DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita, sehingga tugas makalah tentang “Dietetika Penyakit Infeksi dan Defisiensi Pada
Pasien Tetanus” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini juga sebagai tugas
yang harus dikerjakan untuk sarana pembelajaran bagi kita.
Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang telah kami terima dan juga kami kutib
dari berbagi sumber baik dari buku maupun dari media elektronik. Semoga isi dari makalah
ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
pemberian diet pada pasien tetanus.
Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka dalam
pembuatan makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki kesalahan dalam makalah
ini. Demikian, apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam isi makalah ini, kami sebagai
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Tetanus............................................................................................................
B. Etiologi Tetanus............................................................................................................
C. Klasifikasi Tetanus.......................................................................................................
D. Patofisiologi Tetanus....................................................................................................
E. Manifestasi Klinis.........................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tetanus merupakan salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Tetanus dapat terjadi pada orang yang belum diimunisasi, orang yang
diimunisasi sebagian, atau telah diimunisasi lengkap tetapi tidak memperoleh imunitas
yang cukup, karena tidak melakukan booster secara berkala.
Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh dunia.
Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus dengan tingkat
mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. Pada tahun 2000, hanya 18.833 kasus
tetanus yang dilaporkan ke WHO. Berdasarkan data dari WHO, penelitian yang
dilakukan oleh Stanfield dan Galazka, dan data dari Vietnam diperkirakan insidens
tetanus di seluruh dunia adalah sekitar 700.000 – 1.000.000 kasus per tahun. Selama 20
tahun terakhir, insidens tetanus telah menurun seiring dengan peningkatan cakupan
imunisasi. Namun demikian, hampir semua negara tidak memiliki kebijakan bagi orang
yang telah divaksinasi yang lahir sebelum program imunisasi diberlakukan ataupun
penyediaan booster yang diperlukan untuk perlindungan jangka lama, serta pada orang-
orang yang lupa melakukan jadwal imunisasi. Di Amerika Serikat, tetanus sudah jarang
ditemukan. Tetanus neonatorum menyebabkan 50% kematian perinatal dan
menyumbangkan 20% kematian bayi. Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di
perkotaan dan 11-23/100 kelahiran hidup di pedesaan. Sedangkan angka kejadian
tetanus pada anak di rumah sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-9
tahun, 30% kelompok 1-4 tahun, 18% kelompok >10 tahun, dan sisanya pada bayi <12
bulan.
Di Indonesia, tetanus masih menjadi salah satu dari sepuluh besar penyebab
kematian pada anak. Meskipun insidens tetanus saat ini sudah menurun, namun kisaran
tertinggi angka kematian dapat mencapai angka 60%. Selain itu, meskipun angka
kejadiannya telah menurun setiap tahunnya, namun penyakit ini masih belum dapat
dimusnahkan meskipun pencegahan dengan imunisasi sudah diterapkan secara luas di
seluruh dunia. Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai
penatalaksanaan serta pencegahan tetanus guna menurunkan angka kematian penderita
tetanus, khususnya pada anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit tetanus ?
2. Bagaimana etiologi pada penyakit tetanus ?
3. Bagaimana klasifikasi pada penyakit tetanus ?
4. Bagaimana patofisiologi pada penyakit tetanus ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari klien pada penyakit tetanus ?
6. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan tetanus ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami definisi penyakit tetanus
2. Memahami etiologi penyakit tetanus
3. Mengetahui klasifikasi dari tetanus
4. Mengetahui patofisiologi dari tetanus
5. Mengetahui manifestasi klinis dari klien dengan tetanus
6. Mengetahui penatalaksanaan klien dengan tetanus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tetanus
B. Etiologi Tetanus
Clostridium tetani merupakan basil berbentuk batang yang bersifat anaerob,
membentuk spora (tahan panas), gram positif, mengeluarkan eksotosin yang
bersifat neurotoksin (yang efeknya mengurangi aktivitas kendali SSP),
patogenesis bersimbiosis dengan mikroorganisme piogenik (pyogenic). Basil ini
banyak ditemukan pada kotoran kuda, usus kuda, dan tanah yang dipupuk kotoran
kuda. Penyakit tetanus banyak terdapat pada luka dalam, luka tusuk, luka dengan
jaringan mati (corpus alienum) karena merupakan kondisi yang baik untuk
proliferasi anaerob. Luka dengan infeksi piogenik dimana bakteri piogenik
mengonsumsi eksogen pada luka sehingga suasana menjadi anaerob yang penting
bagi tumbuhnya basil tetanus (Batticaca, Fransisca B, 2008).
C. Klasifikasi Tetanus
Menurut Nugroho, 2011:83, terdapat klasifikasi menurut gejala:
- Stadium 1 : tanpa kejang tonik umum, trismus 3 cm
- Stadium 2 : kejang tonik umum bila dirangsang, trismus 3 cm atau lebih kecil
- Stadium 3 : kejang tonik umum spontan, trismus 1 cm
D. Patofisiologi Tetanus
Pada dasarnya tetanus adalah penyakit yang terjadi akibat pencemaran
lingkungan oleh bahan biologis (spora) sehingga upaya kausal menurunkan attack rate
adalah dengan cara mengubah lingkungan fisik atau biologik. Port d’entree tak selalu
dapat diketahui dengan pasti, namun diduga melalui :
1. Luka tusuk, patah tulang, komplikasi kecelakaan, gigitan binatang, luka bakar yang
luas.
2. Luka operasi, luka yang tidak dibersihkan (debridement) dengan baik.
3. Otitis media, karies gigi, luka kronik.
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan puntung tali pusat dengan
kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan, dan daun-daunan merupakan penyebab
utama masuknya spora pada puntung tali pusat yang menyebabkan terjadinya kasus
tetanus neonatorum.
Spora C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Spora yang masuk ke
dalam tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa faktor (kondisi
anaerob), sehingga berubah menjadi bentuk vegetatif dan berbiak dengan cepat tetapi
hal ini tidak mencetuskan reaksi inflamasi. Gejala klinis sepenuhnya disebabkan oleh
toksin yang dihasilkan oleh sel vegetatif yang sedang tumbuh. C. tetani menghasilkan
dua eksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin menyebabkan
hemolisis tetapi tidak berperan dalam penyakit ini. Gejala klinis tetanus disebabkan
oleh tetanospasmin. Tetanospasmin melepaskan pengaruhnya di keempat sistem saraf:
(1) motor end plate di otot rangka, (2) medula spinalis, (3) otak, dan (4) pada
beberapa kasus, pada sistem saraf simpatis.
Diperkirakan dosis letal minimum pada manusia sebesar 2,5 nanogram per
kilogram berat badan (satu nanogram = satu milyar gram), atau 175 nanogram pada
orang dengan berat badan 70 kg.
Hipotesis bahwa toksin pada awalnya merambat dari tempat luka lewat motor end
plate dan aksis silinder saraf tepi ke kornu anterior sumsum tulang belakang dan
menyebar ke susunan saraf pusat lebih banyak dianut daripada lewat pembuluh limfe
dan darah. Pengangkutan toksin ini melewati saraf motorik, terutama serabut motorik.
Reseptor khusus pada ganglion menyebabkan fragmen C toksin tetanus menempel
erat dan kemudian melalui proses perlekatan dan internalisasi, toksin diangkut ke arah
sel secara ektra aksional dan menimbulkan perubahan potensial membran dan
gangguan enzim yang menyebabkan kolin-esterase tidak aktif, sehingga kadar
asetilkolin menjadi sangat tinggi pada sinaps yang terkena. Toksin menyebabkan
blokade pada simpul yang menyalurkan impuls pada tonus otot,sehingga tonus otot
meningkat dan menimbulkan kekakuan. Bila tonus makin meningkat akan
menimbulkan spasme terutama pada otot yang besar.
Dampak toksin antara lain :
1. Dampak pada ganglion pra sumsum tulang belakang disebabkan karena eksotoksin
memblok sinaps jalur antagonis, mengubah keseimbangan dan koordinasi impuls
sehingga tonus otot meningkat dan otot menjadi kaku.
2. Dampak pada otak, diakibatkan oleh toksin yang menempel pada gangliosida
serebri diduga menyebabkan kekakuan dan spasme yang khas pada tetanus.
3. Dampak pada saraf otonom, terutama mengenai saraf simpatis dan menimbulkan
gejala keringat yang berlebihan, hipertermia, hipotensi, hipertensi, aritmia, heart
block, atau takikardia.
D. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi tetanus umumnya 3-21 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari
atau hingga beberapa bulan). Hal ini secara langsung berhubungan dengan jarak dari
tempat masuknya kuman C. tetani (tempat luka) ke Susunan Saraf Pusat (SSP); secara
umum semakin besar jarak antara tempat luka dengan SSP, masa inkubasi akan
semakin lama. Semakin pendek masa inkubasi, akan semakin tinggi kemungkinan
terjadinya kematian. Ada empat bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni :
4. Tetanus neonatorum
Bentuk tetanus ini terjadi pada neonatus. Tetanus neonatorum terjadi pada
negara yang belum berkembang dan menyumbang sekitar setengah kematian
neonatus. Penyebab yang sering adalah penggunaan alat-alat yang terkontaminasi
untuk memotong tali pusat pada ibu yang belum diimunisasi. Masa inkubasi sekitar 3-
10 hari. Neonatus biasanya gelisah, rewel, sulit minum ASI, mulut mencucu dan
spasme berat. Angka mortalitas dapat melebihi 70%.
Selain berdasarkan gejala klinis, berdasarkan derajat beratnya penyakit,
tetanus dapat dibagi menjadi empat (4) tingkatan :
1. Farmakologi
2. Non-farmakologi
A. Kesimpulan
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh
kuman Clostridium tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan
kuman.Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang
otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman
closteridium tetani.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium
tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot
seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-
otot rangka.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, N (2015). Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Suntik Tetanus Toksoid Dengan
Pelaksanaannya. Jurnal Edu Health, Vol. 5, No.2 :131-136.
Idanati, R. (2005). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Petugas Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) Ibu Hamil di Kota Madiun. Available at http://adln.lib.unair.ac.id. Diakses 15
Oktober 2015.
Irianto, K (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan Klinis.
Bandung : Alfabeta.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Buletin Jendela Data Dan Informasi Eliminasi Tetanus
Maternal & Nenatal. Jakarta : Bakti Husada.