Disusun oleh
131711133013
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Racun adalah zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan dapat didefinisikan sebagai
masuknya suatu zat racun ke dalam tubuh yang mempunyai efek membahayakan/
mengganggu fungsi organ dan tidak ditentukan oleh jumlah, jenis, frekuensi dan durasi
yang terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja bahkan dapat menimbulkan
kematian. Keracunan bisa disebabkan karena makanan, zat kimia, gas beracun, obat-
obatan/narkotika, pestisida maupun binatang berbisa (Khairuzzaman, 2016). Keracunan
makanan adalah keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan ke
dalam tubuh melalui mulut yang mengakibatkan bahaya bagi tubuh (Junaidi, 2011).
Racun dalam makanan dapat berasal dari bahan makanan nabati maupun hewani.
Racun yang disebabkan karena mikro organisme yang terdapat pada makanan, misalnya
clostridium botulium, mengeluarkan toxin yang menyerang saraf, streptococcus,
menyebabkan diarrhea, richineltla spiralis pada daging sapi dan babi yang sakit
(Goleman et al., 2019).
1.2 Etiologi
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh :
1. Mikroba yang mencemari makanan (Salmonela, Clostridium Botulinum,
staphylococcus Aerus, dll)
2. Makanan itu sendiri yang secara alamiah sudah mengandung zat kimia atau racun,
misalnya asam jengkolat, jamur Aspergilus flavus mengandung aflatoksin dan jamur
amanita muscaria mengandung muskarin, singkong mengandung asam sianida,
makanan laut, tempe bongkrek mengandung asam bongkrek serta makanan yang basi
atau kadaluarsa
1.3 Klasifikasi keracunan makanan
1. Keracunan botulinum
Clostridium botulinum adalah kuman yang hidup secara aerob, sehingga kuman ini
banyak terdapat pada makana kaleng yang diolah secara tidak sempurna dan pada
makanan kaleng yang tersimpan melebih batas kadaluarsanya
2. Keracunan makanan laut
Beberapa jenis makanan laut seperti kepiting, rajungan, dan ikan laut dapat
menyebabkan keracunan
3. Keracunan jengkol
Biji jengkol mengandung asam amino (asam jengkolat) yang dapat menyebabkan
penyumbatan uretra dan menimbulakn infiltrate dan abses pada penis, skrotinum,
perineum, dan sekitarnya . timbulnya keracunan jengkol dipengaruhi oleh jumlah
konsumsi, cara penghidangan, makanan penyerta lainnya .
4. Keracunan jamur
Keracunan ini terjadi karena cara penyimpanan, pengolahan, dan penghidangan yang
tidak baik
5. Keracunan singkong
Jenis bahan makanan ini mengandung sianida. Kadar sianida dalam bahan tersebut
bervariasi. Senyawa sianida menyerang enzim pernafasan sel (syacy tochrom
oksidase).
6. Keracunan tempe bongkrek
Keracunan yang disebabkan oleh tempe bongkrek maupun ampasnya (bahan sisa
minyak kelapa)
7. Keracunan makanan basi
Keracunan ini disebabkan oleh Staphylococus aerus dengan sifat racun
endotoksin/enteretoksin yang terdapat pada makanan yang sudah basi
1.4 Manifestasi klinis
Gejala keracunan sangat bervariasi, tergantung titik tangkap dan cara masuknya racun
yang bersangkutan. Berikut tanda dan gejala berdasarkan makanan yang dikonsumsi,
antara lain:
1. Keracunan Clostridium Botolinum
- Masa laten 8 jam – 8 hari
- Muntah, lemah, gangguan penglihatan, refleksi pupil tidak ada
2. Keracunan makanan laut
- Masa laten 4 jam
- Pruritus, rasa panas disekitar mulut, lemah, rasa baal di eksremitas, nyeri
perut, diare, dan sulit bernapas
3. Keracunan jengkol
- Masa laten beberapa jam – 48 jam
- Nafas cepat, mulut dan air seni berbau jengkol
- Sakit pinggang disertai sakit perut
- Nyeri saat buar air kecil dan disertai darah
4. Keracunan jamur
- Masa laten 6 jam
- Sakit perut disertai diare bercampur darah
- Muntah dan berkeringat banyak
5. Keracunan singkong
- Masa laten beberapa jam
- Mual, muntah, sesak nafas, dan sianosis
6. Keracunan tempe bongkrek
- Masa laten beberapa jam
- Kejang perut, kejang otot, dan sesak napas
7. Keracunan makanan basi
- Mual muntah
- Diare, nyeri perut, nyeri kepala, demam, dehidrasi, dan disentri.
1.5 Patofisiologis
Istilah keracunan makanan (Food poisonig/Food intoxication) sebaiknya
jangan dicampuradukkan dengan foodborne disease/illness. Meskipun keduanya
ditularkan lewat makanan, istilah terakhir ini mengacu pada semua mikroorganisme
(bakteri, virus, dan parasit) tanpa mempedulikan mampu tidaknya mikroba tersebut
menghasilkan racun. Selain itu, keracunan makanan hanya berkaitan dengan makanan
yang secara alami telah mengandung racun atau telah tercemar oleh jasad renik
penghasil racun.
Dalam praktiknya, foodborne illness dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
fooborne infections, foodborne toxicoinfections, dan foodborne intoxications.
Foodborne infections terjadi bila jasad renik patogen terkonsumsi dan kemudian
menetap di dalam tubuh. Biasanya, jasad renik ini memperbanyak diri di dalam
saluran cerna sambil mengiritasi dinding saluran cerna, bahkan terkadang mengivasi
jaringan. Contoh jasad renik patogen golongan tersebut adalah Listeria, Salmonella,
dan Campylobacter. Akan tetapi, tidak semua Salmonella menimbulkan infeksi,
sebagian varian Salmonella lain ternyata mampu menghasilkan racun sehingga
berperan sebagai penyebab keracunan makanan.
Foodborne toxicoinfections terjadi jika jasad renik yang terkonsumsi mampu
menghasilkan racun sambil bereproduksi di dalam saluran cerna. Artinya, bukan
hanya jasad renik yang membahayakan, melainkan racun yang dihasilkannya.
Clostridium perfringers and E. Coli O157:H7 adalah sebagian dari golongan
ini.Foodborne intoxications terjadi akibat mengonsumsi makanan yang telah
mengandung racun. Racun ini terlepas selama pertumbuhan bakteri (enterotoksin).
Penyakit yang dilatarbelakangi oleh toksin ini biasanya cepat bermanifestasi
1.6 WOC
1.7 Komplikasi
1. Syok anafilaktik
2. Syok neurogenic
3. CHF
4. Kerusakan hati
5. Gagal ginjal
1.8 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan tes darah, tes urin, tes kondisi tinja, dan
pemeriksaan parasit. Tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis organisme penyebab
terjadinya keracunan. Pemeriksaan laboratorium sederhana dapat dilakukan di
layanan kesehatan primer yang memiliki fasilitas, misalnya: pemeriksaan mikroskopis
feses untuk keberadaan telur cacing dan parasit; pewarnaan Gram, KOH dan
metilenblue Loeffler untuk membantu membedakan antara penyakit invasif dan non-
invasif (PMK No. 5 Tahun 2014).
2. Gas Darah Arteri
Hipoventilasi akan menyebabkan peningkatan PCO2 (hiperkapnia). PO2 dapat rendah
dengan aspirasi pneumonia atau obat-obat yang menginduksi edema paru.
Oksigenisasi jaringan . yang kurang akibat hipoksia, hipotensi. Atau keracunan
sianida akan menghasilkan asidosis metabolik. PO2 hanya mengukur oksigen yang
larut dalam plasma dan bukan merupakan total oksigen dalam darah. karena itu pada
keracunan karbon monoksida mungkin PO2 tampak normal meskipun ada defisiensi
oksihemoelobin yang nyata dalam darah.
3. Uji Fungsi Ginjal
Beberapa toksin mempunyai efek nefrotoksik; dalam kasus lain, gagal ginjal
merupakan akibat syok, koagulasi intravaskular yang menyebar (disseminated
irrtravascular coagulation, DTC), atau mioglohinuria. Tingkat kadar nitrogen urea
darah dan kreatinin harus diukur dan dilakukan urinalisis.
4. Osmolalitas Serum
Perhitungan osmolalitas serum terutama bergantung pada natrium serum, glukosa
serum serta nitrogen urea darah.
5. Elektrokardiogram
Pelebaran lama kompleks QRS yang lebih besar dari 0,1 detik adalah khas untuk takar
lajak antidepresan trisiktik dan kuinidin.
6. CT-Scan: fotopolos abdomen mungkin berguna, karena beberapa tablet, khususnya
besi dan kalium, dapat berbentuk radiopaque. Foto toraks dapat menunjukkan
pneumonia aspirasi, pneumonia hidrokarbon, atau edema paru. Bila dicurigai adanya
trauma kapitis, dianjurkan untuk pemeriksaan CT-scan.
1.9 Penatalaksanaan
1. Primary survey
a. Airway : bebaskan jalan nafas, hisap lender atau cairan dalam saluran napas, bila
perlu lakukan intubasi
b. Breathing : berikan nafas buatan dengan menggunakan oksigen
c. Circulation : pasang infus bila keadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan (dex 5%)
2. Secondary survey
a. Bila racun tertelan
- Encerkan racun yang ada dalam lambung dengen memberikan cairan dalam
jumlah banyak. Cairan yang digunakan adalah air minum, susu, norit yang
telah dilarutkan. Upayakan penderita untuk muntah, efektif bila dilakukan 4
jam setelah racun ditelan
- Hasil muntahan penderita dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lab
- Jangan melakukan muntahan buatan pada penderita yang tidak sadar
b. Identifikasi penyebab
Identifikasi penyebab dilakukan jika, tidak menunda usaha penyelematan korban
c. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbs racun dari saluran cerna dengan merangsang muntah,
menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif, dialysis, dan
hemoperfusi
d. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat dilakukan dengan diuresis asam atau basa,
dosis multiple karbon aktif, dan dialysis
2. Secondary survey
1) Anamnesis :
A : Alergi
M : Medikasi (obat-obat yang biasa digunakan)
P : Past illnes (penyakit penyerta, pregnancy)
L : Last meal
E : Event/Environment
2) Pengumpulan data
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, nomor register,
diagnosa medis,dll
3) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama penurunan kesadaran
b. Riwayat Penyakit Sekarang Mual, muntah, nyeri, dehisrasi
dan perdarahan saluran pencernaan
c. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat keracunan, bahan racun
yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada
masalah lain pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga Mengobservasi tentang adakah
keluarga yang pernah mengalamikeluhan sama.
4) Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas dan istirahat muncul gejala kelelahan, kelemahan,
malaise, hiporefleksi
b. Sirkulasi Nadi lemah, taki kardi, hipotensi(pada kasus berat),
arutmia jantung, pucat, sionosis, keringat banyak.
c. Eliminasi Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria,
bising usu menurun, kerusakan ginjal, perubahan warna urin
contoh kuning pekat, merah, coklat.
d. Makanan dan cairan Dehidrasi, mual, muntah, anoreksia, nyeri
uluhati, perubahan turgor kulit/ kelembaban, berkeringat banyak
e. Neurosensori Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, misis,
pupil mengecil, kram otot/kejang, kehilangan memori, penurunan
tingkat kesadaran (azotemia), koma, syok.
f. Nyaman/nyeri Nyeri tubuh, sakit kepala, distraksi, gelisah.
g. Pernapasan Napas pendek, depresi napas, hipoksia, takipnea,
dipsnea, peningkatan frekuensi, batuk produktif.
h. Keamanan Penurunan tingkat kesadaran, koma,syok,asidemia.
3. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat bervariasi bergantung pada jenis keracunan dan
organ terancam mengalami gangguan. (00132) Nyeri akut b/d agen cedera
biologis.
a. (00032) Pola nafas tidak efektif (00032) b/d distress pernafasan.
b. (00027) Defisit volume cairan (00027) b/d muntah, diare.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan (00002) b/d intake tidak
adekuat (anoreksia, mual dan muntah), kesulitan menelan.
Goleman et al., 2019. (2019). Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penanganan
Keracunan Makanan Pada anak Usia Sekolah Di SD 1 Sidodadi Masaran Sragen.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/keracunan-makanan/etiologi
https://baixardoc.com/documents/lp-dan-askep-intoksikasi-5ca7bae5346ac