Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MATERNITAS

“Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum dengan Infeksi Jalan Lahir”

Nama Kelompok 3:
1. Firza Noviatun Nisa 1814901001
2. Nora Yusnita 1814901002
3. Gita Metavia Handayani 1814901009
4. Komang Tiara Koredevani Giri 1814901010
5. Desy Rahmadani 1814901013
6. Gariel Farhan Wicaksana 1814901024
7. Alma Veronica 1814901028
8. Tri Pangestu Rahmadani 1814901034
9. Susi Susanti 1814901036
10. Lovi Vaniar 1814901038

POLTEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D4-NERS
TAHUN 2019/2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas biokimia yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Ibu Post Partum dengan Infeksi Jalan Lahir” ini tepat waktu tanpa
kendala apapun.

Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini untuk pembelajar
kepada penulis tentang asuhan keperawatan dalam menangani infeksi jalan lahir
kepada ibu post partum itu membuat ilmu kami semakin meningkat serta rasa
tanggung jawab semakin tinggi.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu mencari referensi
serta rujukan yang digunkan untuk menyelesaikan tugas ini. Penulis berharap bahwa
tugas ini dapat bermanfaat di lain hari walaupun penulis tau bahwa tugas ini masih
jauh dari kata sempurna.

Bandar Lampung, 9 September 2019

Penulis

2
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................... 2

Daftar Isi ..................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan ................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................ 4

BAB II Pembahasan ................................................................................... 5

2.1 Pengertian .................................................................................... 5


2.2 Etiologi ....................................................................................... 6
2.3 Cara Terjadinya Infeksi .............................................................. 7
2.4. Patologi ..................................................................................... 7
2.5 Tanda dan Gejala ........................................................................ 11
2.6 Faktor-Faktor Resiko ................................................................. 12
2.7 Pencegahan Infeksi Nifas ........................................................... 13
2.8 Pengobatan Infeksi Nifas ........................................................... 13
2.9 Asuhan Keperawatan ................................................................. 15

BAB III Penutup ........................................................................................ 21

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 21


3.2 Saran ........................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial,
dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan, dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan
dan/atau perawatan termasuk kehamilan, dan persalinan. (Wikipedia)
Kejadian-kejadian tidak terduga terjadi dalam masa post partum atau pada
masa nifas seperti infeksi. Maka dari itu diperlukan asuhan keperawatan yang
tepat mengenai segala aspek yang memengaruhi pencegahan infeksi dan
penanganan infeksi dalam dunia keperawatan. Maka dari itu perlu dikaji lebih
luas lagi mengenai infeksi pada ibu post partum.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari infeksi post partum?
2. Apa saja aspek-aspek dalam infeksi post partum yang perlu diketahui?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu dengan infeksi post partum?
1.3. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui pengertian dari infeksi post partum


2. Mahasiswa memahami apa saja aspek-aspek dalam infeksi post partum yang
perlu diketahui
3. Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada ibu
dengan infeksi post partum

4
BAB II

Pembahasan

2.1. Pengertian

Definisi Post partum (nifas/puerperium) berarti setelah melahirkan atau


persalinan.

Infeksi atau jangkitan adalah kolonalisasi (mengacu pada mikroorganisme


yang tidak bereplikasi pada jaringan yang ditempatinya. Sedangkan "infeksi"
mengacu pada keadaan di mana mikroorganisme bereplikasi dan jaringan menjadi
terganggu) yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat
paling membahayakan inang.

Infeksi postpartum atau infeksi pasca persalinan adalah berbagai infeksi


terjadi setelah persalinan melalui vagina, maupun melalui operasi Caesar, atau saat
menyusui. Nyeri yang dirasakan banyak wanita usai melahirkan, membuat infeksi
postpartum sulit dibedakan dari nyeri postpartum.

Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah


infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan (Bobak, 2004).

Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya


kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono
Prawirohardjo, 2005 : 689 ).
Infeksi postpartum adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-
alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).

5
2.2. Etiologi

 Eksasogen : kuman datang dari luar.


 Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
 Endogen : dari jalan lahir sendiri.

Jenis-Jenis Infeksi Post Partum

Beberapa infeksi postpartum yang sering terjadi adalah:

 Endometritis, infeksi pada endometrium (lapisan rahim)


 Mastitis, infeksi payudara
 Sayatan yang terinfeksi
 Infeksi saluran kemih

Selain itu infeksi nifas dapat pula disebabkan oleh:

 Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang paling


berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita
lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain).
 Staphylococcus aerus menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-
kadang menjadi infeksi umum. Banyak ditemukan di RS dan dalam
tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.
 E. coli berasal dari kandung kemih atau rektum dan dapat menyebabkan
infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium.
 Clostridium Welchii, bersifat anaerob. Jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.

6
2.3. Cara Terjadinya Infeksi

 Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan atau alat-
alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman.
 Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau yang membantunya.
 Hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin ditutup dengan
masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar
bersalin.
 Dalam RS banyak kuman-kuman patogen yang berasal dari penderita dengan
berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara ke
mana-mana antara lain ke handuk, kain-kain, alat-alat yang suci hama dan
yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau nifas.
 Coitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab yang paling penting
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
 Infeksi intra partum. Biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban
sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan periksa dalam.
 Gejala: kenaikan suhu disertai leukositosis dan tachikardi, denyut jantung
janin meningkat, air ketuban menjadi keruh dan berbau.
 Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya
infeksi berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak
perlukaan jalan lahir.

2.4. Patologi
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya

7
vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk tumbuhnya kuman-
kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering
mengalami perlukaan pada persalinanan, begitu juga vulva, vagina, perineum
merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-
luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.

Infeksi nifas dapat terbagi dalam 2 golongan :

 Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, seviks dan endometrium.
 Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan melalui
permukaan endometrium.

Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium

1. Vulvitis.

Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitar
membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka
yang terbuka menjadi ulkus dan megeluarkan pus.

2. Vaginitis.

Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum,
permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah
mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.

3. Sevicitis.
Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang
dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
4. Endometritis.

8
Paling sering terjadi. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka
insertio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada
infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama
bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas
keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium
dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.

Penyebaran melalui pembuluh darah (Septikemia dan Piemia)


Merupakan infeksi umum disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus
Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari
semua kematian karena infeksi nifas.

Penyebaran melalui jalan limfe.


Peritonitis dan Parametritis (Sellulitis Pelvika)

Penyebaran melalui permukaan endometrium.


Salfingitis dan Ooforitis.

Gambaran Klinik.

1. Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina dan Serviks.


2. Rasa nyeri dan panas pada infeksi setempat.
3. Nyeri bila kencing.
4. Suhu meningkat 38o C kadang mencapai 39o C – 40o C disertai menggigil.
5. Nadi kurang dan 100/menit.

Endometritis

 Tergantung pada jenis virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat
trauma pada jalan lahir.
 Biasanya demam mulai 48 jam pertama post partum bersifat naik turun.

9
 Lokia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau.
 Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut Lokiometra.
 Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.

Septikemia dan Piemia

 Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toxinnya langsung


masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
 Piemia dimulai dengan tromboplebitis vena-vena daerah perlukaan lalu lepas
menjadi embolus-embolus kecil dibawa keperadaran darah umum dan
terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang dihinggapinya.
 Keduanya merupakan infeksi berat.
 Gejala septikemia lebih akut dan dari awal ibu kelihatan sudah sakit dan
lemah.
 Keadaan umum jelek
 Suhu meningkat antara 39°C – 40°C, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per
menit atau lebih. TD turun, keadaan umum memburuk. Sesak nafas,
kesadaran turun, gelisah.
 Piemia dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboplebitis, setelah ada
penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas.
 Lab: leukositosis.
 Lochea: berbau, bernanah, involusi jelek.

Peritonitis

 Peritonitis terbatas pada daerah pelvis (pelvia peritonitis): demam, nyeri perut
bagian bawah, KU baik.
 Peritonitis umum: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan
nyeri, terdapat abses pada cavum Douglas

10
Sellulitis Pelvika
Pada periksa dalam dirasakan nyeri, demam tinggi menetap dari satu minggu, nadi
cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat
yang dapat teraba selamaVT. Infiltrat kadang menjadi abses.

Salfingitis dan Ooforitis

Gejala hampir sama dengan pelvio peritonitis.

2.5. Tanda dan Gejala

Banyak infeksi terdeteksi dengan demam, menggigil atau perasaan tidak enak badan,
dan kadang hanya itu gejala-gejala yang nampak jelas.

Tanda-tanda dan gejala lain dapat meliputi:

 Nyeri perut bawah, demam rendah, lokia yang berbau busuk (tanda-tanda
endometritis)
 Area yang terasa sakit, keras, hangat dan merah (biasanya hanya pada satu
payudara) dan demam, menggigil, nyeri otot, kelelahan atau sakit kepala
(tanda-tanda mastitis)
 Kemerahan, cairan, pembengkakan, hangat atau meningkatnya rasa sakit di
sekitar area sayatan atau luka (baik sayatan operasi caesar, episiotomi atau
luka gores) atau sayatan yang terlihat seperti akan terpisah
 Sulit dan nyeri saat buang air kecil, merasa seperti ingin buang air kecil
dengan sering dan mendesak namun hanya sedikit atau tidak ada urin yang
keluar, atau urin keruh atau berdarah (tanda-tanda infeksi saluran kemih).

Jika mengalami pingsan, nyeri perut hebat, menurunnya kesadaran, detak


jantung lemah dan cepat, muntah darah, segera cari perawatan medis darurat.

11
2.6. Faktor-Faktor Resiko

Berdasarkan metode yang digunakan untuk persalinan, risiko terkena infeksi setelah
persalinan berbeda-beda. Kemungkinan mengalami infeksi adalah:

 1-3% pada persalinan normal melalui vagina


 5-15% pada operasi caesar yang terjadwal dan dilakukan sebelum
persalinan dimulai
 15-20% pada persalinan non-caesar tak terjadwal yang dilakukan setelah
persalinan dimulai

Ada berbagai faktor tambahan yang meningkatkan risiko wanita


terkena infeksi, meliputi:

 Anemia
 Obesitas
 Bacterial vaginosis, infeksi menular seksual
 Beberapa pemeriksaan vagina selama persalinan
 Memonitor janin secara internal
 Persalinan yang berkepanjangan
 Jeda antara pecahnya ketuban dan persalinan
 Kolonisasi saluran vagina dengan bakteri streptococcus golongan B
 Memiliki sisa plasenta pada rahim setelah persalinan
 Perdarahan berlebih setelah persalinan
 Usia muda
 Kelompok sosial ekonomi rendah

12
2.7. Pencegahan Infeksi Nifas

a) Selama kehamilan

1. Perbaikan gizi untuk mencegah anemia.


2. Coitus pada hamil tua hendaknya tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
b) Selama persalinan.

 Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalur jalan lahir.


 Membatasi perlukaan.
 Membatasi perdarahan.
 Membatasi lamanya persalinan.

c) Selama nifas

1. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.


2. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci
hama.
3. Penderita dengan tanda infeksi nifas jangan digabung dengan wanita dalam
nifas yang sehat.

2.8. Pengobatan Infeksi Nifas

Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka operasi dan
darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat. Berikan dosis
yang cukup dan adekuat.

Sambil menunggu hasil laboratorium berikan antibiotika spektrum luas. Pengobatan


mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang

13
mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai
komplikasi yang dijumpai.

14
2.9. Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

Pengkajian

a. Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa,


alamat.
b. Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.
c. Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita
penyakit yang sama.
d. Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi alat kelamin
e. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan
seksual pada saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
f. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang menggunakan
obat intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat stress yang tinggi.
g. Pemeriksaan fisik bagian luar.

Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.


b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
d. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar
getah bening diketiak.

15
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina
(licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan
luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia
(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr
serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.

II. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul adalah

1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi


nasokomial.
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan

III. Rencana Keperawatan

1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan


infeksi nasokomial.

Tujuan 1: Mencegah dan mengurangi infeksi.


Intervensi:

16
- Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter
yang baik), catat warna, sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis
dan kemungkinan “perdarahan” / nyeri.
- Kaji tinggi fundus dan sifat.
- Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post
partum.
- Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting).
Hubungkan dengan data perubahan post partum masing-masing dan catat
apakah klien menyusui dengan ASI.
- Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis.
Catat kecenderungan demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama dalam
10 hari post partum. Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
- Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.
- Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan
pada pasien dan perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur
secara teratur.
- Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan.
- Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C
dan zat besi.
- Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk efektif
dan nafas dalam setiap 4 jam untuk melancarkan jalan nafas.
- Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/
kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini. Anjurkan mengubah posisi tidur
secara sering dan teratur.
- Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.

Tujuan 2 : Identifikasi tanda dini infeksi dan mengatasi penyebabnya.


Intervensi:

17
- Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.
- Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan
test sensitivitas antibiotik seperti penicillin, gentamisin, tetracycline,
cefoxitin, chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin seperti ergonovine
atau methyler gonovine.
- Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.
- Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan elektrolit
secara intravena, jangan berikan makanan dan minuman pada pasien yang
muntah
- Pemberian analgetika dan antibiotika.

2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi


Tujuan :

Nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi :

- Selidiki keluhan pasien akan nyeri;perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan


faktor pencetus
- Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal: tegangan otot,
gelisah.
- Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
- Berikan tindakan kenyamanan (missal : pijatan / masase punggung)
- Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri , contoh : latihan relaksasi /
napas dalam, bimbingan imajinasi , visualisasi)
- Kolaborasi :

18
 Pemberian obat analgetika.
Catatan: hindari produk mengandung aspirin karena mempunyai potensi
perdarahan
 Pemberian Antibiotika

3. Cemas / ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau


ancaman kematian
Tujuan :

Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan
cemas berkurang atau hilang.

Intervensi :

- Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan


Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
- Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon
fisiologis
- Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
Rasional : Memberikan dukungan emosi
- Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang
tidak diketahui
- Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
- Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme
koping yang tepat.

19
IV. IMPLEMENTASI

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat


terhadap pasien.

V. EVALUASI

Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.

20
BAB III

Penutup

3.1. Kesimpulan
Infeksi postpartum atau infeksi pasca persalinan adalah berbagai
infeksi terjadi setelah persalinan melalui vagina, maupun melalui operasi
Caesar, atau saat menyusui. Nyeri yang dirasakan banyak wanita usai
melahirkan, membuat infeksi postpartum sulit dibedakan dari nyeri
postpartum.
Asuhan keperawatannya meliputi : Pengkajian, Diagnosis, Intervensi,
Implementasi, Evaluasi.
3.2. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan kita dituntut untuk memahami
bagaimana asuhan keperawatan pada ibu dengan infeksi post partum.

21
DAFTAR PUSTAKA

Admin.2016.” Pengertian, Definisi Dan Arti Istilah Kesehatan (Posisi Dalam


kebidanan – Praktik Berbasis Bukti)”.http://menurutparaahli.com/tag/arti-
post-partum/.(9 September 2019)

Wikipedia.2019.”Infeksi”. https://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi.(9 September 2019)

Samiadi, Aprilia.2016.” Apa itu infeksi postpartum?”. https://hellosehat.com/


penyakit/infeksi-postpartum/.(9 September 2019)

Muliana, Sri. Tanpa Tahun.” ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN INFEKSI NIFAS“.https://www.academia.edu/38059342/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DENGAN_INFEKSI_
NIFAS? auto=download.(9 September 2019)

Anwar, Syamsiah. 2013.” Laporan Pendahuluan Dan Askep INFEKSI POST


PARTUM”. https://www.scribd.com/doc/135289665/Laporan-Pendahuluan-
Dan-Askep-INFEKSI-POST-PARTUM.(9 September 2019)

22

Anda mungkin juga menyukai