Ns. NITA SUKAMTI, M.Kep. 1. Pengertian • Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negatif atau mengancam (Towsend, 2008). • Sedangkan menurut Kim (2006) isolasi sosial merupakan kesendirian yang dialami individu dan dirasakan sebagai beban oleh orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau mengancam. • Keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito-Moyet, 2007). 2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi a. Biologis Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, diturunkan melalui kromosom orangtua. Keadaan kesehatan secara umum: obesitas, kecacatan fisik, kanker, inkontinensia sehingga menjadi malu, penyakit menular AIDS. Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat, riwayat terkena infeksi dan trauma kepala serta radiasi dan riwayat pengobatannya. Ketidakseimbangan dopamin dengan serotonin neurotransmitter. b. Psikologis • Keterampilan komunikasi verbal yang kurang, misalnya tidak mampu berkomunikasi, komunikasi tertutup (non-verbal), gagap, riwayat kerusakan yang mempengaruhi fungsi bicara, misalnya trauma kepala dan berdampak kerusakan pada area Broca dan area Wernich. • Moral: Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi moral individu, misalnua keluarga broken home, ada konflik keluarga ataupun di masyarakat. • Kepribadian: orang yang mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang tinggi dan menutup diri. • Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan c. Sosial Budaya • Gender: Riwaya ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran gender. • Pendidikan: Pendidikan yang rendah dan riwayat putus sekolah atau gagal sekolah. • Pendapatan: Penghasilan rendah. • Pekerjaan: Pekerjaan stressfull dan berisiko tinggi. • Status sosial: Tuna wisma, kehidupan terisolasi (kehilangan kontak sosial, misalnya pada lansia). • Status perkawinan : Belum menikah, janda ataupun duda 3. Tanda dan Gejala • Ketidakmampuan konsentrasi dan pengambilan keputusan • Melaporkan tidak adanya hubungan yang berarti (tidak mempunyai teman akrab) • Merasa sedih dan afek dangkal/datar • Personal hygiene buruk • Kontak mata buruk atau tidak ada kontak mata • Perilaku menarik diri, berdiam diri di kamar • Menjauh dari orang lain • Menarik diri • Sulit berinteraksi dan tidak berkomunikasi dengan orang lain • Tidak tertarik terhadap segala aktivitas yang sifatnya menghibur • Bila isolasi sosial ini berlanjut dapat menyebabkan diagnosa gangguan jiwa lainnya, seperti: halusinasi, defisit perawatan diri, gangguan tidur, bahkan resiko bunuh diri. 4. Pohon Masalah 5. Penatalaksanaan • Strategi Pelaksaan pada klien dengan isolasi social 1. Membina hubungan saling percaya 2. Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial 3. Bantu klien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara mendiskusikan manfaat jika klien memiliki banyak teman 4. Bantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan cara sebagai berikut: 5. Membantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap Referensi • Townsend, Mary C. (2008). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing ed.8. F. A. Davis Company: Philadelphia • Townsend, M.C. (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC • Carpenito-Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. • Keliat, B. A & Akemat. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC • Stuart, Keliat & Pasaribu. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart Edisi Indonesia. Jakarta : Elsevier