Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Patient Safety
Disusun Oleh :
DENI GUMILAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat serta hidayah-NYA kami dapat menyelesaikan makalah mengenai tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi silang tepat pada waktu.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang sudah membantu baik
bantuan fisik maupun batin.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan
baik dalam cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam penyusunannya. Maka dari itu,
penulis sangat memohon pada para pembaca agar memberikan kritik-kritik yang positif dan
bisa memperbaiki kekurangan dalam makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Infeksi ....................................................................................................... 3
2.2 Infeksi Nosokomial ................................................................................... 3
2.3 Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang ........................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................... 12
3.2 Saran ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
operasi( ILO). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada
rumah sakit di Indonesia bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan.
Menurunnya standar pelayanan perawatan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya infeksi nosokomial. Salah satu infeksi yang paling sering terjadi adalah plebitis
pada pasien yang mendapat terapi infus. Kejadian ini merupakan salah satu indikator
adanya infeksi akibat kesalahan pemasangan ataupemasangan infus yang tidak sesuai
protap terutama masalah teknik septik-aseptik.
Dalam hal ini, perawat sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan berperan besar
untuk memperkecil risiko infeksi tersebut. Oleh karena itu, kami akan membahas mengenai
pencegahan dan pengendalian infeksi silang dalam makalah ini.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian infeksi.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian infeksi nosokomial.
1.3.3 Untuk mengetahui tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi silang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian infeksi.
1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian infeksi nosokomial.
1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
silang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb akan timbul jika
patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry.
Fundamental Keperawatan Edisi 4.hal : 933 – 942:2005)
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin,
replikasi intra selular, atau respon antigen-antibodi(Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi
25.hal :555:1998)
Infeksi terjadi jika mikroorganisme bertumbuh dan mengalahkan mekaisme pertahanan
tubuh. Jika mikroorganisme ini merusak tubuh maka disebut patogen. Suatu patogen harus
berkembang biak dalam tubuh untuk dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme dapat
tumbuh pada seluruh tubuh (infeksi sistemik) atau terbatas pada area tertentu.
3
Infeksi dapat berasal dari diri sendiri jika jaringan terinfeksi akibat infeksi dari lokasi
yang berbeda pada tubuh pasien, misalnya saluran pernafasan, saluran pencernaan dan
kulit.
Infeksi silang terjadi dari orang yang menderita infeksi atau karier yang tidak bergejala
atau dari suatu reservoar infeksi.
4
pengerasan (tumor), dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam
kecuali infeksi rumah sakit yang terjadi bukan pada tempat luka.
Faktor Penyebab Infeksi Nosokomial
Penularan kuman penyebab infeksi rumah sakit dapat terjadi melalui :
1. Infeksi sendiri (self infection), yaitu infeksi rumah sakit berasal dari pasien sendiri (flora
endogen) yang berpindah ke tempat atau bagian tubuh lain, seperti kuman Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus, kuman tersebut dapat berpindah melalui benda yang
dipakai, seperti linen atau gesekan sendiri.
2. Infeksi silang (cross infection), yaitu infeksi rumah sakit terjadi akibat penularan dari
pasien/orang lain di rumah sakit.
3. Infeksi lingkungan (environmental infection), yaitu infeksi yang disebabkan kuman
yang didapat di lingkungan rumah sakit.
5
bekas operasi yang terinfeksi setelah melakukan operasi di bagian perut atau
menyerang sisitem urinaria di salauran kencing.
2. Ke pasien yang lain atau para pegawai (exogenous cross-infection)
Bakteri menular diantara pasien :
a. kontak langsung diantara pasien (tangan, kelenjar saliva (air ludah).
b. dari udara (debu atau sirkulasi udara yang terkontaminasi oleh bakteri
yang sudah menyerang pasien).
c. melalui kontaminasi oleh pegawai/perawat (tangan, baju, hidung dan
tenggorokan/kerongkongan) yang dapat jadi itu terjadi untuk sementara
atau karir permanen.
d. melalui objek yang terkontaminasi dari pasien (termasuk peralatan),
tangan pegawai, pengunjung atau sumber dari lingkungan itu sendiri (air,
gas, makanan).
3. Ke lingkungan (endemic or epidemic exogenous environmental infections)
Beberapa tiper dari mikroorganisme yang selalu ada di lingkungan rumah sakit :
Di air, area yang lembab/basah, dan adakalanya di produk yang steril atau
tidak terinfeksi (Pseudomonas, Acineotobacter, Myobacterium)
Di peralatan yang digunakan untuk perawatan
Pada makanan
Pada debu (bakteri yang diameternya lebih kecil dari 10µm tinggal
pada udara pada beberapa jam dan dapat terhirup pada keadaan yang
bersamaan dengan debu).
Riwayat Alamiah
Masa Inkubasi dan Klinis Masa Inkubasi pada Infeksi Nosokomial adalah 3 x 24 jam
sejak mulai pasien dirawat
Masa Laten dan Periode Infeksi Masa Laten dan Periode Infeksi Noskomial ini
tergantung dari imunitas pasien sendiri. Jika ia mempunyai imunitas yang kuat terhadap
factor eksogen (kelompok yang merawat, alat medis, serta lingkunga) yang tidak baik.
Maka bisa jadi ia tidak terserang Infeksi Nosokomial. Dan jika imunitasnya tidak cukup
kuat, maka dapat jadi pasien tersebut dirawat berhari, berminggu-minggu dan lebih
parahnya berbulan-bulan
6
2.3 Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang
Peran penting perawat adalah mengetahui prosedur dan praktik yang mungkin
menyebabkan infeksi nosokomial, misalnya teknik-teknik invasif, jalur tindakan dan
menyadari faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko infeksi seperti kebersihan
yang kurang, status gizi kurang, dan imunosupresi. Mungkin faktor pencegahan terpenting
adalah memastikan dilaksanakannya prosedur pengontrolan infeksi, yang dilaksanakan di
setiap rumah sakit. Perawatan terpisah merupakan usaha mencegah penyebaran infeksi
dengan isolasi protektif atau mencegah infeksi dari pasien yang terinfeksi (isolasi sumber).
2.3.1 Mencuci tangan
Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam prosedur
pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi
mikroorganisme. Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara signifikan
menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi saluran pencernaan. Kulit yang rusak
pada tangan mengandung pathogen yang lebih banyak, yang banyak menyebabkan
infeksi nosokomial.
Hampir semua bakteri bakteri transien dapat diilangkan dengan sabun dan air,
tetapi bakteri residen akan tetap tinggal. Pencuci tangan bakterisida, misalnya
Hibiscrub , Povidone-iodine, membuat prosedur ini lebih efektif karena
menghilangkan bakteri residen. Yang perlu perhatian khusus saat mencuci adalah
area tempat berkumpulnya mikroorganisme, seperti di sela-sela jari.
7
satu penyebab oral thrush (jamur pada mulut) pada pasien kanker stadium lanjut,
dapat menyebar dari pasien ke tangan perawat. Penyebaran ini dapat dicegah
dengan mengenakan sarung tangan steril saat kontak dengan mukosa oral.
Menurunkan risiko penyebaran infeksi melalui udara juga dapat dilakukan dengan
memastikan bahwa prosedur seperti merapikan dan membersihkan tempat tidur
tidak langsung dikerjakan sebelum membalut luka, karena prosedur membersihkan
tempat tidur dapat menyebarkan mikroorganisme di udara. Selain itu, membalut
luka yang terinfeksi sebaliknya dilakukan paling akhir.
8
Tempat insersi terbaik, misalnya daerah subklavia (bahu) lebih disarankan
daripada daerah jungular (leher) atau femoral (paha)
Menggunakan teknik aseptic saat pemasangan kateter vena sentral, seperti
baju, sarung tangan, dan duk steril
Persiapan daerah insersi yang tepat, misalnya membersihkan kuit dengan
larutan alcohol klorheksidin glukonat dan dibiarkan mongering sebelum
insersi.
Perawatan kateter dan daerah yang efektif, misalnya disinfeksi permukaan
eksternal kateter dan bagian sambungan, ditutup dengan menggunakan
kasa steril atau balutan transparan
Menjalankan strategi penggaantian kateter vena sentral dengan
memperhatikan metode dan frekuensi penggantian
Tidak menggunakan antibiotik untuk menurunkan risiko infeksi
Hanya menggunakan kateter urin ketika tidak ada prosedur alternatif lain
Memilih kateter terkecil yang memungkinkan alran urin dengan baik
Menggunakan peralatan steril tertutup dan teknik aseptic saat pemasangan
Menggunakan system steril tertutup dan mencegah aliran baik urin dari
kantung urin dengan meletakkan kantung urin di bawah kandung kemih dan
penjepitan (clamping) selang kantung jika pasien bergerak.
9
mikroorganisme tergantung dari resistensi alami mikroorganisme. Disinfeksi
umumnya berbahaya untuk kulit dan harus menggunakan pakaian pelindung saat
memakainya. Antiseptic adalah agen antimikroba yang menurunkan pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan hidup. Contoh antiseptic yang umum adalah iodin
dan hidrogen peroksida.
Peralatan medis harus dibersihkan dan /atau didisinfeksi sebelum digunakan dari
pasien ke pasien lain. Secara umum setiap alat harus dibersihkan, tetapi peralatan
medis yang kontak dengan darah atau cairan tubuh atau digunakan pada pasien
yang menderita infeksi, seperti infeksi Staphylococcus aureus resisten metisilin
(MRSA), diare, maka peralatan medis ini harus didisinfeksi.
Setiap alat harus selalu dicuci dan dibersihkan sebelum disinfeksi karena alat yang
kotor akan melindungi mikroorganisme. Disinfeksi zat pembunuh bakteri, kadang
disebut juga bakterisida, sedangkan zat yang hanya menghambat pertumbuhan
bakteri disebut bakteriostatik. Disinfektan bakterisida dapat bersifat bakterostatik
jika diencerkan. Sehingga penting untuk menggunakan disinfektan dengan
konsentrasi yang tepat. Begitu pula, disinfektan harus digunakan dalam durasi
waktu yang tepat dan dipastikan bahwa larutan disinfektan masih baru agar
prosedur disinfeksi efektif.
Disinfektan yang paling efektif adalah senyawa aldehida, peroksida, dan halogen
tetapi tidak selalu tepat digunakan setiap saat karena efek sampingnya. Semua zat
tersebut adalah agen pengoksidasi kuat.
2.3.5 Sterilisasi
Sterilisasi adalah prosedur untuk membunuh semua organisme termasuk
endospore dan virus. Autoklaf (dapat dilakukan dengan alat masak bertekanan
tinggi, presto) dapat digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap
bertekanan tinggi. Prosedur ini sering digunakan untuk sterilisasi instrument bedah
umum dan masker anestesi. Temperatur tinggi dicapai ketika uap berada dalam
tekanan tinggi, seperti 121 0C pada 108 kPa (15 psi) yang akan membunuh
mikroorganisme dalam jangkan pendek dibandingkan menggunakan panas pada
tekanan atmosfer biasa. Di pabrik, produk steril seperti syringe disposable
disterilisasi sebelum dikemas dengan menggunakan radiasi sinar gamma untuk
menghancurkan mikroorganisme.
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Peran penting perawat adalah mengetahui prosedur dan praktik yang mungkin
menyebabkan infeksi nosokomial, misalnya teknik-teknik invasif, jalur tindakan dan
menyadari faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko infeksi seperti kebersihan
yang kurang, status gizi kurang, dan imunosupresi. Mungkin faktor pencegahan terpenting
adalah memastikan dilaksanakannya prosedur pengontrolan infeksi, yang dilaksanakan di
setiap rumah sakit. Perawatan terpisah merupakan usaha mencegah penyebaran infeksi
dengan isolasi protektif atau mencegah infeksi dari pasien yang terinfeksi (isolasi sumber)
3.2 Saran
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada berbagai
pihak, yaitu:
1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang Tindakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang.
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi untuk lebih
mendalami materi tentang Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
James, Joyce, Collin Baker, Helen Swain. 2002. Prinsip-prinsip Sains Untuk Keperawatan.
Jakarta: Erlangga.