Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP STRESS DAN ADAPTASI


1. Stress dan Adaptasi
a. Stress

Stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa
disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan
yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman, atau ketika harus berusaha
mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya (Nasir dan
Muhith, 2011).

Faktor yang menimbulkan stres dapat berasal dari sumber internal


maupun eksternal, yaitu (Hidayat, 2006).

1) Internal merupakan faktor stres yang bersumber dari diri sendiri. Stresor
individual dapat muncul dari pekerjaan, ketidak puasan dengan kondisi fisik tubuh,
penyakit yang dialami, pubertas, dan sebagainya.

2) Eksterna merupakan faktor stres yang bersumber dari dari keluarga, masyarakat
dan lingkungan.

Ditinjau dari penyebabnya stres dapat dibedakan kedalam beberapa jenis


(Hidayat, 2006).

Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik, seperti
suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising, sinar matahari yang
terlalau menyengat.

1) Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia
yang terdapat dalam obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon, gas, dan
lain-lain.

2) Stres mikrobiologi, merupakan stres yang disebabkan oleh kuman, seperti virus,
bakteri atau parasit.
2

3) Stres fisiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ
tubuh, yaitu gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ, dan lain-lain.

4) Stres proses tumbuh kembang, merupakan stres yang disebabkan oleh proses
tumbuh kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan, dan pertambahan usia.

5) Stres psikologis dan emosional, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan
situasi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam hubungan interpersonal,
sosial budaya, atau keagamaan.

c. Adaptasi
Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu
dalam merespon terhadap perubahan yang ada dilingkungan dan dapat
mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiogis maupun psikologis yang akan
menghasilkan prilaku adaptif.
1) Adaptasi fisiologis:
Menurut Hidayat (2008) adaptasi fisiologis merupakan proses
penyesuaian tubuh srcara alamiah atau secara fisiologis untuk mempertahankan
keseimbangan dari berbagai faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi
keadaan menjadi tidak seimbangan.

2) Adaptasi Psikologis:
Menurut Hidayat (2008) adaptasi psikologis merupakan suatu proses
penyesuaian secara psikologis akibat adanya stresor, dengan cara memberikan
mekanisme pertahanan diri dengan harapan dapat melindungi dan bertahan dari
serangan yang tidak menyenangkan. Indikator Terdapat dua cara untuk dapat
mempertahankan diri dari berbagai stresor yaitu dengan cara:

a) Ask Oriented Reaction (reaksi berorientasi pada tugas)


Reaksi ini merupakan koping yang digunakan untuk mengatasi
masalah yang berorientasi pada pross penyelesaian masalah, meliputi
afektif, kognitif, dan psikomotor.
3
Contoh reaksi yang bisa dilakukan yaitu berbicara dengan orang lain,
mencari informasi tentang keadaan yang dialami, melakukan latihan
yang dapat mengurangi stres, serta dapat membuat alternatif
pemecahan masalah.

b) Ego Oriented Reaction ( reaksi berorientasi dengan ego)


(1) Rasionalisasi: usaha untuk menghindari masalah psikologis
dengan memberikan alasan yang rasional, sehingga masalah dapat
teratasi.

(2) Displacement: suatu upaya yang dilakukan untuk mengatasi


masalah psikologis dengan cara memindahkan tingkah laku pada
objek lain, sebagai contoh jika seseorang terganggu dengan kondisi
ramai, maka teman yang disalahkan.

(3) Kompensasi: upaya untuk mengatasi masalah dengan mencari


kepuasan pada situasi yang lain, seperti seseorang yang memiliki
masalah penurunan daya ingat maka akan menonjolkan kemampuan
yang dimilikinya.

(4) Proyeksi: merupakan mekanisme pertahanan diri dengan


memposisikan sifat batin diri sediri kedalam sifat batin orang lain,
seperti ketika membenci orang lain kemudian mengatakan pada
orang bahwa orang lain membencinya.

(5) Represi: upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dengan


cara menghilangkan fikiran masa lalu yang buruk dengan
melupakan dan sengaja dilupakan.

(6) Supresi: upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dengan


menekan masalah yang tidak diterima dengan sadar serta individu
tidak mau memikirkan hal yang kurang menyenangkan.

4
(7) Denial: upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap
masalah yang sedang dihadapi atau tidak mau menerima kenyataan
yang dihadapinya.

3) Adaptasi perkembangan
Pada setiap tahap, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan
dengan menunjukkkan karekteristik perilaku dari tahap perkembangan dengan
menunjukkan karekteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stres
yang berkepanjangan dapat menganggu atau menghambat kelancaran
menyelesaikan tahap perkembangan dalam bentuk yang ekstrem, stres yang
berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan kritik .

B. SUMBER STRES
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai
stressor internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional.
a. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam, kondisi
seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah,
kanker atau perasaan depresi.
b. Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke kota
lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya, perubahan
bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau
tekanan dari pasangan.
c. Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang hidup
individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai untuk
mencegah atau mengurangi stres.
d. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun sepanjang
hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif. Contoh
1) Kematian anggota keluarga
2) Pernikahan atau perceraian
3) Kelahiran anak
4) Pekerjaan baru
5) Penyakit

5
Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada tahap
perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat lebih
menimbulkan stres bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang yang berusia
40 tahun
Menurut Nasir dan Muhith, (2011) stres dapat menghasilkan berbagai respon.
Respons stres dapat terlihat dalam berbagai aspek yaitu :
1) Respon psikologis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, nadi,
jantung, dan pernapasan.
2) Respon kognitif dilihat dari terganggunya proses kognitif individu, seperti
fikiran kacau, menurunnya daya kosentrasi, dan fikiran tidak wajar.
3) Respon emosi berkaitan dengan emosi yang mungkin dialami individu, seperti
takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.
4) Respon tingkah laku dapat dibedakan menjadi fight yaitu melawan situasi yang
menekan, sedangkan flight yaitu menghindari situasi yang menekan

C.FAKTOR PENGARUH RESPON TERHADAP STRESOR


Respons terhadap segala bentuk stresor bergantung pada fungsi fisiologis,
kepribadian, dan karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari stresor tersebut. sifat
stresor mencakup faktor-faktor berikut ini:
a. Intensitas
b. Cakupan
c. Durasi
d. Jumlah dan sifat dari stresor
Setiap faktor mempengaruhi respons terhadap stresor. Seseorang dapat saja
mencerap intensitas atau besarnya stresor sebagai minimal, sedang, atua berat. Makin
besar stresor, makin besar respons stress yang ditimbulkan. Sama halnya, cakupan dari
stresor dapat digambarkan sebagai terbatas, sedang, atau luas. Makin besar cakupan
stresor, makin besar respons klien yang ditujukan terhadap stresor tersebut (Lazarus &
Folkman, 1984 dalam Perry dan Potter, 2005).

6
b. Stres pada mahasiswa
Mahasiswa merupakan seseorang yang sedang dalam proses menimba
ilmu ataupun belajar dan menjalani pendidikan pada salah satu Perguruan Tinggi
(PT) yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas
(Hartaji, 2012).

Penyebab kesulitan pada mahasiswa baru adalah perbedaan sifat


pendidikan SMA dengan PT, yaitu sistem belajar dan kurikulum yang digunakan
pada saat PT (Gunarsa 2007).
Kurikulum kesehatan cenderung lebih ketat dibandingkan dengan non
kesehatan (Gunarsa, 2007). Berdasarkan penelitian Saputri (2007) cit Indra (2012)
ditemukan hasil pada mahasiswa FK UI menunjukkan bahwa faktor terbesar yang
menimbulkan stres pada mahasiswa baru adalah tugas kuliah, ujian, nilai, dan
pertengkaran antara sesama teman.
Mahasiswa juga merasakan perbedaan metode pembelajaran di SMA dan
di Fakultas Kedokteran dalam hal konsep belajar mandiri, tutorial, banyaknya materi
yang dipelajari, sehingga mahasiswa mengalami kesulitan dalam proses penyesuaian
karena masih menggunakan cara Penyebab stres pada mahasiswa yaitu banyaknya
jam ganti perkuliahan menjelang ujian, sehingga jadwal perkuliahan menjadi padat
dan berantakan (Bingku, 2014).
Stresor terkait jadwal kuliah merupakan salah satu dari lima penyebab
stres yang sering dialami mahasiswa Calaguas (2011) cit Dayfiventy (2012). Stresor
terkait kelas yang terlalu penuh juga merupakan salah satu penyebab stres pada
mahasiswa, dikarenakan jumlah mahasiswa yang banyak dalam satu kelas sehingga
membuat kelas menjadi tidak kondusif pada saat proses pembelajaran (Bingku,
2014).

D. TAHAPAN STRES
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja
yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

7
b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar
dan letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar,
otot tengkung dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak
memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur
(kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan
sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late
insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental
(physical dan psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan
berat, meningkatnya rasa takut dan cemas , bingung dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.

E. REAKSI TUBUH TERHADAP STRES


Menurut seorang pelopor penelitian mengenai stres yang dilahirkan di Austria, Hans
Selye (1974, 1983), stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat
berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya. Berapapun kejadian dari lingkungan atau
stimulus yang menghasilkan respon stres yang sama pada tubuh. Selye mengamati pasien
yang memiliki masalah yang berbeda-beda: kematian seseorang yang dekat, kehilangan
pekerjaan, ditangkap karena melakukan penggelapan. Tanpa memperhatikan masalah
seperti apa yang dihadapi oleh seorang pasien, gejala yang serupa muncul: hilangnya
nafsu makan, otot menjadi lemah, dan menurunnya minat terhadap dunia.
Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS) adalah konsep yang
dikemukakan oleh Selye yang menggambarkan efek umum pada tubuh ketika ada
tuntutan yang ditempatkan pada tubuh tersebut. GAS terdiri dari tiga tahap: peringatan,
perlawanan, dan kelelahan.
8
Pertama, pada tahap peningkatan alarm, individu memasuki kondisi shock yang
bersifat sementara, suatu masa di mana pertahanan terhadap stres ada di bawah normal.
Individu mengenali keberadaan stres dan mencoba menghilangkannya. Otot menjadi
lemah, suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga menurun. Kemudian tubuh
mengalami apa yang disebut countershock, di mana pertahanan terhadap stres mulai
muncul; korteks adrenal mulai membesar, dan pengeluaran hormon meningkat.
Tahap alarm berlangsung singkat. Tidak lama kemudian, individu bergerak
memasuki tahap perlawanan (resistence), di mana pertahanan terhadap stres menjadi
semakin intensif, dan semua upaya dilakukan untuk melawan stres. Pada tahap
pertahanan, tubuh individu dipenuhi oleh hormon stres; tekanan darah, detak jantung,
suhu tubuh, dan pernapasan semua meningkat.
Bila semua upaya yang dilakukan untuk melawan stres ternyata gagal dan stres tetap
ada, individu pun memasuki tahap kelelahan (exhausted), di mana kerusakan pada tubuh
semakin meningkat, orang yang bersangkutan mungkin akan jatuh pingsan di tahap
kelelahan ini, dan kerentanan terhadap penyakit pun meningkat.
Walupun demikian tidak semua stres itu buruk. Eustress adalah konsep Selye yang
menggambarkan sisi positif dari stres. Berkompetisi di suatu kejuaraan atletik, menulis
karangan, atau mengajar seseorang yang membuat tubuh menghabiskan energi. Selye
tidak mengatakan bahwa kita harus menghindari semua pengalaman seperti ini dalam
kehidupan kita, namun ia menekankan bahwa kita harus meminimalkan kerusakan pada
tubuh kita.
Salah satu kritik utama terhadap pandangan Selye adalah bahwa manusia tidak
selalu bereaksi terhadap stres dengan cara yang sama seperti yang ia kemukaka. Masih
banyak lagi yang harus dipahami mengenai stres pada manusia daripada sekedar
mengetahui reaksi fisik manusia terhadap stres. Kita juga perlu mengetahui kepribadian
mereka, susunan fisik mereka, persepsi mereka, dan konteks di mana stresor, atau
penyebab stres, muncul (Hobfoll, 1989).

F. MEKANISME KOPING
a. Definisi mekanisme koping
Koping merupakan suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan
usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai
membebani atau melebihi sumberdaya yang dimiliki individu.
9
Mekanisme diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan oleh individu
dalam meyelesaikan maslah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon
terhadap sesuatu yang mengancam (Nasir dan Muhith, 2011).
Mekanisme koping merupakan setiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stres, yaitu cara dalam penyelesaian masalah dengan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Mekanisme koping pada
dasarnya adalah mekanisme pertahanan diri terhadap perubahan bahan yang terjadi
baik dalam diri maupun dari luar diri (Stuart, 2009).

b. Sumber koping
Sumber koping merupakan pilihan-pilihan atau strategi yang membantu
seseorang menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang berresiko. Sumber
koping adalah faktor pelindung.
Hal yang termasuk sumber koping adalah asset finansial/ kemampuan
ekonomi, kemampuan dan keterampilan, dukungan sosial, motivasi, serta
hubungangan antara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Stuart, 2009).
Sumber koping lain meliputi kesehatan (energi), dukungan spiritual, keyakinan
positif, kemampuan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, sumber materi dan
kesehatan fisik (Stuart, 2009). Menurut Suis, (2014) ada beberpa faktor yang
mempengaruhi mekanisme koping mahasiswa yaitu harga diri, kesehatan fisik,
keyakinan atau pandangan hidup, keterampilan, dan dukungan sosial materi.

c. Model mekanisme koping


1) Mekanisme koping yang berfokus pada masalah adalah mekanisme koping yang
melibatkan tugas dan upaya langsung untuk mengatsi ancaman itu sendiri.
Contohnya yaitu negosiasi, konfrontasi, dan mencari saran.
2) Mekanisme koping berfokus pada kognitif, dimana seseorang mencoba untuk
mengontrol makna dari suatu masalah dan dengan demikian menetralisirnya.
Contohnya yaitu perbandingan fositif, ketitaktahuan slektif,subtitusi
penghargaan,dan devaluasi benda yang diinginkan.
3) Mekanisme koping berfokus pada emosi, dimana pasien berorientasi pada tekanan
emosional moderat. Contohnya termasuk penggunaan mekanisme pertahanan ego
seperti penyangkalan, denial, supresi, dan proyeksi.
10

d. Gaya mekanisme koping


Menurut Nasir dan Muhith (2011), gaya koping merupakan penentuan dari
gaya seseorang dalam memecahkan suatu masalah berdasarkan tuntutan yang
dihadapi, ada dua macam gaya koping:
1) Gaya koping positif
Gaya koping positif merupakan gaya yang mampu mendukung integritas
ego, yaitu:
a) Problem solving merupakan suatu usaha untuk memecahkan masalah,
dimana pada gaya koping ini masalah harus dihadapi, dipecahkan,
dan tidak dihindari atau menganggap masalah itu tidak berarti.
Pemecahan masalah ini digunakan untuk mengindari tekanan atau
beban psikologis akibat adanya stresor yang masuk dalam diri
seseorang.

b) Utilizing social support merupakan suatu tindak lanjut dari


menyelesaikan masalah belum terselesaikan. Tidak semua orang mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri, hal ini terjadi karena rumitnya
masalah yang dialami., oleh sebab itu apabila seseorang mempunyai
masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri, seharusnya tidak disimpan
sendiri tetapi carilah dukungan dari orang lain yang dapat dipercaya dan
mampu memberikan bantuan dalam bentuk masukan ataupun saran dan
lainnya.

b) Looking for silver lining masalah yang berat terkadang akan


membawa kebutaan dalam upaya menyelesaikan masalah, walaupun
sudah dengan usaha yang maksimal, terkadang masalah belum
ditemukan titik temu, oleh sebab itu seberat apapun masalah yang
dihadapi manusia harus tetap berfikir positif dan dapat diambil
hikmah dari setiap masalah. Pada fase ini diharapkan manusia mampu
menerima kenyataan sebagai sebuah ujian dan cobaan yang harus
dihadapi selalu berusaha menyelesaikan masalah tanpa menurunkan
semangat motivasi.
11
2) Gaya koping Negatif
Gaya koping negatif yang dapat menurunkan integritas ego, dimana gaya
koping ini dapat merusak dan merugikan dirinya sendiri, yang terdiri atas
sebagai berikut:
a) Avoidance merupakan suatu usaha untuk mengatasi situasi tertekan
dengan cara lari dari situasi tersebut dan menghindari masalah dan
akhirnya terjadinya penumpukan masalah. Bentuk melarikan diri
seperti merokok, menggunakan obat-obatan, dan berbelanja tujuannya
untuk menghilangkan masalah tetapi menambah masalah.

b) Self-blam yaitu ketidak berdayaan atas masalah yang dihadapi,


biasanya menyalahkan diri sendiri yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari lingkungan sosial.

b) Wishfull thinking merupakan kesedihan mendalam yang dialami


sesorang akibat kegagalan mencapai tujuan, karena penentuan
keinginan terlalu tinggi sehingga sulit tercapai.
e. Respon koping
Menurut Model Adaptasi Stres Stuart respon idividu terhadap stres
berdasarkan faktor predisposisi, sifat stresor, persepsi terhadap situasi dan analisis
sumber koping dan mekanisme koping. Respon koping klien dievaluasi dalam
suatu rentang yaitu adaptif atau maladaptif (Stuart, 2009).

1) Reopons mekanisme koping adaptif


Respon yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai
tujuan, seperti berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah dengan
orang lain, memecahkan masalah secara efektif, tehnik relaksasi, latihan
seimbang dan aktifitas konstriktif.

2) Respon mekanisme koping maladaptif


Respon yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menghalangi penguasaan terhadap
lingkungan, seperti makan berlebihan atau bahkan tidak makan, kerja
berlebihan, menghindar, marah-marah, mudah tersinggung, dan menyerang.
Mekanisme koping yang maladaptif dapat memberi dampak yang buruk bagi
seseorang seperti isol asi diri, berdampak pada kesehatan diri, bahkan
terjadinya resiko bunuh diri.
12

G. STRESS DAN ADAPTASI PADA SIKLUS KEHIDUPAN PEREMPUAN


Perempuan adalah individu yang seringkali berperan ganda sehingga pada
perempuan sering kali mudah terjadi stres, dari mulai remaja, pranikah, masa hamil,
masa nifas, masa menyusui dan masa menopause atau sering disebut siklus kehidupan
wanita.

a) Pada Masa Remaja


Masa remaja bisa disebut sebagai puncak stress seseorang. Disinilah masa dimana
pertentangan antara naluri keremajaannya berbenturan dengan peraturan, konflik,
tuntutan, dominasi, keluarga dan lingkungan. Peralihan masa dari jiwa kanak-kanak
yang labil menuju jiwa yang lebih dewasa. Di masa remaja inilah stress yang akan
menentukan tingkat kedewasaan seseorang.

Berikut adalah contoh kasus dari stres pada remaja :

PERUBAHAN/KASU RESPON PENANGGULANGA


S STRES N
^Pada masa pubertas: Respon si anak Pemberian pendidikan
remaja baru : seks terhadap anak yang
-Perempuan :
kebingungan, memasuki usia remaja,
FISIK *Menarche(menstruasi cemas , dan memberi penjelasan
pertama) ketakutan yang bahwa perubahan

*Payudara menjadi berlebihan, tersebut adalah hal yang

membesar timbulnya rasa normal sehingga tidak


malu, berhayal perlu remaja tersebut
 (tanpa ada pendidikan
stres dan perlu adanya
seks oleh orang tua)
perbedaan perlakuan
terhadap tubuh,
contohnya pada wanita
yang harus memakai
miniset/bra karena
payudaranya mulai
berkembang.

sakit kepala,
cemas, mudah ^datang ke psikolog
marah,
^support/perhatian yang
pemurung,
lebih dari pihak
sedih
keluarga dan orang2
^Kekangan berlebihan berlebihan,
sekitar
pergaulan dari orang tua menangis,
(overprotective) nafsu makan ^lebih mendekatkan diri

berkurang, kepada Allah (agama)


^Putus cinta
gangguan ^positive thinking
^Kegagalan Pendidikan
tidur,frustasi,
PSIKO (ujian)
putusasa,
-
^broken home bunuh diri
LOGI

b) Pada Masa Pranikah Penyebab Terjadinya Sindrom Pranah:

1.      Belum benar-benar siap untuk menikah.


2.      Belum siap untuk punya anak.
3.      Kedua calon mempelai membayangkan indahnya pernikahan, tapi terkadang
tanpa belajar untuk siap menerima kekurangan-kekurangan dari orang yang kelak
menikah dengannya, akibatnya menjelang pernikahan berlangsung muncul rasa
gamang dan ragu terhadap pasangannya.
4.      Kejenuhan pada salah satu calon mempelai atau keduanya.
Contoh kasus :

PERUBAHAN/KASU RESPON
S STRES PENANGGULANGAN
PSIKO ^pertengkaran karena Timbul ^berkomunikasi dengan
- adanya perbedaan keraguan baik
pendapat antara
pasangan yang akan pada calon ^saling menghargai dan

menikah tentang suami/istri, menghormati

pernikahan mereka cemas, sulit ^bantuan dari pihak


tidur, sedih, keluarga dalam
^ terlalu banyak campur
bimbang, mempersiapkan nya
aduk calon pengantin
kelelahan ^bersikap lebih dewasa
pada proses persiapan
hingga jatuh menerima kekurangan
pernikahan
sakit, emosi dan kelebihan calon
^tidak siap untuk tinggi, sesak suami/istri
menikah nafas ^saling introfeksi diri
LOGI

c) Pada Masa Kehamilan


Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologi yaitu:
 Trimester pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosional sehingga periode
ini mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak
nyaman.
 Trimester kedua : fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan
perhatian wanita hamil lebih berfokus pada berbagai perubahantubuh yang
terjadi selama kehamilan, kehidupan seksual, keluarga dan hubungan batiniah
dengan bayi yang dikandungnya.
 Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan
resiko kehamilan dan prosespersalinan sehingga wanita
hamilsangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala
sesuatu yang mungkin akan dihadapi.

Kehamilan bagi keluarga dan khususnya seorang wanita merupakan peristiwa yang


penting, meskipun demikiankehamilan juga merupakan saat – saat krisis
bagi keluarga di mana terjadi perubahan identitas dan peran ibu, ayah, serta
anggota keluarga lainnya.
Tugas ibu pada masa kehamilan :
1.      Menerima kehamilannya
2.      Membina hubungan dengan janin
3.      Menyesuaikan perubahan fisik
4.      Menyesuaikan perubahan hubungan suami istri
5.      Persiapan melahirkan dan menjadi orang tua
15
Kehamilan dapat sebagai :
1. Krisis
Krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis yang dapat disebabkan oleh
situasi atau oleh tahap perkembangan.
2. Stresor
Model konseptual menyatakan bahwa krisis psikologis dan sosial
dipertimbangkan, sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu ditunjukkan dengan
masalah psikologis dan interpersonal yang nyata. Setiap perubahan yang terjadi
pada seseorang dapat merupakan stresor. Kehamilan membawa perubahan yang
signifikan pada ibu sehingga dapat dinyatakan sebagai stresor, yang juga
mempengaruhi psikologis anggota keluarga lainnya.
3. Transisiperan
Terjadi perubahaninteraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya
anggota keluarga yang baru sehingga terjadi perubahan peran masing-masing
anggota keluarga; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya.Terjadi perubahan
interaksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota keluarga yang baru sehingga
terjadi perubahan peran masing-masing anggota keluarga; ayah, ibu, dan
anggota keluarga yang lainnya.

Tahapan Perubahan Peran dalam Kehamilan


Perubahan psikologis selama kehamilan terjadi oleh karena semakin bertambahnya
usia kehamilan dan adanya adaptasi peran barunya. Tahapan perubahan peran
selama kehamilan menurut Reva Rubin adalah sebagai berikut:
1.      Tahap antisipasi atau anticipatory stage
Tahap antisipasi merupakan tahap sosialisasi atau latihan untuk penampilan peran yang
diasumsikan pasangan (suami/istri) berkaitan dengan fantasi. Wanita akan mengawali peran
barunya dengan merubah peran sosialnya melalui latihan informal dan informasi melalui
model peran. Meningkatnya frekuensi interaksi dengan yang lainnya akan
mempercepat prosesadaptasi dalam penerimaan peran barunya sebagai ibu.
2.      Tahap honeymoon atau honeymoon stage
Tahap honeymoon merupakan tahap dimana wanita mengasumsikan peran yang harus
ditampilkan, melakukan pendekatan dan eksplorasi terhadap sikap yang dibutuhkan untuk
penampilan peran, mulai melakukan latihan peran.
16
Pada tahap ini, wanita sudah dapat menerima peran barunya dengan cara menyesuaikan diri
dan muncul kebutuhan akan kasih sayang baik ibu-bayi, ibu-suami. Hal lain yang
mempengaruhi tahapan honeymoon adalah kesiapan menghadapi kelahiran bayinya
serta dukungan dari orang-orang terdekat.
3.      Tahap stabil atau plautau stage
Tahap stabil merupakan tahapan dimana wanita hamil dapat melihat penampilan dalam peran
barunya. Pada tahap ini, pasangan memvalidasikan apakah peran yang akan ditampilkan
adekuat/tidak, yang semuanya tergantung pada bagaimana mereka atau yang lainnya
membentuk peran yang harus ditampilkan. Wanita hamil akan melakukankegiatan–
kegiatan yang positif dan berfokus pada kehamilannya dan hal yang berguna
bagi kesehatankeluarga.

4.      Tahap akhir atau disengagement/termination stage


Tahap ini merupakan tahap terminasi/pengakhiran peran. Peran pasangan
pada kehamilan berakhir setelahprosespersalinan selanjutnya pasangan memasuki tahap peran
lainnya. Tahap ini disebut juga sebagai tahap perjanjian. Perjanjian ini dilakukan agar wanita
hamil sedapat mungkin menepati janjinya yang berkaitan dengan peran barunya kelak.

Contoh kasus :

PERUBAHAN/KASU RESPON PENANGGULANGA


S STRES N
^perubahan bentuk Resah, tidak ^menyadari bahwa
tubuh yang membesar PD, minder, kehamilan itu adalah
karena perkembangan malu, tidak suatu anugrah dan suatu
FISIK kehamilan menginginkan hal yang membanggakan
kehamilannya,
^mual dan muntah ^konsultasi kepada
sakit kepala,
bidan
^nutrisi yang lebih sedih, mudah
^perhatian yang lebih
dari suami dan pihak
marah,
keluarga agar tidak stres
ketidak
nyamanan ^melakukan aktifitas
untuk perkembangan si
pada ibu, sulit ringan yang membuat
janin
tidur, mudah ibu hamil merasa senang
^payudara membesar tersinggung ; senam ibu hamil

^meminta penjelasan

^Perubahan kepada bidan tentang

peran(Menjadi ibu apa yang ibu hamil tidak

baru) ketahui

^kehidupan seksual ^perhatian yang lebih

pada masa kehamilan dari keluarga dan suami,


dampingi selalu
^interaksi dengan janin
yang dikandung ^meyakini bahwa
berinteraksi dengan
^rutin memeriksakan
janin yang dikandung
kehamilan ke Binggung,
adalah suatu hal yang
posyandu/bidan resah, tidak
menyenangkan
PD, sulit tidur,
^ingin perhatian lebih;
mudah marah, ^meyakini bahwa
meminta sesuatu yang
mudah melahirkan adalah suatu
aneh-aneh(ngidam)
tersinggung, yang biasa bagi para
PSIK
^akan mengalami sakit kepala, wanita dan tidak perlu di
O-
proses persalinan sedih, takut takuti
LOGI

d) Pada Masa Nifas


Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stress pasca
persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam
beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
 Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang
tua

18

 Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat


 Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya

 Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan

Periode ini di ekspresikan oleh reva rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini :

1.       Taking in period

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang
lain, focus perhatian pada tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan
persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

2.       Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya daalm
menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi
sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi
kritikan yang di alami ibu.

3.       Letting go period

Di alami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung
jawab sebagai ‘’seorang ibu’’ dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung
pada dirinya. Hal-hal yang harus dapat di penuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut :

 Fisik. Istirahat, memkan makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan
lingkungan yang bersih.
 Psikologi. Stress setelah persalinandapat segera distabilkan dengan dukungan dari
keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.
 Social. Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi
dan memerhatikan kebahagian ibu, serta menghibur bila ibu terlihat sedih.

d) Pada Masa Menyusui


            Masa menyusui terkadang menjadi masa yang membuat stres ibu, banyak gangguan
dan perubahan pada fisik dan psikologi pada ibu yang menyusui,contohnya pada
payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan
dimulainya proses menyusui.
19
Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar) dapat mencegah
perdarahan dan merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi
kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body,
dan protein, sebagian ibu membuangnya karena dianggap kotor, sebaliknya justru ASI
ini sangat bagus untuk bayi.
e) Pada Masa Menopause/Klimaksterium
            Selama menopause, wanita menghadapi perubahan-perubahan psikososial dalam hal
konsep diri, transisi karir (pekerjaan), seksualitas dan keluarga. Perubahan-perubahan ini
dapat menimbulkan stress yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka (Potter & Perry,
1992). Namun demikian, stress tidak hanya menimbulkan dampak negatif, tetapi juga
dampak positif. Apakah dampak itu positif atau negatif tergantung pada bagaimana
seorang wanita menopause memandang dan mengendalikannya (Kuntjoro, 2002). Selain
itu, apakah wanita menganggap menopause sebagai bagian dari suatu kehidupan yang
wajar dan harus dialami sebagai sesuatu yang menandakan masa kehidupan yang baru
dan lebih baik, maka gejala-gejala yang berkaitan dengan menopause tidak akan terlalu
berat dan tidak akan menimbulkan kekacauan dalam keluarga (Gunarsa, 2002).
            Masa menopause sering bertepatan dengan keadaan menegangkan dalam kehidupan
wanita seperti merawat orang tua lanjut usia, memasuki masa pensiun, anak
meninggalkan rumah. Ketegangan ini dapat menimbulkan gejala fisik dan Wanita
menopause akan mengalami kestabilan emosi. Jika mereka mudah beradaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause. Apabila seorang wanita tidak
siap mental menghadapi masa menopause dan lingkungan psikososial tidak memberi
dukungan yang positif, maka akan berakibat tidak baik terhadap kesehatan wanita
menopause tersebut (Maspaitela, 2004).

H. PERBEDAAN STRESS DAN GANGGUAN JIWA


·        
 Stres adalah pola adaptasi umum dan pola reaksi menghadapi stresor, yang dapat
berasal dari dalam di individu maupun dari lingkungannya. Bila proses adaptasi berhasil
dan stresor yang dihadapi dapat diatasi secara memadai, maka tidak akan timbul stres.
Baru bila gagal dan terjadi ketidakmampuan, timbullah stres. Menurut Hans Selye: Stres
tidak selalu merupakan hal yang negatif. Hanya bila individu menjadi terganggu dan
kewalahan serta menimbulkan distres, barulah stres itu merupakan hal yang merugikan,
sedangkan,
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya
nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting)
atau disertai dengan peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas,
atau sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association 1994 ).Sehingga
dapat disimpulkan bahwa stress adalah salah satu sebab yang menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa, dan gangguan jiwa adalah akibat yang ditimbulkan oleh stress itu sendiri.

20

Anda mungkin juga menyukai