MATERNITAS
Nama Kelompok 3:
1. Firza Noviatun Nisa 1814901001
2. Nora Yusnita 1814901002
3. Gita Metavia Handayani 1814901009
4. Komang Tiara Koredevani Giri 1814901010
5. Desy Rahmadani 1814901013
6. Gariel Farhan Wicaksana 1814901024
7. Alma Veronica 1814901028
8. Tri Pangestu Rahmadani 1814901034
9. Susi Susanti 1814901036
10. Lovi Vaniar 1814901038
1
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas biokimia yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Ibu Post Partum dengan Infeksi Jalan Lahir” ini tepat waktu tanpa
kendala apapun.
Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini untuk pembelajar
kepada penulis tentang asuhan keperawatan dalam menangani infeksi jalan lahir
kepada ibu post partum itu membuat ilmu kami semakin meningkat serta rasa
tanggung jawab semakin tinggi.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu mencari referensi
serta rujukan yang digunkan untuk menyelesaikan tugas ini. Penulis berharap bahwa
tugas ini dapat bermanfaat di lain hari walaupun penulis tau bahwa tugas ini masih
jauh dari kata sempurna.
Penulis
2
Daftar Isi
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
Pendahuluan
4
BAB II
Pembahasan
2.1. Pengertian
5
2.2. Etiologi
6
2.3. Cara Terjadinya Infeksi
2.4. Patologi
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya
7
vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk tumbuhnya kuman-
kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering
mengalami perlukaan pada persalinanan, begitu juga vulva, vagina, perineum
merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-
luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, seviks dan endometrium.
Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan melalui
permukaan endometrium.
1. Vulvitis.
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitar
membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka
yang terbuka menjadi ulkus dan megeluarkan pus.
2. Vaginitis.
Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum,
permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah
mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.
3. Sevicitis.
Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang
dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
4. Endometritis.
8
Paling sering terjadi. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka
insertio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada
infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama
bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas
keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium
dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Gambaran Klinik.
Endometritis
Tergantung pada jenis virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat
trauma pada jalan lahir.
Biasanya demam mulai 48 jam pertama post partum bersifat naik turun.
9
Lokia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau.
Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut Lokiometra.
Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
Peritonitis
Peritonitis terbatas pada daerah pelvis (pelvia peritonitis): demam, nyeri perut
bagian bawah, KU baik.
Peritonitis umum: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan
nyeri, terdapat abses pada cavum Douglas
10
Sellulitis Pelvika
Pada periksa dalam dirasakan nyeri, demam tinggi menetap dari satu minggu, nadi
cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat
yang dapat teraba selamaVT. Infiltrat kadang menjadi abses.
Banyak infeksi terdeteksi dengan demam, menggigil atau perasaan tidak enak badan,
dan kadang hanya itu gejala-gejala yang nampak jelas.
Nyeri perut bawah, demam rendah, lokia yang berbau busuk (tanda-tanda
endometritis)
Area yang terasa sakit, keras, hangat dan merah (biasanya hanya pada satu
payudara) dan demam, menggigil, nyeri otot, kelelahan atau sakit kepala
(tanda-tanda mastitis)
Kemerahan, cairan, pembengkakan, hangat atau meningkatnya rasa sakit di
sekitar area sayatan atau luka (baik sayatan operasi caesar, episiotomi atau
luka gores) atau sayatan yang terlihat seperti akan terpisah
Sulit dan nyeri saat buang air kecil, merasa seperti ingin buang air kecil
dengan sering dan mendesak namun hanya sedikit atau tidak ada urin yang
keluar, atau urin keruh atau berdarah (tanda-tanda infeksi saluran kemih).
11
2.6. Faktor-Faktor Resiko
Berdasarkan metode yang digunakan untuk persalinan, risiko terkena infeksi setelah
persalinan berbeda-beda. Kemungkinan mengalami infeksi adalah:
Anemia
Obesitas
Bacterial vaginosis, infeksi menular seksual
Beberapa pemeriksaan vagina selama persalinan
Memonitor janin secara internal
Persalinan yang berkepanjangan
Jeda antara pecahnya ketuban dan persalinan
Kolonisasi saluran vagina dengan bakteri streptococcus golongan B
Memiliki sisa plasenta pada rahim setelah persalinan
Perdarahan berlebih setelah persalinan
Usia muda
Kelompok sosial ekonomi rendah
12
2.7. Pencegahan Infeksi Nifas
a) Selama kehamilan
c) Selama nifas
Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka operasi dan
darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat. Berikan dosis
yang cukup dan adekuat.
13
mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai
komplikasi yang dijumpai.
14
2.9. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
15
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina
(licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan
luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia
(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr
serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.
16
- Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter
yang baik), catat warna, sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis
dan kemungkinan “perdarahan” / nyeri.
- Kaji tinggi fundus dan sifat.
- Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post
partum.
- Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting).
Hubungkan dengan data perubahan post partum masing-masing dan catat
apakah klien menyusui dengan ASI.
- Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis.
Catat kecenderungan demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama dalam
10 hari post partum. Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
- Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.
- Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan
pada pasien dan perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur
secara teratur.
- Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan.
- Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C
dan zat besi.
- Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk efektif
dan nafas dalam setiap 4 jam untuk melancarkan jalan nafas.
- Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/
kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini. Anjurkan mengubah posisi tidur
secara sering dan teratur.
- Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.
17
- Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.
- Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan
test sensitivitas antibiotik seperti penicillin, gentamisin, tetracycline,
cefoxitin, chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin seperti ergonovine
atau methyler gonovine.
- Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.
- Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan elektrolit
secara intravena, jangan berikan makanan dan minuman pada pasien yang
muntah
- Pemberian analgetika dan antibiotika.
Nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi :
18
Pemberian obat analgetika.
Catatan: hindari produk mengandung aspirin karena mempunyai potensi
perdarahan
Pemberian Antibiotika
Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan
cemas berkurang atau hilang.
Intervensi :
19
IV. IMPLEMENTASI
V. EVALUASI
20
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Infeksi postpartum atau infeksi pasca persalinan adalah berbagai
infeksi terjadi setelah persalinan melalui vagina, maupun melalui operasi
Caesar, atau saat menyusui. Nyeri yang dirasakan banyak wanita usai
melahirkan, membuat infeksi postpartum sulit dibedakan dari nyeri
postpartum.
Asuhan keperawatannya meliputi : Pengkajian, Diagnosis, Intervensi,
Implementasi, Evaluasi.
3.2. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan kita dituntut untuk memahami
bagaimana asuhan keperawatan pada ibu dengan infeksi post partum.
21
DAFTAR PUSTAKA
22