MARET 2023
Disusun oleh:
dr.Nabila Malawat
Pembimbing
dr. Devi Gandatama, Sp.OG (K)
Pendamping :
dr. Maryam K Hasan, MM
Halaman
COVER.......................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A. Infertilitas.........................................................................3
1. Definisi.........................................................................3
2. Epidemiologi................................................................4
1. Definisi.........................................................................28
2. Epidemiologi................................................................29
1. Definisi.........................................................................35
2. Klasifikasi....................................................................38
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….57
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
dimana proses ini dapat menjadi beban fisik dan psikologis bagi pasangan
infertilitas.
menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infertilitas
1. Defenisi Infertilitas
mempunyai anak.1,2
dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita yang telah berkeluarga
2. Epidemiologi Infertilitas
anak setelah umur 40 tahun 34,33% infertile pada umur 40 tahun dan 87%
pasangan) atau sekitar 2 juta pasangan infertil baru setiap tahun dan
tahun 1988 hingga tahun 1995 terus mengalami peningkatan dari 8.4%
menjadi 10.2% (6.2 juta). Kejadian ini diperkirakan akan terus meningkat
hingga mencapai 7.7 juta pada tahun 2025. Dibeberapa wilayah di dunia,
seperti Asia Selatan, beberapa negara Afrika sub- Sahara, Timur Tengah
dan Afrika Utara, Eropa Tengah dan Timur dan Asia Tengah, tingkat
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 kejadian
pasangan infertil di Indonesia tahun 2013 adalah 15-25% dari total populasi
jiwa, dan diperkirakan terdapat sekitar 7,5 juta penduduk usia reproduktif
pada perempuan
ovulasi. 2,3
1. Ringan/ Grade 1
-Oklusi tuba proksimal tanpa adanya fibrosis atau oklusi tuba distal
tanpa ada distensi.4
2. Sedang/Grade 2
3. Berat/Grade 3
1. Defenisi
penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau
saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah
Genital. Prevalensi IMS pada wanita di negara berkembang jauh lebih tinggi
secara tidak sengaja ditemukan pada pemeriksaan Pap Smear terhadap 600
wanita usia 25-45 tahun dari 6 klinik di Jakarta mencapai 29%. Adapun
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar, sakit berkepanjangan,
risiko untuk terkena IMS lebih besar dari pada laki-laki sebab alat
tahap lebih parah. Misalnya keputihan yang lebih disebabkan oleh kuman
buruk. 2,4
2. Epidemiologi
Tantangan lainnya dalam program pengendalian IMS adalah
yang menjadi kofaktor penting dalam transmisi HIV, seperti infeksi HSV-2,.
demikian, diperlukan regimen yang dapat mengatasi hal ini sesuai dengan
berkembang data berkelanjutan jarang diperoleh, dan hal ini masih menjadi
statis. Dari waktu ke waktu. Secara umum, pada awal suatu epidemi di suatu
daerah, patogen IMS mulai ditularkan dari atau di dalam populasi risiko
tinggi dengan laju infeksi yang tinggi dan pertukaran pasangan yang cepat
seksual bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain, namun secara
umum, pasangan seksual dari individu dengan laju infeksi lebih tinggi
seksualnya, seperti suami atau istrinya dan pasangan tetapnya yang berada
tahun 2001. 1
pada neonatus yang lahir dari ibu yang terinfeksi. Gonore juga
gonorrhoeae
kehamilan ektopik.2,3,4
infertilitas. .2,3,4
wanita, sehingga infeksi ini sering tidak diketahui, tidak diobati, dan
menempel pada sel mukosa yang tidak bersilia sampai sel mukosa
parut dan oklusi tuba merupakan kerusakan tuba falopi dan dapat
terjadi pada serviks atau uretra. Keluhan yang timbul berupa duh
e. Penegakan Diagnosis
12,6% pria tanpa adanya gejala infeksi saluran genitalia. Studi oleh
gonorrhoeae
Siprofloksasin dan ofloksasin sudah menunjukan angka resistensi
2. Mycoplasma Genitalium
menular seksual (IMS) pada laki-laki dan perempuan. Pada tahun 1981,
untuk pertama kali dua varian Mycoplasma diisolasi dari dua laki-laki
penyebab 15-20% kasus uretritis non-spesifik pada pria dan 30% uretritis
atau simptomatik berupa keluarnya duh tubuh uretra, duh tubuh vagina,
berkemih. Pada laki–laki, gejala paling umum berupa nyeri saat berkemih
sampai dua kali lipat, juga untuk penyakit radang panggul, persalinan
sehingga sulit dikultur. Pada pewarnaan Gram sediaan duh tubuh genital
didapati jumlah leukosit PMN ≥5/LPB pada laki – laki atau >30/LPB
Spesimen dapat diambil dari swab vagina, uretra, endoserviks, dan urin,
3. Trichomonas vaginalis
pada pria. Pada wanita penularan penyakit ini dapat terjadi secara
hubungan seksual dan penularan secara tidak langsung dapat terjadi pada
terkontaminasi. .2,3,4
satu golongan terebut adalah PSK. PSK ini bisa menularkan parasit ke
pada kelompok usia 20 – 49 tahun, berkembang pada usia muda dan usia
lanjut dan jarang terjadi pada anak gadis. Pada penelitihan sekitar tahun
atas dan telah dikaitkan dengan kasus salpingitis akut hingga 30%.
vagina dan serviks, mengeluh rasa gatal dan panas serta mengeluarkan
cairan flour albus atau keputihan (leukorrhoea) yang banyak dan gatal.
. 2,3,4
cairan dari vagina berwarna kuning kehijauan atau abu- abu serta berbusa
sedap, gatal pada vulva sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman. Sering
buang air kecil dan terasa sakit, pembengkakan vulva, rasa tidak nyaman
1. Pewarnaan
2. Kultur
3. Metode serologi
Beberapa studi mengatakan bahwa uji serologis kurang sensitif dari
pada kultur atau sediaan basah. Pada metode serologi ini dapat
a. Pemeriksaan ovulasi
seorang perempuan.
kehamilan. .2,3,4
adalah AMH dan folikel antral basal (FAB). Berikut nilai AMH dan FAB
oklusi tuba.
laparaskopi.
Histeroskopi
uteri yang dapat mengganggu proses implantasi dan kehamilan serta untuk
.2,3,4
intra uterin yang sangat kecil dibandingkan pemeriksaan HSG dan USG
transvaginal. Banyak studi membuktikan bahwa uterus dan endometrium
perlu dinilai sejak awal pada pasien infertilitas atau pasien yang akan
Laparoskopi
selanjutnya. .2,3,4
hingga beberapa siklus stimulasi ovarium dan inseminasi intra uterin pasien
Tatalaksana
Penanganan gangguan ovulasi berdasarkan WHO, yaitu:
WHO kelas I
WHO Kelas II
ganda. Pada pasien SOPK dengan IMT > 25, kasus resisten klomifen sitrat
dapat dikombinasi dengan metformin karena diketahui dapat meningkatkan
(OR 3.41, 95% CI 4.23 to 9.48) melalui efek peningkatan ovulasi (OR 4.6,
95% CI 2.84 to 7.45). (Evidence level 1a) Tindakan drilling ovarium per-
bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam laju kehamilan (OR 1.42; 95%
CI 0.84 to 2.42) atau laju keguguran (OR 0.61; 95% CI 0.17 to 2.16) antara
fungsi ovarium (WHO kelas III) sampai saat ini tidak ditemukan bukti yang
cukup kuat terhadap pilihan tindakan yang dapat dilakukan. Konseling yang
baik perlu dilakukan pada pasangan yang menderita gangguan ovulasi WHO
(OR 1.12; 95% CI 0.57 to 2.21), hidrotubasi dengan steroid (OR 1.10; 95%
CI 0.74 to 1.64), atau hidrotubasi dengan antibiotik (OR 0.67; 95% CI 0.30
to 1.47) Tindakan bedah mikro atau laparoskopi pada kasus infertilitas tuba
Tatalaksana endometriosis
mengurangi rasa nyeri namun belum ada data yang menyebutkan bahwa
.2,3,4
Penelitian acak yang dilakukan pada 71 pasien endometriosis derajat
ringan sampai sedang melaporkan laju kehamilan dalam 1-2 tahun sama
Pasangan dapat diberi pengertian tentang masa subur, dan disarankan untuk
strategi ini diperkuat oleh berbagai sumber. Snick dkk melaporkan angka
kelahiran hidup sebesar 14.3% selama 12 bulan tanpa terapi pada kasus
dan inseminasi intra uterin (IIU) tanpa stimulasi tidak memberikan hasil
Klomifen Sitrat
sehari mulai pada hari ke-2-6 siklus haid. Pemantauan folikel dengan USG
hubungan seksual terjadwal dari hari ke-12 siklus haid. Pada kejadian di
dan pasangan diminta tidak melakukan hubungan seksual sampai siklus haid
berikutnya.
Penggunaan klomifen telah dikenal oleh semua pasangan infertilitas
dijadikan dasar dalam pertimbangan risiko dan manfaat. Studi RCT yang
bahwa kelahiran hidup pada kedua grup tidak jauh berbeda (OR 0.79, 95%
CI 0.45 dan 1.38). Hal ini menunjukkan tidak ada manfaat yang diperoleh
Kesimpulan
vagina yang terlalu asam, kelainan serviks, sumbatan di tuba falopii dan
gangguan ovulasi. Faktor-faktor pada diri pria juga dapat berperan, seperti
terhadap penyakit IMS (infeksi menular sekseual) secara umum antara lain
memilah hubungan antara patogen ini dan gangguan kesuburan serta hasil
kehamilan nanti. Tentunya pada penyakit infeksi menular seksual diatas
infertilitas.
REFERENSI
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil/riskesdas
http://www.jabarprov.go.id/index.php/news/24166/1_3_Juta_Jiwa_