Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENYAKIT INFEKSI GENETALIA DAN RADANG PANGGUL

Dosen Pengampu:

Putri Santy, S. SiT.,M. Keb

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Asmaul Husna T (P07124122005)

Fatya Husna (P07124122014)

Noulan Millatina (P07124122023)

Richa Shafira (P07124122027)

Usriatul Millati (P07124122035)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan begitu banyak
limpahan nikmat sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini secara
maksimal. Shalawat dan salam tak lupa pula kita junjungkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW yang telah begitu banyak mengajarkan kebaikan dan
menyebarkan ilmu yang bermanfaat kepada semua umatnya.

Alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul


“Penyakit Infeksi Genetalia dan Radang Panggul”.Tidak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada ibu Putri Santy, S. SiT.,M. Keb selaku dosen pembimbing
mata kuliah Pelayanan KB dan Kesehatan Reprodukis yang membimbing kami
dalam pengerjaan makalah ini.

Selain itu terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah
mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Berkat bantuan dan
dorongan tersebut, penulis dapat menyelesaikan tugas ini secara lancar dan
maksimal.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran demi tercapainya kualitas makalah ini
yang lebih baik di kemudian hari. Dan penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan.......................................................................................... 2
BAB IIPEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Penyakit Infeksi Genetalia........................................................... 3
1. Definisi Infeksi Genetalia.................................................... 3
2. Etilogi infeksi Genetalia...................................................... 7
3. Patofisiologi Infeksi Genetalia............................................ 8
4. Penatalaksanaan Infeksi Pada Genetalia............................. 9
5. Dampak Infeksi Gentalia Pada Kesehatan Reproduksi....... 10
B. Radang Panggul........................................................................... 10
1. Definisi Radang Panggul................................................. 10
2. Etiologi Radang Panggul................................................. 11
3. Patofisiologi Radang Panggul.......................................... 12
4. Penatalaksaan Radang Panggul........................................... 13
5. Dampak Radang Panggul Pada Kesehatan Reproduksi...... 13
BAB III PENUTUPAN................................................................................. 15
A. Kesimpulan............................................................................... 15
B. Saran.......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa seorang remaja harus memperhatikan
kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia,
khususnya bagi remaja putri. Organ reproduksi merupakan salah satu
organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Perawatan
yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan
reproduksi. Salah satu tanda gejala dari hampir semua penyakit organ
reproduksi adalah keputihan. Pada umumnya keluhan di daerah genetalia
juga dialami oleh anak perempuan dan remaja dengan pengetahuan
kurang.
Wanita Indonesia banyak mengalami keputihan karena suhu yang
lembab, sehingga mudah terinfeksi jamur candida albican. Dampak serius
yang dapat ditimbulkan terjadinya infeksi (vulvitis, vaginitis, servisitis dan
penyakit radang panggul) pada alat genetalia. Vagina sangat sensitif
dengan kondisi lingkungan, karena letaknya tersembunyi dan tertutup.
Vagina memerlukan suasana kering, kondisi lembab akan mengundang
berkembang biaknya jamur dan bakteri pathogen, hal inilah merupakan
salah satu penyebab keputihan. Keputihan lebih banyak keluar ketika
wanita ada pada siklus ovulasi menjelang menstruasi, pada masa tersebut
terjadi peningkatan hormon estrogen. Hal ini juga menyebabkan
peningkatan jumlah lendir pada vagina. Keputihan dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang lebih serius seperti infertilitas atau masalah
kesuburan, penyakit radang panggul/ PID (Pelvic Inflammatory Disease)
(Susanti, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit infeksi genetalia dan radang
panggul?
2. Apa saja etiologi dari penyakit infeksi genetalia dan radang panggul?

1
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit infeksi genetalia dan radang
panggul?
4. Apa saja penatalaksaan untuk penyakit infeksi genetalia dan radang
panggul?
5. Apa saja dampak penyakit infeksi gentalia dan radang panggul bagi
kesehatan reproduksi?
C. Tujuan
1. Unruk megetahui apa pengertian dari penyakit infeksi genetalia dan
radang panggul.
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit infeksi genetalia dan radang
panggul.
3. Untuk mengetahui patofisologi dari penyakit infeksi genetalia dan
radang panggul.
4. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan penyakit infeksi genetalia
dan radang panggul.
5. Untuk mengetahui apa saja dampak penyakit infeksi genetalia dan
radang panggul bagi kesehatan reproduksi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyakit Infeksi genetalia


1. Definisi infeksi genetalia
Infeksi genetalia adalah suatu infeksi yang menyerang organ
genital seseorang dan dapat dialami laki-laki maupun perempuan.
Kajian menurut WHO (World Health Organization) bahwa beberapa
negara menemukan perempuan muda antara usia 10 dan 14 tahun
memiliki masalah reproduksi seperti gatal pada vulva. Pada remaja
putri harus mampu merawat organ reproduksinya. Kebersihan area
intim, terutama saat menstruasi, seringkali diabaikan oleh para remaja
tanpa memperhatikan kebersihan intim yang benar. Saat basah, jamur
an bakteri tumbuh di area intim, menyebabkan gatal dan infeksi di area
tersebut (Puspitaningrum & dkk, 2023).
Gangguan menstruasi pada perempuan sangat umum terjadi dan
meliputi iritasi atau gatal-gatal di area vulva dan lubang vagina (secara
medis disebut vulva gatal). Vulva gatal adalah suatu kondisi yang
ditandai dengan rasa gatal yang parah pada vulva. Vulva gatal biasanya
terjadi pada malam hari. Saat tidur, mungkin secara tidak sengaja
menggaruk area tersebut, menyebabkan memar dan pendarahan. Tahap
selanjutnya pruritus vulva mempengaruhi kehidupan sosial perempuan.
Kurangnya tindakan untuk mengelola kesehatan alat kelamin selama
menstruasi, dll menjadi penyebab utama. Perilaku higiene yang buruk
pada perempuan 30% disebabkan oleh lingkungan yang kurang baik
atau kondisi yang tidak sehat dan 70% karena penggunaan pembalut
yang tidak tepat pada saat menstruasi (Puspitaningrum & dkk, 2023).
Infeksi genital non spesifik (IGNS) mengacu pada infeksi pada
wanita dan merupakan penyakit menular seksual berupa infeksi atau
peradangan pada peritoneum, vagina, leher rahim dan rectum
mikroorganisme non spesifik (Solehudin & dkk, 2023).

3
Menurut (Pramana, 2021)infeksi pada alat genetalia adalah sebagai berikut :
a. Vulva
1) Bartholinitis, yaitu infeksi pada kelenjar bartoliniKelenjar bengkak,
merah dan nyeri. Isinya berupa nanah. Radang yang berulang-ulang
pada kelenjar bartholini akan menjadi menahun dalam bentuk kista
bartholini.

(Gambar 1.1)
2) Herpes genetalis, disebabkan oleh 2 herpes homonis, terjadi dalam 3
sampai 7 hari sesudah kaitus.

(gambar 1.2)
3) Kondiloma akuminata, berbentuk seperti kembang kubis dengan di
tengahnya jaringan ikat dan ditutup bagian atas oleh epitel dengan
hiperkeratosis. Dapat bentuk kecil dan besar. Lokasi bisa divulva,
perenium, vagina dan seviks uteri.

(gambar 1.3)

4
b. Vagina
Infeksi divagina disebut sebagai vaginitis, penyebabnya karena bakteri,
trikomonas vaginitis, kandida albikans dan hemofilus vaginalis.Gejala :
leukorea yang bercampur lendir, bisa warna putih atau kuning kehijauan.
Keluhan rasa gatal dan membakar.
1) Trikomoniasis
Disebabkan oleh trikomonas vaginalis, merupakan parasit dengan
fiagella yang bergerak aktif. Penularan penting sering lewat
hubungan seksual. Keluhan : leukorea warna kekuningan dan berbau,
rasa gatal dan membakar. Terapi : metronidizole 2 x 500 mg selama
5 hari.
2) Kandidiasis
Disebabkan oleh infeksi kandida albikans. Dapat tumbuh dengan
cepat pada wanita hamil, wanita yang minum pil KB, wanita yang
minum antibiotika bersektrum luas, wanita dengan diabetes, dan
wanita dengan kesehatan mundur Gejala : leukorea warna keputihan
dan perasaan sangat gatal Terapi : tablet vaginal Mycostatin
dimasukkan dalam vagina 1-2 tablet sehari selama 14 hari.
3) Hemofilus vaginalis vaginitis
Gejala : leukorea warna putih kelabu kadang kekuningan dengan bau
tak sedap, rasa gatal. Ditularkan melalui hubungan seksual.
4) Volvovaginitis atrofikans
Vaginitis ini juga dinamakan vaginitis senilis karena terjadi sesudah
menopause, sehingga epitel vagina mejadi atrofi dengan hanya
tertinggal lapisan sel basal. Gejala : leukorea dan ras gatal serta
pedih, kadang disuria (nyeri kencing) dan sering kencing. Terapi :
estrogen tablet (premarin) atau berupa estrogen cream.
c. Serviks uteri
1) Servisitis akuta
2) Servisitis kronika
Terapi : albothyl atau tinctura jodii atau kauterisasi.
3) Erosio serviks uteri (ostium uteri eksternum kemerahan)
4) Korpus uteri
(a) Endometritis akuta

5
Endometrium mengalami edema dan hiperemia. Gejala : demam
tinggi, kesakitan, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta
daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
(b) Endometritis kronika
Gejala : leukorea dan menoragia Endometritis kronis ditemukan
pada :
 Tuberkulosis
 Tertinggalnya sisa abortus atau partus
 Korpus alianum di kavum uteri
 Polip uterus dengan infeksi
 Tumor ganas uteri
 Salpingoooforitis dan selulitis pelvik c
(c) Piometra
Piometra adalah pengumpulan nanah di kavum uteri karena
stenosis selvikalis. Sering terjadi pada wanita sekita menopause.
(d) Metritis
Radang pada miometrium, biasa terjadi pada abortus septik atau
infeksi post partum
d. Adneksa dan jaringan sekitarnya
1) Salpingo-ooforitis atau adneksitis ( pelvic inflamatory disease/PID)
Suatu radang yang terjadi pada tuba falopi dan ovarium, akibat
infeksi yang menjalar ke atas uterus. Sebab paling banyak akibat :
infeksi gonore, infeksi peuerpural dan post abortum. Kira-kira 10%
oleh tuberkulosis.
2) Salpingo-oofpritis kronis, dibedakan menjadi:
(a) Hidrosalping
(b) Piosalping
(c) Kista tuboovarial, abses tuboovarial
(d) Abses ovarial
(e) Salpingitis tuberkulosa
2. Etiologi Infeksi Genetalia
Infeksi genetalia pada remaja beberapa bisa mempengaruhi kondisi
kesehatan terutama pada reproduksinya, secara garis besar penyebab

6
infeksi genetalia pada remaja antara lain: (Puspitaningrum & dkk,
2023)
a. Hygiene alat pada genetalia masih kurang bersih
Kurangnya merawat dan menjaga kebersihan organ genetalia,
sehingga perlu mengetahui perilaku cebok yang benar yaitu dari
atas kebawah, sehingga tidak salah dalam membersihkan organ
genetalia dan sering mengganti pembalut saat menstruasi. Remaja
perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga
kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya
dekat dengan anus.
b. Akses kesehatan informasi tentang pendidikan
Remaja perlu diberikan informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksi untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dihindari. Remaja berhak mendapatkan informasi yang
akurat tentang kesehatan reproduksi, dan informasi tersebut harus
berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Agar remaja
mendapatkan informasi yang benar, kesehatan reproduksi remaja
perlu diajarkan di sekolah dan di rumah. Pengajaran dalam
kurikulum kesehatan reproduksi remaja meliputi tumbuh kembang
remaja, organ reproduksi, perilaku berbahaya, Penyakit Menular
Seksual (PMS), dan pantangan untuk mencegah kehamilan.
c. Hubungan seksual pranikah
Kehamilan dan persalinan dikaitkan dengan risiko morbiditas
dan mortalitas remaja yang lebih tinggi daripada wanita di atas usia
20 tahun. Remaja putri di bawah usia 18 tahun memiliki risiko
kematian 2-5 kali lebih tinggi daripada wanita berusia antara 18
dan 25 tahun karena persalinan yang macet, pendarahan, dan faktor
lainnya. Keadaan darurat terkait kehamilan juga sering terjadi pada
remaja hamil yang berdampak buruk pada kondisi umum seperti
tekanan darah tinggi dan anemia. Kehamilan remaja yang tidak
diinginkan seringkali berakhir dengan aborsi.

7
Adanya penelitian yang dilakukan di negara berkembang
menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita di bawah
usia 20 tahun tidak diinginkan atau prematur. Aborsi yang
disengaja seringkali berisiko lebih tinggi pada remaja putri
daripada remaja putri. Adanya temuan penelitian bahwa kematian
dan kesakitan banyak diakibatkan komplikasi dari perilaku aborsi
yang tidak aman.
d. Pengetahuan yang rendah
Sebelum seseorang melakukan tindakan baru, ia perlu
mengetahui terlebih dahulu apa arti dan manfaat tindakan tersebut
bagi dirinya dan keluarganya. Pengetahuan adalah hasil dari
pengetahuan, yang terjadi setelah manusia mempersepsikan suatu
objek tertentu. Pengetahuan dan kognisi merupakan bidang yang
sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang.
3. Patofisologi Infeksi Genetalia
Herpes genetal dimulai dari infeksi virus HSV ke dalam tubuh.
Infeksi HSV (Pramana, 2021):
a. Infeksi HSV 1 dapat terjadi apabila terdapat kontak langsung
dengan cairan tubuh penderita.
b. Infeksi HSV 2 terjadi melalui hubungan seksual.
Virus dapat menetap disistem saraf tepi atau menjadi infeksi laten
dan suatu waktu dapat mengalami reaktivasi.
a. Infeksi primer
Virus herpes masuk kontak langsung dengan cairan tubuh
penderita, sama seperti virus herpes pada penderita herpes
simpleks. Glikoprotein ang berasal dari virus akan meningkat
reseptor pada sel inang yang selanjutnya memulai fusi antara sel
dan membran virus.
Virus kemudian melepaskan kapsid dan tegument yang
mengandung DNA ke dalam sitoplasma, kapsid dibawa ke nukeus
melaui interaksi dengan minus-end-directed microtubule motor

8
protein dynein. Selama masuk dan transit ke nucleus, banyak
tegument terlepas dari kapsit.
b. Infeksi laten
Interaksi antara virus dengan sistem imun inangnya sehingga
menyebabkan terjadinya infeksi laten belum diketahui dengan baik
mekanimenya. Ketika terjadi infeksi, HSV melakukan
downregulation ekpresi di permukaan sel dan menekan fungsi dari
sel natural.
4. Penatalaksaan Infeksi Gentalia
a. Akses terhadap pelayanan
Kesehatan reproduksi Pelayanan medis juga berperan dalam
menyediakan sarana terapeutik. Pelayanan kesehatan dapat
diberikan di Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik, Posyandu dan
Lokasi lain yang memungkinkan. Dengan kemudahan akses
pelayanan kesehatan, remaja dapat mengetahui kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi, dan mendapatkan informasi yang
akurat tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat berobat
jika sudah memiliki masalah kelamin seperti penyakit menular
seksual.
b. Implikasi media massa
Media massa baik cetak maupun elektronik berperan penting
dalam memberikan informasi untuk menjaga kesehatan khususnya
kesehatan reproduksi pada masa remaja. Artikel-artikel media
massa, remaja akan mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi.
5. Dampak Pada Kesehatan Reproduksinya
Masalah kesehatan reproduksi merupakan hal yang mendasar bagi
pembangunan kesehatan, tetapi tindakan pencegahan diprioritaskan
karena pengobatan saja tidak dapat menyelesaikannya. Upaya
pencegahan untuk memastikan reproduksi yang sehat harus dimulai
setidaknya pada masa remaja. Remaja harus memiliki pengetahuan,

9
sikap dan perilaku yang cukup untuk mencapai reproduksi yang sehat.
Pendidikan kesehatan merupakan cara yang tepat untuk mendidik
remaja tentang perawatan alat kelamin, maka salah satu strategi untuk
meningkatkan pengetahuan remaja tentang perawatan alat kelamin
adalah pendidikan kesehatan (Puspitaningrum & dkk, 2023).
Pendidikan kesehatan adalah upaya terencana untuk mempengaruhi
orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, untuk
berperilaku dengan cara yang membantu kesehatan mereka. Informasi
yang dapat mempengaruhi pengetahuan manusia dapat diperoleh
dengan berbagai cara, termasuk media cetak dan elektronik. Jenis-jenis
media cetak adalah poster, leaflet, pamflet, majalah, surat kabar, stiker,
dan pamflet, dan jenis-jenis media elektronik adalah televisi, radio,
kaset, dan slide. Media slide Power Point adalah salah satu media yang
paling umum (Puspitaningrum & dkk, 2023).
B. Radang Panggul
1. Definisi Radang Panggul
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian
atas Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput
dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim),
parametrium dan rongga panggul (Nuraeni & Wianti, 2018).
Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari
Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita
mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius
pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4
wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami
komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal (Nuraeni & Wianti, 2018).
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi
genital yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam
dari alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan ovarium
(Nuraeni & Wianti, 2018).

10
2. Etiologi Radang Panggul
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada
saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher
rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu ,untuk seorang
wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering
adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan
peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai
bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut.
Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi
dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan
endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim,
serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri
(darah menstruasi) (Nuraeni & Wianti, 2018).
Faktor resiko yang menyebabkan wanita terkena penyakit radang
panggul:
a. Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko
tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini
disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti
pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak berumur.
aman dibandingkan wanita Riwayat penyakit radang panggul
sebelumnya.
b. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam
waktu 30 hari.
c. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS.
d. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali
dalam sebulan.
e. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang
panggul. Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3
minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah terdapat
infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya.
3. Patofisiologi Radang Panggul

11
PID di sebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden
ke traktusgenital atas dari vagiana dan serviks. Mekanisme pasti yang
bertanggung jawab atas penyebaran tersebut tidak diketahui, namun
aktifitas seksual mekanis dan pembukaanserviks selama menstruasi
mungkin berpengaruh.Banyak kasus PID timbul dengan 2 tahap :
- Tahap Pertama : melibatkan akuisisi dari vagiana atau infeksi
servikal.Penyakit menular seksual yang menyebabkan mungkin
asimptomatik.
- Tahap Kedua : Timbul oleh penyebaran asenden langsung
mikroorganismedari vagina dan serviks.
Mukosa serviks menyediakan barrier fungsional melawan
penyebaran ke atas,namun efek dari barrier ini mungkin berkurang
akibat pengaruh perubahan hormonalyang timbul selama ovulasi dan
menstruasi. Gangguan suasana servikovaginal dapattimbul akibat
terapi antibiotic dan penyakit menular seksual yang dapat
menggagukeseimbangan flora endogen. Menyebabkan organisme
nonpatogen bertumbuh secara berlebihan dan bergerak
ke atas. Pembukaan serviks selama menstruasi dengan aliranmenstrual
yang retrograd dapat memfasilitasi pergerakan asenden
darimikroorganisme. Hubungan seksual juga dapat menyebabkan
infeksi asenden akibatdari kontraksi uterus mekanis dan ritmik. Bakteri
dapat terbawa bersama spermamenuju uterus dan tuba (Cahyani,
2017).
4. Penatalaksanaan Radang Panggul
Pengobatan penyakit radang panggul dapat dilakukan secara
poliklinik atau pengobatan intensif denan melakukan in patient care.
Kriteria untuk melakukan in patient care penyakit radang panggul
dapat diuraikan sebagai berikut : (Nuraeni & Wianti, 2018)
 Semua nulipara
 Terdapat kemungkinan tubovarial abses
 Terdapat atau dietai kehamilan

12
 Semua remaja muda dengan kemungkinan pengobatan yang
kurang sempurna
 Diagnosis belim jelas
 Disertai gangguan gastrointestinal
 Penyerahan infeksi kekuatan abdomen bagian atas (Fitzhugh
Curtis syndrome)
 Terdapat IUCD
 Penyakit radang panggul karena tindakan operatif
 Reaksi pengobatan poliklinik tak berhasil baik
Mengingat sekitar 95% penyakit radang panggul merupakan
kelanjutan dari penyakit infeksi alat genetalia bagian bawah, maka
pengobatan yang adekuat efektif terhatap infeksi alat genetalia bagian
bawah harus dilakukan dengan mempergunakan antibiotika spectrum
luas.
5. Dampak pada kesehatan reproduksinya
Radang panggul atau pelvi inflammatory disease (PID) adalah
infeksi pada organ reproduksi wanita. Seperti serviks, rahim, dan
ovarium. Salah satu penyebab paling sering dari radang panggul adalah
infeksi bakteri akibat infeksi menular seksual. Radang panggul
umumnya dialami oleh wanita usia 15-25 tahun yang aktif
berhubungan seksual. Radang panggul bisa ditandai dengan nyeri
dipanggul atau perut bagian bawah. Kondisi ini perlu mendapat
penanganan untuk mencegah terjadinya komplikasi, sehiga kehamilan
yang diluar kandunga (ektopik) atau kemandulan (infertilitas)
(Solehudin & dkk, 2023).
Penyebab radang panggul radang panggul paling sering disebabkan
oleh infeksi bkteri yang menyebar dari vagina atau serviks (leher
rahim) keorgan reproduksinya yang lebih dalam, seperti rahim, tuba
falopi (saluran indung telur), dan ovarium (indung telur). Jenis bakteri
yang sering menyebabkan radang panggul adalah bakteri penyebab
infeksi menular seksual, seperti ichlamydia trachomatisI dan Neisseria

13
gonorhoeae. Selain bakteri, radang panggul juga bisa disebabkan oleh
infeksi pathogen lain, seperti mycoplasma genitalium, trchomonas
vaginalis, ganella vaginalis atau herpes simpleks virus 2 (HSV-2).
Selain itu, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan resiko wanita
mengalami radang panggul, yaitu (Solehudin & dkk, 2023) :
a. Berusia 15-25 tahun dan aktif secara seksual
b. Pernah mengalami radang panggul atau infeksi menular seksual
c. Berhubungan seksual dengan berganti ganti pasangan
d. Berhubungan seksual tanpa kondom
e. Kerusakan pada servik
f. Baru menalani prosedur medis yang melibatkan proses pembukaan
serviks, seperti memasukkan alat kontrasepsi ke dalam rahim atau
spiral.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah
infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi
endometrium, tubafalopi, ovarium, miometrium, parametria, dan

14
peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting dan merupakan
komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa.
Terdapat beberapa faktor resiko PID, namun yang utama adalah
aktivitas seksual. PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita
dengan aktivitas seksual berjumlah sekitar 85% sedangkan 15% di
sebabkan karena luka pada mukosa misalnya AKDR atau kuretase
Resiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual.
Wanita dengan lebih banyak dari 10 pasangan seksual cenderung memiliki
pningkatan resiko sebesar 3 kali lipat.
B. Saran
Maka dari itu Jauhi seks bebas karena itu sangat berpotensi pada
Penyakit Menular Seksual (PMS). Jadi lindungi diri kita sendiri karena
masa depan yang cerah sedang menanti kita semua. Terapkan perilaku
hidup bersih dan sehat untuk mencegah penyakit PID ini.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, A. (2017). Radang Panggul. 6.

Nuraeni, R., & Wianti, A. (2018). Asuhan Keperawatan Gangguan Maternitas. Jawa
Barat: LovRinz Publishing.

15
Pramana, C. (2021). Praktis Klinik Ginekologi. Media Sains Indonesia.

Puspitaningrum, D., & dkk. (2023). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta
Selatan: Mahakarya Citra Utama.

Solehudin, & dkk. (2023). Epidemiologi Infeksi Penyakit Menular Seksual. Padang: Get
Press Indonesia.

Susanti, D. (2016). Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan Fisiologis di SMPN 2


Ponogoro.

16

Anda mungkin juga menyukai