Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

“INFEKSI TRAKTUS GENETALIS”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melengkapi nilai tugas

KELOMPOK 1

 Annisa Rahayu (183112420140203)


 Nur Arisa Khusnul Hamza ( 183112420140020)
 Nurul Rizky Amalia (183112420140197)

Kelas : E

Dosen Pengampu : Shinta Novelia, S.ST., MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua, Sehingga kami bisa menyelesaikan tugas kelompok mata
kuliah Keperawatan Maternitas dengan baik dan tepat waktu.
Terima kasih atas bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Maternitas; Shinta Novelia, S.ST., MNS.Tanpa bimbingan beliau kami tidak akan  bisa
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk membahas tentang Masalah Kesehatan Infeksi Traktus
Genetalis, makalah ini mungkin kurang sempurna di mata pembaca, saya mengharapkan
masukan yang dapat membangun makalah ini. Terima kasih. Demikian makalah ini dibuat,
kiranya dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 10 Oktober 2020

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................ 1
.2 Rumusan Masalah................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Infeksi Nifas......................................... 3
2.2 Etiologi Infeksi Nifas............................................... 3
2.3 Patofisiologi Infeksi Nifas....................................... 4
2.4.faktor Presdiposisi Infeksi Nifas............................ 4
2.5.Tanda Gejala Infeksi Nifas.................................... 5
2.6.Klasifikasi Infeksi Nifas......................................... 5
2.7.Pencegahan Infeksi Nifas....................................... 8
2.8.Pengobatan Infeksi Nifas........................................ 8
2.9.Pengobatan Kemoterapi &Antibiotika Infeksi Nifas... 9

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................ 11
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. (Saifuddin,
2006). Infeksi post partum ialah infeksi yang terjadi pada traktus genitalia setelah persalinan
(Rayburn dan Carey, 2001). Secara umum suhu 38 oC atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-
10 post partum dan diukur per-oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas
puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi didalam masa post partum, dianggap sebagai
infeksi post partum jika tidak ditemukan sebabsebab ekstragenital. Infeksi post partum dapat
disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi seperti hygiene, kelelahan, proses persalinan
bermasalah (partus lama/macet), persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan
infeksi, manipulasi yang berlebihan dan dapat berlanjut ke infeksi dalam masa post partum
(Saifuddin dkk., 2002).

Faktor karakteristik Ibu sebagai penyebab kemungkinan terjadinya infeksi post partum
diantaranya adalah kurangnya pengetahuan tentang vulva hygiene dengan benar, faktor
pendidikan ibu post partum, faktor sosial-ekonomi, nilai dan kepercayaan (Saifuddin dkk.,
2002). Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang
perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilannya, persalinannya,
dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000
perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan AKI di
negara ASEAN lainnya. Survey Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) 2002/2003,
AKI sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, sementara itu di negara tetangga seperti Malaysia
sebesar 36/100.000 kelahiran hidup, di Singapura sebesar 6/100.000 kelahiran hidup, bahkan
di Vietnam 160/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 1998).
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang pengertian dari infeksi nifas ?

2. Apa etiologi dari infeksi nifas ?

3. Bagaimana patofisiologi infeksi nifas ?

4. Apa faktor predisposisi infeksi nifas ?

5. Apa tanda dan gejala dari infeksi nifas ?

6. Apa saja klasifikasi dari infeksi nifas ?

7. Bagaimana cara pencegahan infeksi nifas ?

8. Bagaimana pengobatan infeksi nifas ?

9. Bagaimana pengobatan kemoterapi dan antibiotika infeksi nifas ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian infeksi nifas


2. Mengetahui etiologi infeksi nifas
3. Mengetahui patofisiologi infeksi nifas
4. Mengetahui Faktor Predisposisi Infeksi Nifas
5. Mengetahui Tanda dan Gejala Infeksi Nifas
6. Mengetahui Klasifikasi Infeksi Nifas
7. Mengetahui Pencegahan Infeksi Nifas
8. Mengetahui Pengobatan Infeksi Nifas
9. Mengetahui Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Infeksi Nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam
organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan,
ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama (Joint Committee
on  Maternal Welfare, AS).

2.2 Etiologi
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam
organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan
masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:

1. Ektogen (kuman datang dari luar)


2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:

1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic


2. Staphylococcus Aerus
3. Escheria Coli
4. Clostridium Welchii

A.  Streptococcus Haemolyticus Aerobic

Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling


berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
4

B. Staphylococcus Aerus

Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang.


Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak sehat.

C.  Escheria Coli

Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat


menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan
penyebab dari infeksi traktus urinarius.

D. Clostridium Welchii

Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat


berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong
dukun.

2.3 Patofisiologi Infeksi Nifas


Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas insersio
(pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4 cm,
permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi oleh trombus.
Selain itu, kuman dapat masuk melalui servik, vulva, vagina dan perineum.

2.4 Faktor Predisposisi Infeksi Nifas


Faktor predisposisi infeksi nifas antara lain:
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan banyak,
pre eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain (pneumonia, penyakit jantung, dsb).
2. Persalinan dengan masalah seperti partus/persalinan lama dengan ketuban pecah dini,
korioamnionitis, persalinan traumatik, proses pencegahan infeksi yang kurang baik
dan manipulasi yang berlebihan.
3. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
5. Episiotomi atau laserasi jalan lahir.
5

2.5 Tanda dan Gejala Infeksi Nifas


Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah infeksi,
warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai
berikut:

1. Infeksi lokal
Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah, mobilitas
terbatas, suhu badan meningkat.
2. Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat,
pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan
koma,gangguan involusi uteri, lokia berbau, bernanah dan kotor.

2.6 Klasifikasi Infeksi Nifas


Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi 2 golongan yaitu:

1.  Infeksi pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium


Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium meliputi:
a.  Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas
sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak,
jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
b.  Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca melahirkan terjadi
secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus.
c. Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak gejala.
Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
6
d. Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat
naik turun. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta)
dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang
terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan
mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan.
Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
2.  Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh
darah adalah Septikemia, Piemia dan Tromboflebitis pelvica. Infeksi ini
merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus
Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari
semua kematian karena infeksi nifas.
a. Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk ke dalam
peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit dan lemah sejak
awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih; suhu
meningkat antara 39-40 derajat Celcius; tekanan darah turun, keadaan umum memburuk;
sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
b. Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu lepas menjadi
embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian
terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang diserangnya.
Gejala klinik piemia antara lain: rasa sakit pada daerah tromboflebitis, setelah ada
penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas; hasil laboratorium
menunjukkan leukositosis; lokia berbau, bernanah, involusi jelek.
7

c. Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri
dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis pelvis yang sering
meradang adalah pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan darah dan luka
bekas plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis femoralis dapat
menjadi tromboflebitis vena safena magna atau peradangan vena femoralis sendiri,
penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis
disebabkan aliran darah lambat pada lipat paha karena tertekan ligamentum inguinale dan
kadar fibrinogen meningkat pada masa nifas.
3. Infeksi nifas yang penyebaran melalui jalan limfe
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis dan
parametritis (Sellulitis Pelvika).
a.  Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis). Gejala klinik antara
lain: demam, nyeri perut bawah, keadaan umum baik. Sedangkan peritonitis umum gejalanya:
suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, terdapat abses pada cavum
douglas, defense musculair, fasies hypocratica. Peritonitis umum dapat
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kamatian karena infeksi.
b.  Parametritis (sellulitis pelvika)
Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saaat dilakukan periksa dalam, demam
tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi
pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selama periksa dalam. Infiltrat terkadang
menjadi abses.
4. Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium
Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah salfingitis dan
ooforitis. Gejala salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan pelvio peritonitis.
8
2.7 Pencegahan Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga
pencegahannya berbeda.
a. Selama kehamilan
Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:
1. Perbaikan gizi.

2. Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan

b.   Selama persalinan
Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:
1. Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.
2. Membatasi perlukaan jalan lahir.
3. Mencegah perdarahan banyak.
4. Menghindari persalinan lama.
5. Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.
c.   Selama nifas
Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:
1. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
2. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
3. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
4. Membatasi tamu yang berkunjung.
5. Mobilisasi dini.

2.8 Pengobatan Infeksi Nifas


Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:

1. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan darah,


serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
2. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang
mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya
sesuai komplikasi yang dijumpai.
9
2.9 Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:

1. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr,


sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian
peroral.
2. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G
500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin
kapsul 4×250 gr peroral.
3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.
10

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infeksi nifas adalah infeksi jalan lahir post partum biasanya dari endometrium, bekas insersi
plasenta dan juga infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam
10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebabkan oleh
kuman aerob juga. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi
rumah sakit, dalam rumah sakit dan koitus karena ketuban pecah.
Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi yang terbatas
pada perineum, vulva,vagina, serviks dan endometrium kemudian menyebar dari tempat-
tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan pembukaan endometrium
11

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia.

Khaidir, M. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Infeksi Nifas.

Wiknjosastro, Hanifa . (2006). “ Ilmu Kebidanan” . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawihardjo

Anda mungkin juga menyukai