Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah

Dosen

: KOMUNIKASI DAN KONSELING DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


: SUMARNI, SST

KOMUNIKASI DAN KONSELING DALAM


PRAKTIK KEBIDANAN
PADA CALON ORANG TUA/IBU

OLEH
KELOMPOK 3
1.
2.
3.
4.

DIAN AYUSARI
HASMA
RISKAWATI. S
RISKAWATI. T

STIKES TANAWALI PERSADA


BANTAENG
2014/2015

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul Asuhan Praktik Konseling pada calon Ibu atau calon
Orang Tua
Makalah ini berisikan tentang informasi bagaimana cara memberikan koseling kepada
pasien yang akan menjadi calon ibu atau calon Orang Tua. Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang konseling dan komunikasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin
Bantaeng, 14 Februari 2015
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama
rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan
melakukan konseling yang baik kepada klien. Karena melalui komunikasi yang efektif serta
konseling yang berhasil, kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan
untuk kesehatan perempuan selama siklus kehidupan akan tercapai. Konseling kebidanan adalah
suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama
yang dilakukan secara professional (sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk
memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.
Mengingat tugas yang perlu dilaksanakan seorang bidan maka setelah memperoleh
pendidikan bidan diharapkan mempunyai keterampilan berpikir, berkomunikasi dan menguasi
keterampilan

praktis.

Bidan

dalam

pekerjaannya

sehari-hari perlu

membantu pasien

menyelesaikan masalah kesehatan yangdihadapi pasien. Untuk itu dia harus mampu memahami
berbagai penyakit dan upaya kesehatan serta mampu mengkomunikasikannya baik pada
pasien perorangan maupun pada masyarakat. Lingkup berkomunikasi tak kalah pentingnya bagi
seorang bidan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Bidan harus mampu
berkomunikasi dengan masyarakat agar program kesehatan yang direncanakannya dapat berjalan
dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Asuhan komunikasi dan Konseling pada calon ibu
Secara naluriah wanita mempunyai insting/naluri keibuan, dan sudah sewajarnya tumbuh
dan berkembang pada setiap ibu, akan tetapi tidak selamanyaterjadi demikian karena
perkembangan nilai keibuan dapat terganggu. Mengingat hal tersebut sehingga perlu komunikasi
terapeutik. Dalam melakukan komunikasi pada calon ibu perlu diperhatikan.
Anak gadis sebagai calon ibu, fungsi seksual telah nampak yaitu fungsi reproduksi dan
fungsi erotis. Wanita/gadis yang telah mengalami menstruasi menunjukkan kematangan fungsi
seksualnya, ini merupakan pengalaman psikis dan banyak gejala yang muncul. Akan tetapi ada
beberapa yang memandang menstruasi sebagai peristiwa yang menjijikan.
1.1.

Informasi-informasi yang diberikan pada calon ibu


Bila tidak diikuti informasi-informasi yang benar maka akan menimbulkan kecemasan dan
gangguan pada diri sendiri dan akan timbul gejala-gejala seperti pusing, disminorhe dan lain-lain.
Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada calon ibu dengan lebih menitikberatkan
kepada :

a. Memberikan penjelasan secara fisiologis peristiwa yang disebut menstruasi.


b. Memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi.
c. Member bimbingan tentang persiapan perkawinan, dihubungkan dengan NKKBS/keluarga
berkualitas.
d. Persyaratan-persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon ibu.
e. Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi dan
f.

peran yang terjadi.


Menikah dan membentuk keluarga baru membutuhkan konseling.
Konseling pada orang tua karena berperan sebagai orang tua yang baik :

1.

Butuh penyesuaian dalam menghadapi kehidupan dan lingkungan baru (dua keluarga menjadi

2.
3.
4.
5.

satu)
Menjadi orang tua merupakan proses kehidupan individu
Masalah perbedaan pasutri (pasangan suami istri)
Tanggung jawab laki-laki (ayah/kepala keluarga)
Tanggung jawab perempuan sebagai penerus keturunan, pendidik, pendamping suami, ekonomi
keluarga.

Jadi secara umum, konseling kesehatan bisa memberi petujuk pada calon ibu tentang dampak
kondisi kesehatannya pada bayi yang akan dilahirkan. Jika kemungkinan besar akan terjadi
dampak negatif, misalnya ada penyakit tertentu yang diturunkan, maka dampak tersebut bisa
diusahakan dicegah atau diperkecil risikonya.
1.2. Masalah-masalah yang dihadapi pada calon ibu
Konseling pada calon ibu atau calon orang tua membantu pemahaman diri menjadi orang tua,
baik sebagai ayah maupun sebagai ibu. Perubahan status kehidupan sesuai dengan perkembangan
terjadi secara alami. Tetapi ketika masuk pada transisi, terjadi gejolak yang dialami oleh individu
walaupun sifatnya hanya sementara. Salah satu peran ketika mengahadapi klie adalah
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling kebidanan berkaitan dengan masalah yang
dihadapi keluarga.
Masalah yang dihadapi keluarga meliputi :
1. Kesehatan anggota keluarga
Meliputi kondisi kesehatan ayah/suami, ibu/istri, dan anak.
2. Pendidikan
Pendidikan formal dan non formal bagi anggota keluarga. Latar belakang pendidikan ayah dan
ibu sangat berpegaruh terhadap pola pikir keluarga dalam penentuan pendidikan pada anaknya.
3. Hubungan antar dan inter keluarga
Sangat berpengaruh terhadap kehidupan keluarga, terutama hubungan ibu dan ayah yang
biasanya menjadi model bagi anak-anaknya.
Hal ini menjadi pola perilaku anak di masyarakat di luar keluarga. Hubungan keluarga menjadi
kurang harmonis karena ketidaksamaan pandangan.
4. Psikososial
Masalah psikososial biasanya terjadi akibat belum terciptanya adaptasi di masyarakat, terutama
terhadap norma dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat.
B. Asuhan Konseling Pra Nikah
Langkah awal yang bisa dilakukan untuk mendapat keturunan yang baik adalah menjalani
program konseling kesehatan. Sebaiknya dilakukan sebelum menikah. Konseling sebelum
menikah adalah jasa pemeriksaan medis yang disertai nasihat lengkap untuk pasangan yang akan
menikah, agar tercapai kelaurag sehat dan bahagia.
1.1. Tujuan Konseling Pra Nikah

Konseling kesehatan dapat mendeteksi berbagai hal, seperti pembawa kelainan genetik,
seperti hemofilia atau penyakit yang disebabkan darah sukar membeku, buta warna, dan
sebagainya. Atau menderita penyakit keturunan yang perlu mendapat perhatian seperti kencing
manis, jantung, dan tekanan darah tinggi. Dengan konseling juga dapat diketahui apakah si calon
ibu menderita penyakit-penyakit lainnya, seperti penyakit kelamin, paru-paru, jantung, epilepsi,
atau kanker rahim.
Pemeriksaan kesehatan pranikah penting untuk mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi
masa depan pernikahan, terutama yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi (fertilitas)
dan genetika (keturunan), juga untuk memperoleh kesiapan mental karena masing-masing
mengetahui benar kondisi kesehatan calon pasangan hidupnya. Melalui pemeriksaan kesehatan
pranikah juga dapat diketahui penyakit-penyakit yang nantinya bila tak segera ditanggulangi
dapat membahayakan calon pasutri, termasuk bakal keturunannya.
Idealnya

pemeriksaan

kesehatan

pra

nikah

dilakukan

enam

bulan

sebelum

dilangsungkannya pernikahan. Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama
pernikahan belum berlangsung. Jika pada saat pengecekan ternyata ditemui ada masalah, maka
pengobatan dapat dilakukan setelah menikah. Banyak hal yang seharusnya dapat dilakukan dan
dicegah dengan melakukan tes kesehatan pra nikah.
1.2.

Peran dan Kegunaan konseling Pra Nikah


Hasil pemeriksaan kesehatan pra nikah memang wajib dilakukan oleh semua calon
pasangan pengantin. Tidak ada salahnya untuk mengetahui secara detail mengenai keadaan fisik
dengan melakukan check up, termasuk melakukan tes toksoplasma. Cukup datang ke dokter
umum dan melakukan tes fisik untuk mendeteksi adanya kelainan tekanan darah, jantung, urine,
kulit dan penyakit dalam lainnya. Sisihkan sedikit anggaran atau budget pernikahan. Ajak calon
pasangan untuk segera berkonsultasi dengan dokter terdekat, karena penyakit yang dapat
dideteksi secara dini sebagian besar dapat ditangani sebelum berlangsungnya pernikahan.
Jangan sampai timbul penyesalan setelah menikah, hanya gara-gara penyakit yang
sebenarnya bisa disembuhkan dari jauh-jauh hari. Ada baiknya jika dituntaskan dulu pengobatan,
baru kemudian menyusun kembali rencana pernikahan. Saat ini pada kenyataannya, tak jarang
banyak

calon

pengantin

yang

enggan

melakukan

pemeriksaan

kesehatann

sebelum

melangsungkan pernikahan. Mereka menganggap bahwa, tes kesehatan tersebut hanya akan
menambah daftar kesibukan, serta pemborosan karena memakan biaya, atau bahkan ada yang
berfikiran akan dapat mempengaruhi hubungan mereka.

Padahal pemeriksaan kesehatan pada calon pasangan suami istri sebelum pernikahan
mempunyai peranan dan kegunaan yang sangat penting bagi kelangsungan perkawinan, terutama
hubungannya dengan masalah kesehatan fisik dan reproduksi. Sebetulnya dengan melakukan cek
kesehatan pra nikah, justru akan dapat membantu calon pasangan dari segi kesiapan mental.
Langkah-langkah melakukan pemeriksaan kesehatan pra nikah tidak sulit, dan tidak memerlukan
biaya besar. Tinggal bagaimana kesadaran dan kemauan calon pengantin tersebut. Maka dari itu
lakukanlah cek kesehatan pra nikah.
Konseling pranikah secara medis, tidak harus selalu ke dokter, peran ini bisa diambil alih
oleh bidan untuk kasus kasus tertentu seperti tentang penggunaan alat kontrasepsi ang tepat,
khususnya bagi pasangan calon pengantin ang belum siap memiliki keturunan.
Kini tinggal bagaimana kesadaran dan kemauan calon mempelai berdua. Apakah mau
untuk "sedia payung sebelum hujan" dan berlatih menerima pasangan sepenuhnya. Akan tetapi
perlu diingat, jangan membuat hasil pemeriksaan pranikah sebagai dasar utama kelangsungan
suatu pernikahan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi setiap manusia yang
mengalaminya. Masalah tidak akan pernah hilang apabila tidak diusahakan untuk hilang.
Menyelesaikan masalah memerlukan bantuan oranglain,bantuan tersebut bukan hanya sebatas
mendengarkan dan menerima segala keluhan yang ada dalam pikiran dan perasaan orang
bermasalah,melainkan membutuhkan pengetahuan tentang masalah itu sendiri, mempunyai tujuan
untuk memberikan bantuan,menggunakan pendekatan pendekatan,menerapkan langkah-langkah
dan tahapan dalam memberikan bantuan, serta mengetahui masa-masa sulit dalam pemberian
bantuan dan upaya untuk mengatasi nya. Kualitas konselor yang baik sangat dibutuhkan dan
membantu dalam proses penyelesaian suatu permasalahan.
Jadi secara umum, konseling kesehatan bisa memberi petujuk pada calon ibu tentang dampak
kondisi kesehatannya pada bayi yang akan dilahirkan. Jika kemungkinan besar akan terjadi
dampak negatif, misalnya ada penyakit tertentu yang diturunkan, maka dampak tersebut bisa
diusahakan dicegah atau diperkecil risikonya. Konseling pada calon ibu atau calon orang tua
membantu pemahaman diri menjadi orang tua, baik sebagai ayah maupun sebagai ibu. Perubahan
status kehidupan sesuai dengan perkembangan terjadi secara alami. Tetapi ketika masuk pada
transisi, terjadi gejolak yang dialami oleh individu walaupun sifatnya hanya sementara. Salah satu
peran ketika mengahadapi klie adalah melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling
kebidanan berkaitan dengan masalah yang dihadapi keluarga.
B. Saran
Diharapkan untuk menjadi seorang bidan (konselor) yang baik, kita harus memiliki kualitas
pribadi serta pengetahuan yang luas,perilaku yang baik,dan keterampilan yang terapeutik agar
dapat memegang peranan penting dalam proses KIP/K (komunikasi interpersonal/konseling)
didalam menjalankan profesi untuk menjadi seorang bidan profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Febrina, 2008. Pengertian KIP/K (Komunikasi Inter Personal/ Konseling), dipos 8 Februari :
19.41 WIB.
Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta:
Fitramaya.
Uripni, Sujianto, Indrawati, 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC.
Pemeriksaan Kesehatan dan Konseling Pranikah, Wilda Nurlianti .Pikiran-rakyat.com
Medical Check Up Pra-Nikah. weddingku.com
Konsultasi Psikologi: Konseling Pranikah, Perlukah? Oleh: Dr. Sawitri Supardi Sadarjoen, Psi

Anda mungkin juga menyukai