Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN

INFEKSI TRAKTUS GENETALIS

Oleh 

DEWA AYU ARI ANGGRAINI 17091110036

I GUSTI AYU MADE MEIULANDARI 17091110047

NI NYOMAN PUTRI DEWANTI 17091110051

NI PUTU RIDIAN NITA SARI 17091110055

SEMESTER IV PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan 
Asuhan Keperawatan Infeksi Trakus Genetalis” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
di dalamnya. Dan juga kami berterimakasih kepada dosen pengajar Keperawatan Maternitas 2
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai apa itu Infeksi Traktus Genetalis. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
akan kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami dan orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
yang akan datang.

Tabanan, 3 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Dasar Teori……………………………………………………………………
2.1.1 Definisi Infeksi Traktus Genetalis ………………………………………………
2.1.2 Etiologi Infeksi Traktus Genetalis ……………………………………………...
2.1.3 Faktor Predisposisi Infeksi Traktus Genetalis …………………………………..
2.1.4 Patofisiologi Infeksi Traktus Genetalis …………………………………………
2.1.5 Manifestasi Klinis Infeksi Traktus Genetalis …………………………………..
2.1.6 Macam-Macam Infeksi Traktus Genetalis ……………………………………..
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Infeksi Traktus Genetalis…………………………….
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis ………………..
2.2.1 Pengkajian Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis ………………………………
2.2.2 Analisa Data Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis …………………………….
2.2.3 Diagnosa Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis …………………
2.2.4 Intervensi Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis …………………
2.2.5 Implementasi Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis …………….
2.2.6 Evaluasi Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis ………………….

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat
meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat
meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau
dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah pelviksitis,
serviksitis, adneksitis dan salpingitis

Sebagian besar wanita tidak menyadari bahwa dirinya menderita infeksi tersebut. Biasanya
sebagian besar wanita menyadari apabila infeksi telah menyebar dan menimbulkan
berbagai gejala yang mengganggu. Keterlambatan wanita memeriksakan dirinya
menyebabkan infeksi ini menyebar lebih luas dan akan sulit dalam penanganannya.

Dengan memperlihatkan saluran yang berkelanjutan, alat genetalia wanita berhubungan


langsung dengan dunia luar melalui saluran tuba menuju peritonieum, saluran dan kavum
uteri, kanalis servikal dan vagina dan vulva. Melalui saluran tersebut diperkirakaan infeksi
pada bagian luar vulva dan vagina dapat berkelanjutkan menuju kavum peritoneum,
sehingga terjadilah peritonitis local maupun umum. Infeksi perkontinuitatum dapat dicegah
karena adanya mekanisme pertahanan. Vulva dengan kulit dan epitel yang berlapis
merupakan hambatan utama untuk terjadinya infeksi vulvitis. Vagina dengan bakteri
doderlein yang mampu membuat suasana asam dapat menghindari terjadinya infeksi
vaginitis. Serviks uteri yang selalu mengeluarkan lendir dan dapat mengental dibagian
bawah, menghalangi masuknya bakteri menuju kavum uteri. Akhirnya saluran telur wanita
dengan rambut silianya dapat mengalirkan cairan menuju kavum uteri yang merupakan
upaya untuk menghalangi infeksi.

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian pada ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada nifas terjadi pada 24 jam pertama
setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini
perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan
meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Berdasarkan data di atas maka penulis merasa tertarik untuk menyusun makalah tentang
Asuhan Keperawatan Maternitas mengenai infeksi trantus genetalis.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.1.1 Apa Definisi Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.1.2 Apa Etiologi Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.1.3 Apa Faktor Predisposisi Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.1.4 Bagaimana Patofisiologi Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.1.5 Apa Manifestasi Klinis Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.1.6 Apa Macam-Macam Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.1.7 Apa Pemeriksaan Diagnostik Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.2 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.2.1 Apa Saja Pengkajian Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.2.2 Apa Saja Analisa Data Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.2.3 Apa Saja Diagnosa Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.2.4 Apa Saja Intervensi Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.2.5 Apa Saja Implementasi Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis ?
1.2.2.6 Apa Saja Evaluasi Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus Genetalis ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Agar Mahasiswa Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Pada Klien Infeksi Traktus
Genetalis
1.3.1.1 Agar Mahasiswa Mengetahui Definisi Infeksi Traktus Genetalis
1.3.1.2 Agar Mahasiswa Mengetahui Etiologi Infeksi Traktus Genetalis
1.3.1.3 Agar Mahasiswa Mengetahui Faktor Predisposisi Infeksi Traktus Genetalis
1.3.1.4 Agar Mahasiswa Mengetahui Patofisiologi Infeksi Traktus Genetalis
1.3.1.5 Agar Mahasiswa Mengetahui Manifestasi Klinis Infeksi Traktus Genetalis
1.3.1.6 Agar Mahasiswa Mengetahui Macam-Macam Infeksi Traktus Genetalis
1.3.1.7 Agar Mahasiswa Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Infeksi Traktus
Genetalis
1.3.2 Agar Mahasiswa Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Infeksi
Traktus Genetalis
1.3.2.1 Agar Mahasiswa Mengetahui Pengkajian Pada Klien Infeksi Traktus
Genetalis
1.3.2.2 Agar Mahasiswa Mengetahui Analisa Data Pada Klien Infeksi Traktus
Genetalis
1.3.2.3 Agar Mahasiswa Mengetahui Diagnosa Keperawatan Pada Klien Infeksi
Traktus Genetalis
1.3.2.4 Agar Mahasiswa Mengetahui Intervensi Keperawatan Pada Klien Infeksi
Traktus Genetalis
1.3.2.5 Agar Mahasiswa Mengetahui Implementasi Keperawatan Pada Klien Infeksi
Traktus Genetalis
1.3.2.6 Agar Mahasiswa Mengetahui Evaluasi Keperawatan Pada Klien Infeksi
Traktus Genetalis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR TEORI

2.1.1 Definisi

Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat
meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau
dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga
menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah
pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis.

Infeksi nifas (infeksi puerperalis) adalah infeksi luka jalan lahir pasca persalinan,
biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam nifas sebagian besar
disebabkan infeksi nifas, maka demam dalam nifas merupakan gejala penting
penyakit ini. Demam dalam nifas sering juga disebut morbiditas nifas merupakan
index kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas dapat juga
disebabkan oleh pyelitis, Infeksi jalan pernafasan, malaria, typhus dan lain-lain.
(Krisnadi, R. Sofie, 2005)

Infeksi puerperalis atau infeksi nifas adalah semua peradangan yang di sebabkan oleh
masuknya kuman – kuman kedalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas
(Sarono Prawiroharjo, 2005 : 689)

2.1.2 Etiologi

Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan
maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya
kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi : (Lusa, 2011)

1. Eksogen (kuman datang dari luar)


2. Autogen (kuman datang dari tempat lain)
3. Endogen (kuman datang dari jalan lahir sendiri)

Bakteri yang menyebabkan infeksi nifas antara lain :


1. Streptococcus haemolyticus aerobicus. Streptokokkus ini merupakan infeksi yang
berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat
atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Stapilococcus aureus. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang – kadang menjadi sebab infeksi umum. Stapilokokkus banyak
ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang – orang yang nampaknya
sehat.
3. Escherichia coli. Kuman ini umumnya berasal dari kandung kemih atau rectum
dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium.
Kuman ini merupakan sebab penting infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium welchii. Infeksi dengan kuman ini, yang bersifat anerobik jarang
ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun. (Wiknjosastro, 2006)

2.1.3 Faktor-Faktor Predisposisi

1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan,
anemia, nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah dan imunosupresi
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama
3. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir
4. Tertinggalnya selaput plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
5. Proses persalinan bermasalah; partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan
traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan,
dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas

2.1.4 Patofisiologi

Setelah kala III daerah bekas insertio plasenta merupakan daerah bekas luka
berdiameter kira-kira 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol, karena banyaknya
vena yang di tutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk perkembangbiakan
kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks
sering mengalami perlukaan pada persalinan, begitu juga vulva, vagina, perinium
merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-
luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi
sebagai berikut :
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam
uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang di
masukkan kedalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi yang berasal
dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas yang lainnya yang berada di
ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus
di tutupi dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas di larang memasuki
kamar bersalin.
c. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita
dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa di bawah melalui aliran
udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril dan alat-
alat yang di gunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu
nifas.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika
menyebabkan pecahnya ketuban.
e. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum basanya terjadi pada waktu partus
lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali di lakukan
pemeriksaan dalam. Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan
leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air
ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intrapartum kuman-
kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati
amnion dapat menimblkan infeksi pula pada janin

2.1.5 Manifestasi Klinis

Infeksi akut yang menyerang genetalia ditandai dengan demam, sakit didaerah
infeksi, berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis
infeksi nifas dapat berbentuk :

1. Infeksi local
Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit,
pengeluaran lochea bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena rasa nyeri,
temperatur badan dapat meningkat.
2. Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, tekanan darah menurun dan nadi dan suhu meningkat,
kesadaran gelisah sampai menurun, terjadi gangguan involusi uterus, lochea
berbau dan bernanah serta kotor. ( Eny Retna, 2008 : 124 )

2.1.6 Macam-macam infeksi traktus genetalia

1. Servisitis

a. Definisi

Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi uteri sering terjad karena
luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seks.
Servisitis yang akut sering dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah
melahirkan. Servisitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena
epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka
mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina (Sarwono,
2008).

b. Etiologi

Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida


dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti
streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Dapat juga disebabkan oleh
robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat
kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.

c. Manifestasi klinis

a) terdapatnya keputihan (leukorea)


b) mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi perdarahan)
c) pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarna merah
d) pada umur diatas 40 tahun perlu waspada terhadap keganasan serviks

d. Penatalaksanaan

Kauterisasi radial. Jaringan yang meradang dalam dua mingguan diganti dengan
jaringan sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu dilakukan trakhelorania.
Pinggir sobekan dan endoserviks diangkat, lalu luka baru dijahit. Jika robekan
dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks.
e. Faktor Resiko

Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:

a) Usia.
b) Jumlah perkawinan
c) Hygiene dan sirkumsisi
d) Status sosial ekonomi
e) Pola seksual
f) Terpajan virus terutama virus HIV
g) Merokok

f. Pencegahan

Terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan


pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai
menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV
akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan
sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam.

2. Adnexitis

a. Definisi

Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya terjadi
bersamaan. (Sarwono, 1999:287). Adnexitis adalah suatu radang pada tuba
fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini
kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini
bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari
jaringan sekitarnya. Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hidrosalpinx
karena perisalpingitis dapat terjadi pelekatan dengan alat alat disekitarnya.
(ginekologi unpad bandung).

b. Etiologi

Peradangan pada adneksa rahim hampir 90 persen disebabkan oleh infeksi


beberapa organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia
trachomatis.

a) Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom


b) Ganti-ganti pasangan seks
c) Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun gonorrhea (kencing
nanah)
d) Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory disease
e) Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan melalui
aktifitas seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan penderitanya
terinfeksi lewat cara lain.

c. Manifestasi Klinis

a) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan
haid(bukan premenstrual syndrome)
b) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
c) Nyeri saat berhubungan intim
d) Demam
e) Nyeri punggung
f) Keluhan saat buang air kecil

d. Penatalaksanaan

Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya akibat


chlamydia, maka pengobatannya pun ditujukan untuk membasmi chlamydia.
Secara umum, pengobatan adnexitis ini umumnya berupa terapi antibiotik. Jika
dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan, maka penderita perlu dibawa ke rumah
sakit untuk diberikan terapi lainnya. Rawat inap menjadi sangat diperlukan
apabila:

a) keluar nanah dari tuba fallopi


b) kesakitan yang amat sangat (seperti: mual, muntah, dan demam tinggi)
c) penurunan daya tahan tubuh

e. Pencegahan

Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihak laki - laki juga perlu
membantu agar pasangan tidak tertular.

Penangan ini antara lain dapat dilakukan dengan :


a) Setia pada pasangan, penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui hubungan
seks bebas.
b) Segera hubungi dokter apabila gejala - gejala penyakit ini muncul
c) Rutin memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan
d) Penggunaan kondom saat berhubungan seksual
e) Menjaga kebersihan organ genital.
3. Endometritis
a. Definisi
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi
tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Endometritis adalah
peradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus. Dengan
kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium.
b. Etiologi
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada
infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi
nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrotis
serta cairan
Terjadinya infeksi endometrium pada saat:
a) Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada
persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.
b) Pada saat terjadi keguguran.
c) Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
c. Endometritis dapat terjadi penyebaran:
a) Miometritis (infeksi otot rahim)
b) Parametritis (infeksi sekitar rahim)
c) Salpingitis (infeksi saluran telur)
d) Ooforitis (infeksi indung telur)
e) Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
f) Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.
d. Jenis-jenis endometritis
a) Endometritis Akut
Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum. Pada endometritis
postpartum, regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga
endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan
pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi
leukosit berinti polimoni yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada
abortus dan partus.
b) Endometritis Kronik
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam masuknya
pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan
lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan
mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan
limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan
normal dalam endometrium.
e. Manifestasi Klinis
a) Endometritis akut
o Demam
o Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar
fluor yang purulent.
o Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
o Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada
nyeri.
o Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.

b) Endometritis Kronik

o pada tuberkulosis;
o jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;
o jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
o pada polip uterus dengan infeksi;
o pada tumor ganas uterus;
o pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
o Fluor albus yang keluar dari ostium
o Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi
f. Penatalaksanaan
a) Endometritis Akut
Terapi:
o Pemberian uterotonika
o Istirahat, posisi/letak Fowler
o Pemberian antibiotika
o Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa
corpus carcinoma. Dapat diberi estrogen.
b) Endometritis Kronik
Terapi:
Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan carcinoma corpus
uteri, polyp atau myoma submucosa. Kadang-kadang dengan kuretase
ditemukan emndometritis tuberkulosa. Kuretase juga bersifat terapeutik.
4. Parametritis
a. Definisi
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam ligalatum. Radang ini
biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi
beberapa jalan:
Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara yaitu:
a) Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis
b) Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum
c) Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar
ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada
dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
b. Etiologi
Parametritis dapat terjadi:
a) Dari endometritis dengan 3 cara :
o Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.
o Lymphogen.
o Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
b) Dari robekan serviks
c) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)
c. Manifestasi Klinis
a) Suhu tinggi dengan demam tinggi
b) Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
c) Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah
d. Penatalaksanaan
a) Pencegahan
o Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus
diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor
penting, karenanya diet yang baik harusdiperhatikan. Coitus pada hamil tua
sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan
terjadinya infeksi.
o Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-
larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan
mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar
bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-
kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam
hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah
sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.
o Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada
hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki
kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas
jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas sehat
b) Pengobatan
Antibiotika (antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan
metronidazol) memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan
infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka
pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Terapi pada parametritis
yaitu dengan memberika antibiotika berspektrum luas. Dalam hal ini dapat
diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas,
seperti ampicillin dan lain-lain.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik :
1. Sel darah putih : Normal/tinggi dengan pergeseran difrensiasi ke kiri
2. LED dan SDM : sangat meningkat
3. HB / HT : penurunan adanya anemia
4. Kultur dari bahan intra uterus / intra servikal / drainase luka / perawatan gram dari
lochea servik dan uterus : mengidentifikasi organisme penyebab
5. Urinaritis dan kultur : mengesampingkan infeksi saluran kemih
6. Ultra sonografi : menentukan adanya fregmen-fregmen placenta yang tertahan,
melokalisasi abses peritonium
7. pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis, masa/
pembentukan abses, atau adanya vena-vena dengan trombosis

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 PENGKAJIAN

Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk


memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk
membuat rencana asuhan keperawatan klien.

1. IDENTITAS KLIEN
- Nama :
- No rekam medis :
- Usia :
- Jenis kelamin :
- Alamat :
- Status perkawinan :
- Agama :
- Pendidikan :
- Pekerjaan :
- Diagnosa medis :
- Tgl masuk :
- Tgl pengkajian :
PENANGGUNG
- Nama penanggung jawab :
- Hubungan dgn pasien :

2. RIWAYAT KELUARGA
•Genogram (kalau perlu)

3. STATUS KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini atau
saat pengkajian. Biasanya klien dengan infeksi tractus genetalis mengeluh
nyeri.
b. Riwayat Penyakit (Keluhan) Sekarang
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu yang dapat menunjang
diagnose gangguan pada alat kelaminnya. Ibu yang mengalami gangguan
pada alat kelaminnya biasanya akan mengeluh nyeri punggung, dan
gangguan kemih, dan aka nada perdarahan saat melakukan hubungan
seksual.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, apakah ibu
mempunyai riwayat penyakit tertentu terutama yang berhubungan dengan
alat reproduksi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui apakah pernah menderita tumor
alat kandungan / tidak ataupun tumor di luar alat kandungan.

4. PENGKAJIAN POLA GORDON


a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit
Bagaimana klien memelihara kesehatannya selama kurun waktu sebelum
mengalami sakit, kepatuhan dalam memeriksakan kondisinya setiap
bulannya, sejauh mana pengetahuan klien tentang siklus menstruasinya.
Saat sakit
Apakah klien tahu tetang masalah yang sedang dialami sekarang.
b. Pola nutrisi metabolic
Sebelum sakit
Bagaimana klien menjaga asupan nutrisi sebelum sakit, dan frekuensi
makan/minum dalam sehari. Apakah asupan nutrisinya mencukupi ataukah
kurang.
Saat sakit
Bagaimana pilihan nutrisi yang dikonsumsi klien selama sakit, adakah
keluhan mual ataupun muntah berkenan dengan penyakit yang dialami.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit
Bagaimana kebiasaan BAB/BAK klien sebelum sakit, baik itu frekuensi,
karakteristik dan waktu normal klien BAB/BAK
Saat sakit
Adakah keluaran darah saat BAB/BAK klien berkenaan dengan
kemungkinan penyebaran penyakitnya. Adakah keluhan diare atau
konstipasi yang dialami klien.
d. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Bagaimana kualitas tidur, waktu tidur klien sebelum sakit. Adakah gangguan
untuk istirahatnya.
Saat sakit
Jam berapa klien biasa tidur, bagaimana kualitas tidur klien saat sakit, adakah
gangguan tidur berkenaan dengan penyakit yang sedang diderita, misalnya
nyeri supra pubic, dismenorhae.
e. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit
Bagaimana aktivitas klien sebelum megalami sakit dan adakah gangguan
yang biasa dirasakan sebelum klien sakit.
Saat sakit
Bagaimana aktivitas klien selama klien sakit, adakah kesulitan-kesulitan
yang dialami klien berhubungan dengan sakitnya.
f. Pola kognitif dan persepsi sensori
Sebelum sakit
Adakah gangguan yang dialami klien sebelum dia sakit sehubungan dengan
sakitnya misalnya kebiasaan disminorhea saat haid.
Saat sakit
Apakah klien mengalami nyeri pelvis, disminorhea. Kaji PQRSTnya.
g. Pola peran dan hubungan
Sebelum sakit
Apa peran klien dikeluarga, masyarakat dan lingkungan lain dimana klien
biasa bersosialisasi. Apakah ada gangguan atau tidak.
Saat sakit
Apakah ada perubahan peran atau tidak berhubungan dengan penyakit yang
sekarang klien alami, bagaimana hubungan klien dengan team kesehatan
yang merawatnya selama sakit.
h. Pola reproduksi dan seksualitas
Sebelum sakit
Adakah masalah reproduksi klien berkenan dengan menstruasinya, apakah
sering nyeri, lama siklusnya pendek atau panjang. Karakteristik keluaran saat
menstruasi apakah mengalami ketidaknormalan seperti adanya gumpalan
serta warnanya yang cenderung gelap. Apakah ada gangguan dalam
berhubungan suami istri bagi yang sudah berumah tangga. Klien
menggunakan jenis kontrasepsi apa
Saat sakit
Adakah keluhan saat mestruasi baik dari lama menstruasi, siklus,
karakteristik darah dan sensasi nyeri yang dirasakan. Adakah masalah klien
dalam melakukan koitus.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit
Bagaimana pandangan klien terhadap dirinya diri terhadap dirinya sebelum
mengalami sakit.
Saat sakit
Adakah perasaan malu atau tidak percaya diri terhadap dirinya sehubungan
dengan sakit yang diderita klien.
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Sebelum sakit dan saat sakit
Adakah perasaan cemas atau takut pada diri klien sehubungan dengan
penyakit yang diderita sekarang maupun riwayat kesehatan sebelumnya.
k. Pola system nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit dan saat sakit
Bagaimana ketaatan klien terhadap ajaran agama yang di yakini. Bagaimana
klien memandang suatu masalah yang terjadi pada dirinya jika dihubungkan
dengan penyakitnya sekarang.

5. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik/Lemah

Tingkat kesadaran : Komposmentis/Apatis/Somnolen/Delirium/Koma

GCS : eye:___4___verbal :___5___ motorik :___6___

Tanda-tanda vital : TD : mmHg, Nadi: x/menit,

o
Temp : C, RR : x/menit

6. Keadaan fisik (IPPA)


a. Kepala
Kaji adanya keluhan pusing atau sakit kepala, warna rambut, keadaan,
distribusi rambut, dan kebersihan rambut.
b. Mata
Kaji kesimetrisan mata, warna, konjungtiva, skera, kornea, da fungsi
penglihatan.
c. Hidung
Kaji kesimetrisan, keadaa kebersihan hidung, dan fungsi penciuman.
d. Mulut
Kaji kelembaban mukosa mulut dan bibir, keadaan gigi, fungsi pengecapan,
keadaan mulut danfungsi menelan.
e. Telinga
Kaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi penengaran.
f. Leher
Kaji adakah pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vea
jugularis, pembesaran kelenjar getah bening.
g. Daerah dada
Kaji adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara jantung,
bunyi jnatung, frekuensi nadi, dan tekanan darah.
h. Abdomen
Kaji adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka, nyeri
tekan, karakteristik nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih.
i. Genitalia Eksternal
Kaji adanya pengeluaran secret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal dan
kebersihan.
j. Anus
Kaji adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid eksterna.
k. Ekstremitas
Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian, refleks-refleks, dan
kesulitan pergerakan.

2.2.2 ANALISA DATA


NO. TGL DATA PENYEBAB MASALAH
1 DS : Agens Cedera Biologis Nyeri Akut
P : Infeksi pada genetalia
Q : Klien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk
R : Klien mengatakan nyeri
pada perut bawah
S : Klien mengeluh nyeri skala
8
T : Klien mengatakan nyeri
bertambah berat jika
pasien melakukan
aktivitas dan saat
berhubungan.
TD : 130/90 mmHg
N : 98 x/mnt
DO :
Klien tampak meringis dan
lemah
Klien tampak melindungi area
nyeri
Klien tampak sensitif.

2 DS : Penyakit Hipertermi
Klien mengatakan badannya
panas
DO :
Kulit klien teraba hangat
Suhu : 38,5 °C

3 DS : Infeksi Ansietas
Klien mengatakan khawatir
dengan penyakitnya
DO :
Klien tampak gelisah
Tangan klien tampak gemetar
TD : 130/90 mmHg
N : 98 x/mnt

2.2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis yang ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri skala 8, nyeri diperut bagian bawah, , tampak meringis, lemah,
tampak melindungi area nyeri dan klien tampak sensitif, nyeri seperti tertusuk-
tusuk, nyeri bertambah berat jika pasien beraktivitas dan berhubungan intim
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan badan terasa
hangat, menggigil, mengalami peningkatan suhu tubuh: 38,50C, kulit klien teraba
hangat.
3. Ansietas berhubungan dengan Infeksi ditandai dengan klien mengatakan khawatir
dengan penyakitnya, klien tampak gelisah dan tangan klien tampak gemetar
2.2.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Pain
berhubungan keperawatan selama 3 x Management
dengan agens 24 jam diharapkan nyeri 1. Observasi reaksi 1. Melihat kondisi
cedera klien berkurang dengan nonverbal dari klien pada saat
biologis criteria hasil : ketidaknyamanan nyeri kambuh
Label NOC : pain level 2. Kontrol lingkungan 2. Menurunkan
1. Klien mampu yang dapat factor-faktor yang
mengontrol nyeri mempengaruhi mempengaruhi
(tahu penyebab nyeri, nyeri seperti suhu nyeri
mampu menggunakan ruangan,
tehnik pencahayaan dan
nonfarmakologi untuk kebisingan
mengurangi nyeri, 3. Ajarkan tentang 3. Menurunkan
mencari bantuan). teknik terjadinya
2. Klien mampu nonfarmakologi keracunan obat
melaporkan bahwa yang mengandung
nyeri berkurang bahan kimia
dengan menggunakan 4. Berikan analgetik 4. Untuk
manajemen nyeri untuk mngurangi mengurangi rasa
3. Klien mengatakan rasa nyeri nyeri
nyaman setelah nyeri
berkurang.

2 Hipertermi Setelah diberikan asuhan Label NIC : Fever


berhubungan keperawatan selama 3 x Treatment
dengan proses 24 jam diharapkan suhu 1. Monitor TTV 1. Untuk mengetahui
penyakit tubuh klien kembali kondisi klien
normal dengan criteria 2. Kompres klien 2. Mempercepat
hasil: pada lipatan paha dalam penurunan
dan aksila panas
Label NOC : 3. Ajarkan pada klien 3. Menambah
Thermoregulasi cara mencegah pengetahuan
1. Suhu tubuh klien keletihan akibat pasien untuk
dalam rentang normal panas mencegah
2. Nadi dan RR klien keletihan
dalam rentang normal 4. Berikan antipiretik 4. Untuk
3. Tidak ada perubahan menurunkan suhu
warna pada kulit klien tubuh

3 Ansietas Setelah diberikan asuhan Label NIC : Anxiety


berhubungan keperawatan selama 3 x Reduction
dengan 24 jam diharapkan cemas 1. Monitor TTV 1. Untuk
infeksi klien berkurang dengan mengetahui
criteria hasil: keadaan umum
Label NOC : Anxiety pasien.
level 2. Dorong pasien 2. Mengetahui apa
1. Klien mampu untuk yang diharapkan
mengidentifikasi dan mengungkapkan pasien dari
mengungkapkan gejala perasaan, penyebab
cemas ketakutan, persepsi ketakutan
2. Mengidentifikasi, 3. Dengarkan dengan 3. Memperlihatkan
mengungkapkan dan penuh perhatian kepada klien
menunjukkan tehnik bahwa kita siap
untuk mengontrol 4. Instruksikan pasien 4. Untuk
cemas menggunakan menghilangkan
3. Vital sign dalam batas teknik relaksasi rasa cemasyang
normal dirasakan klien
4. Postur tubuh, ekspresi 5. Jelaskan semua 5. Untuk
wajah, bahasa tubuh prosedur dan apa meningkatkan
dan tingkat aktivitas yang dirasakan sikap kooperatif
menunjukkan selama prosedur dan mengurangi
berkurangnya kecemasan
kecemasan dengan
melibatkan
pasien
6. Berikan obat untuk 6. Untuk
mengurangi mengurangi rasa
kecemasan cemas yang
dirasakan klien

2.2.5 IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap klien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi
yaitu keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi
serta di dokumentasi intervensi dan respon klien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara konkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada klien.

2.2.6 EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawta dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dan rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana S (Subyektif) adalah ungkapan
perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh klien atau keluarga klien
setelah diberikan tindakan. O (Obyektif) adalah keadaan obyektif yang dapat
diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang obyektif. A (Assesment)
adalah analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif. P (Planing)
adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut. Penyakit ini bisa
juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah
pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis. Infeksi nifas dapat disebabkan oleh
masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering
menyebabkan infeksi. Faktor-Faktor Predisposisi yang dapat menimbulkan infeksi yaitu
semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia,
nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah dan imunosupresi, partus lama, terutama dengan
ketuban pecah lama, dll.
Setelah kala III daerah bekas insertio plasenta merupakan daerah bekas luka
berdiameter kira-kira 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol, karena banyaknya vena
yang di tutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk perkembangbiakan kuman-
kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering
mengalami perlukaan pada persalinan, begitu juga vulva, vagina, perinium merupakan
tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau
dapat menyebar di luar luka asalnya. Infeksi akut yang menyerang genetalia ditandai
dengan demam, sakit didaerah infeksi, berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut
terganggu. Pemeriksaan diagnostic untuk menunjang penegakan diagnose yaitu dengan sel
darah putih : Normal/tinggi dengan pergeseran difrensiasi ke kiri, LED dan SDM : sangat
meningkat, dll
Lalu dilakukan asuhan keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi, dimana muncul
diagnosa keperawatan, yaitu
DAFTAR PUSTAKA

Lusa. 2011. Infeksi Nifas. Bersumber dari http://www.lusa.web.id/infeksi-masa-nifas Diakses


pada tanggal 1 Maret 2019

Kusuma Hardhi, Nurarif Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Mediaction Publishing
Jogjakarta.

T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Joanne &Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA : Mosby
Elsevier
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Fourth Edition,
USA : Mosby Elsevier

Anda mungkin juga menyukai