebih
mungkin terjadi dengan keteter lateks dibandingkan dengan kateter silicon
(Arif Muttaqin, Kumala Sari. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Hal 226-227)
Pathway Urethritis
D. Manifestasi Klinis
1. Gejala uretritis terutama adalah disuria dan biasanya keluarnya secret pada
uretritis spesifik / non gonorrhoeae
2. Infeksi kandung kemih (UTI) pada pria biasanya sebagai akibat dari
anomali kongenital pada traktus urinarius. Pria ini biasanya mengalami
beberapa episode dari UTI sebelum pubertas. Oleh karena itu, setiap pria
yang matur secara seksual dengan disuria, terutama dengan keluarnya
sekret, yang tidak mempunyai riwayat UTI sebelumnya, kemungkinan
menderita uretritis daripada sistitis.
3. Lebih baik bila didapatkan sampel dari sekret uretra untuk pewarrnaan
Gram dan kultur. Pasien harus diberitahu untuk tidak miksi sampai contoh
sekret diperoleh karena miksi mungkin menyapu bersih setiap sekret yang
keluar dari uretra. Jika sekret terkumpul, pemeriksaan urin tidak
diperlukan tanpa adanya gejala epididimitis atau prostatitis (Eliastam,
Michael. Penuntun Kedaruratan Medis. Hal 165).
Gambaran Klinis :
a. Masa inkubasi
1) Pendek (2 – 7 hari) pada gonore
2) Sampai beberapa minggu pada Chlamydia sp.
b. Duh tubuh uretra
1) Biasanya banyak, purulen, bewarna kuning atau hijau pada gonore
2) Lebih sedikit, mukopurulen pada Chlamydia sp
c. Disuria
Paling jelas pada gonore :
1) Tidak disertai oleh frequency atau urgency (lebih mengarah ke
sistitis)
2) Tidak ada limfadenopati pada kedua penyakit
Perlu dibedakan dengan infeksi saluran kemih atas, kelainan prostat dengan
penyebab lain dan infeksi herpes simpleks (biasanya berupa vesikel eksterna
dan pembesaran KGB lokal) (Patrick Davey. Medicine. Hal 75).
E. Komplikasi Urethritis
1. Epididimis (prostatitis jarang)
2. Konjungtivitis
3. Sindrom Reiter pada NGU (uretritis, uveitis, atritis)
4. Infeksi gonokokus diseminata jarang (lesi kulit, pembengkakan sendi)
(Patrick Davey. Medicine. Hal 75)
1. Pemeriksaan pria
Beberapa tahapan dalam memeriksa alat kelamin pada pria adalah sebagai
berikut:
Beberapa tahapan dalam memeriksa alat kelamin wanita adalah sebagai berikut
:
G. Pengkajian
1. Identitas
Kaji biodata klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, suku bangsa, alamat,
tanggal lahir, dan lain-lain. Usia yang lebih muda saat hubungan seksual
pertama berkolerasi dengan peningkatan risiko tertular Penyakit Menular
Seksual (PMS).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah keluhan iritasi, seperti
disuria dan pengeluaran dun dari genitalia (sekret yang berasal dari iritasi
uretra).
3. Riwayat Penyakit
a. Pengkajian penggunaan kondom dalam melakukan hubungan seksual
b. Jumlah pasangan seksual : individu dengan beberapa pasangan
cenderung terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS).
c. Preferensi seksual : laki-laki homoseksual memiliki tingat tertinggi
Penyakit Menular Seksual (PMS), kemudian laki-laki heterokseksual,
wanita heteroseksual, dan wanita homoseksual.
Keluhan akibat iritasi uretra umumnya mulai 4 hari sampai 2 minggu
setelah kontak dengan pasangan yang terinfeksi atau pasien dengan tanpa
gejala. Kemudian ada keluhan rabas uretra, cairan bisa kuning, hijau,
coklat atau bercampur darah, dan produksi rabas tidak berhubungan
dengan aktivitas seksual.
Keluhan disuria biasanya tidak disertai adanya frekuensi dan urgensi.
Keluhan lain berupa gatal uretra, bukan rasa sakit atau terbakar. Keluhan
pembesaran skrotum akibat epididimitis, orchitis, atau keduanya.
Pengkajian lain adalah mengenai penggunaan kateter untuk mendeteksi
adanya uretritis pascatrauma. Keluhan sistemik (misalnya: demam,
menggigil, berkeringat, mual) biasanya tidak ada.
4. Pemeriksaan fisik
Secara umum pasien uretritis tidak mengalami gejala khas sebagai tanda-
tanda sepsis, seperti demam, takikardie, tachypnea, atau hipotensi. Fokus
utama adalah pemeriksaan alat kelamin.
a. Pemeriksaan genitalia pria
1) Inspeksi
Ada tidaknya sekresi yang menempel pada pakaian dalam klien,
periksa adanya lesi kulit yang mengindikasikan Penyakit Menular
Seksual (PMS) lainnya, seperti kondiloma acuminatum, herpes
simpleks, atau sifilis. Periksa lumen meatus uretra distal apakah
ada lesi, striktue, atau debit uretra.
2) Palpasi
Lakukan palpasi pada daerah penis klien dengan melakukan
penekanan lembut pada daerah penis dari pangkal penis ke glans.
Setiap rabas yang keluar dari meatus uretra dilihat jenis dan warna
cairan yang keluar. Kemudian lakukan palpasi sepanjang uretra
untuk memeriksa adanya fluktuasi, kelembutan, kehangatan, dan
adanya kelainan.
b. Pemeriksaan genitalia wanita
Beberapa tahapan untuk memeriksa alat kelamin wanita adalah :
1) Pasien posisi litotomi
2) Periksa area di daerah genitalia apakah ada lesi yang menunjukka
adanya Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya.
3) Palpasi pengeluaran uretra dengan memasukkan jari ke dalam
vagina anterior dan menekan kedepan sepanjang uretra. Setiap
pengeluaran uretra harus menjadi sampel pemeriksaan.
4) Ikuti pemeriksaan uretra dengan pemeriksaan panggul lengkap
5) Pemeriksaan Laboratorium
6) Keluarnya cairan dari uretra mukopurulen atau purulen
7) Pap uretra yang menunjukkan setidaknya 5 leukosit per lapangan
minyak pencelupan terhadap mikroskop
8) Spesimen urine yang menunjukkan esterase leukosit pada tes
dipstick atau setidaknya 10 sel darah putih (leukosit) per bidang
pada mikroskop.
9) Semua pasien dengan uretritis bisa diuji dnegan Gonorrhea N dan
C.Trachomatis.
H. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang Urethritis
1. Keluarnya cairan dari uretra mukopurulen data purulen
2. Pa uretra yang menunjukkan setidaknya 5 leukosit per lapangan minyak
pencelupan terhadap mikroskop.
3. Specimen urine yang menunjukkan esterase leukosit pada tes dipstick atau
setidaknya 10 sel darah putih (leukosit) per bidang pada mikroskop.
I. Informasi Tambahan
1. Pencegahan urethritis
2. Prognosis urethritis
K. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Eliminasi Urin b.d. Inflamasi uretra
b. Nyeri Akut b.d. Agen pencedera fisiologis
c. Hipertermi b.d. Proses penyakit
d. Defisit Pengetahuan b.d. Kurang terpapar informasi
e. Resiko Infeksi
L. Intervensi Keperawatan
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Penderita RG, pria 24 tahun, suku Jawa, belum menikah. Penderita
datang ke poliklinik Kulit Kelamin RSSA Malang tanggal 29 November
2010 dan didiagnosis uretritis Gonore Komplikata. Pasien datang dengan
keluhan keluar nanah dari kemaluan tanpa disertai rasa gatal sejak 4 hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri saat kencing dan “anyang-
anyangen”. Tidak didapatkan kencing berwarna merah. Nanah berwarna
keputihan. Riwayat melakukan hubungan seksual yang diduga sebagai
penyebab keluhan dilakukan 5 hari yang lalu dengan teman wanitanya
tanpa menggunakan kondom. Terdapat benjolan pada ujung kemaluan.
Tidak ada keluhan nyeri pada kemaluan. Pasien mengeluh “kelenjeren”
pada selangkangan sejak 2 hari yang lalu. Pasien tidak merasakan demam.
Sejak melakukan hubungan seksual 5 hari yang lalu pasien tidak
melakukan hubungan seksual lagi. Pasien tidak mengeluhkan rasa sakit
pada perut bagian bawah. Setelah mengalami gejala tersebut, pasien tidak
pernah melakukan pengobatan apapun.
B. Askep
1. Analisa Data
Defisit pengetahuan
3. Intervensi
C. Pembahasan
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus pasien RG (24 tahun) dengan uretritis gonore komplikata.
Diagnosa uretritis gonore komplikata ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan yang khas
untuk uretritis yaitu keluarnya nanah dari orificium uretra eksterna disertai
nyeri saat buang air kecil. Selain itu didapatkan informasi bahwa pasien
pernah berhubungan seksual 5 hari yang lalu.
Pemeriksaan fisik ditemukan duh mukopurulen dari uretra, ruam
berupa makula hiperemi pada orifiicum uretra eksterna dan ektropion.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan leukosit lebih dari 5 per lapang
pandang besar serta kuman diplococcus Gram negatif intraseluler di PMN.
Terdapat komplikasi lokal di duktus parauretritis yang ditandai dengan
butir pus pada kedua muara parauretra Pengobatan pada pasien ini
meliputi pengobatan medikamentosa yang bersifat kausatif berupa
sefiksim 400 mg dosis tunggal yang terbukti masih efektif, serta
pengobatan non medikamentosa yang bersifat suportif. Diperlukan
komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat pada pasien ini mengenai
penyakitnya dan diharapkan tidak terjadi penyakit berulang dan
penyebaran lebih luas. Prognosis uretritis gonore komplikata ini adalah
baik apabila terapi dilakukan dengan benar.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, dan semoga bisa bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Dan semoga kita bisa mengetahui tentang uretritis
lebih jelas lagi. Dan tentunya makalah ini memiliki banyak sekali
kekurangan, dan oleh sebab itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjosjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta:
EGC
Gibson, John. 2002. Fisologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC