Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENCEGAHAN INFEKSI

Dosen pengampu :Nia Supiana. MMR

Disusun Oleh :

SELEP(21.9.2.010)

PROGRAM STUDI KEBINANAN(DIII)

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat allah SWT atas segala rahmatnnya sehingga
makalah ini bisa dapat tersusun hingga selesai.tidak lupa kami megucapkan teria kasih dari
pihak yang telah memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuana


pengalaman bagi pembaca.bahkan saya berharap lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari hari.

Mataram 15 november 2021


DAFTAR ISI

BAB 1.................................................................................................................................................................................... 4
1.1.LATAR BELAKANG.............................................................................................................................................. 4
1.Definisi infeksi dan Pencegahan infeksi.............................................................................................................. 5
2.patofisiologi infeksi..................................................................................................................................................... 5
4.tanda-tanda infeksi...................................................................................................................................................... 7
 Perih yang tak kunjung menghilang......................................................................................................... 7
 Warna kemerahan muncul di sekitar luka............................................................................................... 7
 Keluar cairan kehijauan berbau tak sedap dari luka yang terinfeksi...............................................8
5.tujuan pencegahan infeksi........................................................................................................................................ 8
6.definisi tindakan dalam pencegahan dalam infeksi....................................................................................... 8
B.Prinsip-prinsip pencegahan infeksi...................................................................................................................... 9
1.Transmisi kuman......................................................................................................................................................... 9
2.Mencuci tangan............................................................................................................................................................. 9
3.Aseptik dan antiseptik................................................................................................................................................ 9
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection
(HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk
Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health
Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi agenda
yang di bahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara
langsung sebagai beban ekonomi negara.

Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan
kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap
kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan
kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pelayanan


kesehatan, perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumah sakit saja tetapi juga di fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, bahkan di rumah (home care). Dalam upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting bila terlebih dahulu
petugas dan pengambil kebijakan memahami konsep dasar penyakit infeksi. Oleh -11- karena
itu perlu disusun pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatanagar terwujud pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat menjadi acuan bagi
semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di dalam
fasilitas pelayanan kesehatan serta dapat melindungi masyarakat dan mewujudkan patient
safety yang pada akhirnya juga akan berdampak pada efisiensi pada manajemen fasilitas
pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan
A.Pencegahan infeksi

1.Definisi infeksi dan Pencegahan infeksi

Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh organisme, seperti
bakteri, virus, jamur, atau parasit. Beberapa organisme ini hidup di dalam tubuh manusia dan
memberikan manfaat. Namun, pada kondisi tertentu, organisme ini justru dapat menyebabkan
penyakit.
Penyakit infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi,
gigitan hewan, serta tanah atau air yang terkontaminasi. Penyebaran penyakit ini juga bisa
terjadi melalui kontak tidak langsung, misalnya menyentuh benda yang baru dipegang oleh
orang yang terinfeksi. Penyakit infeksi kadang menimbulkan gejala ringan yang dapat diatasi
dengan perawatan mandiri di rumah. Namun, beberapa kasus infeksi dapat berbahaya
sehingga memerlukan perawatan intensif.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk memastikan
perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari sumber
masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas
kesehatan.

2.patofisiologi infeksi

Patofisiologi infeksi Human cytomegalovirus (HCMV) mencakup adanya peran dari biologi


molekuler virus, peran manusia sebagai reservoir virus, transmisi pada manusia, dan
klasifikasi dari infeksi HCMV yang mencakup

 Biologi Molekuler Virus


Human Cytomegalovirus (HCMV) memiliki glikoprotein B yang berfungsi untuk menginvasi
virus ke dalam sel dan berfusi dengan membran sel virus. Protein dari virus akan berikatan
dengan nukleus sel dan bereplikasi di dalam sel tersebut. Protein dari virus akan mengganggu
aktivitas regulasi dan metabolisme sel inang yang selanjutnya dimulai proses replikasi dari
virus. Virus HCMV sendiri memiliki sifat replikasi yang lambat disebabkan karena produksi
protein yang lambat pada tubuh virus. Setelah virus bereplikasi dalam nukleus, virus akan
keluar ke sitoplasma sel dan dilepaskan ke aliran darah sehingga terbentuk fase viremia
dalam tubuh pasien.[3,6]
Setelah virus masuk ke dalam sitoplasma sel, virus akan menginduksi suatu kaskade imun
yang akan memasuki fase infeksi dari herpesvirus. Pada fase infeksi, respon sistem imun
tubuh juga akan teraktivasi. [3] Respon peradangan seluler terhadap infeksi ini terdiri atas sel
plasma, limfosit, makrofag dan monosit. Produksi antibodi dan respon limfosit T akan
berbanding terbalik dengan derajat keparahan penyakit. Sel yang terinfeksi menjadi lebih
besar dan umumnya berisi inklusi intranuklear terletak agak ke tepi, dikelilingi daerah halo
yang terang sehingga tampak seperti “mata burung hantu”.[6]

 Transmisi Virus HCMV


Manusia merupakan satu-satunya reservoir dari HCMV. Virus dapat ditemukan di saliva,
urine, semen, sekresi serviks dan vagina, air susu ibu, serta darah pasien. Virus HCMV
menyebar melalui kontak yang erat dan berulang. Pada usia remaja lanjut dan dewasa muda
virus ini sering ditularkan melalui hubungan seksual dari penderita yang terinfeksi secara
asimptomatik dan teraktivasi pada keadaan imunokompromais. Sedangkan pada bayi, infeksi
HCMV dapat ditularkan secara intrauterine, intrapartum, dan antenatal. Setelah virus CMV
ditransmisikan, dan infeksi primer telah berlangsung, virus menetap secara dorman di sel
myeloid.[
Transmisi intrauterine menjadi rute terbanyak yang menyebabkan terjadinya infeksi CMV
pada janin. Plasenta menjadi barrier antara ibu dan janin pada trimester pertama kehamilan
dan berfungsi untuk menjaga janin dari sistem respon imun ibu yang sedang teraktivasi,
namun penularan infeksi ke janin masih tetap dapat terjadi. Penularan ke janin disebabkan
oleh karena sistem imunitas janin yang belum terbentuk. Penularan secara intrapartum
umumnya terjadi akibat paparan dari sekret vagina yang terinfeksi CMV apabila bayi
dilahirkan secara normal. Pada masa antenatal, umumnya penularan disebabkan akibat bayi
menyusu air susu ibu yang terinfeksi CMV. Infeksi kongenital pada bayi memiliki dampak
paling parah dan kelainan saraf jangka panjang apabila dibandingkan penularan yang terjadi
secara intrapartum dan antenatal
Penderita imunokompromais lebih rentan terinfeksi CMV. Hal ini dibuktikan dari 90%
penderita yang terinfeksi HIV. juga mengalami predisposisi infeksi virus CMV. Hal ini juga
didapati pada pasien yang memiliki riwayat transplantasi organ. Selain itu, ada pasien yang
memiliki riwayat penyakit autoimun sebelumnya, seperti riwayat inflammatory bowel disease
didapati bahwa adanya sitokin TNF-α dan IFN-γ pada proses penyakit tersebut juga terkait
dengan reaktivasi dari infeksi CMV laten.[5]

 Klasifikasi Infeksi CMV


Infeksi CMV dapat diklasifikasikan menjadi infeksi primer, yaitu adanya suatu infeksi CMV
yang tidak bermanifestasi pada tubuh penderita, umumnya hanya ditegakkan melalui
pemeriksaan serologi dimana didapatkan hasil seropositive CMV. Serokonversi positif pada
infeksi CMV umumnya akan meningkat berdasarkan usia dimana didapati 36% pada anak
usia 6-11 tahun dan dapat mencapai 91% pada usia 80 tahun, serta seropositive kehamilan
umumnya terjadi sekitar 1%-4%. Pada infeksi CMV primer umumnya virus sudah ditularkan
sejak lahir namun tidak bergejala.[8,9]

Klasifikasi kedua adalah infeksi CMV sekunder, yaitu adanya penularan virus dari
lingkungan luar dan bermanifestasi langsung pada tubuh penderita, terutama pada pasien
dengan status imun yang rendah atau imunokompromais. Infeksi CMV primer maupun
sekunder tidak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis ataupun pemeriksaan serologi

3.faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi

Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 materi yaitu:

1. Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari ifeksi.ratusan spesies bakteri dapat
menyebabkan penyait pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya.bakteri bisa
masuk melalui udara,air,tanah,makanan,cairan,dan jaringan tubuh dan benda mati
lainnya.
2. Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid)karena harus masuk dalam sel hidup
untuk diproduksi.
3. Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
4. Parasit
Parasit hidup dalam organisme lain.termasuk kelompok parasit adalah
protozoa,cacing arthropoda.

4.tanda-tanda infeksi
Berikut adalah tanda-tanda yang harus Anda ketahui ketika luka mulai infeksi.

 Perih yang tak kunjung menghilang

Terkadang ada luka-luka kecil yang begitu Anda sadari mulai terasa sakitnya, walau
demikian rasa sakit tersebut hanya akan bertahan selama beberapa saat.

Namun, jika luka yang terasa perih tak kunjung menghilang dan bahkan malah makin
menyiksa setelah beberapa jam kemudian, jangan abaikan dan segera cari penanganan karena
bisa jadi nyeri tersebut merupakan tanda luka terinfeksi.

 Warna kemerahan muncul di sekitar luka

Sebenarnya warna kemerahan di sekitar luka merupakan sesuatu yang normal. Warna
kemerahan tersebut juga bisa menjadi tanda penyembuhan.

Meski demikian, Anda juga harus waspada ketika area kemerahan yang ada di kulit malah
semakin melebar dengan cepat.
 Keluar cairan kehijauan berbau tak sedap dari luka yang terinfeksi

Pada kasus yang lebih parah, biasanya luka juga diikuti oleh munculnya lapisan berwarna
kuning atau kehijauan. Keluarnya lapisan tersebut tidak selalu diartikan sebagai tanda bahwa
luka telah infeksi, ada beberapa perbedaan yang harus diketahui dari keduanya.

Jika lapisan berwarna kuning keputihan, lapisan tersebut adalah jaringan granulasi, yaitu
jaringan yang terbentuk selama proses penyembuhan luka.Nantinya jaringan tersebut akan
matang dan menggantikan kulit yang lama.
Sedangkan jika lapisan yang keluar berwarna kehijauan dan berbau tidak sedap, berarti
lapisan tersebut merupakan nanah yang merupakan tanda infeksi.

 Demam, pusing, dan lemas


Tanda luka yang terinfeksi ternyata tidak hanya muncul di sekitaran kulit, bahkan pada
beberapa kasus juga bisa diikuti dengan perasaan tak enak badan yang terkadang disertai
demam.

Hal tersebut bisa terjadi karena ketika infeksi menyebar, tubuh Anda akan berusaha
melakukan perlawanan yang berdampak pada gejala sistemik seperti demam dan mual.

Bila Anda mengalami gejala ini beberapa saat setelah terluka, sebaiknya segera periksakan
diri ke dokter.

5.tujuan pencegahan infeksi


adalah untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip
bahwa darah dan cairan tubuh berpotensi menularkan penyakit, baik dari pasien maupun
petugas kesehatan

6.definisi tindakan dalam pencegahan dalam infeksi


Sebelum luka terinfeksi, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegahnya.
Beberapa di antaranya meliputi sebagai berikut.

 Cuci tangan sebelum mulai membersihkan luka.


 Segera bersihkan luka di bawah air mengalir dan sabun berbahan lembut.
 Tutupi luka dengan perban,ganti setiap hari atau bila mulai terasa lembab dan kotor.
Jangan tutup luka terlalu kencang.
 Bila perlu, olesi luka tipis-tipis menggunakan salep antibiotik.
B.Prinsip-prinsip pencegahan infeksi

1.Transmisi kuman
Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang
dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan beberapa unsure antara
lain:

 Reservoir merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme


(MO), dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan dan tanah.
 Jalan masuk merupakan jalan masuknya MO ke tempat penampungan dari berbagai
kuman seperti saluran pernapasan, pencernaan , kulit, dan lain-lain.
 Inang (Host) tempat berkembangnya suatu MO, yang dapat didukung oleh ketahanan
kuman
 Jalan keluar tempat keluar MO dari reservoir, seperti system respirasi, pencernaan,
alat kelamin, dll.
 Jalur penyebaran merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman MO ke
berbagai tempat, seperti air, makanan,dan udara.

2.Mencuci tangan
Adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran ifeksi.tujuan cuci
tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit
dan mengurangi jumlah mikroorganisme.

3.Aseptik dan antiseptik


Aseptik meliputi penggunaan perlengkapan perlindungan pribadi,antisepsis,menjaga
tingkat sterilitas atau DIT
 Pengggunaan perlengkapan perlindungan pribadi seperti kaca mata
pelindung,masker wajah,sepatu boot atau sepatu tertutup,celemek.
 Antisepsi adalah pengurangan jumlah mikroorganisme pada kulit,selaput
lendir,atau jaringan tubuh lain dengan menggunakan bahan antimikroba.

Menjaga tingkat sterilitas atau desinfeksi tingkat tinggi prinsip menjaga daerah steril harus
digunakan untuk prosedur pada area tindakan dengan kondisi desinfeksi tingkat tinggi.

Antiseptik adalah pencegahan infeksi dengan membunuh atau menghambat


pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jarigan tubuh lainnya.
BAB II

KESIMPULAN

Infeksi oleh virus dipengaruhi oleh berbagai faktor balk dari segi virusnya seperti
jumlah virus yang menginfeksi dan virulensinya maupun dari segi hospesnya seperti
kemampuan sistem imun hsopes. Untuk beberapa virus lingkungan juga mempengaruhi
penyebaran virus. Untuk suatu lnfeksi yang sukses virus membutuhkan hal-hal sebagai
berikut : Jumlah virus yang cukup untuk memulai mfeksi Sel-sel pada tempat infeksi harus
susceptible dan permissive terhadap virus tersebut Sistem pertahanan antivirus lokal hospes
harus tidak ada atau setidaktidaknya tidak efektif Sistem imun hospes sangat berpengaruh
dalam mencegah penyebaran infeksi balk yang innate maupun yang adaptive. Meslupun
demikian beberapa virus dapat mengatasi sistem imun hospes misalnya dengan melumpuhkan
sistem imun tersebut, menyerang organ yang tidak dalam pengawasan sistem imun, atau
menyerang sistem imun itu sendiri. Hasilnya tergantung keseimbangan antara antigen dan
sistem imun. Infeksi virus dapat terjadi dalam bentuk akut atau persisten. Infeksi akut
biasanya merupakan self limiting disease, terjadi secara cepat dan dibersihkan dengan cepat
pula dari tubuh oleh sistem imun hospes. Meslupun demikian, penyebaran mfeksi akut sulit
dikendallkan terutama di tempat yang padat penduduknya bahkan pada beberapa kasus dapat
menyebabkan pandemi. Infeksi persisten merupakan mfeksi untuk jangka waktu yang
panjang, meskipun akhirnya bisa saja sembuh atau berkembang lebih lanjut menjadi beberapa
variasi. Variasi lnfeksi persisten adalah infeksi laten yang dapat mengalami reaktivasi
menjadi mfeksi akut (herpes simpleks), slow infection yaitu infeksi yang berlangsung lama
bahkan dapat bertahun-tahun dan biasanya 50 51 berakhir dengan kematian (Transmissible
Spongiform Encephalopathies), mfeksi abortif yaitu lnfeksi yang tidak menyelesaikan
prosesnya, dan transforming infection yang bersifat oncogenik. Setiap pola mfeksi memiliki
mekanisme molekular yang khas virusnya dan akan menghasilkan manifestasi klinik yang
berbeda pula pada hospesnya.

Anda mungkin juga menyukai