Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI PADA

CALON IBU
KELOMPOK 3
AURA AMELIA
HASNA HAIFA
NITA
SITI AINUN
GITA SRIWAHYUNI
Asuhan komunikasi dan Konseling pada calon ibu

• Secara naluriah wanita mempunyai insting/naluri keibuan, dan sudah


sewajarnya tumbuh dan berkembang pada setiap ibu, akan tetapi tidak
selamanyaterjadi demikian karena perkembangan nilai keibuan dapat
terganggu. Mengingat hal tersebut sehingga perlu komunikasi terapeutik.
Dalam melakukan komunikasi pada calon ibu perlu diperhatikan.
• Anak gadis sebagai calon ibu, fungsi seksual telah nampak yaitu fungsi
reproduksi dan fungsi erotis. Wanita/gadis yang telah mengalami
menstruasi menunjukkan kematangan fungsi seksualnya, ini merupakan
pengalaman psikis dan banyak gejala yang muncul. Akan tetapi ada
beberapa yang memandang menstruasi sebagai peristiwa yang menjijikan.
• 
 Informasi-informasi yang diberikan pada calon ibu

• Bila tidak diikuti informasi-informasi yang benar maka akan menimbulkan kecemasan dan
gangguan pada diri sendiri dan akan timbul gejala-gejala seperti pusing, disminorhe dan lain-
lain. Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada calon ibu dengan lebih
menitikberatkan kepada :
• a.       Memberikan penjelasan secara fisiologis peristiwa yang disebut menstruasi.
• b.      Memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi.
• c.       Member bimbingan tentang persiapan perkawinan, dihubungkan dengan NKKBS/keluarga
berkualitas.
• d.      Persyaratan-persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon ibu.
• e.      Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi
dan peran yang terjadi.
• f.        Menikah dan membentuk keluarga baru membutuhkan konseling.
Konseling pada orang tua karena berperan sebagai orang tua yang
baik :

• 1.      Butuh penyesuaian dalam menghadapi kehidupan dan lingkungan baru (dua


keluarga menjadi satu)
• 2.      Menjadi orang tua merupakan proses kehidupan individu
• 3.      Masalah perbedaan pasutri (pasangan suami istri)
• 4.      Tanggung jawab laki-laki (ayah/kepala keluarga)
• 5.      Tanggung jawab perempuan sebagai penerus keturunan, pendidik, pendamping
suami, ekonomi keluarga.
• Jadi secara umum, konseling kesehatan bisa memberi petujuk pada calon ibu tentang
dampak kondisi kesehatannya pada bayi yang akan dilahirkan. Jika kemungkinan
besar akan terjadi dampak negatif, misalnya ada penyakit tertentu yang diturunkan,
maka dampak tersebut bisa diusahakan dicegah atau diperkecil risikonya.
Masalah-masalah yang dihadapi pada calon ibu

• Konseling pada calon ibu atau calon orang tua membantu


pemahaman diri menjadi orang tua, baik sebagai ayah maupun
sebagai ibu. Perubahan status kehidupan sesuai dengan
perkembangan terjadi secara alami. Tetapi ketika masuk pada transisi,
terjadi gejolak yang dialami oleh individu walaupun sifatnya hanya
sementara. Salah satu peran ketika mengahadapi klie adalah
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling kebidanan berkaitan
dengan masalah yang dihadapi keluarga.
Masalah yang dihadapi keluarga meliputi :

• 1.      Kesehatan anggota keluarga


• Meliputi kondisi kesehatan ayah/suami, ibu/istri, dan anak.
• 2.      Pendidikan
• Pendidikan formal dan non  formal bagi anggota keluarga. Latar belakang pendidikan ayah dan ibu sangat
berpegaruh terhadap pola pikir keluarga dalam penentuan pendidikan pada anaknya.
• 3.      Hubungan antar dan inter keluarga
• Sangat berpengaruh terhadap kehidupan keluarga, terutama hubungan ibu dan ayah yang biasanya menjadi
model bagi anak-anaknya.
• Hal ini menjadi pola perilaku anak di masyarakat di luar keluarga. Hubungan keluarga menjadi kurang
harmonis karena ketidaksamaan pandangan.
• 4.      Psikososial
• Masalah psikososial biasanya terjadi akibat belum terciptanya adaptasi di masyarakat, terutama terhadap
norma dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat.
• 
Asuhan Konseling Pra Nikah

Langkah awal yang bisa dilakukan untuk mendapat keturunan yang baik
adalah menjalani program konseling kesehatan. Sebaiknya dilakukan
sebelum menikah. Konseling sebelum menikah adalah jasa
pemeriksaan medis yang disertai nasihat lengkap untuk pasangan yang
akan menikah, agar tercapai kelaurag sehat dan bahagia. 
Tujuan Konseling Pra Nikah

Konseling kesehatan dapat mendeteksi berbagai hal, seperti 


pembawa kelainan genetik, seperti hemofilia atau penyakit yang
disebabkan darah sukar membeku, buta warna, dan sebagainya. Atau
menderita penyakit keturunan yang perlu mendapat perhatian seperti
kencing manis, jantung, dan tekanan darah tinggi. Dengan konseling
juga dapat diketahui apakah si calon ibu menderita penyakit-penyakit
lainnya, seperti penyakit kelamin, paru-paru, jantung, epilepsi, atau
kanker rahim.  
• Pemeriksaan kesehatan pranikah penting untuk mengetahui kondisi
pasangan serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang
berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika
(keturunan), juga untuk memperoleh kesiapan mental karena masing-
masing mengetahui benar kondisi kesehatan calon pasangan hidupnya.
Melalui pemeriksaan kesehatan pranikah juga dapat diketahui penyakit-
penyakit yang nantinya bila tak segera ditanggulangi dapat
membahayakan calon pasutri, termasuk bakal keturunannya.
• Idealnya pemeriksaan kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan
sebelum dilangsungkannya pernikahan. Tes kesehatan pra nikah dapat
dilakukan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung. Jika pada
saat pengecekan ternyata ditemui ada masalah, maka pengobatan dapat
dilakukan setelah menikah. Banyak hal yang seharusnya dapat dilakukan
dan dicegah dengan melakukan tes kesehatan pra nikah.
Peran dan Kegunaan konseling Pra Nikah
Hasil pemeriksaan kesehatan pra nikah memang wajib dilakukan oleh
semua calon pasangan pengantin. Tidak ada salahnya untuk
mengetahui secara detail mengenai keadaan fisik dengan melakukan
check up, termasuk melakukan tes toksoplasma. Cukup datang ke
dokter umum dan melakukan tes fisik untuk mendeteksi adanya
kelainan tekanan darah, jantung, urine, kulit dan penyakit dalam
lainnya. Sisihkan sedikit anggaran atau budget pernikahan. Ajak calon
pasangan untuk segera berkonsultasi dengan dokter terdekat, karena
penyakit yang dapat dideteksi secara dini sebagian besar dapat
ditangani sebelum berlangsungnya pernikahan.
• Jangan sampai timbul penyesalan setelah menikah, hanya gara-gara penyakit yang
sebenarnya bisa disembuhkan dari jauh-jauh hari. Ada baiknya jika dituntaskan dulu
pengobatan, baru kemudian menyusun kembali rencana pernikahan. Saat ini pada
kenyataannya, tak jarang banyak calon pengantin yang enggan melakukan pemeriksaan
kesehatann sebelum melangsungkan pernikahan. Mereka menganggap bahwa, tes kesehatan
tersebut hanya akan menambah daftar kesibukan, serta pemborosan karena memakan biaya,
atau bahkan ada yang berfikiran akan dapat mempengaruhi hubungan mereka.
• Padahal pemeriksaan kesehatan pada calon pasangan suami istri sebelum pernikahan
mempunyai peranan dan kegunaan yang sangat penting bagi kelangsungan perkawinan,
terutama hubungannya dengan masalah kesehatan fisik dan reproduksi. Sebetulnya dengan
melakukan cek kesehatan pra nikah, justru akan dapat membantu calon pasangan dari segi
kesiapan mental. Langkah-langkah melakukan pemeriksaan kesehatan pra nikah tidak sulit,
dan tidak memerlukan biaya besar. Tinggal bagaimana kesadaran dan kemauan calon
pengantin tersebut. Maka dari itu lakukanlah cek kesehatan pra nikah.
•             Konseling pranikah secara medis, tidak harus selalu ke dokter,
peran ini bisa diambil alih oleh bidan untuk kasus kasus tertentu
seperti tentang penggunaan alat kontrasepsi ang tepat, khususnya
bagi pasangan calon pengantin ang belum siap memiliki keturunan.
•             Kini tinggal bagaimana kesadaran dan kemauan calon
mempelai berdua. Apakah mau untuk "sedia payung sebelum hujan"
dan berlatih menerima pasangan sepenuhnya. Akan tetapi perlu
diingat, jangan membuat hasil pemeriksaan pranikah sebagai dasar
utama kelangsungan suatu pernikahan.
.    Kesimpulan
• Jadi secara umum, konseling kesehatan bisa memberi petujuk pada calon
ibu tentang dampak kondisi kesehatannya pada bayi yang akan dilahirkan.
Jika kemungkinan besar akan terjadi dampak negatif, misalnya ada penyakit
tertentu yang diturunkan, maka dampak tersebut bisa diusahakan dicegah
atau diperkecil risikonya. Konseling pada calon ibu atau calon orang tua
membantu pemahaman diri menjadi orang tua, baik sebagai ayah maupun
sebagai ibu. Perubahan status kehidupan sesuai dengan perkembangan
terjadi secara alami. Tetapi ketika masuk pada transisi, terjadi gejolak yang
dialami oleh individu walaupun sifatnya hanya sementara. Salah satu peran
ketika mengahadapi klie adalah melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling kebidanan berkaitan dengan masalah yang dihadapi keluarga.
 Saran
        Diharapkan untuk menjadi seorang bidan (konselor) yang baik, kita
harus memiliki kualitas pribadi serta pengetahuan yang luas,perilaku
yang baik,dan keterampilan yang  terapeutik agar dapat memegang
peranan penting dalam proses KIP/K (komunikasi
interpersonal/konseling) didalam  menjalankan profesi untuk menjadi
seorang bidan profesional. 

Anda mungkin juga menyukai