Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan

Gastroenteritis Akut

DISUSUN OLEH :

Raniah Dafira Hasnah (1814301004)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG


PRODI D4 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
Laporan Pendahuluan

a. Definisi
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi
encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu
keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau
tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung atau usus.
b. Etiologi
Menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor
yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie).
Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris,
trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia
lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti
otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis
c. Tanda dan gejala
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai
wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam.
d. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
 Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,
dan Enterotolitis nektrotikans.
 Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
 Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan
oleh bakteri, virus dan parasit.
 Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:
diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
 Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari.
Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu
dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
 Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih (Sunoto,
1990).

e. Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila
tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada
dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-
oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari
diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic pada klien dengan gastroenteritis :
1. Laboratoris (pemeriksaan darah)
Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada
penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D,
peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan masa protrombin pada klien
dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum albumin pada klien penyakit chron.
2. Radiologis
- Barrium Foloow through à penyakit chron.
- Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.
3. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.
g. Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

  Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan


a) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
b) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam
Wicaksono, 2011)
2. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare


akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit
pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg
oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari),
Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg,
Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
3.    Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat


(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/
3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut
meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan
dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi
defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan.

h. Masalah Keperawatan

. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung


No. Data Pendukung Masalah Keperawatan
1. Data Subjektif : Diare
- Urgency
- Nyeri /kram abdomen
Data Objektif :
- Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
- Feses lembek atau cair
- Frekuensi peristaltik meningkat
- Bising usus hiperaktif
2. Data Subjektif : Defisit Nutrisi
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Data Objektif :
- Berat badan menurun minimal 10% d
bawah 10%
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
3. Data Subjektif : Hipovolemia
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
Data Objektif :
- Frekuensi nadi meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan dara menurun
- Tekanan nadi menyempit
- Turgor kulit menurun
- Membran mukosa kering
- Volume urin menurun
- Hematokrit meningkat
- Pengisian vena menurun
- Status mental berubah
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urin meningkat
- Berat badan turun tiba-tiba
i. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

j. Tujuan Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, klien
diharapkan eliminasi fekal membaik
Kriteria Hasil :
- Meningkatnya kontrol pengeluaran feses
- Menurunnya keluhan defekasi lama dan sulit
- Menurunnya mengejan saat defekasi
- Membaiknya konsistensi feses
- Membaiknya frekuensi BAB
- Membaiknya peristaltik usus
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan
status nutrisi membaik
Kriteria Hasil :
- Meningkatnya porsi makanan yang dihabiskan
- Membaiknya berat badan
- Membaiknya indeks massa tubuh (IMT)
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan
status cairan membaik
Kriteria Hasil :
- Meningkatnya kekuatan nadi
- Meningkatnya output cairan
- Meningkatnya membran mukosa lembap
- Menurunnya ortopne, dispnea, paroxymal nocturnal dyspnea (PND), edema
anasarka, edema perifer
- Membaiknya frekuensi nadi, tekanan nadii tekanan darah, turgor kulit jugular
venous pressure (JVP), hemoglobin, hematkrit
k. Intervensi
Intervensi Rasional
Diiagnosa : Diare
Observasi
- Identifikasi penyebab diare (mis. - Untuk mengetahui penyebab diare baik
Inflamasi qastrointestinal, iritasi dari masalah internal ataupun eksternal
gastrointertinal, proses infeksi, malabsorpsi,
ansietas, stres, efek obat-obatan, pemberian
botol susu)
- Identifikasi riwayat pemberian - Untuk mengetahui penyebab dari diare
makanan
- Identifikasi gejala invaginasi (mis. - Untuk mengetahui gejala yang muncul
Tangisan keras, kepucatan pada bayi) dan akibatnya
- Monitor warna, volume, frekuensi, - Untuk mendapatkan data pengkajian
dan konsistensi tinja Monitor tanda dan yang
gejala hypovolemia (mis. Takikardia, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun, turgor
kulit turun, mukosa mulut kering. CRT
melambat, BB menurun)
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit di
daerah perianal - Untuk mengobservasi perubahan yang
- Monitor jumlah pengeluaran diare terjadi
- Monitor keamanan penyiapan - Agar mengetahui jumlah output
makanan - Untuk meminimalkan pemberian
Terapeutik makanan yang tidak sesuai
- Berikan asupan cairan oral (mis.
Larutan garam gula, oralit, pedialyte, - Untuk mengatasi diare yang dialami
renalyte)
- Pasang jalur intravena
- Berikan cairan intravena (mis. Ringer
- Agar cairan kembali dengan cepat
asetat, ringer laktat), jika perlu Ambil sampel
darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur, jlika
- Untuk mengetahui penyebab diare
perlu
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan
- Mencegah terjadi defisit nutrisi
sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari makanan
- Agar tidak memberatkan proses inflamasi
pembentuk gas, pedas dan mengandung
yang ada dalam tubuh
laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
- ASI adalah makanan terbaik bayi
- Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis. Loperamide, difenoksilat)
Kolaborasi pemberian obat
- Pemberian obat mempercepat
antispasmodic/spasmolitik (mis. Papaverin, penyembuhan
ekstak belladont. Mebeverine)
- Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses (mis. Atapulait, smektit. Kaolin-pektin)
Diagnosa : Defisit Nutrisi
Observasi
- Identifikasi status nutrisi - Untuk mendapatkan infomasi nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi klien
makanan - Untuk mennghindari komplikasi dan
- ldentifikasi makanan yang disukai masalah yang lebih serius
- Untuk meningkatkan nafsu makann maka
- Identifikasi kebutuhan kalori dan diperlukan data makanan yang disukai
jenis nutrien - Kebutuhan kalori setiap orang berbda
- Identifikasi perlunya penggunaan maka dibutuhkan data yaang sinkron
selang nasogastrik - Untuk memastikan bahwa nutren dapat
masuk dan tidak ada gangguan jalan
- Monitor asupan makanan makan
- Untuk mengetahui asupan makanan
- Monitor berat badan cukup
- Monitor hasil pemeriksaan - Untuk mengetahui perkembangan BB
laboratorium - Untuk mengetahui hasil dari pemeriksaan
Terapeutik yang dibutuhkan
- Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu - Kebersihan mulu menjadi salah satu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet penentu nafsu makan klien
(mis. piramida makanan) - Agar klien dapat mengerti pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan yang diperlukan
suhu yang sesuai - Makanan yang menarik membuat nafsu
- Berikan makanan tinggi serat untuk makan meningkat
mencegah konstipasi - Makanan berserat mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein. - Agar kecukupan kalori segera terpenuhi
- Berikan suplemen makanan, jika
- Suplemen makanan digunakan untuk
perlu. memenuhi sumber nutrisi klien
- Hentikan pemberian makan melalui
- Untuk meminimalkan penggunaan alat
selang nasogatrk lika asupan oral
bantu
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Agarr klien tidak tersdaak saat makan
- Ajarkan diet yang diprogramkan
- Untukk membelaki klien dengan
pedoman diet yang benar
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
- Untuk memudahkan nafsu makan klien
sebelum makan (mis. pereda nyeri.
meningkat dan mengurangi rasa
antiemetik), jika perlu Kolaborasi
keengganan untuk makan
dengan ahil gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Diagnosa : Hipovolemia
Observasi
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia - Untuk mengetahui gejala yang
(mis. frekuensi nadi meningkat, nadi mendukung diagnosa
teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanah nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membran
mukoss kering, volume urin
menurun, hematokrit meningkat,
haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan - Untuk mengetahui kebutuhan cairan klien
Terapeutik terpenuhi
- Hitung kebutuhan cairan - Untuk menentukan banyaknya cairan
- Berikan posisi modified yang harus masuk
Trendelenburg - Untuk menjaga keseimbangan cairan
- Berikan asupan cairan oral dalam tubuh
Edukasi - Untuk menghindari dehidrasi
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral - Agar hipovolemia segera teratasi
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak - Untuk menjaga keseimbangan dan tidak
Kolaborasi limbung
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCI. RL) - Cairan IV lebih memudahkan dalam
- Kolaborasi pemberian cairan IV memenuhi elektrolit
hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCI
0.4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. albumin, Plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah

l. Daftar Pustaka

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta


Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
https://www.academia.edu/17691247/LAPORAN_PENDAHULUAN_GASTROENT
ERITIS_AKUT
https://www.academia.edu/10230000/LP_GEA
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai