Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH KELOMPOK

“ INFEKSI MATERNAL”

KELAS A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2017

INFEKSI MATERNAL Page 1


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YangMaha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Infeksi Maternal”  ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu matakuliah SistemReproduksiIbuSusmini, S.Kep., Ns.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang


penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Infeksi Maternal, serta
infomasi dari JurnalPenelitian, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada
pengajar matakuliahSistemReproduksi atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini.

Kamiberharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat


bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita
mengenaiInfeksiMatrenal, khususnya bagi penulis.Memang makalah ini masih
jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

PALEMBANG , 25 FEBRUARI 2020

INFEKSI MATERNAL Page 2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 LatarBelakang.............................................................................................1
1.2 RumusanMasalah........................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II Pembahasan
2.1 Infeksi Maternal..........................................................................................3
2.2 PenyakitMenularSeksual (PMS).................................................................4
2.2.1 HIV/AIDS.......................................................................................13
2.3 Infeksi TORCH...........................................................................................16
2.3.1 Other Infection (Hepatitis)..............................................................20
2.4 Human Papilomavirus................................................................................26
2.5 InfeksiTraktusGenetalia..............................................................................29
2.6 InfeksiPascapartum.....................................................................................32
2.6.1 Endometritis....................................................................................34
2.6.2 InfeksiPada Luka............................................................................35
2.6.3 Mastitis............................................................................................36
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan.................................................................................................40
3.2 Kritikdan Saran...........................................................................................40
Daftar Rujukan..............................................................................................................41
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

INFEKSI MATERNAL Page 3


Kehamilan umumnya dianggap sebagai kondisi
imunosupresi.Perubahan respons imun dalam kehamilan dapat menurunkan
kemampuan ibu melawan infeksi.Selain itu, perubahan pada traktus genetalia
juga mempengaruhi kerentanan. Perubahan intravaginal ini, yang disertai
peningkatan pH vagina, dapat menyebabkan peningkatan kerentanan
(Brunham,dkk.,1990).
Kondisi immunosupresi itulah yang menyebabkan wanita hamil lebih
beresiko terkena infeksi.Diera Globalisasi saat ini sudah menjadi tren bahwa
berhubungan seks sudah biasa dilakukan sehingga mereka tidak
memperhatikan efek dari tindakannya tersebut.Tingginya angka kejadian
infeksi menular seksual di kalangan remaja dan dewasa muda, terutama
wanita, merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan remaja akan
infeksi menular seksual. Wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari
infeksi menular seksual.Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya
penyuluhan-penyuluhan yang diakukan oleh pemerintah dan badan-badan
kesehatan lainnya.
Tidak adanya mata pelajaran yang secara khusus mengajarkan dan
memberikan informasi bagi murid sekolah menengah atas, terutama siswi,
juga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian infeksi menular
seksual di kalangan remaja.Tidak hanya mengenai infeksi menular seksual
saja infeksi-infeksi yang terjadi pada wanita juga jarang sekali diajarkan
sehingga alasan inilah yang membuat kami menyusun makalah ini yang
berjudul ‘’INFEKSI MATERNAL’’.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka  penulis mengemukakan
beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Maternal?
2. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual?

INFEKSI MATERNAL Page 4


3. Apa yang dimaksud dengan Infeksi TORCH?
4. Apa yang dimaksud dengan Human Papilomavirus?
5. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Traktus Genetalia?
6. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Pascapartum?

1.3 Tujuan
Tujuan berdasarkan rumusan masalah diatas antara lain :
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan Infeksi Maternal?
2. Menjelaskan yang dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual?
3. Menjelaskan yang dimaksud dengan Infeksi TORCH?
4. Menjelaskan yang dimaksud dengan Human Papilomavirus?
5. Menjelaskan yang dimaksud dengan Infeksi Traktus Genetalia?
6. Menjelaskan yang dimaksud dengan Infeksi Pascapartum?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 INFEKSI MATERNAL

INFEKSI MATERNAL Page 5


Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan
mortalitas signifikan.Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur
hidup, seperti infertilitas dan sterilitas akibat psikososial dapat meliputi
perubahan interpersonal dan penurunan harga diri. Kondisi-kondisi lain,
seperti infeksi yang didapat secara kongenital, seringkali mempengaruhi lama
dan kualitas hidup.
Kehamilan umumnya dianggap sebagai kondisi
imunosupresi.Perubahan respons imun dalam kehamilan dapat menurunkan
kemampuan ibu melawan infeksi.Selain itu, perubahan pada traktus genetalia
juga mempengaruhi kerentanan. Perubahan intravaginal ini, yang disertai
peningkatan pH vagina, dapat menyebabkan peningkatan kerentanan
(Brunham,dkk.,1990).
Pendidikan dan konseling merupakan aspek-aspek penting perawatan
untuk mencegah infeksi maternal.Ibu-ibu remaja memiliki resiko tinggi akibat
awitan senggama yang lebih dini dan kemungkinan mereka berhubungan
dengan banyak pasangan. Tren yang berkembang belakangan ini, yakni
melakukan hubungan seks untuk memperoleh obat, juga menyebabkan
peningkatan frekuensi infeksi diantara penduduk desa, wanita miskin, dan
wanita minoritas (Aral,Holmes,1990).

Etiologi

- Imunosupresi : pada wanita hamil imunitas menurun sehingga mudah


terjadi infeksi maternal

- Virus : virus

- Bakteri : Bakteri

- Jamur :

- perubahan anatomi traktus genatalia : serviks mengalami hipertrofi, dan


semakin luas daerah epitel kolumnar pada ektoserviks yang terpajan
mikroorganisme. Perluasan ektopi serviks selama kehamilan
mengakibatkan mudahnya terkena infeksi.

INFEKSI MATERNAL Page 6


- seks bebas : seks bebas juga akan beresiko terkena infeksi. Berhubungan
seks dengan orang yang terinfeksi akan mengakibatkan timbulnya infeksi.

- Perubahan hormon : hormon estrogen

- Transfusi darah

- Gaya Hidup : gaya hidup yang beresiko terinfeksi seperti memakai


pakaian teman, memakai handuk bersama, dan lain-lain

- Jarum suntik : menggunakan jarum suntik yang tidak steril dan bergantian
juga akan beresiko terkena infeksi

2.2 PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


Istilah Penyakit Menular Seksual (PMS) mencerminkan definisi setiap
mikroba yang ditularkan seseorang kepada orang lain melalui kontak yang
dekat dan intim (Spense, 1989).Seksual relatif sering terjadi pada kehamilan,
terutama pada penduduk perkotaan, prostitusi mewabah.Penapisan,
identifikasi, edukasi dan terapi merupakan konmponen penting pada
perawatan prenatal wanita yang beresiko tinggi mengidap penyakit ini.
Penyakit menular seksual yang sering diperiksa adalah siflis, gonorea,
klamidia, herpes, HIV, dan HPV (Cunningham,2005).

2.2.1 Infeksi Klamidia


Infeksi Klamidia merupakan epidemic di Amerika
Serikat.Chlamydia Trachomatis, pathogen bakteri yang paling
umumditularkan melalui hubungan seksual, bertanggung jawab
untuk morbiditas substansial, penderitaan pribadi, dan beban
ekonomi yang berat (Schachter, 1989).

INFEKSI MATERNAL Page 7


C. Trachomatis dapat hidup hanya di dalam sel hidup dan
transmisi terjadi melalui kontak seksual secara langsung atau
pemaparan saat lahir. Lima belas tipe imun C. Trachomatis
menyebabkan infeksi pada orang dewasa dan neonates
(Marvin,Slevin,1987).

Etiologi

Infeksi klamidia disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis,


suatu organisme yang sebagian parasit dan mampu menjadi bagian
sel inang selain sebagai pertahanan diri inang. Organisme tersebut
menginvasi sel-sel inang lainya dan dalam waktu 40 jam
melangsungkan infeksi menyeluruh.

Manifestasi Klinis

Perempuan yang hamil yang terinfeksi dengan chlamidia


trachomatis menunjukkan gejala keluarnya secret vagina,
perdarahan, disuria dan nyeri panggul.Namun sebagian besar
wanita hamil tidak menunjukkan gejala.

Dampak Pada Kehamilan

Dampak CT Pada kehamilan dapat mengakibatkan abortus


spontan, kelahiran prematur, dan kematian perinatal.Oleh karena
itu untuk perempuan hamil dengan resiko tinggi juga dianjurkan
untuk dilakukan skrining terhadap infeksi CT pada saat datang
pertama kali dan juga pada trimester ketiga kehamilan.Efeknya
pada janin atau neonatus sering timbul. Lahir mati atau kematian
neonates terjadi 10 kali lebih sering dibanding pada wanita yang
tidak terinfeksi (Schachter,1989).

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis laboratorium definitive dapat dilakukan melalui


kultur jaringan (McGregor,1989). Namun, prosedur ini mahal,

INFEKSI MATERNAL Page 8


memerlukan keahlian dalam pelaksanaanya, dan memakan waktu
empat sampai tujuh hari untuk mengetahui hasilnya. Ada dua
metode pendeteksi antigen:

1. Tes Direct immunofluorecent (mis., Mikro Trak), yang


memerlukan mikroskop fluoresen dan memakan waktu 30
menit
2. Tes Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) (mis.,
Clamydiazime), yang memunculkan tanda berwarna dalam
empat jam.

Tes-30 menit lebih sesuai untuk skrining populasi risiko rendah,


sementara tes ELISA digunakan untuk populasi risiko
tinggi.Pemeriksaan Kultur dan jaringan dan pemeriksaan serologi
juga dianjurkan untuk menegakkan diagnosa.

Komplikasi

Efek infeksi yang terjadi kemudian mencakup Salpingitis,


Kehamilan Ektopik, Penyakit radang panggul (PRP), infertilitas
(tidak dapat hamil) dan sterilitas (tidak dapat hamil secara
permanen).

Terapi Farmakologi

Terapi antimikroba yang dipilih untuk menangani infeksi


klamidia antara lain Azithromycin atau Doxyciline selama 7 hari,
semua pasangan seks harus diobati, tidak melakukan hubungan
seksual hingga pengobatan diselesaikan. Eritromisin menjadi obat
pilihan jika wanita sedang mengandung dan seluruh pasangan
seksual harus diperiksa dan diterapi (CDC,1993).

Dosis : untuk ibu : Doksisilin 100 mg/oral 2 x sehari selama


7 hari dan Eritromisin 500 mg/oral 4 x sehari selama 7 hari.
Sedangkan untuk pengobatan konjungtivitis neonatus / pneumonia

INFEKSI MATERNAL Page 9


infantil dianjurkan pemberian sirop eritromisin 50 mg/kg BB/oral
per hari diberikan dalam 4 dosis selama 14 hari.

Terapi Non Farmakologi

 Mengkaji nyeri
 Monitor perdarahan
 Menginstruksikan klien tentang pentingnya menyelesaikan
seluruh perangkat terapi selama 7 hari
 Menekankan kegagalan menyembuhkan pasangan akan
mengakibatkan infeksi berulang
 Menjelaskan pentingnya menahan diri dari melakukan
hubungan seksual hingga pengobatan diselesaikan
2.2.2 Gonore
Etiologi
Gonore disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae, suatu
bakteri jenis diplokokus. Meskipun gonore merupakan suatu PMS ,
penyakit ini juga ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi
terinfeksi dan secara tidak langsung melalui benda mati atau
fomites. Penularan sendiri (self-inoculation) sering terjadi melalui
tangan yang terkontaminasi.

Manifestasi Klinis

Gonore seringkali hanya menimbulkan gejala ringan pada


wanita atau muncul secara tak terduga di traktus genetalia bagian
bawah. Periode inkubasi ialah dua sampai lima hari. Gejala infeksi
pada traktus urogenetalia bagian bawah mencakup dysuria disertai
poliuria dan sering berkemih (frequency), rabas purulent hijau
kuning dalam jumlah banyak di os servikalis, nyeri tekan di
servikal, vulvovaginitis, bartolinitis, menoragia, dispareunia dan
perdarahan antara masa haid dan pasca partum. Nyeri pada
abdomen bawah, nyeri tekan pada serviks, mual dan muntah
menyertai gejala. Daerah yang paling sering terinfeksi adalah

INFEKSI MATERNAL Page 10


serviks. Pada pemeriksaan, serviks tampak hipereremis dan erosi
dan secret mukoporulen.

Infeksi anorektal didiagnosis melalui adanya peradangan


local, rasa terbakar saat berkemih, dan pruritus.Infeksi orofaring
dapat terjadi tanpa gejala atau mengakibatkan peradangan dan sakit
tenggorokan.

Dampak Pada Kehamilan

Infeksi gonorrhea pada kehamilan tidak menimbulkan


kelainan kongenital, tetapi menyebabkan infeksi terutama pada
mata dan menimbulkan konjungtivitis dan dapat menyebabkan
kebutaan jika pengobatannya terlambat.

Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama


sebelum korion berfusi dengan desidua dan mengisi kavum
uteri.Pada tahap lanjut, Neisserioniria gonorrhea diasisiasikan
dengan rupture membrane frematur, kelahiran premature,
korioamnionitis, dan infeksi pasca persalinan.Oleh karena itu,
untuk perempuan hamil dengan resiko tinggi dianjurkan untuk
dilakukan skrining terhadap infeksi gonore pada saat datang untuk
pertama kali antenatal dan juga trimester ketiga kehamilan. Dosis
dan obat- obat yang diberikan tidak berbeda dengan keadaan tidak
hamil.( Prawirohardjo dkk,2008)

Pemeriksaan Penunjang

Kultur uretra dan urin dan kultur specimen vagina dan VDRL.

Komplikasi

Komplikasi pada ibu gonore yang tidak diobati meliputi


endometritis gonokokus, salpingitis akutatau penyakit radang
panggul (PRP), dermatitis, dan arthritis. PRP yang simptomatik

INFEKSI MATERNAL Page 11


ataupun asimptomatik dapat mengakibatkan jaringan parut pada
tuba sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik.

Infeksi gonore selama kehamilan telah diasosiasikan


dengan pelvic inflammatory disease (PID). Infeksi ini sering
ditemukan pada trimester pertama sebelum korion berfusi dengan
desidua dan mengisi kavum uteri. Pada tahap lanjut, nneisseria
gonorrhoeae diasosiasikan dengan ruptur membran yang prematur ,
kelahiran prematur, korioamnionitis, dan infeksi pasca persalinan.
Konjungtivitis gonokokal (ophthalmia neonatorum), manifestasi
tersering infeksi perinatal, umumnya ditransmisikan melalui
plasenta. Jika tidak diterapi, kondisi ini dapat mengarah pada
perforasi kornea dan panoftalmitis. Infeksi neonatal lainya yang
lebih jarang termasuk meningitis sepsis diseminata dengan artritis
serta infeksi genital dan rektal.

Terapi Farmakologi

Semua pasangan seksual harus diobati dengan antibiotik,


perempuan hamil diobati dengan cefixime secara oral atau
ceftriaxone melalui injeksi dikombinasikan dengan amoxicillin dan
pihak yang terinfeksi harus berpantang dari hubungan seksual
hingga kultur menunjukkan bahwa infeksi telah sembuh dan
penggunaan kondom dianjurkan saat melakukan hubungan seksual.

Dosis : Cefixime 400 mg/oral, ceftriaxone 250 mg


(intramuscular). Bila terjadi konjungtivitis gonore pada neonatus,
pengobatan dianjurkan adalah ceftriaxone 50-100 mg/kg BB,
intramuscular dosis tunggal dengan dosis maksimum 125 mg.

Terapi Non Farmakologi

 Monitor Input dan output


 Kolaborasi pemberian Diit nutrisi

INFEKSI MATERNAL Page 12


 Instruksikan klien tentang pentingnya menyelesaikan seluruh
aturan terapi antibiotic
 Tekankan bahwa kegagalan untuk menangani pasangan akan
mengakibatkan infeksi berulang
 Tekankan pentingnya mengobati pasangan seksual dan pantang
melakukan hubungan seksual hingga pengobatan diselesaikan

2.2.3 Sifilis
Etiologi
Sifilis disebabkan oleh spirokaeta Treponema Pallidum
setelah suatu periode inkubasi beberapa minggu.Sifilis umumnya
ditularkan lewat kontak namun juga dapat secara vertical pada
masa kehamilan.Pada kehamilan gejala klinik tidak banyak
berbeda dengan keadaan tidak hamil.Tranmisi treponema dari ibu
kejanin umumnya terjadi setelah plasenta terbentuk utuh, kira –
kira sekitar umur kehamilan 16 minggu,oleh karena itu bila sifils
primer atau sekunder ditemukan pada 16 minggu, kemungkinan
untuk timbulnya sifilis congenital lebih memungkinkan.

Manifestasi Klinis

Lesi awal berupa papul berindurasi yang tidak nyeri,


kemudian permukaanya mengalami nekrosis dan ulserasi dengan
tepi yang meninggi, teraba keras, dan berbatas tegas. Jumlah
ulserasi biasanya satu namun dapat juga multiple.

Lesi sekunder ditandai dengan malaise, demam, nyeri


kepala, limfadenopati generalisata, ruam generalisata dengan lesi di
palmar, plantar, mukosa oral atau genital, kondiloma nata didaerah
intertrigenosa dan alopesia. Lesi kulit biasanya simetris, dapat
berupa makula, papula, papuloskuamosa dan pustul yang jarang
disertai keluhan gatal.

Dampak Kehamilan

INFEKSI MATERNAL Page 13


Jika sifilis ditularkan melalui plasenta, pertumbuhan dalam
uterus akan terhambat, kelahiran premature atau lahir mati dapat
terjadi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan serologi tidak spesifik yang digunakan untuk


tujuan skrining, terdiri dari dua tipe yakni : fiksasi komplemen
(Kolmer,Wasserman) dan flokulasi (Kahn,reagen plasma cepat
(RPR : Rapid Plasma Reagin), Laboratoium Riset Penyakit
Hubungan seksual (Venereal Disease Research Laboratories). Hasil
pemeriksaan VDRL positif baru dapat dilihat pada hari ke 10
sampai ke 90 setelah infeksi.Dengan demikian, infeksi sudah
terjadi walaupun hasil VDRL negative.

Pemeriksaan spesifik adanya antigen treponema lebih


mahal dan digunakan untuk diagnosis banding.Pemeriksaan ini
mencakup imobilisasi T. Palidum (TPI), absorpsi antibody
treponema fluoresen (FTA-ABS), immunoglobulin M (FTA-ABS
IgM).

Komplikasi

Sifilis tersier terjadi pada 1/3 pasien yang tidak diobati.


Fase ini dapat terjadi sejak beberapa bulan hingga beberapa tahun
setelah fase laten dimulai. T. Pallidum menginvasi dan
menimbulkan kerusakan pada sistem kardiovaskular, mata, kulit,
serta orang lain. Pada sistem kaardiovaskular dapat terjadi
aneurisme aorta dan endokarditis.

Terapi Farmakologi

Penisilin dipilih untuk pengobatan sifilis. Pada individu


yang alergi terhadap penisilin, pilihan lain mencakup tetraksiklin

INFEKSI MATERNAL Page 14


atau doksisilin, eritromisin, dan ceftriaxone. Tetraksiklin
dikontraindikasikan pada kehamian karena efek obat-obatan itu
pada fungsi hati ibu dan pada perubahan warna gigi, serta
penurunan pertumbuhan tulang pada janin.

Alternatif pengobatan bagi yang alergi terhadap penisilin


dan tidaak hamil dapat diberi doksisiklin per oral, 2x100 mg/hari
selama 30 hari atau tetrasiklin per oral 4 x 500 mg/hari selama 30
hari. Alternatif pengobatan bagi yang alergi terhadap penisilin dan
dalam keadaan hamil, sebaiknya tetap diberi penisilin dengan cara
desensitisassi, bila tidak memungkinkan pemberian eritromisin
peroral 4x500mg/hari selami 30 hari dapat dipertimbangkan. Untuk
semua bayi yang baru lahir dari ibu yang sepositif agar diberi
pengobatan benzatinpenisilin 50.000 IU/kg dosis tunggal
intramuskular. Untuk memonitor hasil pengobatan dilakukna
pemeriksaaan serologi non treponemal 1 bulan, 3 bulan, 6 bualan,
1 tahun, dan 2 tahun setelah pengobatan selesai.

Terapi Non Farmakologi

 Ajarkan pentingnya menggunakan alat pencegahan seperti


kondom untuk mencegah menyebarnya PMS
 Peroleh specimen untuk kultur dan pengobatan
 Tekankan pentingnya menobati pasangan seksual dan pantang
melakukan hubungan seksual hingga pengobatan diselesaikan

2.2.4 Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency


Syndrome (HIV AIDS)
Transmisi Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu
retrovirus terjadi terutama melalui pertukaran cairan tubuh (mis.,
darah, semen, peristiwa perinatal) (Friedland, Klein, 1987).

INFEKSI MATERNAL Page 15


Manifestasi Klinis
Begitu HIV memasuki tubuh, serum HIV menjadi positif
dalam 10 minggu pertama pemaparan.Gejala meliputi demam,
malaise, myalgia, mual, diare, nyeri tenggorok dan ruam dan dapat
menetap selama dua sampai tiga minggu.Beberapa
ketidaknyamanan prenatal (mis., keletihan, anoreksia dan
penurunan berat badan) menyerupai tanda dan gejala infeksi HIV.
Diagnosis banding semua keluhan akibat kehamilan dan gejala
infeksi dibenarkan. Tanda-tanda utama perburukan infeksi HIV
meliputi penurunan berat badan lebih dari 10% berat badan
sebelum hamil, diare kronis selama lebih dari satu bulan, dan
demam (intermiten atau konstan) selama lebih dari satu bulan.
Kehamilan tidak dianjurkan jika status HIV positif,
dibutuhkan konseling prakonsepsi.Pemaparan pada virus memiliki
dampak yang signifikan pada kehamilan wanita dan pemberian
makan bayi baru lahir. Diduga bahwa HIV ditransmisikan ke janin
dan bayi baru lahir melalui tiga cara :
1. Ke janin pada awal trimester pertama melalui sirkulasi
maternal
2. Ke bayi selama persalinan dan kelahiran melalui inokulasi atau
darah ibu dan cairan terinfeksi lain yang ditelan janin
3. Ke bayi melalui air susu ibu (ASI) (ACOG,1992).

Periode Prenatal

Apabila infeksi HIV didiagnosis, wanita diberi penjelasan


tentang konsekuensi yang mungkin terjadi pada bayinya. Apabila
ia memilih untuk melanjutkan kehamilanya, ia diberikan konseling
tentang teknik berubungan seksual yang lebih aman. Penggunaan
kondom dan spermisida 9 mon-oksinol dianjurkan untuk
meminimalkan pemaparan HIV lebih jauh jika pasangan wanita
tersebut merupakan sumber infeksi. Hal yang sama penting ialah
merujuk wanita tersebut menjalani rehabilitasi untuk

INFEKSI MATERNAL Page 16


menghentikan penyalahgunaan substansi. Penyalahgunaan alcohol
atau obat-obatan lain mengganggu system imun tubuh dan
meningkatkan risiko AIDS dan kondisi terkait:

1. sistem imun tubuh harus rusak dulu sebelum HIV dapat


menimbulkan penyakit
2. alcohol dan obat-obatan mengganggu banyak terapi medis dan
terapi alternative untuk AIDS
3. alcohol dan obat-obatan mempengaruhi pertimbangan
pengguna yang menjadi lebih cenderung terlibat dalam
aktivitas yang membuatnya berisiko mengidap AIDS atau
meningkatkan pemaparanya terhadap HIV
4. alcohol dan penyalahgunaan obat menyebabkan stress,
termasuk masalah tidur yang membahayakan fungsi imun
tubuh

Periode Intrapartum

Perawatan wanita bersalin tidak secara substansial berubah


karena infeksi asimptomatik HIV. Model kelahiran yang akan
dilakukan didasarkan hanya pada pertimbangan obstetric karena
virus menembus plasenta pada awal kehamilan. Fokus utama
adalah mencegah persebaran nosocomial HIV dan melindungi
tenaga perawatan kesehatan.

Fokus utama adalah mencegah persebaran nosokomial HIV


dan melindungi tenaga perawatan kesehatan. Risiko transmisi HIV
dianggap rendah selama proses kelahiran per vagina terlepas dari
kenyataan bahwa bayi terpapar pada darah, cairan amniotic dan
sekresi vagina ibunya.

Pemantauan janin secara elektronik dan eksternal lebih


dipilih jika pemantauan diperlukan.Ada kemungkinan inokulasi
virus ke neonatus jika pengambilan sampel darah dilakukan pada
kulit kepala janin atau elektroda dipasang pada kulit kepala janin.

INFEKSI MATERNAL Page 17


Periode Pascapartum

Hanya sedikit diketahui tentang kondisi klinis wanita yang


terinfeksi HIV selama periode pascapartum. Walaupun periode
pasca partum awal tidak signifikan, follow-up yang lebih lama
menunjukkan frekuensi penyakit yang lebih tinggi pada ibu yang
anaknya menderita penyakit (Minkoff,dkk.,1987).

Bayi baru lahir dapat bersama ibunya, tetapi tidak boleh


disusui.Tindakan kewaspadaan universal harus diterapkan baik ibu
dan juga bayinya.Wanita dan bayinya dirujuk ke tenaga
keperawatan kesehatan yang berkompeten dalam terapi AIDS dan
kondisi terkait.

Pemeriksaan Penujang

Pengukuran kadar plasma dan CD4 limfosit T.


Ultrasonografi (USG) mendetail tentang adanya anomaly janin
sangat penting dilakukan terutama wanita hamil yang terpapar
pengobatan HIV. Monitoring janin intensif termasuk adanya
gangguan anatomi, gangguan pertumbuhan, dan fetal dilakukan
untuk melihat efek obat terhadapjanin.

Pada Pemeriksaan Laboratorium dapat menunjukkan


leukopenia, trombositopenia, anemia, dan peningkatan laju endap
darah.

Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi untuk infeksi HIV berkembang dengan


pesat.Obat primer yang disetujui untuk terapi infeksi HIV ialah
Azido deoksitimidin, walaupun obat ini menjanjikan hasil yang
baik bagi terapiinfeksi HIV, penggunaannya dalam kehamilan
dibatasi karena adanya potensi efek mutagenic atau toksik

INFEKSI MATERNAL Page 18


potensial pada janin. Azidotimidin saat ini dipelajari pada beberapa
penelitian terkendali pada wanita hamil, yang memiliki hitung sel
T-helper kurang dari 400 sel/mm3 dan terbukti secara signifikan
mengurangi resiko transmisi HIV dari wanita terinfeksi ke janinnya
(Boyer,dkk,1994).

Terapi Non Farmakologi

Untuk menyokong system imun wanita hamil, konseling


diberikan, mencakup :

1. Nutrisi optimum : Makan secara teratur dengan gizi yang baik


2. Tidur dan Istirahat Cukup
3. Latihan fisik : Beraktivitas seperti biasa
4. Reduksi stress : perawat memberikan dukungan dan motivasi
untuk mengurangi stress klien

2.3 INFEKSI TORCH


Toksoplasmosis, other infection (mis., hepatitis), rubella virus,
cytomegalovirus, and herpes simplex viruses, yang secara korelatif dikenal
sebagai infeksi TORCH adalah suatu kelompok organisme yang mampu
menembus plasenta dan mempengaruhi perkembangan janin.Ibu hamil yang
terinfeksi TORCH berisiko tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa
menyebabkan cacat bawaan.

Cara Penularan TORCH

 Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang


terinfeksi (mengandung sista), misalnya daging sapi, kambing, domba,
kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya.
 Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan
menularnya TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu

INFEKSI MATERNAL Page 19


penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan seksual dengan
seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit)
maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena
penyakit TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan
jenisnya.
 Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika
mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya
terkena penyakit TORCH melalui plasenta.
 Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit
TORCH. Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui
kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH maka ketika
menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang
sedang disusuinya.
 Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada
manusia, antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan
buah - buahan segar yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang
disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista
lebih besar.

2.3.1 Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah suatu infeksi protozoa yang timbul
akibat mengkonsumsi daging mentah atau tidak mencuci tangan
sewaktu menyiapkan daging mentah atau terinfeksi kotoran
kucing.Penularan toxoplasma adalah sebagai berikut, hewan yang
terinfeksi toxoplasma hanya menyebarkan ookista dalam jangka
waktu tertentu, yaitu sekitar 10 hari sejak terinfeksi.Setelah 10 hari
jumlah ookista yang disebarkan biasanya sangat sedikit dan
mempunyai resiko penularan yang sangat kecil.Manusia atau
hewan dapat tertular bila menelan kista atau ookista
toxoplasma.Kista atau ookista ini bersifat seperti telur. Telur yang
tertelan tersebut akan menetas dan berkembang di dalam tubuh

INFEKSI MATERNAL Page 20


hewan atau manusia. Kista tersebut dapat hidup dalam otot
(daging) manusia dan berbagai hewan lainnya.Penularan juga dapat
terjadi bila hewan atau manusia tersebut memakan daging mentah
atau daging setengah matang yang mengandung kista
toxoplasma.Kista toxoplasma juga dapat hidup di tanah dalam
jangka waktu tertentu (bisa sampai 18 bulan).Dari tanah ini
toxoplasma dapat menyebar melalui hewan, tumbuh-tumbuhan
atau sayuran yang kontak dengan kista tersebut.

Manifestasi Klinik

Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai


gejala yang spesifik.Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi
Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza,
bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak
menimbulkan masalah.Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi
saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan
tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi
organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).

Dampak Pada Kehamilan

 Pada wanita hamil, toksoplasma berdampak signifikan yaitu


bisa mengakibatkan keguguran dan cacat.
 Bayi yang terinfeksi toksoplasma akan mengalami gangguan
fungsi saraf yang mengakibatkan keterlambatan perkembangan
psikomotor dalam bentuk gangguan kecerdasan maupun
keterlambatan perkembangan bicara, serta kejang kejang dan
kekakuan yang akhirnya menimbulkan keterlambatan motorik.
Toksoplasma juga berpotensi menyebabkan cacat bawaan,
terutama bila terjadi pada usia kehamilan awal,sampai 3 bulan
dan bahkan kematian.

Pemeriksaan Penunjang

INFEKSI MATERNAL Page 21


Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar
ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan
tidak menunjukkan gejala (sub klinik).Oleh karena itu,
pemeriksaan laboratorium darah dan titer toksoplasmosis
mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang
tepat.Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-
Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-
Toxoplasma IgG.Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada
orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum
atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang
sebulan sekali khususnya pada trimester pertama, selanjutnya
tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi
Toxoplasma.Pemeriksaan yang dianjurkan yaitu Ultrasonografi
(USG)

Terapi Farmakologi

Pengobatan alternative untuk toksoplasmosis adalah


spiramisin, sulfa (dan klindamisin untuk wanita yang alergi
terhadap sulfa) juga dipakai (ACOG,1993).

Terapi Diberikan Terhadap 3 Kelompok Penderita :

1. Kehamilan dengan infeksi akut, obat spiramisin obat


antibiotik diberikan 2-4 gram/hari per/oral untuk 3
minggu, diulangi setelah 2 minggu dsetelah kehamilan
aterm obat piremitamin adalah obat antimalaria terbukti
juga sebagai pengobatan radikal pada toksoplasmosis 1
mg/kg/hari secara oral untuk 3-4 hari.
2. Toksoplasma Kongenital, sulfadiazin dengan dosis 50-100
mg/kg/hari dan piremitamin 0,5 – 1 mg/kg diberikan
setiap 2-4 hari selama 20 hari. Disertakan juga infeksi
intramuscular asam folinik 5 mg setiap 2-4 hari untuk
mengatasi efek toksik piremitamin terhadap multiplikasi

INFEKSI MATERNAL Page 22


sel. Pengobatan dihentikan ketika anak berrumur 1 tahun
karena diharapkan imunnitas selulernya telah memadai
untuk melawan penyakit pada masa tersebut.
3. Penderita imunodifisiensi, pengobatan disini sama halnya
dengan toksoplasmosis kongenital yaitu menggunakan
piremitamin, sulfadiazin, dan asam folinik dalam jangka
panjang.

2.3.2 Other Infection


Infeksi primer yang termasuk dalam kategori ini adalah
hepatitis.Hepatitis B, atau hepatitis infeksiosa adalah virus yang
disebarkan oleh droplet akibat tidak mencuci tangan setelah buang
air besar.

Pengaruh Pada Kehamilan

Pengaruhnya pada kehamilan adalah abortus spontan dan


gejala-gejala seperti influenza.Hepatitis B, atau hepatitis serum
adalah penyakit vrus yang ditularkan seperti penularan HIV.Cara
transmisinya meliputi jarum yang terkontaminasi produk darah
atau jarum bekas, hubungan seksual, dan pertukaran cairan tubuh.
Apabila terjadi infesi maternal pada trimester pertama, jumlah
neonates yang menjadi seropositive untuk antigen permukaan
hepatitis B (HBsAg) bisa mencapai 10%. Jika ibu terinfeksi secara
akut pada trimester ketiga, 80% sampai 90% neonates akan
terinfeksi (ACOG,1992).

CDC dan ACOG merekomendasikan skrining virus


hepatitis B untuk semua ibu hamil pada kunjungan pertama. Ibu
yang beresiko harus diberi vaksinasi hepatitis B. jika ia terpapar
virus hepatitis B sebelum divaksinasi, pertama tama ia harus
mendapat imunisasi pasif dengan globulin imun hepatitis B
(HBIG) dan kemudian menjalan serangkaian vaksinasi. Kehamilan
bukan kontraindikasi untuk vaksinasi (ACOG,1992).

INFEKSI MATERNAL Page 23


Komplikasi

Jika janin terinfeksi pada trimester pertama dan tidak


diobati, pengaruh yang timbul adalah anomaly janin, kelahiran
prematus, hepatitis pada janin atau neonatus, dan kematian janin di
dalam Rahim.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan serologik, ultrasonografi(USG),

Terapi Farmakologi

Obat-obatan anti virus digunakan untuk mencegah kondisi


akut menjadi kondisi kronis, dan dapat menghambat proses
reflikasi dari vurus tersebut. Obat-obatan tersebut antara lain
interveron, alfa-2A, piginterperon alfa-2B, lamivudin, adefovir,
entecavir, telbipudin

2.3.3 Rubela
Rubela yang juga dikenal dengan sebutan campak jerman,
adalah suatu infeksi virus yang ditransmisi melalui droplet.Infeksi
Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena
dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.Jika infeksi terjadi pada
bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah
50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka
risikonya menjadi 25%.

Manifestasi Klinik

Demam, ruam, dan limfadema ringan biasanya terlihat pada


ibu terinfeksi.Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat
bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak
dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak.Oleh Karena
itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan
bantuan pemeriksaan laboratorium.

INFEKSI MATERNAL Page 24


Dampak Pada Kehamilan

 Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan


keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin.
Sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa
apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu,
kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-
2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang
dengan sendirinya setelah beberapa hari.
 Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu
terinfeksi pada saat umur kehamilan masih kurang dari 4
bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi


pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-
rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan
pada saat sebelum hamil.Jika ternyata belum memiliki kekebalan,
dianjurkan untuk divaksinasi.Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan
IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada
kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

Komplikasi

Pada wanita hamil campak jerman bisa menyebabkan


keguguran, kematian bayi dalam kandungan, kadang terjadi infeksi
telinga (OMD).

Terapi Farmakologi

INFEKSI MATERNAL Page 25


Terapi yang diberikan untuk penyakit rubela hanya untuk
mengatasi gejala seperti demam, ruam pada kulit seperti
antinyeri(paracetamol), antigen rubella(hiperimunglobulin).

2.3.4 Sitomegalovirus
Sitomegalovirus (CMV) ialah penyebab utama infeksi virus
kongenital pada janin dan neonates dan merupakan infeksi yang
paling sering menyebabkan retardasi mental. Sumber-sumber
infeksi virus meliputi saliva, urine, semen, ASI, darah dan sekresi
serviks/vagina (Holmes, 1990).
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus
ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya
keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten
dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi
yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang
hamil. Transmisi vertikal dari ibu ke bayi melalui transplacental.

Manifestasi Klinik

Pada ibu ; Demam yang lama, sedikit gangguan pada hati,


pyrexia, malaise, letargi, seperti gejala influenza, anoreksia,
leukorea, keputihan seperti susu.

Pada bayi ; limfa atau hati membesar, gejala kuning pada


kulit atau mata, peteki sampai purpura.

Dampak Pada Kehamilan

 Jika ibu hamil terinfeksi, maka janin yang dikandung


mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan
misalnya pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, ketulian,

INFEKSI MATERNAL Page 26


retardasi mental, dan lain-lain. Bayi akan kehilangan
pendengaran (tuli).
 Pada bayi baru lahir, 10% diantaranya akan menunjukkan
gejala klinik berupa: Ikterus (kuning), Hepatosplenomegali
(pembesaran liver dan limpa), Ptekie sampai purpura
(perdarahan bawah kulit), Pneumonia. Biasanya juga dijumpai
kelainan kongenital lain seperti: penyakit jantung bawaan
(defek septal), dan abnormalitas musculoskeletal.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk


mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut
mempunyai risiko yang lebih tinggi.Pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas
Anti-CMV IgG.Virus ini ditularkan melalui kontak seksual atau
selama kehamilan.Akibat infeksi ini bisa fatal karena
menyebabkan cacat bawaan pada janin.Belum ada pengobatan
yang bisa mencegah infeksi virus ini.

Terapi Farmakologi

Tidak ada terapi farmakologi yang efektif untuk


CMV.Terapi hanya berfokus pada upaya mengobati gejala.

Komplikasi

Radang otak (ensefalitis), mikrosefali, reterdasi mental,


gangguan psikomotor,ikterus, petechiae

2.3.5 Herpes Simpleks Virus


Efek infeksi herpes genetalia primer pada kehamilan
meliputi abortus spontan, persalinan premature. Frekuensi dan
keparahan infeksi rekuren juga meningkat, jika ibu hamil (Brown,
Beker,1989).

INFEKSI MATERNAL Page 27


Rute transmisi HSV dari ibu ke bayi baru lahir ialah
melalui jalan lahir yang terinfeksi sewaktu hamil.Bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya
memperlihatkan lepuh pada kulit, tetapi hal ini tidak selalu muncul
sehingga mungkin tidak diketahui.Infeksi HSV II pada bayi yang
baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus).

Manifestasi Klinik

Infeksi HSV bisa melibatkan genetalia eksterna, vagina dan


servik.Gejala lebih nyata pada infeksi HSV pertama.Luka lepuh
dan nyeri muncul kemudian mengeluarkan cairan, meninggalkan
ulkus dangkal yang menjadi krusta dan meninggalkan setelah dua
sampai enam minggu.Secret vagina terlihat bila serviks atau
mukosa vagina terkena.Ibu dapat menderita demam, malaise,
anoreksia, limfadenopati inguinalis yang nyeri, disuria, dan
dispareunia. Kekambuhan biasanya diawali oleh rasa gatal, rasa
terbakar di daerah genetalia, kesemutan pada tungkai, atau secret
vagina sedikit bertambah.

Dampak Pada Kehamilan

 Herpes neonatus dapat menyebabkan infeksi yang berat,


mengakibatkan kerusakan yang menahun pada susunan saraf
pusat, perlambatan mental, atau kematian.
 Pengobatan, bila diberi secara dini, dapat membantu mencegah
atau mengurangi kerusakan menahun, tetapi bahkan dengan
pengobatan antiviral, infeksi ini berdampak buruk pada
kebanyakan bayi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm


sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap

INFEKSI MATERNAL Page 28


kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencegah bahaya
lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.

Terapi Farmakologi

Asiklovir digunakan sejak tahun 1977 untuk mengobati


infeksi HSV .jika dipakai untuk infeksi primer, obat ini dapat
mengurangi penyakit, rasa nyeri, pembentukan lesi baru dan waktu
pemulihan. Obat ini efektif untuk menekan kekambuhan pada
pemakaian jangka panjang. Data tentang keamanan obat ini pada
kehamilan tidak jelas (Brown, Baker,1989).

Penatalaksanaan TORCH

Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil


dengan menggunakan obat spiramisin (spiromicine), azithromisin
dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak
(resiko) infeksi yang timbul pada janin.Namun sayangnya obat-
obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan
nyeri perut.Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan
tersebut sesudah atau pada waktu makan.

2.4 HUMAN PAPILOMAVIRUS


Kutil Anogenital / Kutil Kelamin / Kandiloma Akuminata (KA)
merupakan lesi proliferasi Jinak yang disebabkan oleh Human Papilomavirus
(HPV).Transmisi paling sering adalah kontak seksual namun dapat dengan
transmisi perinatal.Selama kehamilan Kandiloma Akuminata dapat menyebar
dengan cepat, terutama pada serviks dan dapat mengakibatkan komplikasi
persalinan yaitu perdarahan atau dapat menutup jalan lahir.Penularan HPV
terjadi melalui kontak kulit ke kulit, hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan.

Manifestasi Klinis

INFEKSI MATERNAL Page 29


1. Nyeri :timbulnya rasa nyeri pada daerah sekitar alat kelamin dapat menjadi
salah satu gejala kutil kelamin yang sedang di alami. Biasnya rasa nyeri
pada alat kelamin diiringi dengan rasa gatal di daerah sekitar alat kelamin.
Rasa nyeri pada awalnya memang begitu ringan namun lama kelamaan
dapat berubah menjadi rasa sakit yang sangat hebat ketika anda melakukan
hubungan seksual.
2. Keputihanabnormal :secara garis besar keputihan merupakan sebuah hal
yang normal karena memang keputihan biasanya akan keluar ketika
menjelang masa menstruasi dan sesudah masa menstruasi namun apabila
keputihan yang keluar lebih banyak dan berwarna aneh serta
mengeluarkan bau dapat di pastikan bahwa itu adalah keputihan abnormal.
Keputihan abnormal yang di alami bisa jadi merupakan gejala kutil
kelamin.
3. Rasa terbakar :selain timbulnya rasa gatal pada alat kelamin yang menjadi
salah satu gejala kutil kelamin. Tetapi timbulnya rasa terbakar pada alat
kelamin juga menjadi salah satu gejala kutil kelamin. Awal mulai virus
humanpapiloma menyembabkan infeksi pertamanya maka akan timbul
rasa panas sedikit demi sedikit akan naik secara bertahap akibatnya akan
terasa semakin panas hingga alat kelamin akan terasa seperti terbakar
4. Terdapat kutil :terjadi di bagian vagina, vulva atau perineum, anus dan
leher rahim. Gejala yang terlihat pada penderita bukan hanya dari
penampilan kutilnya saja yang seperti kembang kol, tapi pertumbuhan
kulit yang terjadi di sekitar anus dan daerah vagina ini juga akan dirasakan
gatal atau sensasi terbakar oleh penderita.
5. Timbulnya Rabas vagina kronis, pruritus dan dispareunia
6. Perdarahan :Gejala yang paling parah penderita akan mengalami
perdarahan selama atau setelah hubungan seksual. Perlu juga diketahui
bahwa virus HPV ini tidak akan menimbulkan masalah kesuburan tetapi
jika penderita mengidap penyakit kutil ini selama kehamilan, maka akan
sangat tidak nyaman dan berisiko. Penderita yang sedang hamil juga tidak
dianjurkan untuk mengkonsumsi obat atau menjalani prosedur medis kutil
kelamin seperti penderita umumnya.

INFEKSI MATERNAL Page 30


Pemeriksaan Penunjang :

Biopsi : dengan cara mengambil sedikit jaringan dan pemeriksaan


laboratorium

Patofisiologi

Dari 20 tipe HPV, tipe 6, 11 diduga sebagai penyebab papilloma


laring.Cara penyebaran yang pasti dari HPV sampai saat ini belum jelas.Pada
tipe juvenil diduga transmisi pada saat peripartum dari seorang ibu yang
terinfeksi “genital warts”. Pada orang dewasa, cara transmisi virus dengan cara
kontak seksual, 10% dari lelaki dan perempuan yang berada masa “sexual
active” dengan dan tanpa gejala klinik, dijumpai adanya infeksi laten HPV
pada penis dan serviks.

Dampak Pada Kehamilan

Beberapa wanita hamil mengalami HPV pada saluran


genetalia.Pengaruh kehamilan terhadap infeksi HPV meliputi proliferasi dan
peningkatan friabilitas lesi.Banyak ahli menganjurkan untuk mengagkat lesi
besar yang tumbuh keluar selama masa hamil.Pengobatan biasanya diikuti
kelahiran pervagina tanpa komplikasi.Kelahiran sesaria merupakan indikasi
ketika saluran panggul terobstruksi atau bila kelahiran pervagina dapat
menimbulkan banyak perdarahan.

Terapi Farmakologi

Pada banyak orang keadaan ini sulit diobati.Terapi yang tersedia


terutama bersifat sitotoksik atau destruktif.Agen sitotoksik ialah pedofilin dan
5-fluorourasil (5-FU). Pedofilin 20% sampai 30% dalam tingtur benzoin,
dipakai untuk lesi yang diameternya 2cm atau kurang, tetapi tidak digunakan
dalam vagina atau pada serviks. Petrolatum digunakan untuk melindungi
sekitarnya karena pedofilin bersifat membakar kulit dan sitotoksik. Wanita
tersebut harus membersihkan obat ini setelah 4 jam atau lebih cepat jika
timbul rasa terbakar. Klien diobati selama 6 minggu.Pedofilin tidak boleh

INFEKSI MATERNAL Page 31


digunakan selama masa kamil karena dapat menimbulkan kematian janin dan
persalinan premature.

Asam trikloroasetik, larutan 50% adalah terapi destruktif yang lebih


aman daripada pedofilin. Obat ini dapat digunakan sendiri dengan
menggunakan swab kapas dan tidak perlu dibersihkan. Kryoterapi dengan
nitrogen cair juga dipakai dan berhasil mengobati kandiloma eksterna.

Terapi Non Farmakologi

Memberikan KIE kepada pasien untuk merubah gaya hidup,


menggunakan kondom ketika berhubungan seks

2.5 INFEKSI TRAKTUS GENETALIA


Tiga Infeksi Vagina yang paling sering ialah bacterial vaginosis,
kandidiasis, dan trikomoniasis.Perubahan fisiologis vagina selama masa hamil
bisa memudahkan timbulnya vaginitis (inflamasi vagina).Rabas vagina
bertambah dan vagina menjadi kurang asam selama masa hamil.Keadaan ini
menciptakan lingkungan yang mempermudah pertumbuhan mikroba.Penyebab
paling sering keluhan vagina selama masa hamil ialah bakteial vaginosisyang
disebut juga vaginosis tidak spesifik.
1. Bakterial Vaginosis
Metabolisme bakteri mempengaruhi Ph vagina sehingga mengubah
flora vagina.Mikroorganisme yang utama adalah Gardnerella
Vaginalis.Efek infeksi bacterial pada ibu biasanya ialah timbulnya
penyakit ringan. Tanda dan gejala bisa meliputi pengeluaran rabas seperti
susu dan timbulnya rasa gatal, terbakar, dan nyeri di vagina.
Komplikasi obstetric meliputi infeksi cairan ketuban, ketuban
pecah dini, kelahiran dan persalinan premature dan
endometritis.Pengobatan bacterial vaginosis paling efektif dilakukan
dengan metronidazole oral.Metronidazole hanya diberikan pada trimester
kedua dan ketiga.
2. Kandidiasis Vulvovaginalis

INFEKSI MATERNAL Page 32


Kebanyakan organisme seperti jamur yang diisolasi dari vagina ialah
Candida Albicans, suatu jamur yang biasanya ditemukan di usus.Dysuria
dan dyspareunia adalah keluhan yang sering muncul.Pada pemeriksaan
dengan speculum biasanya ditemukan bercak tebal dan putih, seperti keju,
yang melekat pada mukosa vagina yang pucat, kering dan kadang sianosis.
Efek vaginal kandidiasis biasanya tidak mengancam kesehatan , tetapi ibu
yang terkena bisa merasa tidak nyaman akibat nyeri, rasa gatal, dan rabas
vagina.Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan obat
antijamur topical, misalnya klotrimazol.
3. Trikomoniasis
Trikomonas vaginalis adalah protozoa yang tumbuh subur di lingkungan
yang bersifat basa.Kontak seksual berperan dalam transmisi
T.vaginalis.Pada individu yang tidak memiliki gejala, infeksi bisa
diidentifikasi saat pemeriksaan rutin dilakukan atau dengan Pap Smear
T.vaginalis.Gejala yang timbul adalah adanya rabas vagina yang banyak,
berbusa, dan berbau, biasanya berwarna abu-abu dan kuning kehijauan dan
mengalir dari vagina ketika speculum dipasang.Infeksi perinatal oleh
T.vaginalis merupakan bentuk transmisi penyakit tanpa hubungan seksual
(non-veneral) yang paling sering muncul.Efek pada janin ialah demam dan
iritabillitas.Pengobatan terpilih, pemberian metronidazole harus diberikan
kepada wanita hamil pada trimester kedua dan ketiga.Pasangan juga harus
diobati.

Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil,
kebanyakan terjadi pada masa prenatal.Mereka yang sebelumnya mengalami
ISK memiliki kecenderungan untuk mengidap ISK lagi sewaktu
hamil.Vaginitis dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil untuk
menderita ISK , biasanya dari Escherichia Coli.

Infeksi saluran perkemihan dapat terjadi setelah kelahiran dari


hipotonia kandung kemih, stasis kencing, luka kelahiran, kateterisasi,
pemeriksaan vagina yang sering.Selama kelahiran, kandung kemih dan uretra

INFEKSI MATERNAL Page 33


terluka dengan tekanan dari janin yang turun.Setelah kelahiran kandung kemih
dan uretra dapat meningkatkan stasis perkemihan dan retensi urin.

Manifestasi Klinis

 Inflamasi kandung kemih


 Sering buang air kecil
 Nyeri diatas pubis
 Dysuria
 Hematuria (tidak selalu muncul)
 Demam

Pemeriksaan Penunjang

Tes sensitivitas urine harus dilakukan di awal kehamilan, specimen


diambil dari urin yang diperoleh dengan cara bersih. Jika didiagnosis ada
infeksi, pengobatan dengan antibiotic yang sesuai selama dua sampai tiga
minggu, disertai peningkatan asupan air.

Terapi Farmakologi

Jika didiagnosis adanya infeksi, pengobatan dengan antibiotic yang


sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air dan
obat antispasmodic traktus urinarius (mis, turunan beladona),
direkomendasikan.Infeksi yang disebabkan oleh organisme aerogenik kolon
biasanya berespon baik terhadap sulfisoksasol (Gantrisin) atau
nitrofurantoin.Pengobatan harus dilanjutkan selama dua sampai tiga minggu
sampai diperoleh dua kali biakan negative dan bayi harus diawasi terhadap
kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia.Pengobatan ulang untuk ibu
mungkin diperlukan jika ada kekambuhan.

Terapi Non Farmakologi

 Monitor TTV setiap 4 jam


 Doronglah peningkatan asupan cairan untuk memperkecil jumlah bakteri
dan membilas infeksi dari kandung kemih

INFEKSI MATERNAL Page 34


 Mengajarkan kebersihan genetalia
 Mengajarkan cara membersihkan genetalia dengan cara yang benar

2.6 INFEKSI PASCAPARTUM


Infeksi Pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan)
adalah suatu infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari
setelah abortus atau persalinan.Infeksi bisa timbul akibat bakteria yang
seringkali ditemukan didalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada
agen pathogen dari luar vagina (eksogenus).Episiotomi atau laserasi pada
vagina atau serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis.
Infeksi pasca melahirkan menjadi salah satu factor tingkat kematian ibu
paska melahirkan. Infeksi paska melahirkan dibagi menjadi dua kategori :
1. Infeksi system reproduksi : yaitu infeksi bakteri yang muncul di saluran
genital setelah melahirkan
2. Infeksi system Nonreproduksi : infeksi yang muncul bukan pada saluran
genital

Wanita dianggap menderita infeksi puerperal jika dia demam pada suhu 38oC
atau lebih. Demam terjadi setelah 24 jam pertama postpartum dan demam
bertahan 2 hari pasca melahirkan.

Etiologi

Organisme yang paling sering menginfeksi ialah organisme


streptokokus dan bakteri anaerobic.Infeksi Staphylococcus aureus, gonokokus,
kaliformis dan klostridia lebih jarang terjadi, tetapi merupakan organisme
pathogen serius yang menyebabkan infeksi pasca partum.

Manifestasi Klinik

Gejala infeksi puerperal bisa ringan atau berat. Suhu tubuh 38o C
selama dua hari berturut-turut tidak terjadi 24 jam pertama setelah kelahiran,
harus dianggap disebabkan oleh infeksi pascapartum jika tidak ada penyebab

INFEKSI MATERNAL Page 35


lain yang ditemukan. Ibu bisa juga menunjukkan gejala keletihan, dan letargi,
kurang nafsu makan, dan menggigil.Nyeri perineum atau distress di abdomen
bawah, mual dan muntah bisa segera terjadi.Lokia dalam jumlah besar dan bau
biasanya ditemukan.

Komplikasi

Biasanya infeksi disertai penyakit medis lain seperti anemia,


malnutrisi, dan diabetes militus. Penyakit obstetric, termasuk PROM,
persalinan yang lama dan melelahkan, kelahiran dengan bantuan alat,
perdarahan, dan retensi produk konsepsi meningkatkan kemungkinan dan
berat sepsis puerperal.

Korioamnionitis bisa menjadi penyebab atau terjadi akibat ketuban


pecah dini (PROM/Prematur rupture of Membran).Korioamnionitis bisa
diikuti dengan plasentitis dan pneumonia kongenital janin, omfalitis, atau
septikemia.Plasentitis dan korioamnionitis bisa diikuti dengan
endometritis.Suatu endomrtritis, biasanya di lokasi plasenta, memungkinkan
dimulainya infeksi.Infeksi local bisa disertai salpingitis, peritonitis, dan
pembentukan abses pelvis.Bisa terjadi septikemia.Abses sekunder bisa timbul
pada tempat yang jauh, seperti paru-paru atau hati.Emboli pada paru-paru atau
syok septic yang sering disertai DIC akibat infeksi genitalia berat seringkali
terbukti fatal. Trombofeblitis femoral pascapartum (kaki susu) bisa
menyebabkan tungkai bengkak dan nyeri dan jika tidak diobati, bisa menjadi
trombofeblitis septic.

Pencegahan

Penanganan infeksi pascapartum yang paling efektif dan paling murah


adalah upaya pencegahan.Tindakan pencegahan adalah dengan mengajarkan
pasien nutrisi prenatal yang baik untuk mengendalikan anemia dan perdarahan
intranatal.Hygiene perineal ibu yang benar juga perlu ditekankan.Semua
tenaga kesehatan harus menaati teknik-teknik aseptic saat bersalin dan pada
masa pascapartum.

INFEKSI MATERNAL Page 36


Macam-macam Infeksi Paska Melahirkan

2.6.1 Endometritis
Endometritis disebut juga dengan metritis merupakan infeksi
paska melahirkan yang paling umum.Ini merupakan infeksi lapisan
endometrial dan myometrium uterus yang berdekatan.Gejala-gejala
dimulai dari hari kedua sampai kelima pasca melahirkan. Endometritis
jika tidak diobati dapat dengan cepat menjadi parametritis (infeksi
yang disebarkan oleh limfatik melalui dinding Rahim ke ligament
besar atau seluruh pelvis) dan dapat menyebar, menyebabkan radang
selaput perut dan abses di pelvis.
Selama proses melahirkan, air ketuban, darah, dan lokea yang
merupakan alkali menurunkan keasaman vagina. Sehingga lingkungan
vagina menjadi tempat tumbuh pathogen. Banyak luka gores terjadi
dalam endometrium, leher Rahim, dan vagina sehingga menjadi jalan
masuknya bakteri.

Manifestasi Klinis

 Demam pada 24 jam pertama postpartum


 Pelebaran uterin
 Terdapat lochia bernanah
 Malaise
 Takikardi

Komplikasi

Gangguan pada kesembuhan atau infertilitas, adehesi, kista


ovarium, kanker ovarium.

Pemeriksaan Penunjang

Kultur darah, urin dan vagina, USG dan laparoskopi.

Terapi Farmakologi

INFEKSI MATERNAL Page 37


Kolaborasi dengan antibiotik dan terapi hormon penanganan
ini digunakan untuk mengurangi gejala endometriosis, dengan
menghambat produksi hormon estrogen dalam tubuh. Dengan
begini sel endometriosis bisa dicegah untuk bertumbuh.

Penanganan dengan operasi akan menjadi pilihan jika terapi


hormon tidak efektif bagi pengidap endometriosis. Prosedur ini
umumnya dilakukan untuk mengangkat jaringan endometriosis
serta jaringan parut.

Terapi Non Farmakologi

 Memeriksa suhu setiap 4 jam


 Memonitor jumlah dan warna lochia
 Tempatkan ibu pada posisi fowler untuk mendorong
pengeluaran lochia

2.6.2 Infeksi Pada Luka


Infeksi pada luka merupakan bentuk umum infeksi puerperal
karena banyak daerah yang mengalami kerusakan kulit dan membrane
mukosa.Daerah paling umum adalah perineum, dimana episiotomy
dan laserasi dilakukan, dan insisi operasi sesar.Pemeriksaan vagina
berulang juga meningkatkan resiko infeksi.

Manifestasi Klinis
 Kemerahan pada area luka
 Bengkak pada daerah luka
 Nyeri pada daerah luka
 Demam dan malaise

Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium darah
 CBC

INFEKSI MATERNAL Page 38


Terapi Farmakologi

Kolaborasi pemberian antibiotik

Terapi Non Farmakologi

 Monitor kemerahan pada bagian luka


 Merawat Luka pasien
 Monitor Nyeri

2.6.3 Mastitis
Mastitis adalah suatu peradangan yang disertai atau tidak
disertai infeksi yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus
(Sally,2010).
Mastitis (infeksi payudara) biasanya terjadi sekitar 2 sampai 3
minggu setelah melahirkan dan mungkin terjadi paling cepat pada hari
ketujuh pasca melahirkan. Factor pengaruh meliputi statis susu (dari
saluran yang tertutup), luka putting susu, dan teknik menyusui yang
buruk. Penyebab lain adalah tidak mencuci tangan sebelum dan
sesudah menyusui.

Manifestasi Klinis
 Payudara teraba keras
 Nyeri
 Payudara tampak kemerahan, mengkilat
 Kelenjar ketiak mengalami pembengkakan pada sisi payudara
yang terkena mastitis
 Demam dan menggigil

Komplikasi

Abses payudara : pada mastitis yang tidak diobati akan


menjadi abses, terdapat pengeluaran nanah pada payudara.

INFEKSI MATERNAL Page 39


Mastitis berulang : mastitis sebelumnya yang sudah
disembuhkan namun klien tidak memperbaiki cara menyusui bayinya
maka akan terjadi mastitis berulang.

Pemeriksaan penunjang

Cek Laboratorium Darah

Terapi Farmakologi

Kloksasilin 900 mg per oral 4 kali sehari

Terapi Non Farmakologi

 Monitor TTV
 Mengkaji nyeri secara komprehensif
 Anjurkan mengkosongkan payudara dengan cara memompa
 Menganjurkan menggunakan bra yang tidak terlalu ketat
 Kompres Hangat
 Ajarkan kepada pasien cara menyusui yang baik

2.7 SOAL KASUS


1. Ny. P datang ke Rumah sakit dengan keluhan demam sudah 2 hari, dan
sering Buang Air Kecil (BAK). Klien mengatakan 3 hari yang lalu

INFEKSI MATERNAL Page 40


keputihan berwarna kuning kehijauan. Hasil pemeriksaan fisik : terdapat
nyeri tekan pada abdomen bawah.
Diagnosa Medisyang tepat untuk Ny. P adalah….
a. Vaginitis
b. Sifilis
c. Gonore
d. Infeksi Klamidia
e. HIV/AIDS

2. Ny. F datang ke puskesmas G2P1A0, UK 36 minggu. Datang dengan


keluhan nyeri saat berkemih dan terasa panas. Pasien tampak lemas.
Pasien mengatakan tidak nafsu makan 2 hari. Pada pemeriksaan TTV :
td : 120/90mmHg, RR : 20x/menit, N : 90x/menit dan S : 37,5 oC. pada
pemeriksaan fisik didapatkan luka lepuh pada vagina dan keluar cairan.
Diagnosa Medis Pasien dengan kasus diatas adalah….
a. Human Papilomavirus (HPV)
b. Herpes Simplek Virus (HSV)
c. Gonore
d. Infeksi Klamidia
e. Sifilis

3. Ny. K umur 40 tahun datang ke Rumah Sakit untuk periksa karena


perdarahan. KU pucat, Td : 90/60 mmHg, N : 88 x/menit, S : 37, 6 oC,
RR : 18 x/menit. Hasil anamnesa Ny.  K mengalami keputihan yang
berbau kurang lebih 1 tahun, perdarahan bila melakukan hubungan
seksual dan terdapat kutil seperti kembang kol di vagina.

Pemeriksaan untuk menunjang diagnosis Ny. K yang paling tepat


adalah….

a. Biopsi
b. Koloskopi
c. Pap Smear

INFEKSI MATERNAL Page 41


d. USG
e. CT Scan

4. Ny. A datang ke Puskesmas dengan keluhan Nyeri sedikit saat berkemih


dan terdapat darah sedikit saat BAK. Ia mengatakan sering BAK dengan
frekuensi 5-6 x/hari. Pasien mengatakan saat berkemih terasa panas.
Pada pengkajian fisik genetalia : tampak kemerahan pada genetalia. Hasil
TTV : Td :120/90mmHg ; S : 38,5oC ; RR : 24x/menit ; N : 90x/menit.
Tindakan Keperawatan yang tepat untuk menegakkan diagnosa prioritas,
pada kasus diatas adalah….
a. Cek Laboratorium : Darah lengkap
b. Mengkaji Nyeri secara Komprehensif
c. Memasang Kateter urin
d. Memonitor perdarahan
e. Mengukur suhu setiap 4 jam sekali

5. Ny.M umur 21 tahun, postpartum hari ke-10. Melahirkan dirumah sakit


umum, mengeluh rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu,
merasa lesu dan tidak ada nafsu makan.  Hasil pemeriksaan ditemukan
mamae kanan membesar dan nyeri, kulit merah, membengkak sedikit,
nyeri pada perabaan, puting susu lecet. TD 100/70 mmHg, suhu 39°C,
nadi 100x/mt, respirasi 20x/mt.
Faktor Pencetus terjadinya kasus Ny,M diatas adalah….
a. Mamae membesar
b. Anoreksia
c. Letargi
d. Putting susu lecet
e. Postpartum hari ke-10

BAB III

INFEKSI MATERNAL Page 42


PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Infeksi Maternal adalah suatu peradangan atau inflamasi yang terjadi pada
saat periode kehamilan
2. Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah setiap mikroba yang ditularkan
seseorang kepada orang lain melalui kontak yang dekat dan intim
3. Infeksi TORCH adalah suatu kelompok organisme yang mampu
menembus plasenta dan mempengaruhi perkembangan janin
4. Human Papilomavirus (HPV) adalah virus yang menyebabkan penyakit
Kutil Anogenital / Kutil Kelamin / Kandiloma Akuminata (KA)
merupakan lesi proliferasi Jinak
5. Infeksi Pascapartum adalah suatu infeksi yang terjadi setelah proses
melahirkan

3.2 Kritik dan Saran


Demi menyempurnakan makalah ini kami mohon untuk pembaca
memberikan kritik dan sarannya.

DAFTAR PUSTAKA

INFEKSI MATERNAL Page 43


INFEKSI MATERNAL Page 44

Anda mungkin juga menyukai