Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN IV PATOLOGI


RADANG GENETALIA EKSTERNA
“PELVIKSITIS”

Oleh Kelompok 14
Kristianingrum     2010.0661.072
Ria Lestari            2010.0661.086
Nailatul Izzah       2010.0661.100

          PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat, karunia serta ridha-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah tentang ”PELVIKSITIS”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok pada
mata kuliah asuhan kebidanan patologi.
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kemudian
bermamfaat bagi kita.
Selama mengerjakan tugas makalah ini, kami telah banyak menerima bimbingan dan
saran-saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima
kasih yang setulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam pembuatan
makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap makalah ini dapat berguna dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk kemajuan di masa-masa
mendatang. Atas perhatiannya penyusun ucapkan terima kasih.

Surabaya, Mei 2012

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I   Pendahuluan .................................................................................................
1.1    Latar Belakang .......................................................................................
1.2    Tujuan .....................................................................................................
BAB II Pembahasan ...................................................................................................
2.1    Definisi ...................................................................................................
2.2    Etiologi ...................................................................................................
2.3    Faktor resiko ...........................................................................................
2.4    Patofisiologi ............................................................................................
2.5    Tanda dan Gejala ....................................................................................
2.6    Diagnosis ................................................................................................
2.7    Diagnosis Banding .................................................................................
2.8    Komplikasi .............................................................................................
2.9    Penatalaksanaan dan Pencegahan ...........................................................
BAB III Studi Kasus
BAB IV Penutup.........................................................................................................
4.1    Kesimpulan...............................................................................................
4.2    Saran.........................................................................................................
      Daftar Pustaka
Contoh soal
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah
menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti rahim,
tuba fallopii dan ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan
sangat membahayakan jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika
telah menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru terjadi setiap
tahun, demikian menurut Gay Benrubi, M.D., profesor pada Division of Gynegology Oncology,
University of Florida di Jacksonville.
Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk
memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran lainnya,
serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan risiko seorang wanita untuk menjadi mandul.
Ketika bakteri-bakteri yang menyerang menembus tuba fallopii, mereka dapat menimbulkan luka
di sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau tidak memungkinkannya)
sebuah telur masuk ke dalam rahim, demikian Dr. Benrubi menerangkan.
Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang bergerak
melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang
mengkhawatirkan yaitu setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk menjadi
mandul adalah 10%. Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika
wanita ini mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung menjadi 55%.
Secara keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang pelvis menyebabkan
kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahun.
Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa gangguan medis ini dapat
meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali
lipat. Alasannya: karena tuba falopii sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul karena
infeksi ini, telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba. Kurang
lebih 30.000 kehamilan di luar kandungan per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi
seperti ini, demikian kata Dr. Benrubi. “Itu masalah yang serius: Kehamilan di luar kandungan”,
demikian katanya, "dewasa ini menjadi penyebab kematian ibu dengan prosentase sebesar 15%
dan dengan segera akan menjadi penyebab kematian ibu yang paling sering terjadi.
1.2 Tujuan
1. Memahami dan menjelaskan tentang definisi pelviksitis/ radang pada panggul.
2. Memahami dan menjelaskan penyebab terjadinya pelviksitis/ radang pada panggul.
3. Memahami dan menjelaskan proses terjadinya/ patofisiologis pelviksitis/ radang pada
    panggul.
4. Memahami dan menjelaskan tanda dan gejala pelviksitis/ radang pada panggul.
5. Memahami dan menjelaskan bagaimana penatalaksanaan serta pencegahan dari pelviksitis/
    radang pada panggul.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Beberapa pendapat tentang gambaran penyakit radang panggul:
1.      Westrom (1969). Gejala klinis sebagai akibat penyebaran mikroorganisme,diluar kehamilan,
secara asenden dari vagina menuju alat genetalia bagian atas( dalam ) dan sekitarnya, serta
meninbulkan kerusakan jaringan.
2.      St.jhon et al (1980). Proses peradangan akut sebagai akibat dari peradangan asenden darirektus
urinarius yang menyebar kearah vulva dan sekitarnya.
3.      Te linde. Memebagi menjadi 3 derajat :
a.       Derajat 1 ( tanpa penyulit, infeksi salpingitis- salpingo- ooforitis, dapat unilateral/
biparietal,palveoperitonitis).
b.      Derajat 2 ( bentuk biosalping unilateral/ bilateral, tubo-ovarial abses unilateral/ bilateral,
palveoperonitis)
c.       Derajat 3 ( dengan penyulit dalam bentuk sepsis/ septic syok, abses pecah,palveoperitonitis, tuba
ovarium abses diatas 8 cm).

Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur,
miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan
komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita
mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara
16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan
mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau
kehamilan abnormal.

2.2 Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau
minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering
adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan
kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi
dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan
berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan
bakteri (darah menstruasi).

2.3 Faktor Resiko


Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat
penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-
ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita
berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir
servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun
wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi
masuknya bakteri.
Faktor risiko lainnya adalah:
1.    Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2.    Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari.
3.    Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4.    Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan
5.    Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko tertinggi
       adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah
       terdapat infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya.

2.4 Patofisiologi
Infeksi pelvis dipisahkan dalam 3 kategori :
1. Infeksi yang terjadi setelah kuretase dan post abortus serta infeksi post partum
2. Infeksi post operatif berkembang dari organisme yang terbawa ke dalam tempat operasi
    dari kulit, vagina, atau yang lebih jarang dari traktus gastrointestinalis sewaktu
    pembedahan
1. Infeksi pelvis yang terjadi pada fase yang tidak hamil tanpa didahului pembukaan bedah rongga
abdomen atau endometrium.
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital atas
endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina (salpingitis), ovarium
(ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina (parametritis) dan peritoneum pelvis
(peritonitis).
Perjalanan penyakit tergantung pada jenis (strain ) dan virulensi organisme penyerang
maupun resistensi masing-masing pejamu terhadap mikroorganisme. Organisme dapat menyebar
ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara:

Jalur penyebaran bakteri yang umum adalah :

a. Interlumen
Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%) terjadi akibat
masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke
tuba uterina, akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui
menyebar dengan mekanisme ini adalah N.gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus agalatiae,
sitomegalovirus dan virus Herpes simpleks.
b. Limfatik
Infeksi puerpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan dengan IUD
menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi Myoplasma non purpuralis.
a.    Hematogen
Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu (misalnya
tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.
b.      Intraperitoneum
Infeksi intraabdomen (misalnya apendisitis, divertikulitis) dan kecelakaan intra abdomen
(misalnya virkus atau ulkus dengan perforasi) dapat menyebabkan infeksi yang mengenai sistem
genetalia interna.
c.       Kontak langsung
Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi setempat dari
daerah infeksi dan nekrosis jaringan.

Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang peranan, yaitu:
         Terganggunya barier fisiologik
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia eksterna, akan mengalami
hambatan, karena kuman tersebut harus melewati beberapa bagian organ reproduksi interna
sebelum sampai ke pelvik,yaitu
a.    ostium uteri internum
b.    ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman – kuman dihambat secara :
       mekanik, biokemik dan imunologik
c.    kornu tuba
d.    Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman – kuman
        pada endometrium turut terbuang.
Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat
persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR).
         Adanya organisme yang berperan sebagai vector.
Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba
fallopii. Beberapa kuman patogen misalnya E coli dapat melekat pada Trikomonas
vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba fallopii dan menimbulkan
peradangan di tempat tersebut. Spermatozoa juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman
– kuman N. gonerea, Ureaplasma ureolitik, C. trakomatis dan banyak kuman – kuman aerobik
dan anaerobik lainnya.
         Aktivitas seksual
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi utrerus yang dapat
menarik spermatozoa dan kuman – kuman memasuki kanalis servikalis.
         Peristiwa Haid
Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa
haid yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya radang panggul gonore. Periode yang paling
rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan
jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman – kuman N
gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala – gejala salpingitis akut disertai panas
badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril Menses”.

2.5 Tanda dan Gejala


Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri ini umumnya
nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasi terakhir, dan diperparah
dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama. Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7
hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali.
Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam, nyeri
saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit kepala, malaise, nafsu makan berkurang, nyeri
perut bagian bawah dan daerah panggul, dan sekret vagina yang purulen.
Biasanya infeksi akan mempengaruhi tuba fallopii. Tuba yang tersumbat biasa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan
menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya,
menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara
organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium – ovarium panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).
Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita
bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga
terjadi sepsis.

2.6 Diagnosis
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan
pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan:
         Pemeriksaan darah lengkap
         Pemeriksaan cairan dari serviks
         Kuldosintesi
         Laparaskopi
         USG panggul
2.7  Diagnosis Banding
1.      Penyakit Ginekologi
a.       Non siklik : perlekatan, endometriosis, salpingo-ooforitis akut / subakut.
b.      Siklik :disminore primer, disminore skunder (himen imperforata,stenosis serviks, leiomioma),
siklik atipik (endometriosis,adenomiosis)
c.       Penyakit saluran cerna: kolitis ilseratif, hernia, karsinoma
d.      Penyakit saluran kemih: sistitis interstisial, obstruksi ureter
e.       Penyakit neurologis: neuroma
f.       Penyakit Muskuloskeletal:
Sindrom low back pain (osteoporosis, skiliosis, kiposis)
Sindrom miofasial (Lupus eritematosus sistemik, limfoma)

2.8  Komplikasi
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan berbagai kelainan di dalam kandungan
seperti nyeri berkepanjangan, Syok septic ireversibel ,infertilitas dan kehamilan abnormal.
Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba. Parut ini mengakibatkan
kerusakan dan menghalangi saluran tuba sehingga menyebabkan infertilitas. Parut juga dapat
menyebabkan sel telur tidak dapat melalui jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi
kehamilan ektopik.

2.9 Penatalaksanaan dan Pencegahan


Untuk mengatasi penyakit hubungan seks dan penyakit radang panggul dilakukan upaya
preventif dan pengobatan. Upaya preventif primer meliputi upaya promotif kesehatan remaja dan
menegakkan diagnosis dini penyakit menular seksual dan pengobatan radikal.

Upaya promotif kesehatan remaja meliputi:


1.      Meningkatkan hubungan dalam lingkungan keluarga.
2.      Meningkatakan aktifitas remaja yang produktif.
3.      Memberikan pendidikan seksual tentang anatomi-fisiologi  genitalia, sikap menghadapi
hubungan seks ( abstinesia, dan mengikuti siklus menstruasi).
4.      Mengikuti hubungan seksual yang sehat ( kontrasepsi sederhana {kondomisasi}, masalah
penularan PMS/PRP, masalah gugur kandun/ aborsi).
5.      Menghindari ketagihan obat terlarang dan alkoholisme.
6.      Menghindari “hubungan seks” dengan wanita tunasusila.

Diagnosis dini dan pengobatan radikal PMS bertujuan menghindari terjadi penyakit
radang panggul, dengan akibat kerusakan jaringan dan infertilitas. Serangan pertama berupa
kerusakan jaringan dan infertilitas derajat utama ( 13-15%), kedua (25-30%) dan ketiga (60-
65%).
Rancangan pengobatan radikal dilakukan agar tidak berkelanjutan menjadi penyakit
radang panggul. Perhatian ditekankan kepada jenis mikroorganisme yang paling menyebabkan
penyakit radang panggul. Oleh karena itu antimikroba (antibiotic ) ditujukan untuk membasmi
mikroorganisme tersebut, meliputi Triple drug (Doksiklin [vibramisin] 100 mg/oral 2x/hr 7-14
hari; Amoksisilin 3,5 g [1 g/hr]; suntikan antibiotic hanya menggambarkan satu segi pengobtan
infeksi ginekologi dan obstetric.
Kegagalan untuk berespons terhadap suatu agent antibakteri tertentudapat berarti bahwa
organism tersebut resisten terhadap obat atau dosis yang diberikan atauterdapat suatu penyulit
tambahan. Suatu abses mungkin memerlukan drainase secara bedah, jaringan nekrotik mungkin
harus direseksi, atau tromboemboli mungkin mememrlukan terapi antikoagulan.Suntikan
penicillin 4,8 g IM. Penicilimase-producing gonococci ( PPNG) dapat diganti dengan
spektinomin 2,0 g IM. Bila pasien tidak tahan tetraciclin dapat diganti dengan eritromisin 500
mg selama 7-14 hari.
Pengobatan triple drug manjadi kesembuhan radikal dapat dicapai untuk menghindari
penyakit radang panggul dan perlekatan. Pengobatan konservatif sesuai dengan dasar pengobatan
PSH dan berdasarkan kultur dan uji sensitivitas. Pengobatan dengan operasi meliputi laparoskopi
(untuk diagnostic dan pelepasan perlekatan) atau laparotomi (operasi mengangkat sumber infeksi
dan rekonstruksi).
Perubahan perilaku seksual remaja tidak mungkin dibendung. Namun harus dihadapi
dengan upaya preventif primer dan pengobatan penyakit radang panggul secara adekuat.
Hubungan seksual yang makin bebas tanpa batas menimbulkan kehamilan yang tidak
dikehendaki, kerusakan jaringan organ genetalia interna dan menimbulkan infertilitas atau
kehamilan ektopik. Untuk mengatasinya dilakukan peningkatan hubungan dalam keluarga,
peningkatan aktivitas remaja yang berstruktur, peningkatan pengetahuan tentang metode KB
untuk menghindari kedua akibat hubungan sewks bebas.
Diagnosis dini dan pengobatan radikal PMS bertujuan menghindari penyakit radang
panggul. Penyakit radang panggul dapat pula disebut prostituate international disease atau pretty
international disease, karena mata rantai penyakit ini adalah tunasusila).

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit radang Panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna, yang
disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium
parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya,
secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual.
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui
vagina dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan oleh
bakteri yang juga menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia,
gonare, mikroplasma, stafilokokous, streptokus).
Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah.
Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak
dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang
tidak teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut
serta menyebabkan nyeri menahun.

4.2 Saran
Jauhi free seks karena itu sangat berpotensi pada PMS. Jadi lindungi diri kita  sendiri
karena masa depan yang cerah sedang menanti kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/38941730/BAB-I-PID-new
http://sangahlibidanpelamonia.blogspot.com/2011/12/makalah-pelviksitis.html
Bagian Obstetri dan Genekologi, 1981. Genekologi. Bandung: fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung
Bobak, 2005. Buku ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.
Glasier, Anna, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC, 2005.
Rustam, 1976. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Scott, R. James, Danford, Buku Saku Obstetri dan Genetalia. Jakarta : Widya Medika, 2002
BAB III
STUDI KASUS
Asuhan Kebidanan
Pada Ny”P” Dengan Pelviksitis

Tanggal:                         Oleh: 
A. DATA SUBYEKTIF
I.                   Pengkajian
Nama           : Ny. P
Umur           : 25 tahun
Alamat         :  
Pendidikan   : SMP
Pekerjaan     : -
2.      Keluhan utama
Ibu mengatakan badan panas, sakit kepala, nyeri di bagian bawah perut, disertai diare,
mual, muntah, nyeri saat berkemih, dan nyeri saat senggama.

3.      Pola kegiatan Sehari-hari


 Nutrisi                        : ibu mengatakannafsu makan berkurang akibat rasa sakit di daerah
abdomen
 Eliminasi                    : ibu mengatakan sakit saat berkemih
 Personal Hygiene       : ibu mengatakan sering menggunakan pembersih kewanitaan.
 Seksual                      : ibu mengaku hubungan seksualnya terganggu karena merasakan
nyeri saat bersenggama.
4.      Riwayat Obstetri
                        Ibu mengatakan pernah melakukan aborsi 2x.
5.      Riwayat KB
Ibu mengakatan menggunakan KB suntik 1bulan.

B. DATA OBYEKTIF
1)    Pemeriksaan Umum
Kesadaran       : composmentis
TD                   : 120/80 mmHg
S                      : 39 ⁰C
Nadi                : 110 x/menit
RR                   : 20 x/menit

2)    Pemeriksaan Fisik
Leher               : Terdapat pembesaran kelenjar limfe
Abdomen        : Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol dari pada nyeri di kuadran atas
  abdomen.
Genetalia         : terlihat sekret yang purulen dan berbau busuk

3)    Pemeriksaan Penunjang
         Periksa darah lengkap :
Hb turun akibat nutrisi ↓, leukosit meningkat akibat adanya infeksi, LED meningkat.
         Urinalisis             : kemungkinan ada bakteri dalam urine
         Tes kehamilan    : mendeteksi adanya janin atau tidak sehingga dapat melakukan tindakan yang
sesuai
         Pemeriksaan cairan dari serviks         : adanya bakteri pada lendir serviks
         Kuldosintesis      : adakah massa/drah pada cavumdoglas
         Laparoskopi        :adakah kelainan pada organ genetalia interna misalnya perlekatan
         USG panggul     : adakah kelainan pada organ genetalia interna misalnya perlekatan

C. ASSESMENT
I. Interpretasi Data Dasar
1. Diagnosa     : Ny/Nn “P” dengan Pelviksitis
2. Masalah       : Gangguan Sistem Gastrointestinal
  Gangguan system Urogenital
  Gangguan Rasa Nyaman
                       
            3. Kebutuhan  : KIE tentang penyakit radang panggul
                                      KIE tentang pola seksual, hygine.

D. IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL


Nyeri berkepanjangan, Gangguan Konsep Diri, Syok septic ireversibel ,infertilitas dan
kehamilan abnormal

E. IDENTFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Tidak ada

F. PLANNING
Bila di pelayanan kesehatan yang belum memadai, misalnya di BPS
1.    Beritahu pasien tentang keadaan dirinya
R/ pasien memahami keadaan dirinya sehingga lebih kooperatif dalam pemberian tidakan.
2. Pemberian antipiretik dan analgesik.
R/ keadaan umum yang biasa timbul adalah badan panas dan nyeri bagian abdomen. Bidan bisa
memberikan antipiretik dan analgesik, namun tetap harus dirujuk ke dokter spesialis/puskesmas/
rumah sakit sehingga dapat memperbaiki keadaan umum
3.    Rujuk ibu ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai untuk diadakan uji laboratorium dan
pengobatan yang komprehensif
R/  tindakan yang tepat dan diperiksa secara dini di pelayanan yang memadai bisa memperingan
gejala yang dialami.
Bila sudah di pelayanan kesehatan yang memadai maka dilakukan,
4.      Pemeriksaan laboratorium kultur
R/ dengan mengetahui mikroorganisme penyebab infeksi maka dapat ditentukan pengobatan
antibiotik sesuai dengan mikroorganisme tersebut.
5.    Tes Antibiotik
R/ uji sensitivitas antibiotik pada pasien agar mengetahui pasien alergen atau tidak terhadap
antibiotik yang diberikan
6.    Pegobatan Antibiotik Radikal ( pengobatan Triple Drug )
R/ pengobatan Triple Drug menjadi kesembuhan radikal dapat dicapai untuk menghindari
penyakit radang panggul dan perlekatan dengan menekan dan menghentikan mikroorganisme
penyebab infeksi.
7.    Pengobatan dengan operasi (Laparotomi)
R/ bila terjadi perlekatan maka tindakan pengangkatan sumber infeksi dan rekontruksi harus
dilakukan.

G. IMPLEMENTASI
1. Memberitahu pasien tentang keadaan dirinya
2. Memperbaiki keadaan umum ibu sesuai kewenangan (pemberian antibiotik dan antipiretik).
3. Merujuk ibu ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai untuk diadakan uji laboratorium dan
    pengobatan yang komprehensif
4. Melakukan Pemeriksaan laboratorium kultur
5. Melakukan Tes Antibiotik
6. Memberikan Pegobatan Antibiotik Radikal ( pengobatan Triple Drug )
7. Melakukan Pengobatan dengan operasi (Laparotomi)

H. EVALUASI
Tanggal :                     Pukul :
S          : Ibu mengatakan badan panas, sakit kepala, nyeri di bagian bawah perut, disertai diare, mual,
muntah, nyeri saat berkemih, dan nyeri saat senggama.
O         : Ibu dapat mengerti dan dapat menjelaskan kembali atas apa yang telah dijelaskan oleh tenaga
kesehatan.
A         : Ny.P dengan Pelviksitis
P          : Kontrol 3hari lagi atau saat ada keluhan.
 “SoaL aSuhan kebidanan patologi
pelviksitis”
1.      Definisi dari pelviksitis menurut St.jhon et al (1980) yaitu :
a.       Gejala klinis sebagai akibat penyebaran mikroorganisme,diluar kehamilan, secara asenden dari
vagina menuju alat genetalia bagian atas( dalam ) dan sekitarnya, serta meninbulkan kerusakan
jaringan.
b.      Proses peradangan akut sebagai akibat dari peradangan asenden darirektus urinarius
yang menyebar kearah vulva dan sekitarnya.
c.       Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
d.      Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius
pada wanita berusia antara 16-25 tahun.
e.       Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami
komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan
abnormal.

2.      Bakteri penyebab pelviksitis tersering yaitu :


a.      N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis
b.      Cystosarcoma phyllodes
c.       staphylococcus, dan steptococus
d.      e. colli
e.       steptococus

3.      Faktor resiko terjadinya pelviksitis kecuali :


a.       Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari.
b.      Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS.
c. Kelainan pada vagina seperti perubahan warna yang tidak seperti orang
normal atau berbau.
d.      Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan.
e.       Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul.
4.      Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian pada saluran genital atas antara
lain kecuali :
a.       Endometrium (endometritis) dan dinding uterus (miositis).
b.      Tuba uterina (salpingitis) dan ovarium (ooforitis).
c.       Ligamentum latum dan serosa uterina (parametritis).
d.      Peritoneum pelvis (peritonitis).
e.       Sarkoma (Rous).

5.      Diagnosa pelviksitis ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang
dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan dengan cara
kecuali :
a.       Pemeriksaan darah lengkap.
b.      Pemeriksaan sputum.
c.       Pemeriksaan cairan dari serviks.
d.      Kuldosintesi dan Laparaskopi.
e.       USG panggul.

6.      Antimikroba (antibiotic ) ditujukan untuk membasmi mikroorganisme pelviksitis, meliputi :


a.      Triple drug (Doksiklin [vibramisin] 100 mg/oral.
b.      Amoksisilin 1 mg.
c.       Parasetamol 2 mg.
d.      Asiklovir 3%.
e.       Kortikosteroid 2,5 g.

7.      Berikut ini tanda dan gejala pada penyakit pelviksitis kecuali :


a.       badan panas.
b.      nyeri di bagian bawah perut.
c.       tampak sakit, disertai gejala gastrointestinal (obstipasi atau diare, mual atau muntah).
d.      Mual muntah
e.       gangguan sistem urogenital (polakisuria/ disuria, dipareunia, pengeluaran leukorea, berbau/
kotor bahkan bercampur darah).
8.      Telinde membagi penyakit pelviksitis dalam tiga derajad, yg termasuk derajad kedua yaitu :
a.       Tanpa penyulit, infeksi salpingitis- salpingo- ooforitis, dapat unilateral/
biparietal,palveoperitonitis
b.      Bentuk biosalping unilateral/ bilateral, tubo-ovarial abses unilateral/ bilateral,
palveoperonitis
c.       Dengan penyulit dalam bentuk sepsis/ septic syok, abses pecah,palveoperitonitis, tuba ovarium
abses diatas 8 cm
d.      Semua jawaban salah
e.       Jawaban b dan c benar

9.      Jalur penyebaran bakteri yang umum adalah :


a.       Interlumen-Hematogen-Limfatik-Kontak langsung-Intraperitoneum
b.      Kontak langsung-Limfatik-Interlumen-Intraperitoneum-Hematogen
c.       Intraperitoneum-Limfatik-Interlumen-Hematogen-Kontak langsung
d.      Interlumen-Kontak langsung-Limfatik-Hematogen-Intraperitoneum
e.       Interlumen-Limfatik-Hematogen-Intraperitoneum-Kontak langsung

10.  Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia eksterna, akan mengalami
hambatan, karena kuman tersebut harus melewati beberapa bagian organ reproduksi interna
sebelum sampai ke pelvik,organ reproduksi tersebut yaitu kecuali :
a.       ostium uteri internum.
b.      ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman – kuman dihambat secara : mekanik,
biokemik dan imunologik.
c.       Kavum uteri
d.      kornu tuba.
e.       Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman – kuman
pada endometrium turut terbuang.

Anda mungkin juga menyukai