Anda di halaman 1dari 29

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah

Dosen : Dr. Pius Nalang, M.Kes

ASUHAN KEPERAWATAN URETRITIS

Oleh :

Kelompok 1 Kelas II.C

AHMAD AGUNG (152970) SRI WAHYUNI B (152975)


ANDI NURMAYA (152971) EKA AULIYAH (152976)
ANDI ULFA WAWO (152972) FRANSISKUS X.L (152977)
ANITA RIAWAN (152973) GUSNAWATI (152978)
ANNISA SAFITRI (152974) HARIANTI M. (152979)
UPTD AKADEMI KEPERAWATAN ANGING MAMMIRI
PROVINSI SULAWESI SELATAN
2016/2017

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan nikmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul URETRITIS ini dengan baik
dan tepat waktu.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makalah ini tidak akan mungkin selasai tanpa bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Pius Nalang, M.Kes selaku dosen Keperawatan Medikal Bedah

2. Serta teman-teman kelas II. C

Dan berbagai pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati kami berharap makalah ini berguna dan
bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Makassar, 25 maret 2017

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah...................................................................1
1.2. Fokus Permasalahan........................................................................1
BAB II..................................................................................................... 2
KONSEP TEORITIS SECARA MEDIS............................................................2
2.1 Pengertian..................................................................................... 2
2.2 Etiologi........................................................................................ 2
2.3 Anatomi Fisiologi...........................................................................3
2.4 Patofisiologi..................................................................................4
2.5 Gambaran Klinis.............................................................................6
2.6 Komplikasi....................................................................................7
2.7 Klasifikasi..................................................................................... 8
2.8 Pemeriksaan diagnostik..................................................................11
2.9 Penatalaksanaan........................................................................... 12
BAB III.................................................................................................. 13
KONSEP TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN.............................................13
3.1. Pengkajian.................................................................................. 13
3.2. Diagnosa Keperawatan...................................................................13
3.3. Perencanaan................................................................................ 14
3.4. Implementasi............................................................................... 17
3.5. Evaluasi..................................................................................... 17
BAB IV.................................................................................................. 18
PENUTUP............................................................................................... 18
4.1. Kesimpulan.................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Uretritis adalah peradangan uretra sebbagai manifestasi dari infeksi pada
uretra. Meskipun berbagai kondisi klinis dapat menyebabkan iritasi pada uretra
tersebut, istilah uretritis biasanya diperuntukkan untuk menggambarkan
peradangan uretra yang disebabkan oleh penyakit menular seksual (PMS).

1.2. Fokus Permasalahan

Disini akan dibahas fokus permasalahan asuhan keperawatan pada pasien


dengan penyakit Uretritis. Mulai dari pengkajian hingga penatalaksanaan secara
medis untuk menangani pasien dengan Uretritis
BAB II
KONSEP TEORITIS SECARA MEDIS

2.1 Pengertian

Uretritis adalah infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa air kemih
dari kandung kemih keluar tubuh. (www.medicastore.com)
Uretritis adalah peradangan uretra oleh berbagai penyebab dan merupakan
sindrom yang sering terjadi pada pria. (Sylvia A. Price, 2006)
Uretritis didefinisikan sebagai peradangan akibat infeksi dari uretra.
Istilah uretritis untuk Penyakit Menular Seksual (PMS). Uretritis merupakan
kondisi peradangan yang dapat menular. Penyebabnya adalah infeksi uretritis
yaitu, karena infeksi dengan Neisseria gonorrhoeae atau Ngu (yaitu, karena
infeksi dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum,Mycoplasma
hominis, Mycoplasma genitalium, atau Trichomonas vaginalis). (www.health
.detik.com)

2.2 Etiologi

Penyebab : kuman gonore atau kuman lain, kadang kadang uretritis


terjadi tanpa adanya bakteri. Penyebab klasik dari uretritis adalah infeksi yang
dikarenakan oleh Neisseria Gonorhoed. Akan tetapi saat ini uretritis disebabkan
oleh infeksi dari spesies Chlamydia, E.Coli atau Mycoplasma. (Emanuel Rubin,
1982)
Penyebabnya bisa berupa bakteri, jamur atau virus.
Pada wanita jasad renik tersebut biasanya berasal dari vagina. Pada kebanyakan
kasus, bakteri berasal dari usus besar dan sampai ke vagina melalui anus. Lelaki
lebih jarang menderita uretritis.

Jasad renik yang ditularkan melalui hubungan seksual (misalnya Neisseria


gonorrhoeae penyebab gonore), masuk ke vagina atau penis pada saat melakukan
hubungan seksual dengan mitra seksual yang terinfeksi dan bisa menjalar ke
uretra. Uretritis pada pria paling sering disebabkan oleh gonokokus. Klamidia dan
virus herpes simpleks juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dan bisa
menyebabkan uretritis. Bakteri (Eschericia coli), Jamur dan virus, Infeksi ginjal,
Prostat hipertropi juga bisa menyebabkan uretritis.

1. Gonokokal uretritis. Gonokokal uretritis (80% kasus) disebabkan oleh


gonorrhoae N, yang merupakan gram negatif intraseluler.
2. Nongonococcal uretritis. NGU disebabkan oleh Trachomatis C., Urealyticum
U., Hominis M., dan Vaginalis T. Pada beberapa kasus bisa berhubungan
dengan venereum lymphogranuloma, herpes simpleks, sifilis, mikobakteri,
atau infeksi saluran kemih dengan struktur uretra.
3. Pada pasien bladder training dengan kateterisasi intermitten 10 kali lebih
mungkin terjadi uretritis dengan kateter lateks dibandingkan dengan kateter
silikon.

2.3 Anatomi Fisiologi


Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang
fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk
kemih dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran
yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih.
Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1
juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan
satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya
21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.

Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5


cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150
gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal
dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri
karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan
medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya
sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan
ureter.

Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah


pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke
arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara
serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila
kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal
ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.

Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih
ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih
ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung
kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih
dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau
kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum
douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem
reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan
bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra
internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat
ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada uretra,
sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali
pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf

2.4 Patofisiologi

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:

1) Penyebaran endogen yaitu kontak langsung daro tempat terdekat.


2) Hematogen.

3) Limfogen.

4) Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu :


Bendungan aliran urine.

1. Anatomi konginetal.
2. Batu saluran kemih.
3. Oklusi ureter (sebagian atau total).

Refluks vesi ke ureter.

Urine sisa dalam buli-buli karena :


1. Neurogenik bladder.
2. Striktur uretra.
3. Hipertropi prostat.

Gangguan metabolik.

1. Hiperkalsemia.

2. Hipokalemia

3. Agamaglobulinemia.
Instrumentasi

1. Dilatasi uretra sistoskopi.

Kehamilan

2. Faktor statis dan bendungan.


3. PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.

Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces


yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada
permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung
kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk
menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan
cetusan inflamasi.

Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak


lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan
imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara
mengganggu mekanisme normal. Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi
sistisis dan pielonefritis.

Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens.


Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat
terjadi di satu atau di kedua ginjal.
Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya
dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks
vesikoureter.

Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh


menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine
dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal,
pemakaian kateter atau sistoskop.

Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik
yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal disebabkan
oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis
nongonoreal ; uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae
biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.

Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala


ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri
mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 %
sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah ;
kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %.

2.5 Gambaran Klinis

Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :

a. Mukosa memerah dan oedema


b. Terdapat cairan eksudat yang purulent
c. Ada ulserasi pada urethra
d. Adanya rasa gatal yang menggelitik
e. Good morning sign
f. Adanya nanah awal miksi
g. Nyeri pada saat miksi
h. Kesulitan untuk memulai miksi
i. Nyeri pada abdomen bagian bawah.
Pada pria, uretritis biasanya dimulai dengan keluarnya cairan dari uretra.
Jika penyebabnya adalah gonokokus maka cairan ini akan mengandung nanah.
Jika penyebabnya adalah jasad renik yang lainnya, maka cairan ini mengandung
lendir.

Gejala lainnya adalah nyeri pada saat berkemih dan penderita sering
mengalami desakan untuk berkemih.

Jika uretritis karena gonokokus tidak diobati secara adekuat, maka pada
akhirnya akan terbentuk penyempitan uretra (striktur).
Striktur ini akan meningkatkan resiko terjadinya uretritis pada uretra yang lebih
tinggi dan kadang menyebabkan terbentuknya abses di sekitar uretra.
Abses bisa membentuk kantong pada dinding uretra (divertikulum uretra), yang
juga bisa mengalami infeksi.

Jika abses menyebabkan terjadinya perforasi kulit, maka air kemih bisa
mengalir melalui saluran baru (fistula uretra).

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pria berupa prostatitis, vesikulitis,
epididimitis, dan striktur urethra. Sedangkan pada wanita komplikasi dapat berupa
Borthlinitis, praktitis, salpingitis, dan sistitits. Peritonitis dan perihepatitis juga
pernah dilaporkan.

2.7 Klasifikasi

1. Uretritis Akut

a. Penyebab
Asending infeksi atau sebaliknya oleh karena prostate mengalami infeksi.
Keadaan ini lebih sering diderita kaum pria.

b. Tanda dan Gejala

Mukosa merah udematus

Terdapat cairan eksudat yang purulent

Ada ulserasi pada uretra

Mikroskopis : terlihat infiltrasi leukosit sel sel plasma dan sel sel
limfosit

Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis G.O yaitu
morning sickness

Pada oria : pembuluh darah kapiler, kelenjar uretra tersumbat oleh


kelompok pus Pada wanita : jarang diketemukan uretritis akut, kecuali
bila pasien menderita.

c. Diagnosa Diferential

Uretritis GO

Amicrobic pyuhria

Uretritis karena trichomonas


Prostatitis non spesifik

d. Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan terhadap secret uretra untuk mengetahui kuman
penyebab.

e. Tindakan Pengobatan

Pemberian antibiotika
Bila terjadi striktuka, lakukan dilatasi uretra dengan menggunakan
bougil

f. Komplikasi

Mungkin prostatitis
Periuretral abses yang dapat sembuh, kemudian meninbulkan striktura
atau urine fistula

2. Uretritis Kronis

a. Penyebab

Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut


Prostatitis kronis
Striktura uretra

b. Tanda dan Gejala

Mukosa terlihat granuler dan merah


Mikroskopis : infiltrasi dari leukosit, sel plasma, sedikit sel
leukosit, fibroblast bertambah
Getah uretra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum bak pertama
Uretra iritasi, vesikal iritasi, prostatitis, cystitis.

c. Prognosa
Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih,
ureter, ginjal.

d. Tindakan Pengobatan
Chemoterapi dan antibiotika, Cari penyebabnya Berikanlah banyak minum

e. Komplikasi
Radang dapat menjalar ke prostate.

3. Uretritis Gonokokus

a. Penyebab
Neisseria Gonorhoeoe (gonokokus)

b. Tanda dan Gejala

Sama dengan tanda dan gejala pada uretritis akut, karena uretritis ini adalah
bagian dari uretritis akut

c. Prognosa
Infeksi dapat menyebar ke proksimal uretra.

d. Komplikasi
Infeksi yang menyebar ke proksimal uretra menyebabkan
peningkatan frekuensi kencing. Gonokokus dapat menebus mukosa uretra
yang utuh, mengakibatkan terjadi infeksi submukosa yang meluas ke korpus
spongiosum. Infeksi yang menyebabkan kerusakan kelenjar peri uretra akan
menyebabkan terjadinya fibrosis yang dalam beberapa tahun kemudian
mengakibatkan striktura uretra. (underwood,1999)

4. Uretritis Non Gonokokus (Non Spesifik)


Uretritis non gonokokus (sinonim dengan uretritis non spesifik)
merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang paling
sering diketemukan. Pada pria, lender uretra yang mukopurulen dan disuria
terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu setelah melakukan
hubungan kelamin dengan wanita yang terinfeksi. Lendir mengandung sel
nanah tetapi gonokokus tidak dapat di deteksi secara mikroskopis atau
kultur. (Underwood,1999)

a. Insiden
Masih merupakan penyakit yang sering terjadi pada banyak bagian dunia,
insiden berhubungan langsung dengan promiskuitas dari populasi

b. Etiologi
Infeksi hamper selalu didapat selama hubungan seksual. Gonokokus
membelah diri pada mukosa yang utuh dari uretra anterior dan setelah itu
menginvasi kelenjar peri uretral, dengan akibat terjadinya bakteremia dan
keterlibatan limfatik.

c. Makroskopik
Peradangan akut dari mukosa uretra, dengan eksudat yang purulenta pada
permukaan; dapat terjadi ulserasi dari mukosa.

d. Rabas
Timbul 3-8 hari setelah infeksi dan kental, kuning serta banyak.
Apusan memperlihatkan sejumlah besar sel sel pus (100%), banyak
mengandung diplokokus gram negative intraseluler yang difagositosis.

e. Perjalanan Penyakit

1. Dapat mengalami resolusi dalam 2-4 minggu, sebagai akibat pengobatan


atau kadang kadang spontan.
2. Menjadi kronik.

f. Penyulit

Uretritis posterior, prostatitis, vesikulitis, epididimitis dan sistitis.


Abses peri uretral.

5. Uretritis Abakterial Penyakit Reiter

a. Klinik
Uretritis yang berkaitan dengan konjunktivitis dan artritis

b. Etiologi
Kemungkinan terdapat organisme dari kelompok chlamydia

c. Hasil
Kemungkinan terdapat pemulihan spontan, tetapi sering kali terdapat
riwayat yang lama, dengan banyak eksaserbasi klinik. Pada kasus yang
berat terdapat ulserasi dari mukosa bukal, kulit kaki, glans penis, uretra
dan kandung kemih. Iritis dan keraitis dapat menjadi penyulit
konjunktivitis.
2.8 Pemeriksaan diagnostik

Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih

2) Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

Bakteriologis

1) Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 103


organisme koliform/mL urin plus piuria.

2) Biakan bakteri
3) Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.

2.9 Penatalaksanaan

Pengobatan tergantung kepada mikroorganisme penyebabnya.


Jika penyebabnya adalah bakteri, maka diberikan antibiotik.
Jika penyebabnya adalah virus herpes simpleks, maka diberikan obat anti-virus
(misalnya asiklovir).
Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus
membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra
oleh bakteri faeces.
BAB III
KONSEP TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian pada klien uretritis menggunakan


pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :

Data biologis meliputi :

1)Identitas klien
2)Identitas penanggung

Riwayat kesehatan :

1) Riwayat infeksi saluran kemih

2) Riwayat pernah menderita batu ginjal


3) Riwayat penyakit DM, jantung.

Pengkajian fisik :

1) Palpasi kandung kemih

2) Inspeksi daerah meatus

Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine


Pengkajian pada costovertebralis

Riwayat psikososial:
1) Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
2) Persepsi terhadap kondisi penyakit Mekanisme kopin dan system
pendukung

3) Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga

Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit


Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis

3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.


2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia) yang berhubungan dengan adanya peradangan pada uretra.
3. Nyeri yang berhubungan dengan peradangan uretra
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di
rumah.

3.3. Perencanaan

1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih

Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien


memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.

Kriteria Hasil :

1. Tanda vital dalam batas normal

2. Nilai kultur urine negatif


3. Urine berwarna bening dan tidak bau

Intervensi :

1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh

2) Catat karakteristik urine

Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau


penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional :Untuk mencegah stasis urine

4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan


respon terapi.

Rasional :Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan


penderita.

5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit


setiap kali kemih.

Rasional :Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih

6) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.

Rasional :Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang


membuat infeksi Uretra
2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau
nokturia) yang berhubungan dengan peradangan pada uretra.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien


dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.

Kriteria :

1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam

2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih

3) Klien dapat bak dengan berkemih

Intervensi :

1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih

Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk


mengetahui input/output

2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jam

Rasional :Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika


urinaria.

3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam

Rasional :Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.


4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal

Rasional : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.

5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman


Rasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.

3. Nyeri yang berhubungan dengan peradangan uretra.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien


merasa nyaman dan nyerinya berkurang.

Kriteria Hasil :

1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.

2) Kandung kemih tidak tegang

3) Pasien nampak tenang

4) Ekspresi wajah tenang

Intervensi :

1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan


nyeri.
Rasional :Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi

2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di
toleran.

Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-
otot

3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi

Rasional :Untuk membantu klien dalam berkemih

4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.


Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri

4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan


tanda-tanda gelisah.

Kriteria hasil :

1) Klien tidak gelisah

2) Klien tenang

Intervensi :

1) Kaji tingkat kecemasan


Rasional :Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien

2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional :Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap


perawatan dan pengobatan

3) Beri support pada klien

Rasional :memberi dukungan pada psikologis pasien

4) Beri dorongan spiritual


Rasional :Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan
YME.

5) Beri penjelasan tentang penyakitnya

Rasional :Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang


dialaminya.

3.4. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
(Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
3.5. Evaluasi

Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan uretritis adalah,
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :

1. Nyeri yang menetap atau bertambah

2. Perubahan warna urine

3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan


ingin kencing, menetes setelah berkemih.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Uretritis adalah peradangan yang terjadi pada uretra yang disebabkan oleh
kuman gonore atau kuman lain, kadang kadang uretritis terjadi tanpa adanya
bakteri. Meskipun berbagai kondisi klinis dapat menyebabkan iritasi pada uretra
tersebut, istilah uretritis biasanya diperuntukkan untuk menggambarkan
peradangan uretra yang disebabkan oleh penyakit menular seksual (PMS).
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

R. Sjamsuhidajat. 2003.Ilmu Bedah. Jakarta: EGC


http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/28/askep-infeksi-saluran-kemih/

http://wowo-mm.blogspot.com/2009/02/uretritis-non-gonokokal.html

http://medicastore.com/penyakit/85/Uretritis.html

Anda mungkin juga menyukai