Anda di halaman 1dari 31

ASKEP INFERTILITAS

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Maternitas

Disusun oleh :

Tamara Andani (P17320319046)

Vitka Nur Kholisah (P17320319047)

TINGKAT 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN PRODI KEPERAWATAN BOGOR

2020

Jl. DR. Sumeru No.116, Menteng, Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat 16111, Indonesia
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekalipun gerakan keluarga berencana telah digalakkan dengan gencar, tetapi


ada sebagian kecil masyarakat sangat mendambakan keturunan karena telah cukup
waktu untuk menunggunya namun belum berhasil. Diperkirakan jumlah mereka
sekitar 10 % pasangan usia subur atau kurang sama dengan 7-8 juta orang. Kerisauan
mereka menyebabkan mereka sangat gelisah, dan terus berusaha dan dapat berkali-
kali berganti dokter yang didengarnya telah berhasil dalam menolong mereka yang
mendambakan kehamilan. Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan mengandung
setelah 1 tahun berusaha hamil. Infertil primer menunjuk pada pasien yang belum
pernah hamil sama sekali. Infertil sekunder digunakan untuk pasien yang pernah
hamil sebelumnya (Benson, 2008).

Insiden infertilitas meningkat (sekitar 100 % selama 20 tahun terakhir) di


negara-negara maju karena meningkatnya PMS (terutama gonore dan klamidia yang
kemudian menyebabkan kerusakan tuba), meningkatnya jumlah mitra seksual
(meningkatnya kemungkinan mendapat PMS), sengaja menunda kehamilan ,
penggunaan kontrasepsi dan merokok ( > 1 bungkus per hari menurunkan kesempatan
hamil sebesar > 20 %). Infertilitas menyebabkan 10 -20 % dari semua kunjungan ke
bagian ginekologi.

Angka fertilitas ditentukan dengan menggunakan fekundibilitas (kemungkinan


hamil 1 bulan paparan) hanya 25% pasangan muda sehat yang sering melakukan
hubungan seksual akan hamil perbulan (60% per 6 bulan, 75% per 9 bulan dan 90%
per 18 bulan). Fekundibilitas menurun dengan meningkatnya umur dan efeknya
kurang jelas pada wanita dibanding pria. Pada umur 36-37 tahun kemungkinan hamil
kurang dari separuh dibandingkan pada umur 25-27 tahun.

Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis


yang kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga
memerlukan konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian yang cermat
harus dapat mengenali kemungkinan penyebab 85%-90% kasus infertilitas. Yang
membahagiakan meskipun tanpa diberikan terapi, 15-20% pasangan infertil dapat
diharapkan hamil sejalan dengan waktu, tetapi selain fertilisasi in vitro (IVF) dapat
menyebabkan kehamilan pada 50%-60% kasus.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan


masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya:

1. Apakah yang dimaksud dengan infertilitas?


2. Bagaimanakah etiologi infertilitas?
3. Bagaimanakah manifestasi klinis infertilitas?
4. Bagaimanakah patofisiologis infertilitas?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui definisi infertilitas


2. Untuk mengetahui etiologi infertilitas
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis infertilitas
4. Untuk mengetahui patofisiologi infertilitas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Infertilitas

Menurut dunia medis Infertilitas adalah istilah yang di gunakan untuk


menyebut pasangan yang belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan
intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi dalam kurun waktu satu tahun.
Sedangkan menurut Sarwono dalam diah, 2012 : Infertilitas adalah kegagalan dari
pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan
seksual tanpa kontrasepsi, selama satu tahun. Ketidaksuburan (infertil) adalah
suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun
telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2—3 kali seminggu dalam kurun
waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun”
(Djuwantono,2008).

Sedangkan Baradero, dkk (2006) menjelaskan bahwa “Infertilitas adalah


ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.”

Maka dapat disimpulkan bahwa Infertilitas berarti tidak terjadinya


fertilisasi (Pembuahan ) pada organ reproduksi wanita, yaitu tidak terjadinya
proses peleburan antara satu sel sperma dan satu sel ovum yang sudah matang.

Klasifikasi Infertilitas

Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:

1) Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil


walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama
12 bulan berturut-turut.

2) Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika


perempuan pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun
koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan
berturut-turut.
2.2 Etiologi Infertilitas

1) Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)


a. Faktor penyakit
 Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di
lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di
tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim
(lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak
di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut.
 Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi
wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur,
atau dinding dalam panggul.
 Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang
ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar,
lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam
(lapisan endometrium).
 Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya
diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh
kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan
pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal
janin akan susah tumbuh.
 Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang
tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat
berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap
kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua
kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan
operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah
sindrom ovarium polikistik.
 Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan
sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.
 Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya
merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium
polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid.
Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid
80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di
luar itu semua, maka sebaiknya untuk periksa ke dokter.

b. Faktor fungsional
 Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan
bawaan (immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
 Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi
gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui
sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal.
 Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka
perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang
berperan adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu
dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan
hormon prostaglandin) maka gerakan sperma melambat.
 Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi
embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium.
Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung
mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain
karena struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon
progesteron yang memadai.

c. Lingkungan

Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat
kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan

2) Penyebab pada laki-laki (suami)


a. Kelainan pada alat kelamin

- Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain


pada permukaan testis

- Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam


kandung kemih

- Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh


zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa
berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan
kehamilan

- Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun

b. Kegagalan fungsional

- Kemampuan ereksi kurang

- Kelainan pembentukan spermatozoa

- Gangguan pada sperma

c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)

Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang


bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut
mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya
produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan
keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan
testosterone adalah dengan terapi hormon.

d. Gangguan di daerah testis (testicular)

Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan


fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang
dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses
produksi, testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin
daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5
°C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan
sperma dapat terganggu.

e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)

Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat


disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya
bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit seperti tuberkulosis (Tb),
serta vasektomi yang memang disengaja.

f. Tidak adanya semen

Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju


vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang
memengaruhi tulang belakang.

g. Kurangnya hormon testosterone

Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam


memproduksi sperma.

h. Lingkungan

Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan


anti kanker.
3) Penyebab pada suami dan istri

a. Gangguan pada hubungan seksual

Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke


vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan
kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.

b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)

1) Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil

2) Masalah dalam pendidikan

3) Emosi karena didahului orang lain hamil.

2.3 Manifertasi Klinis Infertilitas

1. Wanita :

• Terjadi kelainan system endokrin

• Hipomenore dan amenore

• Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan


masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik

• Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal

• Wanita infertil dapat memiliki uterus

• Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor

• Traktus reproduksi internal yang abnormal

2. Pria :

• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,


radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)

• Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria

• Hipertiroidisme dan hipotiroid

• Tumor hipofisis atau prolactinoma

• Disfungsi ereksi berat

• Ejakulasi retrograt

• Hypo/epispadia

• Mikropenis

• Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha

• Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)

• Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )

• Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

• Abnormalitas cairan semen.

2.4 Patofisiologis Infertilitas

1) Perempuan

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya


gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH
dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di
ovarium.

Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada
ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat
lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus
menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya
terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel.
Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang
menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak
berkembang dengan baik.

2) Laki-laki

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus


dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,
penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma
dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya
akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang
mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFERTILITAS

I. PENGKAJIAN

A. Biodata
1. Identitas Klien

Nama : Ny. A

Umur : 25 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Kp.Cisaranten Rt03/01

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.W

Umur : 30 Tahun

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SMA

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Kp.Cisaranten Rt03/01

Hubungan Dengan Klien : Suami


B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengeluh nyeri perut

a. Keluhan Utama
Klien mengeluh sudah 4 hari nyeri perut, karena haid tidak teratur
b. Keluhan waktu di data (PQRST)
Klien datang dengan keluhan nyeri pada bagian perut, karena haid tidak
teratur, pusing, kepala terasa melayang dan nyeri seperti ditusuk-tusuk secara
hilang timbul. Klien mengatakan cemas dengan keadaan penyakitnya.

P : klien mengatakan nyeri bila ada tekanan dan pergerakan berlebih


pada
perut
Q : Kualitas nyeri klien seperti ditusuk tusuk

R : Nyeri dirasakan di area perut

S : Skala nyeri 6 (antara 1-10)

T : Nyeri hilang timbul dengan durasi 2-3 menit

c. Tanda- tanda vital

TD : 110/90 mmHg

N : 84x/menit

RR : 24x/menit

S : 36,6˚C

C. Riwayat Kesehatan Masalalu

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular atupun menurun.


D. Struktur Keluarga
Genogrram:

Keterangan :

Pria wanita Pasien yang teridentifikasi Meninggal

Menikah Anak kandung Tinggal serumah


E. Data Biologi
1. Pola makan dan minum
a. Makan
Sebelum sakit: Klien mengatakan makan 3x/hari dengan porsi makan 1 porsi
dengan nasi lauk pauk, tidak ada keluhan makan.

Sesudah sakit: Klien mengatakan makan 3x/ hari dengan porsi makan ½ porsi,
klien mengeluhkan mual.

b. Minum
Sebelum sakit: Klien mengatakan minum 8 gelas/hari dengan air putih atau
teh, tidak ada keluhan.

Sesudah sakit: Klien mengatakan minum 8 gelas/hari dengan air putih, tidak
ada keluhan.

2. Pola eliminasi
a. BAK
Sebelum sakit: Klien mengatakan frekuensi BAK 3-4x/Hari, konsistensi cair,
warna kuning urine, tidak ada keluhan.

Sesudah sakit: Output Klien melalui kateter

b. BAB
Sebelum sakit: Klien mengatakan frekuensi BAB 1-2x/hari, konsistensi
lembek, warna kuning feses, tidak ada keluhan.

Sesudah sakit: Klien mengatakan belum BAB saat dikaji

3. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit: Klien mengatakan tidur 6-7 jam/hari, tidak ada keluhan

Sesudah sakit: Klien mengatakan tidur 8-9jam/hari, tidak ada keluhan

4. Pola kebersihan

Sebelum sakit: Klien mengatakan mandi 2x/hari, keramas 3x seminggu, gosok


gigi 2x/hari, tidak ada keluhan
Sesudah sakit: Klien mandi 1x/hari, tidak keramas, gosok gigi 1x/hari, tidak ada
keluhan

5. Pola aktivitas

Sebelum sakit: Klien mengatakan kegiatan sehari-hari menjadi IRT

Sesudah sakit: Klien berbaring di tempat tidur, klien merasa bosan

F. Riwayat Reproduksi
a. Pertama kali haid: umur 15 tahun, lamanya 6-7 hari, teratur warna darah merah,
konsistensni cair tanpa gumpalan.
b. Pertama kali menikah usia 20 tahun, kehamilan banyaknya 1x
Abrotus : Tidak pernah
Section cesarra : Pernah
c. Menjadi peserta KB : Tidak
G. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum pasien
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/90 mmHg
N : 84x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,6˚C
2. Pemeriksaan sistematis
a. Kepala, leher

Kepala : Bentuk bulat, simetris

Leher : Simetris tidak ada benjolan

b. Mata

Bentuk kedua mata : Simetris

Kongjungtiva : Anemis

Pupil : Baik

Sklera : Warna putih

Reflek cahaya : Baik, pupil refleks terhadap cahaya ada terbukti ketika
di beri cahaya pupil berkontraksi dan ketika cahaya di
jauhkan pupil dilatasi
Fungsi penglihatan : Normal (klien bisa membaca koran dengan jarak
kurang
lebih 25cm)
c. Telinga

Bentuk : Simetris

Kebersihan : Bersih

Fungsi Pendengaran : Normal, klien bisa mendengar bunyi/suara

d. Hidung

Bentuk hidung: Simetris

Lesi : Tidak ada

Sekret : Ada, lendir cair dan tidak ada kotoran

Mukosa Hidung : Sedikit kemerahan

Kebersihan : Tidak terdapat kotoran

Fungsi Penciuman : Normal, klien bisa membedakan bau kayu putih dan
bau
parfum
e. Mulut

Bentuk bibir : Simetris

Keadaan bibir : Kering, pecah-pecah

Gigi : Lengkap jumlah 32 Buah

Lidah : Bersih

Fungsi Pengecapan : Klien bisa merasakan manis, pahit, asam dan asin

f. Dada

Bentuk : Simetris

Bunyi nafas paru : Vesikuler (bernada rendah)


Perkusi paru : Resonant (suara perkusi paru yang normal)

Pola nafas : Regular (teratur)

Ekspansi paru : Seimbang

Irama Jantung : Reguler (teratur)

Mamae : Agak Simetris

g. Abdomen

Inspeksi : Terdapat luka operasi secara Horizontal

Palpasi : Nyeri tekan

Auskutasi : Bising usus 14x/menit

h. Status Neurologi : GCS : E4 V5 M6 = 15


i. Genetalia dan rectum

Inspeksi : Labia mayor menutupi labia minor yang tampak


kemerahan Orivisium Uretra terpasang kateter.

j. Ekstremitas bawah dan atas


1) Atas

Kesimetrisan : Simetris

Cyanosis : Tudak ada

Hiperpigmenasi : Tidak ada

Edema : Tidak ada

Akral : Hangat

2) Bawah

Kesimetrisan : Simetris

Cyanosis : Tudak ada

Hiperpigmenasi : Tidak ada

Edema : Tidak ada


Akral : Hangat

H. Data sosial
1. Pendidikan dan pekerjaan
Klien mengatakan bahwa ia seorang Ibu Rumah Tangga

2. Hubungan social
Klien mengatakan hubungan klien dengan keluarga di rumah baik, hubungan
dengan tetangga dan teman-temannya pun baik.

3. Faktor sosialkultural
Klien mengatakan jika sakit ia masih menggunakan pengobatan tradisional aatu
membeli obat warung.

4. Gaya hidup
Klien mengatakan tidak memiliki pantangan dalam makan dan minum.
I. Data spiritual

Yakin dan percaya terhadap TYME dan agama yang dianut yakni agama islam.
Selama dirawat klien melakukan ibadah di tempat tidur

J. Data penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
 Ureum : 20 mg/dl
 Keratin : 0,8 mg/dl
 Albumin : 3,8 mg/dl
 Hb :11,5 mg/dl
K. Pengobatan
 IVFD Sol Ringle Laktat 20 gtt/menit

II. ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 Ds: Klien megatakan nyeri Nyeri perut Nyeri Akut
daerah perut

Do:
Merangsang reseptor nyeri
- Wajah klien mengeluarkan zat kimia
tampak meringis
- TD: 110/90 mmHg ↓
- N : 84x/menit Dikirim dalam bentu
- RR: 24x/menit implus elektromia ke
- S : 36,6˚C dorsal karena pola spiral
cord

Diantar ke thalamus
sebagian pusat rasa

Dialirkan ke cortex serebri

Persepsi nyeri

Nyeri akut
2 Ds: Klien mengatakan Infertilitas Ansietas
cemas dengan keadaan
penyakitnya ↓

Do: Kurang pengetahuan klien


dan keluarga mengenai
- Klien dan keluarga proses penyakitnya
sering bertanya
pada dokter dan ↓
perawat tentang Merupakan stressor bagi
penyakitnya klien

Ansietas

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut berhubungan dengan reseptor nyeri


2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai proses penyakit
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanna
No tanggal Tujuan
Keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1 13-9- Nyeri Akut Setelah 1. Mampu 1. Kajian nyeri secara 1. Nyeri merupakan
2020 berhubungan dilakukan mengontrol nyeri kompehrensif penglaman subjektif
dengan tindakan (tahu penyebab termasuk lokasi, yang harus dijelaskan
reseptor nyeri keperawatan nyeri, mampu karakteristik, durasi, oleh pasien.
selama 3x24 menggunakan frekuensi, kualitas Identifikasi
jam level nyeri teknik dan faktor presipitasi karakteristik nyeri
klien menurun nonfarmakologi 2. Observasi reaksi dan faktor yang
unutk mengurangi nonverbal dari berhubungan
nyeri) ketidaknyamanan merupakan suatu hal
2. Melaporkan bahwa 3. Kontrol lingkungan yang sangat penting
nyeri berkurang yang dapat untuk memilih
dengan mempengaruhi nyeri intervensi yang cocok
menggunakan seperti suhu bagi pasien.
manajemen nyeri ruangan,pencahayaan 2. Merupakan indikator
3. Mampu mengenali dan kebisingan. atau derajat nyeri
nyeri (skala, 4. Ajarkan tentang yang tidak langsung
intensitas, teknik non dialami.
frekueansi dan farmakologi untuk 3. Lingkungan yang
tanda nyeri) mereduksi nyeri tidak kondisuf hanya
4. Tanda vital dalam seperti menggunakan akan memperparah
rentang normal teknik napas dalam rasa nyeri klien
atau guided 4. Pasien dapat
imaginary menggunakannya
5. Kolaborasi dengan untuk menurunkan
tim medis dalam rasa nyeri secara
pemberian obat mandiri
analgetik (ibuprofen) 5. Jenis obat analgetik
6. Evaluasi keefektifan dapat menurunkan
kontrol nyeri nyeri
6. Salah satu indikator
mengetahui sejauh
mana keefektifan
kontrol nyeri

2 13-9- Ansietas Setelah 1. Klien mampu 1. Ciptakan suasana 1. Hubungan saling


2020 berhubungan dilakukan mengidentifikasi terapeutik untuk percaya adalah dasar
dengan kurang intervensi den menumbuhkan hubungan terpadu
pengetahuan selama 3x24 mengungkapkan kepercayaan yang mendukung
mengenai jam, gejala cemas 2. Pahami situasi yang klien dalam
proses diharapkan 2. Mengidentifikasi, membuat ansietas mengatasi perasaan
penyakit Ansietas dapat mengungkapkan 3. Kaji tingkat ansietas cemas
diminimalkan dan menunjukan dan diskusikan 2. Perassan adalah nyata
sampai dengan teknik untuk penyebab bila dan membantu
diatasi mengontrol mungkin pasien utuk terbuka
cemas 4. Temani pasien unutk sehingga dapat
3. Postur tubuh, mengurangi mendiskusikan dan
ekspresi wajah, kecemasan menghadapinya
bahasa tubuh dan 5. Berikan penjelasan 3. Identifikasi masalah
tingkat aktivitas pada klien tentang spesifik akan
menunjukan penyakitnya meningkatkan
berkurangnya 6. Jelaskan semua kemampuan individu
kecemasan prosedur dan untuk menghadapinya
pengobatan dengan realistis
4. Dukungan yang terus
menerus mungkin
membanti klien
mengurangi ansietas/
rasa takut ketingkat
yang dapat diatasi
5. Dapat mengurangi
rasa cemas klien akan
penyakitnya
6. Ketidaktahuan dan
kurangnya
pemahaman dapat
menyebabkan
timbulnya ansietas
V. CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
No Tanggal Implementasi Evaluasi
keperawatam
1 14-9- Nyeri Akut 1. Mengkaji nyeri secara kompehrensif S: klien mengatakan masih terasa nyeri di
2020 berhubungan dengan termasuk lokasi, karakteristik, durasi, perutnya
reseptor nyeri frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
P : klien mengatakan nyeri bila ada O: Ekspresi wajah klien tampak meringis
tekanan dan pergerakan berlebih pada TTV:
perut
Q : Kualitas nyeri klien seperti ditusuk - TD : 100/90 mmHg
tusuk - N : 84x/ menit
R : Nyeri dirasakan di area perut - RR : 24x/menit
S : Skala nyeri 6 (antara 1-10) - S : 36,6oC
T : Nyeri hilang timbul dengan durasi 2-3 A: Masalah belum teratasi
menit
2. Mengobservasi TTV P: intervensi dilanjutkan
DS:-
1. Kajian nyeri secara kompehrensif
DO:
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
- TD : 100/90 mmHg
frekuensi, kualitas dan faktor
- N : 84x/ menit
presipitasi
- RR : 24x/menit
2. Observasi TTV
- S : 36,6oC
3. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
4. Anjurkan klien untuk menggunakan
ketidaknyamanan
teknik relaksasi dan nafas dalam saat
DS: Klien mengatakan nyeri pada daerah
terasa nyeri
perut
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
DO: Klien tampak meringis
pemberian obat analgetik
4. Mengontrol lingkungan yang dapat
6. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
DS:-
DO: Lingkungan lebih tenang
5. Mengajarkan tentang teknik non
farmakologi unutk mereduksi nyeri seperti
menggunakan teknik nafas dalam atau
guided imaginary
DS: klien mengatakan merasa sedikit lebih
nyaman
DO: klien mampu melakukannya secara
mandiri
6. Melakukan kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat analgetik (ibuprofen)
DS:-
DO: Klien minum obat
7. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
DS: Klien mengatakan dapat mengontrol
nyeri meskipun tidak langsung hilang
DO:-

2 14-9- Ansietas berhubungan 1. Menciptakan suasana terapeutik unutk S: Klien mengakatan khawatir dengan
2020 dengan kurang menumbuhkan kepercayaan kondisinya
pengetahuan mengenai DS:-
proses penyakit DO: Klien bersikap tertutup O: Klien tampak gelisah dan kontak mata
2. Memahami situasi yang membuat ansietas tidak fokus
DS: - A: Masalah belum teratasi
DO: Klien tampak gelisah
3. Mengkaji tingkat ansietas dan diskusikan P: Intervensi dilanjutkan :
penyebab bila mungkin 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
DS: Klien mengatakan khawatir dengan
kondisinya menumbuhkan kepercayaan
DO: Klien tampak cemas, kontak mata 2. Kaji tingkat ansietas dan
tidak fokus diskusikan penyebab bila mungkin
4. Menganjurkan agar keluarga dapat 3. Temani pasien unutk mengurangi
menemani klien untuk mengurangi kecemasan
kecemasan
DS:-
DO: Klien ditemani oleh suaminya
5. Memberikan penjelasan pada klien tentang
penyakitnya
DS: Klien mengatakan sudah paham
tentang Infertilitas
DO: Klien mengerti apa yang dijelaskan
perawat
6. Menjelaskan semua prosedur dan
pengobatan
DS: Klien mengatakan akan mengikuti
seluruh prosedur pengobatannya
DO:
Hari Kedua
1 15-9- Nyeri Akut 1. Mengkajian nyeri secara kompehrensif S: klien mengatakan masih terasa nyeri
2020 berhubungan dengan termasuk pada perutnya namun sudah berkurang
reseptor nyeri lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas
dan faktor presipitasi O: skala nyeri 4, klien masih terlihat
P : klien mengatakan nyeri bila ada meringis menahan nyeri
tekanan dan pergerakan berlebih pada TTV:
perut
Q : Kualitas nyeri klien seperti ditusuk - TD : 100/90 mmHg
tusuk - N : 84x/ menit
R : Nyeri dirasakan di area perut - RR : 24x/menit
- S : 36,6oC
S : Skala nyeri 4 (antara 1-10) A: Masalah teratasi sebagian
T : Nyeri tekan dengan durasi 1-2 detik
2. Mengobservasi TTV P: Intervensi dilanjutkan
DS:- 1. Kajian nyeri secara kompehrensif
DO: termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
- TD : 100/90 mmHg frekuensi, kualitas dan faktor
- N : 84x/ menit presipitasi
- RR : 24x/menit 2. Observasi TTV
- S : 36,6oC 3. Kolaborasi dengan tim medis dalam
3. Mengobservasi reaksi nonverbal dari pemberian obat analgetik
ketidaknyamanan 4. Evaluasai keefektifan control nyeri
DS: -
DO: klien masih tampak meringis
4. Menganjurkan klien utnuk menggunakan
teknik relaksasi dan nafas dalam saat terasa
nyeri
DS: klien mengatakan sudah praktikan
teknik relaksasi dan nafas dalam setiap
merasa nyeri
DO:-
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat analgetik
DS:-
DO: Klien minum obat
6. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
DS: klien mengatakan kontrol nyeri ini
berguna saat klien mengalami nyeri
DO:-
2 15-9- Ansietas berhubungan 1. Menciptakan suasana terapeutik untuk S: Klien megatakan tidak cemas lagi
2020 dengan kurang menumbuhkan kepercayaan dengan keadaannya
pengetahuan mengenai DS:-
proses penyakit DO: Klien bersikap terbuka dan kooperatif O: Klien memahami dan mengerti tentang
2. Mengkaji tingkat ansietas dan diskusikan keadaannya dank lien tampak tenang
penyebab bila mungkin
DS: Klien mengatakan mulai menerima A: Masalah teratasi
keadaannya P: Intervensi dihentikan
DO: Klien tidak cemas lagi dan klien
tampak tenang
3. Temani pasien unutk mengurangi
kecemasan
DS: Klien mengatakan senang karena
suami selalu menemaninya
DO: Klien terlihat tenang

Hari Ketiga
1 16-9- Nyeri Akut b.d Agen 1. Mengkajian nyeri secara kompehrensif S: klien mengatakan nyeri sudah
2020 Cidera Biologis termasuk berkurang dan hanya sesekali
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas
dan faktor presipitasi O: skala nyeri 2, klien tampak lebih rileks
P : klien mengatakan nyeri bila ada A: Masalah teratasi
tekanan dan pergerakan berlebih pada
perut P: Intervensi dihentikan
Q : Kualitas nyeri klien seperti ditusuk
tusuk
R : Nyeri dirasakan di area perut
S : Skala nyeri 2 (antara 1-10)
T : Nyeri tekan dengan durasi 1-2 detik
2. Melakukan kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat analgetik
DS:-
DO: Klien minum obat
3. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
DS: klien mengatakan sudah bisa
mengontrol nyeri nya
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindungatau suatu kesatuan hasil
interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup. Dan
klasifikasi dari infertilitas ada dua yaitu primer dan sekunder. Penyebab dari infertilitas
ini bisa dipandang dari pihak perempuan dal laki-lakinya. Jika dari wanita bisa dilihat dari
faktor penyakit dan fungsional. Sedangkan dari segi laki-laki bisa dilihat dari kelainan
alat kelamin dan kegagalan fungsional. Akan tetapi bisa dilihat juga penyebabnya dari
pasangan suami istri tersebut misalnya gangguan pada hubungan seksual dan
psikologisnya.

4.2 Saran
Apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan lama belum
mempunyai anak maka bisa langsung konsultasi atau periksa ke dokter ahli untuk segera
mengetahui penyebabnya. Karena jika sudah melakukan usaha terus-menerus tapi tidak
ada hasilnya, pasti terjadi infertilitas yang bisa disebabkan dari pihak laki-laki,
perempuan atau hubungan dari kedua pasangan suami istri tersebut.

Anda mungkin juga menyukai