Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEMAMPUAN DASAR MANUSIA


PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN KENCING, TEMPAT
PEMBEDAHAN, DAN SEHUBUNGAN PENGGUNAAN
INTRAVASKULAR

DOSEN PEMBIMBING
Ambo Senggeng, SKM, M.Pd

DISUSUN OLEH :
1. Nadianingsih
2. Chori Safitri

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN PRODI D-IV KEBIDANAN
2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas tentang pencegahan infeksi saluran
kencing, tempat pembedahan, dan sehubungan penggunaan intravaskular.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ambo Senggeng, SKM, M.Pd
selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Kemampuan Dasar Manusia yang telah
memberikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan oleh penyusun,
maka kami dengan senang hati menerima kritikan dan saran-saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah
ini dapat bermanfaat.
Akhir kata, kami penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.

Jambi, 10 September 2017

Penyusun

Kelompok 13
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………..............i


KATA PENGANTAR ……………….………………………………..........ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………........iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................4
A. Latar Belakang …………………….…………………….........................5
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan …………………………….…………………………..................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................6
A. Isi..............................................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................16
A. Simpulan.................................................................................................16
B. SARAN.............................................. ...................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,termasuk
ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya
infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin, suatu infeksi dapat
jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun, jika hanya terdapat10.000 atau
kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi
bakteri.
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan
cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tumbuhyang akan ditangani.
Penggunaan alat intravaskuler melalui vena maupun arteri, baik untuk memasukkan
cairan steril, obat atau makanan, maupun untuk memantau tekanan darah sentral dan
fungsi hemodinamik, telah meningkat tajam. Penggunaan merupakan populasi besar
yang mempunyai resiko infeksi melalui aliran darah, baik local maupun sistemik.
Secara local akan terjadi peradangan pada tempat insersi, sedangkan secara sistemik
akan terjadi demam atau septisemia.
B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana cara mencegah infeksi saluran kemih?


2.      Bagaimana cara mencegah infeksi tempat pembedahan?
3.      Bagaimana cara mencegah infeksi intravaskuler?

C. Tujuan

1.      Untuk mengetahui cara mencegah infeksi saluran kemih


2.      Untuk mengetahui cara mencegah infeksi tempat pembedahan
3.      Untuk mengetahui cara mencegah infeksi intravaskule
BAB II
PEMBAHASAN

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN KEMIH

A. DEFINISI

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,
terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme. Infeksi Saluran
Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada manifestasi bakteri pada
saluran kemih (Engram, 1998 : 121). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah
berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal
tidak mengandung bakteri, virus/mikroorganisme lain.

B. ETIOLOGI

Organisme penyebab infeksi tractus urinarius yang paling sering ditemukan adalah
Eschericia coli, (80% kasus). E.Coli merupakan penghuni normal dari kolon.
Organisme-organisme lain yang juga dapat menyebabkan infeksi saluran perkemihan
adalah Golongan Proteus, Klebsiela, Pseudomonas, Enterokokus dan Staphylokokus.
Pada ujung uretra atau penis, sistem saluran kemih secara normal steril.
Kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara tuntas merupakan salah satu
cara yang penting dari tubuh agar urine tetap steril dan mencegah Infeksi Saluran
Kemih (ISK). Apabila kandung kemih benar-benar kosong selama proses pengeluaran,
bakteri tidak memiliki kesempatan untuk menginfeksi jaringan dan berkembang serta
berlipat ganda di dalam kandungan kemih.
Oleh karena itu, pertahan normal melawan infeksi ISK ada pada uretra yang tidak
terhalang, proses pengosongan, dan mukosa kandung kemih yang normal. Memasukkan
kateter secara langsung menghancurkan pertahanan, yaitu masuknya mikrooragnisme
dari ujung uretra atau penis dan memberikan jalan bagi organism untuk mencapai
kandung kemih.
Kuman dapat mencapai landing kemih melalui dua cara, yaitu melalui bagian
dalam kateter ( misalnya aliran balik urine ) atau melalui rongga antara permukaan luar
kateter dan mukosa uretra. Dengan demikian, sekali Katter dimasukkan , gerakan maju
dan mudur kateter, yang menaikkan possis kantong pengumpulan di atas kandung
kemih atau membiarkan urine terkumpul seperti sistem drainase  terbuka (kantong atau
wadah terbuka) haris dihindari. Hal itu karena kondisi tersebut berpotensi memasukkan
mikroorganisme ke dalam kandung kemih. Jalur pertama (aliran balik urine) merupakan
cara terbanyak masuknya infeksi pada pria. Jalur kedua (kuman masuk melalui bagian
luar kateter ke kandung kemih) merupakan cara terbanyak pada wanita karena uretranya
pendek. Akibatnya, kuman yang hidup disekitar vagina lebih mudah menimbulkan ISK
sekitar mulut uretra wanita.
Pemasangan kateter indwelling (kateter yang dipakai untuk beberapa hari atau
minggu) hanya boleh dilakukan bila metode pengosongan kandung kemih lainnya tidak
efektif dan sangat penting untuk membatasi waktu penggunaan kateter sesingkat
mungkin.
ISK merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi sekitar 40%
dari seluruh infeksi nosokomial di rumah sakit setiap tahunnya. Selain itu, beberapa
penelitian dilaporkan sekitar 80% ISK nosokomial terjadi sesudah penggunaan
peralatan, terutama kateter saluran kemih. Karena hamper 10% dari seluruh pasien
dirawat inap menggunakan kateter, pencegahan infeksi ISK merupak factor utama
untuk mengurangi infeksi nosokomial.
Mikroorganisme yang menyerang sistem perkemihan menyebabkan infeksi pada
saluran kemih, yaitu ginjal (pielonefritis), kandung kemih (sistitis), prostat (prostitis),
uretra (uretris) atau urine (bakteriuria). Setiap kali bakteri menginfeksi bagian tertentu,
seluruh bagian akan beresiko terkena infeksi.
Diagnosa ISK bagian bawahnya biasanya dibuat berdasarkan tanda-tanda dan
gejal-gejala, kemuadian dipastikan dengan pembiakan / kultur. Kebanyakan kejadian
bakteri uria karena penggunaan keteter jangka pendek tidk menimbulkan gejala. Bila
gejala muncul, dapat berupa demam ringan, panas, ingin kencing terus, dan nyeri,.
Gejala serupa mungkin terjadi pula pada penggunaan kateter jangka lama, disertai
gejalalain obstruksi, batu saluran kencing, gagal ginjal, dan kanker kandung kemih
(yang jarang terjadi).
Pada ISK bagian atas(pielonefritis), nyeri panggul, demam, adanya darah dalam
urine (hematuria), dan temuan fisik lainnya mungkin timbul.
Bakteri pada ISK bagian atas atau maupun ISK bagian bawah merupakan penyebab
umum sepsis nosokomial gram negative dan berhubungan dengan meningkatnya angka
kematian. Baktri gram negative yang sering menyebabkan ISK terutama E.coli,
pseudomonas, dan mikroorganisme yang berasal dari kelompok enterobakter. Infeksi
jamur berhubungan dengan munculnya HIV/ AIDS dan penyebaranya menggunakan
antibiotic berspektrum luas.

FAKTOR-FAKTOR RESIKO ISK

A. Faktor yang tidak dapat diubah:


Jenis kelamin perempuan, status pasca persalinan, umur, usia lanjut, penyakit parah
dan tingkat kreatinin dalam darah tinggi.
B. Faktor yang dapat diubah :
1. Indikasi yang salah dalam pemasangan kateter saluran kemih.
Pencemaran saat pemasangan/memasukkan kateter karena metode pemasangan
dan jenis kateter.
2. Perawatan kateter yang salah.
3. Lamanya penggunaan kateter dan antibiotik.
Faktor pasien yang menimbulkan infeksi bakteri uria dan ISK adalah sebagai
berikut:
4. Aliran balik mikroorganisme dari kantong urine ke kandung kemih (pencemaran
retrograde) yang terjadi pada 15-20% Pasien yanag menggunakan keteter
indwelling.
5. Kemampuan beberapa mikroorganisme untuk berkembang, baik pada bagian
luar maupun bagian dalam tabung dan dalam urine itu sendiri.
INDIKASI DAN KATETERISASI SALURAN KEMIH YANG BENAR

1.    Untuk penanganan inkontenensia jangka pendek (ketidakmampuan mengontrol


keluarnya urine) atau retensi (ketidakmampuan untuk mengeluarkan urine yang
tidak dapat ditolong dengan cara lain.
2. Untuk mengukur jumlah urine selama beberapa hari pada pasien yang sakit
parah.
3. Untuk memberikan pengobatan.
4.    Untuk perawatan pada obstruksi saluran kemih
5.    Untuk penanganan pasca bedah pada pasien bedah

TIPS PENCEGAHAN INFEKSI PADA PASIEN DENGAN KATETERISASI URINE

1. Sumber daya manusia harus paham dan terampil dalam melakukan tindakan
pemasangan dan parawatan kateter.
2. Indikasi penggunaan kateter harus benar dan sesegera mungkin untuk dilepas.
3.   Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, menggunakan sarung tangan bersih
untuk membersihkan genitalia eksterna dengan sabun dan air bersih bila kotor,
dan penggunaan sarung tangan steril termasuk duk bolong steril pada saat
tindakan.
4.    Teknik/metode pemasangan yang benar.
·      Teknik aseptic cara pemasangan yang benar.
·      Gunakan jelly / pelumas / penurun rangsangan nyeri.
·      Ukuran kateter harus tepat (sesuai dengan ukuran orifisium uretra), dewasa
16-20.
·      Fiksasi yang benar, untuk menghindari arus balik urine dan mencegah adanya
trauma akibat tarikan selang kateter.
5. Menggunakan sistem tertutup dan steril.
·      Sambungan antara kateter dan selang kantong penampung urine tidak boleh
terlepas, bila terlepas , harus diganti.
·      Kantong penampung urine tidak boleh menyentuh lantai, sebelum dan
sesudah membuang urine, disinfeksi stopper pada kantong penampung urine
menggunakan alcohol swab.
·      Ujung kantong penampung urine tidak boleh menyentuh urine yang telah
dibuang / tempat pembuangan urine.
6.    Aliran urine harus lancar
·      Fikasasi selang kateter harus adekuat
·      Selang kateter tidak boleh terlipat
·      Pengosongan tempat kantong urine dengan disinfeksi menggunakan alcohol
swab pada stopper
·      Bila pasien dipindahkan, untuk sementara selang kateter di klam untuk
menghindari arus balik urine yang berakibat terjadinya infeksi saluran kemih.
7.    Pengambilan contoh urine
·     Bila diperlukan pemerikasaan kultur urine, ambil sedikit urine dari
sambungan selah kateter secara steril.
·     Bila diperlukan contoh cukup banyak urine, ambil dari kantong penampung
urine.
·      Sebelum dan sesudah pengmabilan, lakukan disinfeksi stopper pada kantong
penampung urine dengan alcohol swab
8.    Perawatan meatus
·      Setiap mandi 2 kali sehari meatus dibersihkan dengan sabun, lalu dibilas
dengan air bersih.
·      Bersihkan meatus dengan sabun dan bilas dengan air bersih setelah BAB.
9.    Pemisangan pasien infeksi
Prinsipnya adalah memisahkan pasien yang terinfeksi/ penyakit menular dengan
pasien yang menggunakan kateter untuk menghindari penularan/infeksi.

TEMPAT PEMBEDAHAN

Untuk mengurangi resiko infeksi nosokomial tempat pembedahan, harus dilakukan


tindakan-tindakan secara sistematis dan realistis dengan kesadaran bahwa resiko ini
dipengaruhi oleh karakteristik pasien, jenis dan lama operasi, staf pelayanan kesehatan,
dan lingkungan rumah sakit.
Secara teori, mengurangi resiko kelihatannya sederhana dan murah dan murah,
terutama jika dibandingkan dengan ongkos akibat infeksi sendiri. Namun dalam
praktiknya, hal ini membutuhkan tanggung jawab dari seluruh lapisan sistem pelayanan
kesehatan yang memerlukan pemahaman dan kesadaran yang tinggi untuk dapat
melaksakan hal ini.

DEFINISI

1.     Infeksi Tempat Pembedahan (ITP)


Infeksi pada insisi atau organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari setelah operasi
atau dalam 1 tahun apabila terdapat alat yang ditanam (implan). Insisi ITP berbagi
menjadi insisi superficial (hamya melibatkan kulit dan jaringan subkutis) dan insisi
dalam (mlibatkan jaringan lunak lebih dalam, termasuk lapisan fasia dan otot).
2.     Infeksi Tempat Pembedahan (ITP) Organ /Ruang
Bagian tubuh manapun selain bagian insisi dinding tubuh yang dibuka atau
ditangani selama operasi.

JENIS ALAT INTRAVASKULER

·         Kateter vena perifer


Biasanya dipasang di vena lengan atau tangan. Banyak digunakan dalam jangka
pendek atau jarang menimbulkan infeksi pembuluh darah. Sedapat mungkin tidak
dipasang di vena kaki karena lebih beresiko untuk terjadinya phlebitis.
·         Kateter arteri perifer
Penggunaan  jangka pendek, dipakai untuk memantau status hemodinamik  dan
menentukan tingkat gas darah pasien. Resiko infeksi pada pembuluh darah setingkat
dengan vena sentral.
·         Kateter midline
      Kateter perifer (umuran 7,6-20,3 atau 3-8 inci) dipasang di fossa antekubiti (lengan
bawah) ke vena basilica proksimal atau vena sefalika, tetapi tidak sampai ke vena
sentral. Phlebitis an infeksi yang mungkin timbul lebih rendah daripada dengan keteter
vena sentral.
     Paling banyak dipakai kateter vena sentral, diperkirakan merupakan penyebab 90 %
infeksi yang berhubungan dengan pembuluh, dipadasang di vena jugularis.
·         Kateter arteri pulmoner
    Pemasangan dilakukan dengan panduan Teflon dan umunya pemasangan hanya
dapat dipertahankan selama tiga hari. Umumnya disertai dengan pemberian heparin
untuk mengurangi trombolis dan perlengketan mikroba pada kateter.
·         Alat pemantauan sistem tekanan
Dapat  dipakai bersamaan denga kateter arteri. Kedua-duanya dihubungkan dengan
infeksi aliran darah nosokomial, yang bersumber dari cairan pada sambungan antara
kateter intavena dan alat pemantauan, pemasangan infuse yang tercemar, atau
pencemaran dari tranduser yang bukan sekali pakai.
·         Kateter sentral yang dipasang perifer
Merupakan alternative pemasangan kateter subclavia atau vena jugularis, dipasang
melalui vena perifer ke dalam vena cava superior. Biasanya melalui vena sefalika dan
vena basilica di lengan. Perawatannya lebih muda dan komplikasi mekanik
(hematothoraks) lebih rendah daripada kateter vena sentral.
·         Kateter vena sentral tunneled
      Pemasangan kateter vena sentral melalui pembedahan ditanam di bawah kulit,
dilengkapi denga penutup yang menghalangi migrasi mikroorganisme  ke dalam saluran
Katter sehingga kateter dapat digunakan untuk akses vaskuler jangka panjang.
·         Alat impian
Dipasang di subkutan atau tempat penyimpanan menggunakan jarum melalui kulit
utuh, tingkat infeksi rendah.

KLASIFIKASI LUKA BEDAH

1.      Kelas I – bersih


Luka yang tidak terinfeksi dan tanpa peradangan, tidak termasuk saluran napas,
gastrointestinal, dan saluran genitourinara.
2.      Kelas II – bersih tercemar
Luka yang terjadi pada saluran napas, gastrointestinal, genital, atau saluran kemih
dibawah kondidi terkontrol, tetapi pencemaran luar biasa atau tumpahan isi.
3.      Kelas III – tercemar
Terbuka, luka baru atau suatu pembedahan dngan terobosanbaru dalam teknik
aseptic (misalnya pijat jantung terbuka) atau tumpahan banyak dari saluran
gastrointestinal. Juga termasuk insis yang ditemukan peradangan akut tidak bermasalah.
4.      Kelas IV – kotor atau terinfeksi
Patogen yang menyebabkan infeksi pasca, bedah telah terdapat pada luka sebelum
pembedahan.

MENGURANGI RESIKO INFEKSI TEMPAT PEMBEDAHAN

Berbagai hal disarankan untuk mengurangi resiko infeksi tempat pembedahan


(ITP) ada yang mungkin dilaksanakan dan ada yang tidak mungkin dilaksanakan oleh
berbagai pelayanan kesehatan dengan sumb daya yang terbatas. Misalanya, ventilasi
kamar bedah Intraoperatif yang membutuhkan ventilasi tekanan positif, ketentuan 15X
pertukaran udara perjam dan fitrasi seluruh udara (segara atau sirkulasi ulang).
Beberapa saran perlu dimodifikasi sesuai dengan sumber daya yang ada, termasuk saran
dan sterilisasi peralatan bedah, penggunaan APD termasuk gaun bedah, duk, dan hal
lain-lain.
Yang masih menjadi silang pendapat adalah :
1.      Membatasi arus lalu lintas (misalnya jumlah orang di ruang bedah) selama proses
pembedahan berlangsung.
2.      Memakai pemakain bedah dari satu kasus ke kasus lainnya (ganti gaun bedah).
3.      Melakukan lebih dari satu pembedahan di ruang yang sama termasuk petugas.
4.      Menutupi insisi bersih yang dijahit pada pembedahan lebih dari 48 jam.
5.     Menganjurkan pasien untuk mandi atau bersiram setelah pembedahan tanpa
mencuci luka.

PENGGUNAAN INTRVASKULER

Penggunaan peralatan intravaskular (IV) tidak dapat dihindari pada pelayanan


rumah sakit atau instansi kesehatan lainnya kepada pasien, dimana tujuannya  yaitu:
Untuk mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit tubuh,
sebagai akses pemberian obat, kemoterapi dan tranfusi darah serta produk darah,
memberikan parenteral nutriens dan pra dan pasca bedah  sesuai program.
Penggunaan IV yang tidak sesuai dengan prosedur yang baik dan benar menjadi
salah satu penyebab komplikasi seperti: infeksi lokal atau sistemik termasuk septik
thrombophleblitis, endocarditis, infeksi aliran darah yang diakibatkan oleh terinfeksinya
bagian tubuh tertentu karena kateter yang terkolonisasi.

JENIS ALAT INTRAVASKULER

·         Kateter vena perifer


Biasanya dipasang di vena lengan atau tangan. Banyak digunakan dalam jangka
pendek atau jarang menimbulkan infeksi pembuluh darah. Sedapat mungkin tidak
dipasang di vena kaki karena lebih beresiko untuk terjadinya phlebitis.
·         Kateter arteri perifer
Penggunaan  jangka pendek, dipakai untuk memantau status hemodinamik  dan
menentukan tingkat gas darah pasien. Resiko infeksi pada pembuluh darah setingkat
dengan vena sentral.
·         Kateter midline
      Kateter perifer (umuran 7,6-20,3 atau 3-8 inci) dipasang di fossa antekubiti (lengan
bawah) ke vena basilica proksimal atau vena sefalika, tetapi tidak sampai ke vena
sentral. Phlebitis an infeksi yang mungkin timbul lebih rendah daripada dengan keteter
vena sentral.

     Paling banyak dipakai kateter vena sentral, diperkirakan merupakan penyebab 90 %
infeksi yang berhubungan dengan pembuluh, dipadasang di vena jugularis.
·         Kateter arteri pulmoner
    Pemasangan dilakukan dengan panduan Teflon dan umunya pemasangan hanya
dapat dipertahankan selama tiga hari. Umumnya disertai dengan pemberian heparin
untuk mengurangi trombolis dan perlengketan mikroba pada kateter.
·         Alat pemantauan sistem tekanan
Dapat  dipakai bersamaan denga kateter arteri. Kedua-duanya dihubungkan dengan
infeksi aliran darah nosokomial, yang bersumber dari cairan pada sambungan antara
kateter intavena dan alat pemantauan, pemasangan infuse yang tercemar, atau
pencemaran dari tranduser yang bukan sekali pakai.
·         Kateter sentral yang dipasang perifer
Merupakan alternative pemasangan kateter subclavia atau vena jugularis, dipasang
melalui vena perifer ke dalam vena cava superior. Biasanya melalui vena sefalika dan
vena basilica di lengan. Perawatannya lebih muda dan komplikasi mekanik
(hematothoraks) lebih rendah daripada kateter vena sentral.
·         Kateter vena sentral tunneled
      Pemasangan kateter vena sentral melalui pembedahan ditanam di bawah kulit,
dilengkapi denga penutup yang menghalangi migrasi mikroorganisme  ke dalam saluran
Katter sehingga kateter dapat digunakan untuk akses vaskuler jangka panjang.
·         Alat impian
Dipasang di subkutan atau tempat penyimpanan menggunakan jarum melalui kulit
utuh, tingkat infeksi rendah.

RESIKO INFEKSI AKIBAT TERAPI INTRAVASKULER

Tiga sumber utama yang berpengaruh terhadap infeksi yang berhubungan dengan
terapi intravaskular karena adanya bakteri, yaitu : udara, kulit dan darah. Beberapa
sumber yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi yang berhubungan dengan terapi
intravaskular :
      Kontaminasi udara
      Cairan infus yang kadaluwarsa
      Admixtures, pencampuran
      Manipulasi peralatan terapi intravascular
      Injection ports
      Three-way stopcocks
      Kateter intravascular
      Terapi antibiotic
      Persiapan kulit (area pemasangan intravaskular) , desinfektan yang terkontaminasi)
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ada beberapa upaya yang dapat anda lakukan untuk mencegah infeksi saluran
kemih ini, antara lain :
a.       Munumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih
sehari).
b.      Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.
c.       Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran
dari dubur tidak masuk ke salam saluran kemih.
d.      Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut akan
dpaat segera diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak
e.       Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil

Selanjutnya cara yang digunakan untuk mecegah infeksi tempat pembedahan yakni
sebagai berikut.
a.       Membatasi arus lalu lintas (misalnya jumlah orang di ruang bedah) selama proses
pembedahan berlangsung.
b.      Memakai pemakain bedah dari satu kasus ke kasus lainnya (ganti gaun bedah).
c.       Melakukan lebih dari satu pembedahan di ruang yang sama termasuk petugas.
d.      Menutupi insisi bersih yang dijahit pada pembedahan lebih dari 48 jam.
e.       Menganjurkan pasien untuk mandi atau bersiram setelah pembedahan tanpa
mencuci luka.

B. SARAN

Demikian makalah yang dapat kami selesaikan, Kami sadar dalam Pembuatan
makalah ini masih jauh mendekati kesempurnaan, untuk itu kritik saran yang
membangun sangat kami tunggu untuk perbaikan dalam pembuatan makalah kami
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://halidanurse.blogspot.co.id/
2. Nurse, Halida. 2011., Pencegahan Infeksi Nosokomial Khusus. http://halidanurse.
blogspot.com/2011/10/pencegahan-infeksi-nosokomial-khusus.html. Diakses pada
tanggal 10 Oktober 2014
3. Patrick, Oey. 2012. Infeksi Saluran Kemih. http://oeypatrick.wordpress.com/2012
/12/05/infeksi-saluran-kemih/. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014
4. Permana, Aghnia. 2014., Infaksi Saluran Kemih.
http://aghniawildan.blogspot.com/2014/03 /makalah-isk-infeksi-saluran-kemih.html.
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014
Widatra.2010., Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer (IADP). 5http://www.
widatra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=81%3Ainfeksi-aliran-
darah&catid=42%3Acatarticle&Itemid=59&lang=en. Diakses pada tanggal 10 Oktober
2014
5. https://nizarmd.wordpress.com/2010/07/09/manajemen-dasar-cairan/

Anda mungkin juga menyukai