Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“URETRITIS”

Disusun Oleh : Kelompok I (Satu)


1. Ahmad Jumadi 05.13.001P
2. Donna Oktora 05.13.006P
3. Hernita 05.13.010P
4. Nursiha 05.13.032P

Dosen Pembimbing : Siti Romadoni, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2013

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena

atas Berkat Rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini

dengan judul “Uretritis” sebagai salah satu tugas dalam memnuhi tugas

makalah. Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa

masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang dikarenakan

keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta kekhilafan yang penulis

miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah

ini dimasa yang akan datang.

Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu

pendidikan dan ilmu keperawatan serta bagi semua yang membacanya, Amin.

Palembang, November 2013

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan............................................................................................. 3
C. Metode Penulisan............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4


A. Tinjauan Teori................................................................................ 4
1. Pengertian................................................................................. 4
2. Etiologi..................................................................................... 4
3. Anatomi Fisiologi..................................................................... 5
4. Patofisiologi.............................................................................. 8
5. Gambaran Klinis ...................................................................... 11
6. Komplikasi ............................................................................... 12
7. Pemeriksaan diagnostik............................................................ 12
8. Penatalaksanaan........................................................................ 13
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.............................................. 13
1. Pengkajian................................................................................ 13
2. Diagnosa Keperawatan............................................................. 15
3. Intervensi.................................................................................. 16

BAB III PENUTUP......................................................................................... 21


A. Kesimpulan .................................................................................... 21
B. Saran............................................................................................... 21

DAFTAR  PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saluran kencing dalam tubuh memiliki peran yang sangat penting

dalam tubuh, diantaranya yaitu untuk mengeluarkan sisa metabolisme dalam

tubuh. Bayangkan saja bila saluran kecing ini terganggu oleh infeksi, tentu

sangat berpengaruh banget bukan untuk tubuh itu sendiri.  Nah, oleh karena

itulah Infeksi Saluran Kencing, atao bisa disingkat dengan ISK ini merupakan

masalah yang sangat serius bagi jutaan orang tiap tahun. Walaupun umumnya

lebih banyak menyerang kaum hawa, namun, kaum adam pun juga sering

ditemukan menderita ISK. Infeksi saluran kencing ini ada bermacam-macam,

diantaranya yaitu Urethritis.

Uretritis merupakan infeksi saluran kemih bagian terluar yang dapat

disebabkan oleh penyakit menular seksual ataupun kuman penyebab infeksi

saluran kemih. Gejala pada keduanya hampir sama. Pria berusia 20-35 tahun

merupakan kelompok dengan risiko tinggi terjadinya uretritis, mengingat

kemungkinan adanya pasangan seksual lebih dari satu atau praktek seksual

beresiko tinggi, seperti tidak menggunakan kondom.

Juga bisa berupa bakteri, jamur atau virus. Pada wanita jasad renik

tersebut biasanya berasal dari vagina. Pada kebanyakan kasus, bakteri berasal

dari usus besar dan sampai ke vagina melalui anus. Lelaki lebih jarang

menderita uretritis.

1
Jasad renik yang ditularkan melalui hubungan seksual (misalnya

Neisseria gonorrhoeae penyebab gonore), masuk ke vagina atau penis pada

saat melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang terinfeksi dan

bisa menjalar ke uretra.

Uretritis pada pria paling sering disebabkan oleh gonokokus. Klamidia

dan virus herpes simpleks juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dan

bisa menyebabkan uretritis. Bakteri (Eschericia coli), Jamur dan virus, Infeksi

ginjal, Prostat hipertropi juga bisa menyebabkan uretritis.

Menurut The Center For Deseases Control and Prevention (CDC) di

Atlanta mengatakan Chlamyda adalah infeksual sexual yang paling sering

terjadi di Amerika (diperkirakan 3 juta orang Amerka mengidap penyakit ini

setiap tahun dan sebagian besar berumur 15 dan 24 tahun). Chlamydia

disebabkan melalui hubungan seksual, tetapi bukan sebagai virus, seperti

kebanyakan penyakit akibat hubungan seksual lain. Ini disebabkan oleh suatu

bakteri yang disebut Chlamydia.

di Indonesia Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang

dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran

kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).Infeksi saluran kemih dapat

mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-

anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis

kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umu,

kurang lebih 5 – 15 %.

2
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan

yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya

meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran

perkemihan, statis perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia.

(Susan Martin Tucker, dkk, 1998) Infeksi traktus urinarius pada pria

merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti

juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara

uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik

melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria jarang

terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya

abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan kami menulis makalah ini adalah:

1.        Dapat mengetahui tentang panyakit urethritris

2.        Dapat mengetahui tentang askep urethritris secara teoritis

C. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah

pengumpulan data yang di rangkai sedemikian rupa berbentuk sebagai

makalah.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian

Uretritis adalah infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa air

kemih dari kandung kemih keluar tubuh. (www.medicastore.com).

Uretritis adalah peradangan uretra oleh berbagai penyebab dan merupakan

sindrom yang sering terjadi pada pria (Sylvia A. Price, 2006).

Uretritis didefinisikan sebagai peradangan akibat infeksi dari

uretra. Istilah uretritis untuk Penyakit Menular Seksual (PMS). Uretritis

merupakan kondisi peradangan yang dapat menular. Penyebabnya adalah

infeksi uretritis yaitu, karena infeksi dengan Neisseria gonorrhoeae atau

Ngu (yaitu, karena infeksi dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma

urealyticum, Mycoplasma hominis, Mycoplasma genitalium, atau

Trichomonas vaginalis). (www.health .detik.com).

2. Etiologi

Penyebabnya bisa berupa bakteri, jamur atau virus.

Pada wanita jasad renik tersebut biasanya berasal dari vagina. Pada

kebanyakan kasus, bakteri berasal dari usus besar dan sampai ke vagina

melalui anus. Lelaki lebih jarang menderita uretritis.

4
Jasad renik yang ditularkan melalui hubungan seksual (misalnya

Neisseria gonorrhoeae penyebab gonore), masuk ke vagina atau penis pada

saat melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang terinfeksi

dan bisa menjalar ke uretra.

Uretritis pada pria paling sering disebabkan oleh gonokokus.

Klamidia dan virus herpes simpleks juga bisa ditularkan melalui hubungan

seksual dan bisa menyebabkan uretritis. Bakteri (Eschericia coli), Jamur

dan virus, Infeksi ginjal, Prostat hipertropi juga bisa menyebabkan

uretritis.

3. Anatomi Fisiologi

Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang

fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan

membentuk kemih dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke

kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi

kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih

keluar tubuh sewaktu berkemih.

Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal

mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini

lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi.

Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung

atau sekitar 1200 ml/menit.

Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan

lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa

5
kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak

retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih

rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk

kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu

tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah,

pembuluh getah bening, saraf dan ureter.

Gambar 2.1 Ureter

Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke

bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis

menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung

kemih secara serong (oblik).

6
Gambar 2.2 Kandung Kemih

Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila

kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung

distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.

Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung

kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka

kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi

permukaan atas kandung kemih.

Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung

kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada

pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum

terdapat kavum douglasi. 

7
Uretra wanita

Gambar 2.3 Uretra Wanita

Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya

sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal

dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat

ke dinding anterior vagina.

Terdapat sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal

adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi

dan pada cedera atau penyakit saraf.

4. Patofisiologi

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :

1) Penyebaran endogen yaitu kontak langsung daro tempat terdekat.

8
2) Hematogen.

3) Limfogen.

4) Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu :

Bendungan aliran urine.

1) Anatomi konginetal.

2) Batu saluran kemih.

3) Oklusi ureter (sebagian atau total).

Refluks vesi ke ureter.

Urine sisa dalam buli-buli karena :

4) Neurogenik bladder.

5) Striktur uretra.

6) Hipertropi prostat.

Gangguan metabolik.

7) Hiperkalsemia.

8) Hipokalemia

9) Agamaglobulinemia.

Instrumentasi

10) Dilatasi uretra sistoskopi.

Kehamilan

11) Faktor statis dan bendungan.

12) PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.

9
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme

pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta

menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri

harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi

epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui

berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.

Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih

yang tidak lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan,

gout) dan imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan

cara mengganggu mekanisme normal. Infeksi saluran kemih dapat dibagi

menjadi sistisis dan pielonefritis. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat

infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi

melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua

ginjal.

Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan

biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau

refluks vesikoureter. Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering

disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan

oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks

urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang

menyebar naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal.

Uretritis gnoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan

10
melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang tidak

berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh

klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum. Pielonefritis (infeksi

traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus dan

jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai

kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 %

sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran

darah ; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %.

5. Gambaran Klinis

Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :

1) Mukosa memerah dan oedema

2) Terdapat cairan eksudat yang purulent

3) Ada ulserasi pada urethra

4) Adanya rasa gatal yang menggelitik

5) Good morning sign

6) Adanya nanah awal miksi

7) Nyeri pada saat miksi

8) Kesulitan untuk memulai miksi

9) Nyeri pada abdomen bagian bawah.

Pada pria, uretritis biasanya dimulai dengan keluarnya cairan dari

uretra. Jika penyebabnya adalah gonokokus maka cairan ini akan

11
mengandung nanah. Jika penyebabnya adalah jasad renik yang lainnya,

maka cairan ini mengandung lendir.

Gejala lainnya adalah nyeri pada saat berkemih dan penderita

sering mengalami desakan untuk berkemih. Jika uretritis karena

gonokokus tidak diobati secara adekuat, maka pada akhirnya akan

terbentuk penyempitan uretra (striktur).

Striktur ini akan meningkatkan resiko terjadinya uretritis pada

uretra yang lebih tinggi dan kadang menyebabkan terbentuknya abses di

sekitar uretra. Abses bisa membentuk kantong pada dinding uretra

(divertikulum uretra), yang juga bisa mengalami infeksi. Jika abses

menyebabkan terjadinya perforasi kulit, maka air kemih bisa mengalir

melalui saluran baru (fistula uretra).

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pria berupa prostatitis,

vesikulitis, epididimitis, dan striktur urethra. Sedangkan pada wanita

komplikasi dapat berupa Borthlinitis, praktitis, salpingitis, dan sistitits.

Peritonitis dan perihepatitis juga pernah dilaporkan.

7. Pemeriksaan diagnostik

       Urinalisis

1)Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih

2)Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

12
       Bakteriologis

1) Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.

102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.

2) Biakan bakteri

3) Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna

pada uji carik.

8. Penatalaksanaan

Pengobatan tergantung kepada mikroorganisme penyebabnya.

Jika penyebabnya adalah bakteri, maka diberikan antibiotik.

Jika penyebabnya adalah virus herpes simpleks, maka diberikan obat anti-

virus (misalnya asiklovir).

Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk

membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita

harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi

lubang urethra oleh bakteri faeces.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

 Usia: Semua usia bisa terkena penyakit ini, biasanya lebih sering

pada umur >45 thun.

13
 Jenis kelamin : Perempuan lebih rentan terkena uretritis dibanding

laki-laki.

 Alamat/tempat tinggal : Tempat/daerah yeng sering terjadi/sebagai

faktor resiko peyebaran, seperti daerah lokalisasi, daerah perairan,

dsb.

b. Riwayat Penyakit

 Riwayat penyakit sekarang : Masuk rumah sakit dengan keluhan

nyeri dan panas pada daerah kelamin terutama pada saat berkemih,

kadang juga disertai darah dan nanah.

 Riwayat penyakit dahulu : Penyebab penyakit biasanya akibat dari

penyakit DM,

 Riwayat penyakit sekarang : Penyakit keluarga biasanya seperti :

DM,

c. Observasi & Pemeriksaan Fisik

1) Observasi Tanda-tanda Vital

a) S : Suhu meningkat (biasanya antara 37,5-38,5 C)

b) N : Nadi meningkat (biasanya >100 x/mnt)

c) RR : Pernafasan normal (18-20 x/mnt)

d) TD : Tekanan darah normal (110/70-130/90 mmHg)

2) Pemeriksaan Fisik

a) Pemeriksaan S.Pernafasan

 Pernafasan pendek, karena menahan nyeri (nyeri daerah

simpisis pubis)

14
b). Pemeriksaan S.Kardiovaskuler

 Tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler

c). Pemeriksaan S.Persepsi-sensori

 Tidak ada gangguan pada sistem persersi-sensori

d). Pemeriksaan S.Muskulus

 Tidak ada gangguan pada sisitem muskulus

e). Pemeriksaan S.Pencernaan

 Abdomen tegang dan nyeri tekan pada daerah simpisis

pubis/perut bagian bawah.

f). Pemeriksaan S.Perkemihan

 Nyeri dan panas saat berkemih

 Terjadi disuria, hematuria, & piuria

 Mukosa memerah dan edema

 Terdapat cairan eksudat yang purulent

 Ada ulserasi pada uretra

 Adanya rasa gatal yang menggelitik

 Adanya pus pada awal miksi

 Kesulitan untuk memulai miksi

 Nyeri pada abdomen bagian bawah

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri b/d proses peradangan

15
b. Hipertermi b/d proses peradangan

c. Resiko infeksi b/d penyebaran patogen secara sistemik

d. Gangguan eliminasi urine b/d obstruksi/edema/proses peradangan pada

saluran kemih.

3. Intervensi

a. Dx : Nyeri b/d proses peradangan

Tujuan : Rasa nyeri bisa berkurang / hilang

Kriteria Hasil :

1) Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang

2) Tidak ada nyeri abdomen bawah / daerah simpisis pubis

3) Mukosa uretra tidak memerah / edema

4) Tidak ada nyeri saat berkemih

5) Ekspresi wajah tenang

DS : Px biasanya mengeluh nyeri dan panas pada daerah kelamin

terutama pada saat berkemih.

DO : - Ekspresi wajah meringis, menahan nyeri

- Px sering memegang kelamin, sering memegang perut bagian

bawah & sering menggaruk-2 daerah kelamin

Intervensi

a) Mandiri :

1.      Kaji tingkat nyeri, lokasi & intensitas

16
R/ : Untuk membantu mengevaluasi tempat obstruksi &

penyebab nyeri

2.      Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan

R/ : Meningkatkan relaksasi & menurunkan tegangan otot

3.      Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan

R/ : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri

4.      Pantau pola berkemih secara berkala

R/ : Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan / pengunduran

gejala / penyakit.

b) Kolaborasi :

1. Berikan analgetik sesuai kebutuhan & evaluasi keberhasilannya

R/ : Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi

nyeri

b. Dx : Hipertermi b/d Proses Peradangan

Tujuan : Suhu tubuh normal (36,5-37,2 C)

Kriteria Hasil :

1.      Pasien bebas dari demam

2.      Pasien mengatakan tubuh tidak terasa panas

3.      Mukosa uretra tidak memerah / edema

4.      Suhu tubuh dan nadi normal

5.      Ekspresi wajah tenang/tidak menyeringai

DS : Px biasanya mengeluh tubuh terasa panas

17
DO : - Ekspresi wajah meringis/menyeringai

-  Suhu meningkat (biasanya antara 37,5-38,5 C)

-  Nadi meningkat (biasanya >100 x/mnt)

Intervensi :

1.      Kaji timbulnya demam

R/ : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien

2.      Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, &

pernafasan)

R/ : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui kaeadaan

umum pasien

3.      Anjurkan pasien untuk banyak minum

R/ : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan

yang banyak

4.      Berikan kompres hangat

R/ : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang

dapat mempercepat penurunan suhu tubuh.

c. Dx : Resiko infeksi b/d penyebaran patogen secara sistemik

Tujuan : Tidak ada tanda – tanda infeksi

Kriteria Hasil :

1.      Urine berwarna orange jernih / normal

2.      Urine tidak mengandung / bercampur darah dan nanah

DS : Px biasanya mengeluh waktu berkemih disertai darah dan nanah

DO : - Adanya sekret / lendir / pus pada awal miksi

18
-  Mukosa merah dan edema pada uretra / saluran kemih

-  Urine berwarna merah

Intervensi

a). Mandiri :

1. Tingkatkan kebersihan yang baik pada pasien, keluarga dan

tenaga kesehatan

R/ : Menurunkan resiko kontaminasi silang

2. Awasi / pantau tanda-tanda vital

R/ : Demam dengan peningkatan nadi dan pernafasan &

tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui

kaeadaan umum pasien

3. Dorong peningkatan pemasukan cairan

R/ : Meningkatkan hidrasi untuk membilas bakteri

4. Berikan perawatan parineal

R/ : Dapat mencegah kontaminasi uretra

b). Kolaborasi :

1. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine (Tingkatkan

masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk

meningkatkan asam urine)

R/ : Asam urine menghalangi, membunuh / mengurangi

tumbuhnya kuman, peningkatan masukan sari buah

dapat berpegaruh dalam pengobatan infeksi.

2. Berikan antibiotik sesuai kebutuhan & evaluasi

keberhasilannya

19
R/ : Dapat mencegah/mengurangi kolonisasi periuretra agar

tidak terjadi kekambuhan infeksi.

d. Dx : Perubahan eliminasi urine b/d obstruksi / edema / proses

peradangan pada saluran kemih

Tujuan : Px dapat mempertahankan pola eliminasi urine / BAK secara

adekuat

Kriteria Hasil :

1.     Klien dapat berkemih / BAK secara lancar

2.     Klien tidak kesulitan saat berkemih

3. Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan

berkemih (seperti : disuria, piuria, & hematuria)

DS : Px biasanya mengeluh kesulitan untuk memulai miksi /

berkemih

DO : - Mukosa merah dan edema pada uretra / saluran kemih

Intervensi

a). Mandiri :

1. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine

R/ : Memberikan dan mengetahui informasi tentang fungsi

ginjal dan adanya komplikasi

2. Dorong peningkatan pemasukan cairan

R/ : Meningkatkan hidrasi untuk membilas bakteri

b). Kolaburasi :

1. Awasi pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, keratinin)

R/ : Pengawasan terhadap disfungsi ginjal

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Uretritis Non Gonore (UNG) adalah suatu peradangan dari selaput

lendir saluran kencing (URETRA) yang bukan disebabkan oleh kuman

Neisseria gonorrhea. Penyakit Uretritis disebabkan oleh  Chlamydia

trachomatis, Ureaplasma urealycum, Trichomonas vaginalis, Candida

albicans, Virus Herpes simplek, Tidak spesifik. Penyakit ini dapat menular

melalui hubungan sexual

B. Saran

Penyakit uretritis adalah suatu penyakit yang berbahaya diharapkan

kepada:

1.      Mahasiswa

Diharapkan kepada rekan-rekan untuk lebih giat membaca literature yang

berhubungan dengan penyakit Uretritis

2.      Institusi   

Diharapkan kepada Pihak Institusi untuk dapat menambah literatur yang

berhubungan dengan penyakit Uretritis.

21
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn. 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan”. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia.A. 2006. “Patofisiologi”. Jakarta: EGC.

R. Sjamsuhidajat. 2003.”Ilmu Bedah”. Jakarta: EGC

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/28/askep-infeksi-saluran-kemih/

http://wowo-mm.blogspot.com/2009/02/uretritis-non-gonokokal.html

http://medicastore.com/penyakit/85/Uretritis.html

http://rherhe-simorangkir.blogspot.com/2011/08/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan.html

http://sehat-sakit-stikes.blogspot.com/2012/07/askep-uretritis.html

http://akpemgaruttingkat2akel4.blogspot.com/2011/03/laporan-pendahuluan-
asuhan-keperawatan.html

22

Anda mungkin juga menyukai