Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN URETRITIS

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Sistem Perekmihan

Dosen Pengampu: Bestina N.V.,S.Kep,.Ns,.M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 1

Nama Anggota :

1. Ani Maulani Sari


2. Ati Waryati
3. Aulia Faturrohman
4. Ayu Nurmandini
5. Dedeh Rosita
6. Della Putri Solecha
7. Dewi Ayu Novitasari
8. Enes Astriani

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

YAYASAN INDRA HUSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

Jl.Wirapati Sindang Indramayu Telp (0234) 272020 Fax. (0234)272558

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
tugas yang berjudul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Uretritis”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Laporan ini disusun sebagai tugas mata kuliah Sistem Perkemihan. Dalam
menyusun laporan ini penulis mendapat kendala karena minimnya pengetahuan
dan pengalaman penulis dalam membuat laporan.
Penulis sangat berterimakasih karena berkat bantuan dari berbagai pihak
makalah ini dapat selesai dengan waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Hj. Turmin Selaku Ketua Yayasan STIKes Indramayu


2. Heri Sugiarto, S.KM.,Kes Selaku Ketua STIKes Indramayu
3. M. Saefullah, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Ketua Prodi Keperawatan
4. Seluruh dosen dan staf karyawan STIKes Indramayu.
5. Rekan – rekan seperjuangan.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, mohon untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaanya dan semoga bermanfaat bagi kita semua,
Amin.

Indramayu, 9 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan Penulisan......................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................

BAB 3 TINJAUAN KASUS .......................................................................

A. Kasus..................................................................................................
B. Asuhan Keperawatan.........................................................................
C. Pembahasan........................................................................................

BAB 4 PENUTUP........................................................................................

A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak zaman dahulu, penyakit urethritis sudah dikenal dikalangan


dunia medis sebagai penyakit infeksi di saluran kemih dakibat invasi oleh
bakteri baik yang bersifat menular atau tidak menular. Menurut The
Center For Deseases Control And Prevention ( CDC ) di Atlanta
mengatakan chlamydia adalah infeksi sexual yang paling sering terjadi di
Amerika ( diperkirakan 3 juta orang Amerika mengidap penyakit ini setiap
tahun dan sebagai besar berumur 15 dan 24 tahun ) chlamydia disebabkan
melalui hubungan seksual, tetapi bukan sebagai virus, seperti kebanyakan
penyakit akibat hubungan seksual lain. Ini disebabkan oleh suatu bakteri
yang disebut chlamydia..

Dengan demikian, penulis berusaha menemukan hal-hal yang baru


terutama tentang hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada
pasien dengan urethritis.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi penyakit urethritis?
2. Apakah etiologi dari penyakit urethritis?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit urethritis?
4. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit urethritis?
5. Bagaimana komplikasi penyakit urethritis?
6. Bagaiamana penatalaksanaan medis dari penyakit urethritis?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan urethritis?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi penyakit urethritis
2. Mengetahui etiologi dari penyakit urethritis
3. Mengetahui patofisiologi dari penyakit urethritis
4. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit urethritis
5. Mengetahui komplikasi penyakit urethritis
6. Mengetahui penatalaksanaan medis dari penyakit urethritis
7. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan urethritis
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Urethritis

Uretritis adalah inflamasi uretra penyebab utamanya adalah gonorea


dan infeksi veneral non-spesifik (Gibson, John. Fisiologi dan Anatomi
Modern untuk Perawat. Hal 179). Uretritis adalah peradangan uretra sebagai
manifstasi dari infeksi pada uretra. Meskipun berbagai kondisi klinis dapat
menyebabkan iritasi uretra tersebut, istilah uretritis biasanya diperuntukan
untuk menggambarkan peradangan uretra yang disebabkan oleh penyakit
menular seksual (PMS).

Urethritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang


menyebar naik yang digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal.
Namun demikian kedua kondisi tersebut dapat terjadi pada satu pasien.
(Nursalam, 2008).

Urethritis merupakan peradangan pada saluran kencing atau urethra,


yang terjadi pada lapisan kulit urethra, disebabkan oleh bakteri-bakteri yang
menyerang saluran kemih seperti Chlamydia trachomatis,
neisseriagonorrhoae, tricomonal vaginalis dan lain-lain. Peradangan ini
biasanya terjadi pada ujung urethra atau urethra bagian posterior, urethritis
juga merupakan salah satu dari infeksi dari saluran kemih yaitu urethra,
prostate, vas deferens, testis atau ovarium, buli-buli, ureter sampai ginjal. dan
dapat dikatakan sebagai bagian dari infeksi saluran kemih superficial atau
mukosa yang tidak menandakan invasi pada jaringan.

Kesimpulan dari ketiga definisi, Urethritis adalah peradangan pada


urethra yang disebabkan oleh mikroorganisme/bakteri yang menyerang
saluran kemih. Urethritis lebih sering menyerang pria,
B. Etiologi Urethritis
Sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi, namun iritan kimiawi,
benda asing dan sebagian kasus peradangan bisa menujukkan gejala serupa.
Dua sindrom infeksi terbanyak pada pria adalah :
1. Uretritis gonokokus
2. Uretritis nongonokokus (NGU), terutama disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis tapi bisa juga oleh Ureaplasma urealyticun dan
Mycoplasma genitalium.
3. Penyakit menular seksual (Pierce A. Grace. At a Glance Ilmu Bedah.
Hal 59)

Uretritis bisa terjadi pada wanita, dengan organisme penyebab yang


sama, namun gejala servisitis yang menyertainya biasanya lebih menonjol. Di
Inggris, NGU jauh lebih sering terjadi daripada gonore, dengan angka
kejadian yang stabil selama lebih dari 30 tahun. Ko-infeksi Neisseria
gonorrhoeae dan kuman penyebab NGU terjadi pada 10 – 30% pria.

Etiologi (penyebab) menurut (Arif Muttaqin, Kumala Sari. Asuhan


Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Hal 226) :

1. Gonokokal uretritis. Gonokokal uretritis (80% kasus) disebabkan oleh


gonorrhoeae N, yang merupakan gram negative intraseluler.
2. Nongonococcal uretritis. NGU disebabkan oleh Trachomatis C.,
Urealyticum U., Hominis M., Vaginalis T. pada beberapa kasus bisa
berhubungan dengan venereum hymphogranuloma, herpes simpleks,
sifilis, mikrobakteri, atau infeksi saluran kemih dengan striktur urtera.
3. Pada pasien bladder retraining dengan kateterisasi intermiten, 10 kali
lebih mungkin terjadi uretritis dengan kateter lateks dibandingkan
dengan kateter silicon.
C. Patofisiologi Urethritis

Uretritis adalah kondisi infeksi yang dapat menular, biasanya menular


secara seksual dan dikategorikan sebagai uretritis gonokokal (yaitu : akibat
infeksi dengan Neisseria gonorrhoeae) atau NGU (yaitu : akibat infeksi
dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma
hominis, Genitalium Mycoplasma, atau Trichomonas vaginalis).

Organism Neisseria gonorrhoeae ini terutama menginfeksi uretra pada


pria sehingga menyebabkan uretritis. Pada wanita, serviks merupakan tempat
infeksi paling utama. Infeksi juga terjadi pada tempat lain di traktus genitalia.
Prostat, glandula vesikulosa, dan epididimis lazim terserang pada pria,
menyebabkan peradangan akut supuratif yang diikuti dengan fibrosis dan
terkadang sterilitas. Sementara itu, uretra, kelnjar Bartholini, Skene, dan tuba
uterina yang dapat menyebabkan bagian yang lazim terserang pada wanita.
Salpingitis menyebabkan fibrosis tuba uterine yang dapat mengakibatkan
infertilitas dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik. Dengan bervariasinya
praktik seksual dapat menyebabkan faringitis gonokokus dan gonorhoe anal;
proktitis gonokokus sering kali terjadi pada pria homoseksual.

Pada pria, manifestasi yang lazim adalah disuria dan secret uretra
purulen, sedangkan pada wanita, servisitis dapat menimbulkan secret vaginal.
Gejala-gejala sistemik biasanya tidak ada. Alasan utama yang membuat
penyakit ini sukar dikendalikan adalah kemungkinan asimtomatik gonorhoe
pada kedua jenis kelamin, yang menimbulkan sumber karier yang tampak
sehat. Penyakit asimtomatik jauh lebih sering dikalangan wanita. Indentifikasi
karier asimtomatik dengan melacak kontak-kontak seksual pasien asimtomatik
yang baru terinfeksi adalah penting. Risiko infeksi setelah satu kali hubunngan
seksual dengan pasangan yang terinfeksi diperkirakan 20-30% (CDC, 2006).
Diagnosis gonorhoe ditegakkan melalui apusan langsung pada secret uretra
dan vaigna. Pewarnaan gram menunjukkan diplokokus gram-negatif baik
ekstraselular maupun di dalam netrofil. Diagnosis tersebut harus dipastikan
dengan biakan memerlukan media khusus dan lingkungan tinggi CO2. Biakan
ini penting dilakukan karena sepsis Neisseria selain gonokokus mungkin
terdapat komensal dalam vagina.

Sekitar 40% kasus NGU disebabkan oleh Clamydia trachomatis. Clamydia


trachomatis juga merupakan penyebab penting servisitis purulen pada wanita
dan infeksi anorektum pada homoseksual pria. Sindrom Reiter (urteritis,
servisitis pada wanita, konjungtivitis, atritis, dan lesi mukokutan tipikal)
terkait dengan infeksi klamidia lebih dari 70% kasus. Uji diagnostic klamidia
dengan mengisolasi agen di dalam biakan jaringan atau dengan metode
imunologik saat ini telah tersedia secara rutin. Pada beberapa kasus lainnya,
NGU merupakan manifestasi atipikal herpes simpleks dan infeksi
Trikomoniasis vaginalis. Pada lebi dari separuh kasus, tidak ditemukan
penyebabnya. Pada kasus NGU dengan Clamydia-negatif ini, Ureaplasma
eraliticum atau Mycoplasma genitalium merupakan penyebab yang paling
mungkin.

Uretritis pascatrauma dapat terjadi pada 2-20% dari pasien yang berlebih
kateterisasi intermitten. Kejadian uretritis memiliki rasio 10 kali lebih
mungkin terjadi dengan keteter lateks dibandingkan dengan kateter silicon
(Arif Muttaqin, Kumala Sari. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Hal 226-227)
Pathway Urethritis

D. Manifestasi Klinis
1. Gejala uretritis terutama adalah disuria dan biasanya keluarnya secret pada
uretritis spesifik / non gonorrhoeae
2. Infeksi kandung kemih (UTI) pada pria biasanya sebagai akibat dari
anomali kongenital pada traktus urinarius. Pria ini biasanya mengalami
beberapa episode dari UTI sebelum pubertas. Oleh karena itu, setiap pria
yang matur secara seksual dengan disuria, terutama dengan keluarnya
sekret, yang tidak mempunyai riwayat UTI sebelumnya, kemungkinan
menderita uretritis daripada sistitis.
3. Lebih baik bila didapatkan sampel dari sekret uretra untuk pewarrnaan
Gram dan kultur. Pasien harus diberitahu untuk tidak miksi sampai contoh
sekret diperoleh karena miksi mungkin menyapu bersih setiap sekret yang
keluar dari uretra. Jika sekret terkumpul, pemeriksaan urin tidak
diperlukan tanpa adanya gejala epididimitis atau prostatitis (Eliastam,
Michael. Penuntun Kedaruratan Medis. Hal 165).
Gambaran Klinis :
a. Masa inkubasi
1) Pendek (2 – 7 hari) pada gonore
2) Sampai beberapa minggu pada Chlamydia sp.
b. Duh tubuh uretra
1) Biasanya banyak, purulen, bewarna kuning atau hijau pada gonore
2) Lebih sedikit, mukopurulen pada Chlamydia sp
c. Disuria
Paling jelas pada gonore :
1) Tidak disertai oleh frequency atau urgency (lebih mengarah ke
sistitis)
2) Tidak ada limfadenopati pada kedua penyakit

Perlu dibedakan dengan infeksi saluran kemih atas, kelainan prostat dengan
penyebab lain dan infeksi herpes simpleks (biasanya berupa vesikel eksterna
dan pembesaran KGB lokal) (Patrick Davey. Medicine. Hal 75).

E. Komplikasi Urethritis
1. Epididimis (prostatitis jarang)
2. Konjungtivitis
3. Sindrom Reiter pada NGU (uretritis, uveitis, atritis)
4. Infeksi gonokokus diseminata jarang (lesi kulit, pembengkakan sendi)
(Patrick Davey. Medicine. Hal 75)

F. Penatalaksanaan Medis Urethritis


1. Pemberian antibiotic untuk mencegah mordibitas dan untuk mengurangi
penularan penyakit kepada orang lain. Terapi antibiotic harus mencakup
baik gonokokus uretritis dan uretritis nongonococcal (NGU).
2. Menghindari kontak seksual juga mencegah infeksi ulang dari pasien
selama 7 hari masa pengobatan (Arif Muttaqin, Kumala Sari. Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Hal 230)

Secara umum kebanyakan pasien dengan uretritis tidak didapatkan


gejala khas sebagai tanda-tanda sepsis, seperti demam, takikardi, tachypnea,
atau hipotensi. Focus utama pemeriksaan adalah pada alat kelamin.

1. Pemeriksaan pria

Sebelum pemeriksaan, perawat sangat penting untuk menjaga


kewaspadaan umum (universal precaution), seperti penggunaan sarung tangan,
pakaian terlindung rabas uretra, dan lain-lain. Pastikan kondisi privasi sudah
terjaga, dan pemenuhan informasi sebelum melakukan pemeriksaan fisik
sangat penting untuk terjadinya suatu kerja sama yang baik antara pasien dan
perawat.

Beberapa tahapan dalam memeriksa alat kelamin pada pria adalah sebagai
berikut:

a. Pakaian pasien dilepas seluruhnya dan memeriksa pakaian apakah ada


sekresi yang menempel pada pakaian atau celana dalam. Hal ini dapat
menghasilkan informasi tambahan.
b. Periksa pasien adanya lesi kulit yang mungkin mengindikasikan PMS
lainnya, seperti kondiloma acuminatum, herpes simpleks, atau sifilis.
Apabila pasien disunat, pemeriksa harus menarik kembali kulup untuk
memeriksa adanya suatu lesi dan eksudat yang dapat bersembunyi di
bawah.
c. Periksa lumen meatus uretra distal tentang adanya suatu lesi, striktur, atau
debit uretra.
d. Perah penih dengan lembut dari pangkal penis ke glans. Setiap rabas yang
keluar dari meatus uretra dilihat jenis dan warna cairan yang keluar.
Palpasi dilakukan sepanjang uretra untuk memeriksa adanya fluktuasi,
kelembutan, kehangatan, dan adanya kelainan.
e. Periksa testis untuk melihat adanya massa atau peradangan. Palpasi
saluran spermatika, apakah ada pembengkakan, nyeri, atau tanda-tanda
peradangan orkhitis atau epididimitis.
f. Palpasi prostat untuk menilai adanya kelembutan atau adanya tanda-tanda
peradangan prostat dengan cara colok dubur (Arif Muttaqin, Kumala Sari.
Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Hal 229)
2. Pemeriksaan wanita

Seperti pada pemeriksaan pria, sedangkan pemeriksaan, sangat penting


bagi perawat untuk menjaga kewaspadaan umum (universal precaution), seperti
penggunaan sarung tanga, dan pakaian terlindung rabas uretra. Pastikan kondisi
privasi sudah terjaga. Pemenuhan informasi sebelum melakukan pemeriksaan
fisik sangat penting untuk terjadinya suatu kerja sama yang baik antara pasien dan
perawat.

Beberapa tahapan dalam memeriksa alat kelamin wanita adalah sebagai berikut
:

a. Pasien harus dalam posisi lithotomy.


b. Periksa kulit untuk setiap lesi yang mungkin menunjukkan adanya PMS
lainnya.
c. Palpasi pengeluaran uretra dengan memasukkan jari ke dalam vagina
anterior dan menekan kedepan pada sepanjang uretra. Setiap pengeluaran
uretra harus menjadi sampel pemeriksaan.
d. Ikuti pemeriksaan uretra dengan pemeriksaan panggul lengkap (Arif
Muttaqin, Kumala Sari. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Hal 229-230).

G. Pengkajian
1. Identitas
Kaji biodata klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, suku bangsa, alamat,
tanggal lahir, dan lain-lain. Usia yang lebih muda saat hubungan seksual
pertama berkolerasi dengan peningkatan risiko tertular Penyakit Menular
Seksual (PMS).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah keluhan iritasi, seperti
disuria dan pengeluaran dun dari genitalia (sekret yang berasal dari iritasi
uretra).
3. Riwayat Penyakit
a. Pengkajian penggunaan kondom dalam melakukan hubungan seksual
b. Jumlah pasangan seksual : individu dengan beberapa pasangan
cenderung terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS).
c. Preferensi seksual : laki-laki homoseksual memiliki tingat tertinggi
Penyakit Menular Seksual (PMS), kemudian laki-laki heterokseksual,
wanita heteroseksual, dan wanita homoseksual.
Keluhan akibat iritasi uretra umumnya mulai 4 hari sampai 2 minggu
setelah kontak dengan pasangan yang terinfeksi atau pasien dengan tanpa
gejala. Kemudian ada keluhan rabas uretra, cairan bisa kuning, hijau,
coklat atau bercampur darah, dan produksi rabas tidak berhubungan
dengan aktivitas seksual.
Keluhan disuria biasanya tidak disertai adanya frekuensi dan urgensi.
Keluhan lain berupa gatal uretra, bukan rasa sakit atau terbakar. Keluhan
pembesaran skrotum akibat epididimitis, orchitis, atau keduanya.
Pengkajian lain adalah mengenai penggunaan kateter untuk mendeteksi
adanya uretritis pascatrauma. Keluhan sistemik (misalnya: demam,
menggigil, berkeringat, mual) biasanya tidak ada.
4. Pemeriksaan fisik
Secara umum pasien uretritis tidak mengalami gejala khas sebagai tanda-
tanda sepsis, seperti demam, takikardie, tachypnea, atau hipotensi. Fokus
utama adalah pemeriksaan alat kelamin.
a. Pemeriksaan genitalia pria
1) Inspeksi
Ada tidaknya sekresi yang menempel pada pakaian dalam klien,
periksa adanya lesi kulit yang mengindikasikan Penyakit Menular
Seksual (PMS) lainnya, seperti kondiloma acuminatum, herpes
simpleks, atau sifilis. Periksa lumen meatus uretra distal apakah
ada lesi, striktue, atau debit uretra.
2) Palpasi
Lakukan palpasi pada daerah penis klien dengan melakukan
penekanan lembut pada daerah penis dari pangkal penis ke glans.
Setiap rabas yang keluar dari meatus uretra dilihat jenis dan warna
cairan yang keluar. Kemudian lakukan palpasi sepanjang uretra
untuk memeriksa adanya fluktuasi, kelembutan, kehangatan, dan
adanya kelainan.
b. Pemeriksaan genitalia wanita
Beberapa tahapan untuk memeriksa alat kelamin wanita adalah :
1) Pasien posisi litotomi
2) Periksa area di daerah genitalia apakah ada lesi yang menunjukka
adanya Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya.
3) Palpasi pengeluaran uretra dengan memasukkan jari ke dalam
vagina anterior dan menekan kedepan sepanjang uretra. Setiap
pengeluaran uretra harus menjadi sampel pemeriksaan.
4) Ikuti pemeriksaan uretra dengan pemeriksaan panggul lengkap
5) Pemeriksaan Laboratorium
6) Keluarnya cairan dari uretra mukopurulen atau purulen
7) Pap uretra yang menunjukkan setidaknya 5 leukosit per lapangan
minyak pencelupan terhadap mikroskop
8) Spesimen urine yang menunjukkan esterase leukosit pada tes
dipstick atau setidaknya 10 sel darah putih (leukosit) per bidang
pada mikroskop.
9) Semua pasien dengan uretritis bisa diuji dnegan Gonorrhea N dan
C.Trachomatis.
H. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang Urethritis
1. Keluarnya cairan dari uretra mukopurulen data purulen
2. Pa uretra yang menunjukkan setidaknya 5 leukosit per lapangan minyak
pencelupan terhadap mikroskop.
3. Specimen urine yang menunjukkan esterase leukosit pada tes dipstick atau
setidaknya 10 sel darah putih (leukosit) per bidang pada mikroskop.

Semua pasien dengan uretritis harus diuji untuk Gonorrhoeae N. dan C.


trachomatis (Arif Muttaqin, Kumala Sari. Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan. Hal 230

I. Informasi Tambahan
1. Pencegahan urethritis

Menghindari bahan kimia yang dapat mengiritasi uretra; seperti


deterjen, lotion, spermasida atau kontrasepsi, menghindari berhubungan
seksual yang tidak aman, minum banyak air untuk membuang bakteri,
mengurangi frekuensi hubungan seksual dengan pasangan yang menderita
urethritis, sering berkemih 3-4 jam sekali jangan menunda BAK, setelah
buang air kecil, bersihkan alat kelamin dari depan ke arah belakang. Cara
ini mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina dan uretra.

2. Prognosis urethritis

Prognosis tergantung pada penanganan yang diberikan. Apabila


penanganan yang diberikan cepat dan tepat maka akan mendapat prognosis
yang baik, namun apabila penanganan yang diberikan salah dan buruk
maka prognosis yang didapatkan akan kurang baik. Prognosis untuk kasus
urethritis tergantung pada penanganan yang diberikan. Prognosis baik jika
diobati dengan cepat dan lengkap
J. Analisa Data

Data Senjang (DS dan DO) Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Desakan berkemih Infeksi kuman ke uretra Gangguan Eliminasi
(urgensi), urin menetes  Urin (D.0040)
(dribbling), sering buang Penempelan bakteri di
air kecil, nokturia, urolitelium uretra
mengompol dan enuresis. 
DO : Distensi kandung Urethritis
kemih, berkemih tidak 
tuntas (hesitancy), volume Urethritis gonorea terdapat
residu urin meningkat. pus/nanah

Hematuria/nokturia

Gangguan Eliminasi Urine
DS : Mengekuh nyeri Infeksi kuman ke uretra Nyeri Akut (D.0077)
DO : Tampak meringis, 
bersikap protekstif, gelisah, Penempelan bakteri di
frekuensi nadi meningkat, urolitelium uretra
sulit tidur, tekanan darah 
meningkat, pola nafas Urethritis
berubah, nafsu makan 
berubah, proses berfikir Peradangan pada sel epitel
terganggu, menarik diri, uretra
berfokus pada diri sendiri 
dan diaforesis. Uretra dilewati urine pada
proses miksi

Nyeri seperti terbakar

Nyeri akut
DS : - Mikroorganisme Hipertermia (D.0130)
DO : Suhu tubuh diatas 
normal, kulit merah, kejang, Hematogen
takikardi, takipnea, kulit 
terasa hangat. Ginjal yang sudah terinfeksi

Melalui darah

Invasi kuman ke kandung
kemih

Bakteri berkembang biak
dan berkoloni

Kolonisasi bakteri

Aktivasi neutrophil

Reaksi inflamasi

Peningkatan metabolism
tubuh

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermia
DS : Menanyakan masalah Infeksi kuman ke uretra Defisit Pengetahuan
yang dihadapi  (D.0111)
DO : Menunjukkan perilaku Penempelan bakteri di
yang tidak sesuai anjuran, urolitelium uretra
menunjukkan persepsi yang 
keliru terhadap masalah, Urethritis
menjalani pemeriksaan yang 
tidak tepat, menunjukkan Kurang informasi tentang
perilaku berlebihan (mis. penyakit
Apatis, bermusuhan, agitasi, 
histeria) Koping individu tidak
adekuat

Deficit pengetahuan
DS : - Infeksi kuman ke uretra Resiko Infeksi (D.0142)
DO : Rubor, dolor, kalor, 
tumor, fungsiolaesa. Penempelan bakteri di
urolitelium uretra

Urethiritis

Bakteri menyebar ke
spitalium traktus urinari

Bakteri berkembang biak
dan berkoloni

Resiko infeksi

K. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Eliminasi Urin b.d. Inflamasi uretra
b. Nyeri Akut b.d. Agen pencedera fisiologis
c. Hipertermi b.d. Proses penyakit
d. Defisit Pengetahuan b.d. Kurang terpapar informasi
e. Resiko Infeksi

L. Intervensi Keperawatan

No. Perencanaan Keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
Dx.Kep
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor eliminasi Untuk
(D.0040) keperawatan selama 3 x 24 jam urine mengetahui
eliminasi urin membaik dengan (mis.frekuensi, keadaaan
kriteria hasil : konsistensi, aroma ganggaun
Indikator IR ER dan volume. eliminasi urin
Desakan 3 5 2. Catat waktu-waktu Untuk
berkemih dan keluaran memonitor
Distensi 3 5
berkemih. output berkemih
kandung kemih
Berkemih tidak 3 5 3. Ajarkan tanda dan Untuk
tuntas gejala infeksi mengetahui
Frekuensi BAK 3 5 saluran kemih tanda gejala
Urin menetes 3 5
infeksi
4. Kolaborasi Untuk
pemberian obat mengatasi
supositoria uretra gangguan
berkemih
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, Untuk
(D.0077) keperawatan selama 3 x 24 jam karakteristik, menetahui
nyeri berkurang dengan kriteria durasi, frekuensi, keadaan nyeri
hasil : kualitas, intensitas pasien
Indikator IR ER nyeri.
Keluhan nyeri 3 5 2. Berikan teknik Agar pasien
Meringis 3 5
Sikap protektif 3 5 nonfarmakologis dapat
Gelisah 3 5 untuk mengurangi mengurangi rasa
Sulit tidur 3 5
rasa nyeri. nyerinya
3. Anjurkan Untuk
memonitor nyeri menurunkan
secara mandiri nyeri
4. Kolaborasi Untuk
pemberian menurunkan
analgetik nyeri
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu Untuk
(D.0130) keperawatan selama 3 x 24 jam tubuh mengetahui
suhu tubuh menurun dengan suhu tubuh
kriteria hasil : 2. Longgarkan atau Agar demam
lepaskan pakaian menurun
Indikator IR ER 3. Anjurkan tirah Agar pasien bisa
Menggigil 3 5 baring beristirahat
Kulit merah 3 5
Kejang 3 5 4. Kolaborasi Untuk
Suhu tubuh 3 5 pemberian cairan menurunkan
dan elektrolit demam
intravena
4 Setelah dilakukan tindakan i. Identifikasi Untuk
(D.0111) keperawatan selama 3 x 24 jam kesiapan dan mengetahui
pengetahuan bertambah dengan kemampuan tingkat
kriteria hasil : menerima pengetahuan
Indikator IR ER informasi
Pertanyaan 3 5 ii. Sediakan materi
tentang masalah dan media Agar pasien
yang dihadapi pendidikan mudah
Persepsi yang 3 5
kesehatan memahami
keliru terhadap
iii. Anjurkan perilaku
masalah
hidup bersih dan Agar pasien
sehat dapat menjaga
kesehatannya
5 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan Untuk
(D.0142) keperawatan selama 3 x 24 jam gejala infeksi local mengetahui
tidak ada infeksi dengan dan sistemik keadaan infeksi
kriteria hasil : pasien
Indikator IR ER 2. Berikan perawatan Agar luka pasien
Demam 3 5 kulit pada area membaik
Kemerahan 3 5
Nyeri 3 5 edema
Bengkak 3 5 3. Jelaskan tanda dan Untuk
gejala infeksi mengetahui
infeksi
4. Kolaborasi Agar tidsk
pemberian terjadi infeksi
imunisas, jika
perlu

BAB 3

TINJAUAN KASUS

A. Kasus
Penderita RG, pria 24 tahun, suku Jawa, belum menikah. Penderita
datang ke poliklinik Kulit Kelamin RSSA Malang tanggal 29 November
2010 dan didiagnosis uretritis Gonore Komplikata. Pasien datang dengan
keluhan keluar nanah dari kemaluan tanpa disertai rasa gatal sejak 4 hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri saat kencing dan “anyang-
anyangen”. Tidak didapatkan kencing berwarna merah. Nanah berwarna
keputihan. Riwayat melakukan hubungan seksual yang diduga sebagai
penyebab keluhan dilakukan 5 hari yang lalu dengan teman wanitanya
tanpa menggunakan kondom. Terdapat benjolan pada ujung kemaluan.
Tidak ada keluhan nyeri pada kemaluan. Pasien mengeluh “kelenjeren”
pada selangkangan sejak 2 hari yang lalu. Pasien tidak merasakan demam.
Sejak melakukan hubungan seksual 5 hari yang lalu pasien tidak
melakukan hubungan seksual lagi. Pasien tidak mengeluhkan rasa sakit
pada perut bagian bawah. Setelah mengalami gejala tersebut, pasien tidak
pernah melakukan pengobatan apapun.

Pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, kesadaran


kompos mentis. Status general dalam batas normal, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 84 x/menit, respirasi 22 x/menit, temperatur 36, 5 0 C. Tidak
ditemukan kelainan pada jantung, paru, abdomen, dan ekstremitas.
Pemeriksaan kelenjar getah bening inguinal ditemukan pembesaran, tidak
nyeri, dengan diameter 1,5 cm x 1,5 cm konsistensi padat kenyal dan
mobile. Pemeriksaan lokal di area orifisium uretra eksterna didapatkan
discharge purulen, makula hiperemi dengan batas tidak jelas dan tepi
irreguler, didapatkan pula ektropion.

Pada palpasi didapatkan nyeri tekan pada orifisium urethra


eksternum dan keluar discharge ketika ujung penis di tekan. Corpus Penis,
glans penis, skrotum, dan kelenjar pada genetalia eksterna dalam batas
normal. Preputium sudah di sirkumsisi. Palpasi tidak ditemukan adanya
nyeri tekan pada skrotum, glans penis, dan suprasimphisis Hasil
Pemeriksaan Penunjang menggunakan pemeriksaan Gram di temukan
PMN > 5 per lapang pandang besar serta terdapat kuman Diplokokus
Gram negatif Intraselluler PMN.

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan


penunjang maka penderita didiagnosis dengan uretritis Gonore
Komplikata. Selanjutnya pasien diberikan terapi medikamentosa berupa
sefiksim tab 400 mg dosis tunggal serta terapi non medikamentosa berupa
anjuran dan edukasi. Dilakukan evaluasi kepada pasien setelah 3 hari
pengobatan dan didapatkan keluhan telah hilang.

B. Askep
1. Analisa Data

Data Senjang Penebab/Etiologi Masalah


(DS dan DO) Keperawatan
(SDKI)
DS: Iritasi Gangguan
- Pasien mengatakan Eliminasi Urin
anyang-anyangen Respon traumatic pada (D.0040)
atau tidak nyaman uretra
saat BAK, dan
terasa perih. Urethritis
Do:
- Buang air kecil Reaksi infeksi inflamasi
tidak tuntas. lokal
- TD: 110/80
mmHg Disuria
- Nadi : 84 x/menit
- Respirasi : 22 Gangguaneliminasiurin
x/menit
- S: 36, 5C.

Ds: Iritasi Nyeri akut


- Pasien mengeluh (D.0077)
nyeri saat Respon traumatic pada
kencing dan uretra
“anyang-
anyangen” Urethritis
- Pasien mengeluh
nyeri ketika Reaksi infeksi inflamasi
dilakukan palpasi lokal
Do:
- Terdapat nyeri Nyeri iritasi saluran kemih
tekan pada
orifisium urethra Nyeri akut
eksternum
- TD: 110/80
mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Respirasi : 22
x/menit
- S: 36, 5C.

Ds: Koitus Resiko Infeksi


- Pasien (D.0142)
mengatakan Infasi kuman ke uretra
mengeluh nyeri
saat kencing dan Neiserria gonorrhoeae
“anyang-
anyangen” Urethritis gonoreae
-
Do: Penempelan bakteri di
- Keluhan keluar urolitelium uretra
nanah dari
kemaluan Urethritis
- Nanah berwarna
keputihan Bakteri menyebar ke
- TD: 110/80 epithelium traktus urinary
mmHg
- Nadi : 84 x/menit Bakteri berkembang biak
- Respirasi: 22 dan berkoloni
x/menit
- S: 36, 5C. Resiko infeksi

Ds: Trauma pada uretra Gangguan


- Pasien mengeluh integritas Kulit
kelenjeren pada Ruptur uretra anterior (D.0192)
selangkangan
Do: Spasme otot perineum :
- Terdapat ekstravasi saluran urin:
benjolan pada hematoma penis dan
ujung kemaluan inguinal, anuria, iritasikulit
- TD: 110/80 penis/inguinal
mmHg
- Nadi : 84 x/menit Kerusakan integritas kulit
- Respirasi: 22
x/menit
- S: 36, 5C.

Ds: Koitus Defisit


- Pasien Pengetahuan
menanyakan Infasi kuman keuretra (D.0111)
masalah yang
dihadapinya Neiserria gonorrhoeae
Do:
- Dilakukan terapi Urethritis gonoreae
non medika
mentosa berupa Penempelan bakteri di
anjuran dan urolitelium uretra
edukasi
- Dilakukan Urethritis
evaluasi kepada
pasien setelah 3 Kurang informasi tentang
hari pengobatan penyakit

Koping individu tidak


adekuat

Defisit pengetahuan

2. Diagnosa menurut prioritas


1. Gangguan eliminasi urin b.d iritasi kandung kemid d.d DS: Pasien
mengatakan anyang-anyangen atau tidak nyaman saat BAK, dan
terasa perih, Do:Buang air kecil tidak tuntas.
2. Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis d.d Ds: Pasien
mengeluh kelenjeren pada selangkangan, Do:Terdapat benjolan
pada ujung kemaluan
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d Ds: Pasien mengeluh
nyeri ketika dilakukan palpasi ,Do: Terdapat nyeri tekan pada
orifisium urethra eksternum
4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d Ds: Pasien
menanyakan masalah yang dihadapinya, Do: Dilakukan terapi non
medikamentosa berupa anjuran dan edukasi
5. Resiko infeksi b.d d.d Ds: Pasien mengatakan mengeluh nyeri
saat kencing dan “anyang-anyangen, Do: Keluhan keluar nanah
dari kemaluan dan nanah berwarna keputihan

3. Intervensi

No Rencana Tindakan Rasional


Tujuan Tindakan
Dx
Kep.
1. Setelah dilakukan tindakan O: Monitor eliminasi 1. Mengetahui
keperawatan selama 3x24 urin, warna, tanda
jam gangguan eliminasi frekuensi, aroma, gangguan
urin teratasi dengan konsistensi dan eliminasi
kriteria hasil: volume urin
Indikator IR ER N: Catat waktu waktu 2. Mengetahui
1. Berkemih 3 1 dan haluaran waktu dan
tidak tuntas berkemih pola
2. Dysuria 3 1 E: Ajarkan tanda dan berkemih
3. Urin menetes 3 1 gejala infeksi 3. Menghinda
4. Desakan 3 1 saluran kemih ri terjadinya
berkemih C:kolaborasi infeksi
5. Karaketeristik 3 1 pemberian analgetik saluran
yaitu sefiksim tab kemih
400 mg dosis 4. Untuk
tunggal mengobati
infeksi
bakteri

2. Setelah dilakukan tindakan O :Monitor 1. Untuk


keperawatan selama 3x24 karakteristik luka mengetahui
jam gangguan integritas N : Bersihkan dgn karakteristi
kulit teratasi dengan Nacl k dari
kriteria hasil: E : Anjurkan lukanya
Indikator IR ER melakukan 2. Untuk
1. Edema pada 3 1 perawatan luka mencegah
sisi luka secar mandiri terjadinya
2. Peradangan 3 1 C : Kolaborasi infeksi
luka pemberian 3. Agar bisa
3. Nyeri 3 1 antibiotic yaitu melakukan
4. Drainase 3 1 sefiksim tab 400 perawatan
purulent mg dosis tunggal secara
5. Eritema pada 3 1 mandiri
kulit sekitar 5. Untuk
mengobati
infeksi
bakteri

3. Setelah dilakukan tindakan O : Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui


keperawatan selama 3x24 karakteristik dll lokasi dan
jam tidak terjadi nyeri N : Fasilitasi istirahat karakteristi
akut, dengan kriteria hasil: dan tidur k nyeri
Indikator IR ER E : Jelaskan penyebab 2. Membantu
1.Keluhan nyeri 3 1 pemicu nyeri mengurangi
2.Meringis 3 1 C : Kolaborasi nyeri
3.Sikap 3 1 pemberian analgetik, 3. Mengetahui
protektif 3 1 yaitu sefiksim tab penyebab
4.Gelisah 3 1 400 mg dosis nyeri
5.Kesulitan tunggal 4. Membantu
tidur mengurangi
nyeri

4. Setelah dilakukan tindakan O: Identifikasi faktor- 1. Untuk


keperawatan selama 3x24 faktor yang dapat meningkatk
jam tidak terjadi defisit meningkatkan dan an motivasi
pengetahuan dengan menurunkan perilaku
kriteria hasil: motivasi perilaku hidup
Indikator IR ER hidup bersih dan bersih dan
1. Merbalisasi 3 5 sehat sehat pasien
kemauan N: Berikan 2. Untuk
memenuhi kesempatan untuk dapat
program bertanya membantu
perawatan E: Jelaskan faktor pasien
2.verbalisasi 3 5 risiko yang dapat dalam
mengikuti
anjuran mempengaruhi mengetahui
3.Perilaku 3 5 kesehatan tentang
mengikuti C : Pemberian penyakitny
program analgetik yaitu a
perawatan/pen sefiksim tab 400 mg 3. Untuk
gobatan dosis tunggal dapat
4.Perilaku 3 5 mengetahui
menjalankan faktor
anjuran risiko apa
5.Tanda dan 3 5 saja yang
gejala mempengar
penyakit uhi
kesehatan
pasien
4. Untuk
mengobati
infeksi
bakteri

5. Setelah dilakukan tindakan O: Monitor 1. Untuk


keperawatan selama 3x24 tanda&gejala infeksi mengetahui
jam tidak terjadi Resiko N: Berikan perawatan tanda dan
Infeksi dengan kriteria kulit pd area luka gejala
hasil: E: Ajarkan cara infeksi
Indikator IR ER memeriksa kondisi 2. Untuk
1. Kerusakan 3 1 luka membersih
jaringan C: Kolaborasi kan area
2. Kerusakan 3 1 Pemberian analgetik luka agar
lapisan kulit yaitu sefiksim tab tetap bersih
3. Nyeri 3 1 400 mg dosis 3. Untuk
4. Kemerahan 3 1 tunggal mengetahui
5. Pigmentasi 3 1 keadaan
abnormal luka
4. Untuk
mencegah
infeksi
bakter

C. Pembahasan

Yang pertama kelompok kami mengambil diagnosa prioritasnya


yaitu gangguan eliminasi urin, karena pasien mengeluh nyeri saat kencing
dan anyang-anyangen atau tidak nyaman saat BAK, dan terasa perih yang
diduga sebagai penyebab keluhan tersebut dengan memberikan intervensi
monitor eliminasi urin, warna, frekuensi, aroma, konsistensi dan volume,
catat waktu waktu dan haluaran berkemih, ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih, kolaborasi pemberian analgetik yaitu sefiksim tab 400 mg
dosis tunggal.

Kedua kelompok kami mengambil diagnosa gangguan integritas


kulit, karena pasien mengeluh kelenjeren pada selangkangan dan terdapat
benjolan pada ujung kemaluan yang diduga sebagai penyebab keluhan
tersebut dengan memberikan intervensi monitor karakteristik luka,
bersihkan dgn Nacl, anjurkan melakukan perawatan luka secar mandiri,
kolaborasi pemberian antibiotic yaitu sefiksim tab 400 mg dosis tunggal.

Ketiga kelompok kami mengambil diagnosa gangguan integritas


kulit, karena pasien mengeluh nyeri akut, karena pasien mengeluh nyeri
saat kencing dan “anyang-anyangen dan mengeluh nyeri tekan ketika
dilakukan palpas pada orifisium urethra eksternum yang diduga sebagai
penyebab keluhan tersebut dengan memberikan intervensi dentifikasi
lokasi, karakteristik, fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan penyebab
pemicu nyeri, kolaborasi pemberian analgetik, yaitu sefiksim tab 400 mg
dosis tunggal.
Ke empat kelompok kami mengambil diagnose deficit
pengetahuan, karena pasien dilakukan terapi non medikamentosa berupa
anjuran, edukasi dan dilakukan evaluasi kepada pasien setelah 3 hari
pengobatan yang diduga sebagai penyebab keluhan tersebut dengan
memberikan intervensi Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan
dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, berikan
kesempatan untuk bertanya, jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan, pemberian analgetik yaitu sefiksim tab 400 mg
dosis tunggal.

Terakhir kelompok kami mengambil diagnosa resiko infeksi,


karena pasien mengeluh saat berkemih terdapat nanah berwarna keputihan
dan mempunyai riwayat melakukan hubungan seksual 5 hari yang lalu
tanpa menggunakan kondom yang diduga sebagai penyebab keluhan
tersebut dengan memberikan intervensi monitor tanda & gejala infeksi,
berikan perawatan kulit pada area luka, ajarkan cara memeriksa kondisi
luka, kolaborasi Pemberian analgetik yaitu sefiksim tab 400 mg dosis tun

BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kasus pasien RG (24 tahun) dengan uretritis gonore komplikata.
Diagnosa uretritis gonore komplikata ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan yang khas
untuk uretritis yaitu keluarnya nanah dari orificium uretra eksterna disertai
nyeri saat buang air kecil. Selain itu didapatkan informasi bahwa pasien
pernah berhubungan seksual 5 hari yang lalu.
Pemeriksaan fisik ditemukan duh mukopurulen dari uretra, ruam
berupa makula hiperemi pada orifiicum uretra eksterna dan ektropion.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan leukosit lebih dari 5 per lapang
pandang besar serta kuman diplococcus Gram negatif intraseluler di PMN.
Terdapat komplikasi lokal di duktus parauretritis yang ditandai dengan
butir pus pada kedua muara parauretra Pengobatan pada pasien ini
meliputi pengobatan medikamentosa yang bersifat kausatif berupa
sefiksim 400 mg dosis tunggal yang terbukti masih efektif, serta
pengobatan non medikamentosa yang bersifat suportif. Diperlukan
komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat pada pasien ini mengenai
penyakitnya dan diharapkan tidak terjadi penyakit berulang dan
penyebaran lebih luas. Prognosis uretritis gonore komplikata ini adalah
baik apabila terapi dilakukan dengan benar.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, dan semoga bisa bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Dan semoga kita bisa mengetahui tentang uretritis
lebih jelas lagi. Dan tentunya makalah ini memiliki banyak sekali
kekurangan, dan oleh sebab itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Manjosjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta:
EGC

Baughman, Diance. C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku Bruneer


dan Suddarth. Jakarta: EGC
Eliastam, Michael. 1998. Penuntun Kedaruratan Medis. Jakarta: EGC

Gibson, John. 2002. Fisologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, Baticaca. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Patrick, Davey. 2003. Medicine. Jakarta: Erlangga

Pierce, A. Grace. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga

Sinelair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Taber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai