Anda di halaman 1dari 13

TELAAH JURNAL

KEPUTIHAN PADA REMAJA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi

Dosen Pengampu:
Suprapti, SST., M.Kes

Disusun oleh Kelompok 3:

Flora Fantasi (P17311235002)


Azizah Nurhasanah (P17311235019)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Telaah Jurnal
Keputihan pada Remaja ” . Makalah ini dibuat dengan tujuan agar dapat menyelesaikan salah
satu tugas mata kuliah Epidemiologi. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik tepat pada waktunya. Dan tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih pada dosen
mata kuliah Epidemiologi, ibu Suprapti, SST. M.Kes, yang senantiasa dengan sabar
membimbing kami.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dalam
segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan pada makalah
berikutnya.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi tambahan bagi masyarakat dan bisa
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua khususnya dalam
mengembangkan diri di kehidupan masyarakat sehari-hari.

Malang, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II TELAAH JURNAL..................................................................................3
2.1 Konsep Timbulnya Penyakit Keputihan (Host, Agent, Envoronment)..........3
2.2 Penyebab Dan Proses Timbulnya Penyakit....................................................5
2.3 Studi Epidemiologi ( Deskriptif dan analatik)...............................................5
2.4 Morbiditas......................................................................................................5
2.5 Ukuran- Ukuran Epidemiologi.......................................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................8
3.2. Saran..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah keadaan reproduksi adalah suatu
keadaan kesehatan yang utuh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan hanya
fisik, mental, dan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau gangguan penyakit
atau gangguan pada semua hal yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan sistem
reproduksi, fungsi dan proses reproduksi itu sendiri.
Usia remaja merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi dan
ditandai dengan terjadinya berbagai perubahan yang dapat mengakibatkan masalah
kesehatan reproduksi. Satu diantara masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi
pada usia remaja adalah terjadinya pengeluaran cairan yang bukan darah pada organ
reproduksi atau lebih dikenal dengan istilah keputihan.
Keputihan adalah suatu kejadian yang sering menginfeksi wanita dan terjadi pada
segala usia. Sedangkan definisi dari keputihan keputihan itu sendiri adalah keluarnya
cairan selain darah dari liang vagina yang keluar lebih banyak dari biasanya, baik
berbau maupun tidak disertai disertai rasa gatal setempat, dapat terjadi secara normal
(fisiologis) atau tidak normal (patologis).
Penyebab keputihan pada remaja putri biasanya bersifat fisiologis, yaitu karena
sekresi vagina yang berlebihan sekresi vagina yang berlebihan yang disebabkan oleh
kadar estrogen kadar estrogen yang meningkat selama masa pubertas atau selama
ovulasi atau siklus menstruasi (Gewda, HA, 2021).
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya keputihan pada remaja putri biasanya
disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan parasit. Vaginosis bakterial adalah yang paling
umum penyebab keputihan yang menular, dengan prevalensi 9% di Inggris secara
umum Ini menyebabkan banyak dan mencurigakan keputihan berbau tanpa gatal atau
rasa sakit (Düzçeker Y,2019).
Faktor-faktor lain dapat menyebabkan keputihan. keputihan pada remaja seperti
faktor pendukung, fisiologis, dan faktor patologis. Faktor-faktor yang mendukung
terjadinya keputihan pada remaja adalah anemia, gizi kurang, kelelahan dan obesitas.
Fisiologis. Faktor fisiologis keputihan yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
normal kondisi hormonal seperti pada saat ovulasi, sebelum dan sesudah menstruasi,
rangsangan seksual, dan emosi (izzah N,2021)

iv
Untuk mencegah terjadinya keputihan pada remaja, mereka harus menjaga
kebersihan diri mulai dari membersihkan bagian luar genitalia eksternal, menghindari
stres yang berlebihan, menghindari pemakaian pakaian dalam yang ketat karena akan
menghambat sirkulasi darah, melakukan aktivitas yang sesuai dan tidak berlebihan, dan
lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep timbulnya Keputihan Pada Remaja?


2. Bagaimana penyebab dan proses timbulnya Keputihan Pada Remaja ?
3. Bagaimana studi epidemiologi pada Keputihan Pada Remaja ?
4. Bagaimana ukuran-ukuran epidemiologi Keputihan Pada Remaja?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami konsep timbulnya Keputihan Pada Remaja.
2. Memahami penyebab dan proses timbulnya Keputihan Pada Remaja.
3. Memahami studi epidemiologi pada Keputihan Pada Remaja.
4. Memahami ukuran-ukuran epidemiologi Keputihan Pada Remaja.

v
BAB II
TELAAH JURNAL

2.1 Konsep timbulnya Keputihan Pada Remaja


Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptif organisme untuk merespon secara
tepat terhadap rangsangan atau stres, yang mengakibatkan gangguan fungsi atau
struktur organ atau sistem tubuh. berdasarkan pengertian tersebut, mudah untuk
dipahami bahwa konsep penyakit tidak sama dengan rasa sakit. sakit adalah kondisi
objektif. orang yang menderita belum tentu kesakitan, dan tidak jarang orang yang
kesakitan tetapi tidak ditemukan penyakit.
Pada umumnya rantai penyebab timbulnya penyakit dipengaruhi oleh berbagai
faktor sehingga dalam proses terjadinya penyakit dapat dikatakan berbagai faktor ikut
mengambil bagian (multiple causations). oleh karena itu pada setiap program
pencegahan maupun penanggulangan penyakit, harus memperhatikan faktor pengaruh
penyebab jamak tersebut. rantai penyebab timbulnya penyakit menurut (Siagian,
2010) yaitu sumber penyakit/Penyebab (Agent), Manusia (Host) dan Lingkungan
(Environment)
Dari uraian diatas terdapat tiga konsep pada kasus keputihan pada remaja sebagai
berikut:
1. Penyebab/sumber penyakit (Agent)
Agent (Penyebab) adalah unsur organisme hidup, atau kuman infeksi,
yang menyebabkan terjadinya suatu penyakit. beberapa penyakit agen
merupakan penyebab tunggal (single) misalnya pada penyakit menular,
sedangkan pada penyakit tidak menular biasanya terdiri dari beberapa agen
contohnya pada penyakit kanker.
Keputihan pada masa remaja umum dan mungkin fisiologis, dapat pula
akibat dari infeksi dan kondisi lainnya. Keputihan adalah salah satu masalah
kesehatan reproduksi wanita dan masalah paling umum kedua setelah
perdarahan uterus yang tidak normal. Faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya keputihan pada remaja putri biasanya disebabkan oleh jamur,
bakteri, virus dan parasit.
Keputihan yang tidak normal biasanya berhubungan dengan salah satu
dari tiga kondisi seperti bakterial vaginosis (BV), kandidiasis vulvovaginal
(VC), dan trikomoniasis. selain itu, penyebab keputihan abnormal yang
ditandai dengan pertumbuhan Lactobacilli yang melimpah sehingga
menyebabkan lisis sel epitel vagina, oleh karena itu disebut vaginosis sitolik.
2. Host
Host adalah manusia atau mahluk hidup lainnya, faktor host yang
berkaitan dengan terjadinya penyakit menular berupa umur, jenis kelamin, ras,
etnik, anatomi tubuh,dan status gizi. Faktor manusia sangat kompleks dalam
proses terjadinya penyakit dan tergantung pada karakteristik yang dimiliki
oleh masing-masing individu.

vi
Timbulnya keputihan pada remaja seperti faktor pendukung, fisiologis,
dan faktor patologis. faktor pendukung terjadinya keputihan pada remaja yang
mengalami anemia, gizi buruk, kelelahan, dan obesitas. Fisiologis faktor
keputihan yaitu lebih dipengaruhi oleh faktor normal kondisi hormonal seperti
masa ovulasi, sebelum dan sesudah menstruasi, rangsangan seksual dan emosi.
Namun, keputihan juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti
rendahnya pengetahuan tentang vaginal discharge, kurangnya informasi yang
diperoleh, stress aktivitas berlebihan, kebersihan yang buruk. Penyebab
berlebihannya sekret vagina akibat kelebihan estrogen yang meningkat selama
pubertas atau selama masa ovulasi.
Keputihan yang abnormal banyak dipicu oleh cara wanita dalam
menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin. Kegiatan kebersihan diri
yang dapat memicu keputihan adalah penggunaan pakaian dalam yang ketat
dan berbahan nilon, cara membersihkan alat kelamin (cebok) yang tidak benar,
penggunaan sabun vagina dan pewangi vagina, penggunaan pem- balut kecil
yang terus menerus di luar siklus menstruasi.
3. Lingkungan (Environment)
Lingkungan adalah faktor luar dari individu yang tergolong faktor
lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu
lingkungan hidup internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang
disebut hemostasis, dan lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia.
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik meliputi iklim/cuaca dan air. Dalam kasus
keputihan pada remaja faktor pendukung seperti air cebok yang kurang
bersih dapat menimbulkan keputihan karena berpotensi membawa
jamur, bakteri, virus ataupun parasit.
b. Lingkungan sosial ekonomi
Lingkungan sosial ekonomi meliputi pola aktivitas, status sosial
ekonomi, akses terhadap pelayanan kesehatan, adanya ketegangan
sosial dan tekanan sosial. Faktor demografi terjadinya keputihan
seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin dan jumlah keluarga.
Dalam perilaku higiene organ reproduksi, maka yang paling
mempengaruhi adalah lingkungan keluarga terutama ibu, karena
seorang putri akan belajar dan menganut kebiasaan yang sudah ada
sebelumnya dari keluarga terutama dari ibu. Maka walaupun mayoritas
menunjukkan kurang pengetahuan, tetapi mayoritas perilaku baik
sebab kebiasaan dan budaya dari ibu melekat erat pada perilaku anak,
tetapi sebenarnya dia tidak mengerti bagaimana menjaga kebersihan
genitalia eksterna yang baik dan benar.

vii
2.2 Penyebab dan proses timbulnya Keputihan pada Remaja
Keputihan secara fisiologis terjadi sebelum menstruasi yang melibatkan
pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Pada proses proliferasi terjadi
pembentukan hormon estrogen oleh ovarium yang. menyebabkan pengeluaran sekret
yang berbentuk seperti benang, tipis dan elastis. Hormon estrogen berperan dalam
produksi sekret pada fase sekretorik, merangsang pengeluaran sekret pada saat wanita
terangsang serta menentukan kadar zat gula dalam sel tubuh (glikogen). Glikogen
digunakan untuk proses metabolisme pada bakteri Lacto bacillus doderlein. Sisa dari
proses metabolisme ini akan menghasilkan asam laktat yang menjaga keasaman
vagina yaitu 3,8-4,2. Pada saat ovulasi terjadi proses sekresi pada endometrium yang
dipengaruhi oleh hormon progesteron. Hormon progesteron menyebabkan
pengeluaran sekret yang lebih kental seperti jeli.
Keputihan dapat terjadi secara patologis yang dapat disebabkan oleh infeksi
jamur, bakteri dan virus. Keputihan yang abnormal terjadi akibat infeksi alat kelamin
(infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut Rahim, jaringan penyangga dan IMS),
Adapun ciri-ciri keputihan patologis adalah terdapat banyak leukosit, jumlahnya
banyak, warnanya berubah (kuning, abu-abu, menyerupai susu), disertai keluhan
seperti gatal, panas atau nyeri dan berbau amis atau busuk. Faktor-faktor yang dapat
memicu keputihan abnormal:
a. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik dialami oleh seseorang akibat meningkatnya pengeluaran energi
karena tubuh memaksakan untuk bekerja berlebihan dan menguras fisik.
Meningkatnya pengeluaran energi menekan sekresi hormon estrogen.
Menurunnya sekresi hormon estrogen menyebab- kan penurunan kadar glikogen.
Glikogen digunakan oleh Lacto- bacillus doderlein untuk meta- bolisme. Sisa dari
metabolisme ini adalah asam laktat yang digunakan untuk menjaga keasaman
vagina. Jika asam laktat yang dihasilkan sedikit, bakteri, jamur, dan parasit
mudah berkembang.
b. Ketegangan psikis
Ketegangan psikis merupa- kan kondisi yang dialami seseorang akibat dari
meningkatnya beban pikiran akibat dari kondisi yang tidak menyenangkan atau
sulit diatasi Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan sekresi hormon
adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin menyebabkan penyempitan
pembuluh darah dan mengurangi elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini
menyebabkan aliran hormon estrogen ke organ- organ tertentu termasuk vagina
terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang. Berkurangnya asam
laktat menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga bakteri, jamur, dan
parasit penyebab keputihan mudah berkembang.
c. Kebersihan diri
Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Keputihan yang abnormal banyak
dipicu oleh cara wanita dalam menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin.
Kegiatan kebersihan diri yang dapat memicu keputihan adalah penggunaan

viii
pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon, cara membersihkan alat kelamin
(cebok) yang tidak benar, penggunaan sabun vagina dan pewangi vagina,
penggunaan pem- balut kecil yang terus menerus di luar siklus menstruasi.
Selain keputihan fisiologis, remaja juga dapat beresiko mengalami keputihan
patologis. Hal ini dapat terjadi diawali dengan masalah keputihan fisiologi yang tidak
tertangani dengan baik seperti kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan area
genitalia (ganti celana dalam, mengeringkan labia setelah cebok, mencuci tangan
sebelum cebok), atau penggunaan obat cebok yang memiliki ph yang tinggi yang
dapat membunuh flora vagina yang menjaga keasaman vagina sehingga jamur
ataupun bakteri dapat masuk dan menginfeksi. Seorang wanita/remaja yang telah aktif
secara seksual dan memiliki kebiasaan seksual yang buruk (berganti pasangan
seksual, melakukan hubungan seksual yang tidak aman) beresiko mengalami
keputihan akibat BV (bacterial vaginosis), bila seseorang terinfeksi BV akan lebih
mudah tertular IMS dan beresiko terinfeksi HPV penyebab kanker serviks. Berikut
merupakan cara mencegah keputihan, antara lain:
a. Menjaga kebersihan alat kelamin
Masuknya kuman ke dalam vagina menyebabkan infeksi sehingga dapat
menyebabkan keputihan. Cara cebok yang benar adalah dari depan ke belakang
sehingga kuman yang berada di anus tidak dapat masuk ke dalam vagina.
b. Menjaga kebersihan pakaian dalam
Pakaian dalam yang tidak disetrika dapat menjadi alat perpin- dahan kuman dari
udara ke dalam alat kelamin. Bakteri, jamur, dan parasit dapat mati dengan
pemanasan sehingga menyetrika pakaian dalam dapat menghindarkan infeksi
kuman melalui pakaian dalam.
c. Tidak bertukar handuk
Handuk merupakan media pe- nyebaran bakteri, jamur, dan parasit. Handuk yang
telah terkontaminasi bakteri, jamur, dan parasit apabila digunakan bisa
menyebabkan kuman tersebut menginfeksi pengguna handuk tersebut sehingga
gunakan handuk untuk satu orang.
d. Menghindari celana ketat
Celana ketat dapat menyebab- kan alat kelamin menjadi hangat dan lembab. Alat
kelamin yang lembab dapat meningkatkan kolonisasi dari bakteri, jamur, dan
parasit. Pening- katan kolonisasi dari kuman tersebut dapat meningkatkan infeksi
yang bisa memicu keputihan, maka hindari memakai celana ketat terlalu lama.
e. Menghindari cuci vagina
Produk cuci vagina dapat membunuh flora normal dalam vagina. Ekosistem
dalam vagina terganggu karena produk pencuci vagina bersifat basa sehingga
menyebabkan kuman dapat berkembang dengan baik. Produk cuci vagina yang
digunakan harus sesuai dengan pH normal vagina, yaitu 3,8-4,2 dan sesuai
dengan petunjuk dokter.
f. Cuci tangan sebelum cebok
Tangan dapat menjadi perantara dari kuman penyebab infeksi. Mencuci tangan
sebelum menyentuh alat kelamin dapat menghindarkan perpindahan kuman yang
menyebab- kan infeksi

ix
g. Sering mengganti pembalut
Mengganti pembalut minimal 3-4 kali sehari dapat menghindari kelembaban.
h. Mengelola Stress
Stres dapat meningkatkan hormon adrenalin yang menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Pembuluh darah yang sempit menye- babkan aliran estrogen ke
vagina terhambat sehingga dengan meng- hindari stres dapat mengurangi
keputihan.
2.3 Studi epidemiologi
Sekitar 90% Wanita di Indonesia berpotensi mengalami keputihan karena
negara Indonesia adalah daerah beriklim tropis sehingga jamur mudah berkembang
yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Menurut Egan dalam Azizah (2015)
sebesar 75% Wanita dunia termasuk remaja Indonesia mengalami keputihan. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Azizah (2015) sebanyak 25 siswi SMK dari 50 siswi
yang mengalami keputihan memiliki pengetahuan vulva hygine yang kurang, 10 siswi
dari 50 siswi memiliki cara cebok yang salah.
Dalam penelitian yang dilakukan Venugopal dkk terhadap 100 kasus yang
mengalami keputihan abnormal, observasi menunjukan karakteristik demografi pasien
keputihan. usia pasien berkisar antara 18 hingga 50 tahun. 50% pasien telah
menyelesaikan setidaknya pendidikan dasar dan menengah. Pada remaja di usia 18 -
25 tahun yang mengeluh keputihan sebanyak 16%. Karakteristik keputihan pasien
berbeda-beda menurut agen patogennya. PH sekret vagina >5 pada sebagian besar
kasus yang diperiksa termasuk wanita dengan BV dan TV, namun wanita dengan
infeksi candida, pHnya sedikit di bawah normal.
Penelitian yang berjudul “Epidemiology and Clinico-investigative study of
organism causing vaginal discharge” adalah sebuah studi deskriptif cross-sectional
yang dilakukan di bagian rawat jalan kulit dan PMS di Rumah Sakit Vinayaka
Mission Kirupananda Variyar Medical College, Salem, yang menunjukan keputihan
abnormal antara september 2012 dan septermber 2014. Sebanyak 100 wanita dalam
kelompok usia subur yang memiliki gejala vaginitis yang di periksa.

2.4 Morbiditas
Berdasarkan data World Health Organization 2010 (WHO) masalah kesehatan
reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban
penyakit yang diderita para perempuan di dunia salah satunya adalah keputihan.
Jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan 75%, sedangkan wanita
Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%. Angka ini lebih besar dibandingkan
dengan masalah reproduksi pada kaum laki-laki yang hanya mencapai 12.3% pada
usia yang sama dengan kaum wanita. Data tersebut menunjukkan bahwa keputihan
pada wanita di dunia, Eropa, dan di Indonesia cukup tinggi
Dalam penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh Venugoppal dkk (2017)
disebutkan bahwa terhadap 100 kasus yang mengalami keputihan abnormal, observasi
berikut dilakukan menunjukkan karakteristik demografi pasien keputihan. Usia pasien
berkisar antara 18 hingga 50 tahun. Untuk usia remaja 18 - 25 tahun sebesar 16%.

x
Pravelansi patogen penyebab keputihan sebanyak 15% pada kelompok umur 18 - 25
tahun akibat dari infeksi BV. Alasan mengapa remaja di India mengalami keputihan
secara patologis salah satunya seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Singh dkk
(2023) bahwa di negara India remaja dibawah 18 tahun sudah aktif secara seksual
karena banyak praktik pernikahan dini dibawah 18 tahun sebesar 46,0% pada tahun
2021.
Penelitian lain yang dilakukan oleh azizah dan Widiawati (2015) dengan total
responden 50 orang siswi di SMK. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa
sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang kurang tentang keputihan
yaitu sebanyak 36 orang (72%) dan pengetahuan yang baik sebanyak 14 orang (28%).
Permasalahan yang ditemukan pada pengetahuan responden tentang keputihan yaitu
sebagian besar 60% menjawab salah kategori keputihan yang dialami. Mereka
beranggapan bahwa keputihan itu normal dialami oleh semua perempuan.
Ketidaktahuan dari keputihan sehingga tidak dilakukan langkah pencegahan dan
penanggulangan tentang keputihan.

xi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keputihan pada masa remaja dapat terjadi karena faktor fisiologis, dapat pula
akibat dari infeksi dan kondisi lainnya. Keputihan secara fisiologis terjadi sebelum
menstruasi yang melibatkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya keputihan pada remaja putri biasanya disebabkan oleh
jamur, bakteri, virus dan parasit. Salah satu penyebab mengapa remaja putri
mengalami keputihan abnormal yaitu karena kebersihan diri (vulva hygine) yang
kurang terjaga, serta faktor lingkungan seperti kebersihan air, pola aktivitas,
kebiasaan serta adat budaya. Keputihan tidak normal merupakan masalah klinis yang
umum terjadi pada kelompok usia reproduksi, pada penelitian yang dilakukan
Venugoppal dkk sebanyak 16% wanita berusia 18 - 25 tahun mengalami keputihan
dari 100 wanita.
B. Saran
Disarankan agar dilakukan pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan segera
terhadap keputihan fisiologis ada patalogis terhadapat remaja. Perlunya menciptakan
kesadaran masyarakat mengenai fasilitas pelayanan kesehatan dan kepedulian diri
perempuan terhadap kebutuhan kesehatannya sendiri.

xii
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jumuah, et al. (2020) ‘Knowledge, Attitude, Perception Of Women Towards Vaginal


Discharge’, Indo American Journal Of Pharmaceutical Sciences, 07(08), pp. 618–630. doi :
https://doi.org/10.5281/zenodo.3997005
Düzçeker Y, Akgül S, Özsürekci Y, Derman O, Kara A, Kanbur N. Etiology of vaginal discharge in
sexually inactive adolescents. Turk J Pediatr. 2019;61(2):305–6.
Wahyudi, Gufron, dkk. Epidemiologi. Padang : 2022
Venugopal, Swetha. dkk. Epydemiology and clinico-investigative study of organism causing
vaginal discharge. Indian J Sex Transm Dis AIDS: 2017. doi: 10.4103/2589-0557.203433.
Page 69-75
Suminar, Erni; Sari, Vianty; Magasida, Diani; dkk. Factor Associated with the Occurrence of
vaginal discharge in female students. Placentum : 2022. Vol. 10(3)
Lusiana, Novita. 2019. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputihan pada remaja putri di
SMAN 11 Pekanbaru tahun 2018. Menara Ilmu. Vol. XIII. No. 8.
Gweda HA, Ahmed MH, El-agamy MAE. Effect of Instructional Guidelines on Students’
Self Care Practices Regarding Vaginal Discharge at Secondary Schools in Tanta City. Tanta
Sci Nurs J. 2021;20(1):8–46.
Bobak dalam Marhaeni, Gusti. Keputihan Pada Wanita. 2016. Jurnal Skala Husada. Vol. 13.
No. 1. 30 - 38
Sari WK. Identifikasi Faktor Penyebab Keputihan Pada Remaja Putri. Sci J. 2019;8(1):263–9
Azizah, Noor dan Widiawati, Eka. 2015. Karakteristik Remaja Putri dengan Kejadian
Keputihan di SMK Muhammadiyah Kudus. JIKK, Vol. 6 Hal. 57 - 78
Khuzaiyah dkk. 2015. Karakteristik wanita dengan Fluor Albus. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vo.
VII, No 1.
Marhaeni, Gusti. 2016. Keputihan Pada Wanita. Jurnal : Skala Husada Vol. 13 No. 1 Hal: 30-
38

xiii

Anda mungkin juga menyukai