Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN UNIT COST

SIKLUS MENU HARI KE-3

KEPANITERAAN GIZI INSTITUSI


RST BAHKTI WIRA TAMTAMA

Siti Maryam G2B019116


Frida Nur F.H. G2B019124

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Tujuan .............................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
A. Analisis Biaya .................................................................................................. 6
B. Perhitungan Biaya ............................................................................................ 9
C. Unit Cost ........................................................................................................ 11
D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perhitungan Unit Cost ....................... 12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 14
A. Menu Siklus Ke-3 Kelas II dan III ................................................................. 14
B. Menu Siklus Ke-3 Kelas I dan VIP................................................................ 15
C. Perhitungan Food Cost Siklus Ke-3 ............................................................... 16
D. Pembahasan.................................................................................................... 23
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 25
A. Kesimpulan .................................................................................................... 25
B. Saran............................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Menu Siklus Ke-3 kelas II dan III........................................................... 14


Tabel 2. Menu Siklus Ke-3 Kelas I dan VIP......................................................... 15
Tabel 3. Perhitungan Food Cost Siklus Ke 3 Untuk Kelas II dan III ................... 16
Tabel 4. Perhitungan Unit Cost Siklus Menu Ke-3 Kelas II dan III ..................... 19
Tabel 5. Perhitungan Food Cost Siklus Ke 3 Untuk Kelas I dan VIP .................. 19
Tabel 6. Perhitungan Unit Cost Siklus Menu Ke-3 Kelas I dan VIP .................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan makanan Rumah Sakit adalah suatu rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian
makanan kepada pasien. Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan
bagian dari kegiatan di Instalasi Gizi Rumah Sakit sebagai unit pelayanan
gizi rumah sakit untuk memenuhi asupan zat gizi pasien. Penyelenggaraan
makanan rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan
makanan yang berkualitas baik, jumlah yang sesuai dengan kebutuhan serta
pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang membutuhkan
(Kemenkes, 2013).
Rumah sakit adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Oleh karena
itu, rumah sakit sangat membutuhkan input dalam bentuk informasi yang
lengkap, misalnya yaitu biaya satuan (unit cost) (Sugiyarti et al., 2013).
Biaya merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting menentukan
dalam pelayanan gizi rumah sakit. Biaya harus diperhitungkan, setepat
mungkinn sehingga secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan dan
dikendalikan seefesien mungkin. Kemampuan mengidentifikasi sumber-
sumber biaya, menganalisis biaya pada Pelayanan Gizi Rumah Sakit
(PGRS) menjadi keterampilan yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh
pengelola (PGRS, 2013).

Perhitungan biaya per unit (unit cost) bertujuan tersedianya dokumen


biaya satuan dari setiap dari setiap jenjang pelayanan dan kelas perawatan,
perhitungan unit cost merupakan informasi biaya yang bisa digunakan
sebagai alat penentu kebijakan manajemen dalam penentuan tarif rumah
sakit. (Sumiati, Witcahyo and Ramani, 2020). Dengan adanya perhitungan
unit cost maka instalasi gizi dapat menentukan harga jual makanan sebagai
pelayanan kepada pasien yang telah diperhitungkan berdasarkan biaya

4
tenaga kerja dan biaya overhead serta profit. sebesar 20%. Analisis biaya
makan memberikan informasi tentang biaya, proses sekaligus produk
makanan yang dihasilkan. Informasi ini berguna dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian keuangan penyelenggaraan makanan dan
penetapan tarif makan atau rawat inap. Hasil analisis dapat pula digunakan
untuk memperbaiki tindakan manajemen di masa yang akan datang
sehingga diharapkandapat mengurangi atau mengoptimalkan biaya dengan
perbaikan tindakan tersebut.

B. Tujuan
1. Mengetahui besarmya biaya food cost harga rumah sakit dan biaya
food cost harga pasar pada makanan biasa siklus menu ke-3 pada
kelas II dan III di RST Bhakti Wira Tamtama.

2. Mendeskripsikan besarnya biaya unit cost tarif makanan biasa


rumah sakit dan biaya unit cost harga pasar pada siklus menu ke-3
pada kelas II dan III di RST Bhakti Wira Tamtama.

3. Mengetahui besarmya biaya food cost harga rumah sakit dan biaya
food cost harga pasar pada makanan biasa siklus menu ke-3 pada
kelas I dan VIP di RST Bhakti Wira Tamtama.

4. Mendeskripsikan besarnya biaya unit cost tarif makanan biasa


rumah sakit dan biaya unit cost harga pasar pada siklus menu ke-3
pada kelas I dan VIP di RST Bhakti Wira Tamtama.

5. Membandingkan besarnya biaya food cost tarif makanan biasa


rumah sakit dan biaya food cost harga pasar pada siklus menu ke-3
kelas II, III dengan kelas I, VIP di RST Bhakti Wira Tamtama.

6. Membandingkan besarnya selisih biaya unit cost tarif makanan


biasa rumah sakit dan biaya food cost harga pasar pada siklus menu
ke-3 kelas II,III dengan kelas I, VIP di RST Bhakti Wira Tamtama

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Biaya
Menurut Horngren (2008), biaya adalah suatu sumber daya yang
dikorbankan (sacrifice) atau dilepaskan (forgoe) untuk mencapai tujuan
tertentu. Semua pengorbanan tersebut baru bisa diukur kalau sudah
dikonversi ke dalam nilai uang. Biaya adalah pengorbanan suatu sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan uang untuk mendapatkan barang/jasa
atau tujuan lain yang diinginkan, yang diharapkan akan memberikan
keuntungan/manfaat untuk saat ini atau yang akan datang bagi individu
maupun organisasi (Sugiyanto, W., 2004). Biaya yang umumnya sering
menjadi perhatian utama pada penyelenggaraan makanan adalah biaya
makan (food cost,) yang diartikan sebagai “uang yg telah dan akan
dikeluarkan dalam rangka memproduksi makanan sesuai kebutuhan atau
permintaan”. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk setiap porsi
makanan disebut sebagai unit cost makanan, yang sering digunakan untuk
menentukan tarif pelayanan makanan pada suatu institusi (Kemenkes,
2014).
Pada penyelenggaraan makanan, biaya memiliki bermacam-macam
klasifikasi, sesuai dengan tujuan dari penggunaan biaya tersebut. Untuk
dapat memudahkan dalam melaksanakan perencanaan biaya pada suatu
penyelenggaraan makanan, sebaiknya perlu mengetahui beberapa
klasifikasi biaya tersebut antara lain:
a. Biaya yang Berhubungan dengan Produk

Dalam hubungannya dengan produk yang dihasilkan, maka biaya pada


penyelenggaraan makanan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Biaya Langsung

Biaya langsung adalah semua biaya untuk pembelian bahan yang


merupakan bagian integral dari produk makanan dan dapat dihitung secara

6
langsung pada biaya produk makanan, misalnya : biaya pembelian bahan
makanan dan upah langsung tenaga kerja (tenaga kerja yang terlibat
langsung dengan proses produksi makanan).
2) Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dibebankan secara
langsung pada suatu produk makanan namun diperlukan untuk
menyelesaikan produk makanan, misalnya: biaya overhead, pemeliharaan
dan penyusutan.

b. Biaya yang Berhubungan dengan Sifat Kegunaan

Sehubungan dengan kegunaannya, biaya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang digunakan untuk tujuan persediaan


atau investasi pada periode kurun waktu tertentu (biasanya lebih dari 1
tahun). misalnya: biaya gedung, dan biaya peralatan dapur (kitchen
equipment), biaya sarana fisik dapur, ruang pendingin, dan lain-lain.
b) Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dengan maksud
untuk memperpanjang kapasitas barang investasi. Misalnya: biaya service
rutin berdasarkan jadual semua sarana fisik dapur, peralatan masak, freezer,
chiller, perbaikan yang bersifat mendadak dan sebagainya.
c) Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang digunakan untuk


mengoperasionalkan barang investasi. Misalnya: biaya pembelian bahan
makanan, bahan bakar (LPG), gaji pegawai, listrik, air.

c. Biaya yang Berhubungan dengan Volume Produksi

Volume produksi setiap institusi penyelenggaraan makanan berbeda-


beda, tergantung banyaknya konsumen yang dilayani di institusi
tersebut. Sehingga akan mempengaruhi terhadap biaya yang dikeluarkan

7
untuk produksi makanan. Berdasarkan volume produk (output) antara lain :
a) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang relatif tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume produksi sampai tingkatan tertentu, dan biaya tetap per unit turun
searah dengan naiknya volume, misalnya: biaya gedung, air, listrik dan lain-
lain.
b) Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Biaya tidak tetap adalah biaya yang secara proporsional dipengaruhi


oleh perubahan volume produksi, biaya per unit relatif konstan, misalnya:
biaya pembelian bahan makanan dan bahan lainnya yang berhubungan
langsung dengan bahan makanan dalam penggunaaannya (misalnya:
kemasan dan bahan penolong lainnya). Biaya tidak tetap ini bila
dihubungkan dengan klasifikasi biaya menurut hubungannya dengan
produk, adalah sama dengan biaya langsung. Biaya langsung volumenya
sering tidak tetap, terutama pada institusi yang konsumennya tidak
menetap, seperti:penyelenggaraan makanan rumah sakit, transportasi dan
darurat.
c) Biaya semi variabel (semi variable cost)

Biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung biaya tetap, tetapi
juga mengandung biaya tidak tetap. Contoh biaya semi variable adalah
biayainsentif yaitu penerimaan selain gaji, yang besar kecilnya tergantung
banyak sedikitnya jumlah pelayanan yang diberikan.
d) Biaya total (total cost)

Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel.

Tujuan analisis biaya antara lain sebagai berikut:

1. Mendapatkan gambaran mengenai unit/ bagian yang merupakan Pusat


Biaya (cost center) serta Pusat Pendapatan (Revenue center)
2. Mendapatkan gambaran biaya pada tiap unit tersebut, baik biaya tetap
(fixed cost) atau biaya investasi yang disetahunkan maupun biaya tidak

8
tetap (Variable cost) atau biaya operasional dan pemeliharaan
3. Mendapatkan gambaran biaya satuan pelayanan di sarana pelayanan
kesehatan
4. Mendapatkan gambaran tarif dengan menggunakan Break Even Point
5. Mendapatkan gambaran dan peramalan pendapatan sarana pelayanan
kesehatan
Manfaat analisis biaya antara lain (Bunga, 2017) :
1. Pricing. Informasi biaya satuan sangat penting dalam penentuan
kebijaksanaan tarif rumah sakit. Dengan diketahuinya biaya satuan
(Unit cost), dapat diketahui apakah tarif sekarang merugi, break even,
atau menguntungkan. Dan juga dapat diketahui berapa besar subsidi
yang dapat diberikan pada unit pelayanan tersebut misalnya subsidi
pada pelayanankelas III rumah sakit
2. Budgeting/Planning. Informasi jumlah biaya (total cost) dari suatu unit
produksi dan biaya satuan (Unit cost) dari tiap-tiap output rumah sakit,
sangat penting untuk alokasi anggaran dan untuk perencanaan
anggaran.
3. Budgetary control Hasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk
memonitor dan mengendalikan kegiatan operasional rumah sakit.
Misalnya mengidentifikasi pusat- pusat biaya yang strategis dalam
upaya efisiensi rumah sakit.
4. Evaluasi dan Pertanggung Jawaban. Analisis biaya bermanfaat untuk
menilai performance keuangan RS secara keseluruhan, sekaligus
sebagai pertanggungan jawaban kepada pihak-pihak berkepentingan.

B. Perhitungan Biaya
Pada dasarnya terdapat 2 jenis produk pelayanan yaitu makanan
sebagai produk barang pada penyelenggaraan makanan dan asuhan gizi
serta konseling gizi sebagai produk jasa. Dengan demikian biaya kegiatan
pelayanan gizi dirumah sakit terdiri dari biaya kegiatan penyelenggaraan
makanan (biaya makan) dan biaya asuhan gizi. Untuk instalasi gizi yang

9
telah melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan gizi, juga
menghitung biaya untuk kegiatan tersebut(Bakri, Intiyati and Widartika,
2018).
a. Perhitungan biaya makan

Pada prinsipnya perhitungan biaya makanan maupun biaya asuhan gizi


hampir sama. Biaya yang dibutuhkan pada penyelenggaraan makanan
adalah merupakan biaya makan setiap konsumennya perhari. Besarnya
biaya makan ini diperoleh dengan cara menghitung keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk penyelenggaran makanan dibagi dengan jumlah output
yaitu jumlah porsi yang dihasilkan.
b. Perhitungan Biaya Bahan Makanan (Food Cost)

Biaya bahan makanan ini termasuk dalam kelompok biaya tidak tetap
(biaya variabel), karena total biaya bahan makanan dipengaruhi oleh jumlah
atau porsi bahan makanan yang dihasilkan atau jumlah konsumen yang
dilayani. Perhitungan biaya bahan makanan dapat dilakukan melalui 3
pendekatan, yaitu berdasarkan pedoman menu, standar resep, pemakaian
bahan makanan atau logistik bahan makanan.

1) Berdasarkan pedoman menu

Dapat menggunakan metode ini maka harus ada data tentang standar
makanan (memuat rincian jumlah bahan makanan yang diberikankepada
konsumen pada setiap waktu makan dalam sehari), standar resep, daftar
menu, pedoman menu (rincian bahan makanan dalam berat bersih dan berat
kotor pada setiap menu), dan harga satuan bahan makanan. Berdasarkan
data ini maka perhitungan biaya rata-rata bahan makanan sehari pada
periode tertentu. Untuk menentukan persentase (%) untuk koreksi bumbu,
tergantung kelompok pasien. Untuk pasien berdiet, bumbunya tidak terlalu
banyak, sehingga koreksi bumbu hanya 5 %. Sedangkan untuk makanan
biasa koreksi bumbunya bisa 10%.

10
2) Berdasarkan standar resep

Perhitungan biaya berdasarkan standar resep adalah harga bahan


makanan pada satu resep hidangan dari seluruh hidangan dalam menu yang
telah ditetapkan. Persyaratan untuk perhitungan dengan cara ini adalah
resepnya terstandar, ada konversi ukuran berat bahan makanan dan ada
harga satuan bahan makanan.
3) Berdasarkan Pemakaian Bahan Makanan menurut Catatan di Gudang
Bahan Makanan
Dapat menggunakan metode ini, maka institusi harusmencatat semua
bahan makanan dengan lengkap mulai dari pembelian, penerimaan, dan
persediaan bahan makanan untuk 1 siklus atau 1 bulan atau 1 tahun.

C. Unit Cost
Unit cost merupakan biaya yang dihitung untuk menghasilkan satuan
produk pelayanan yang diperoleh dengan cara membagi biaya total dengan
jumlah produk (Purwanti, Sudarto and Rusmana, 2022). Adapun
perhitungan biaya satuan ini dapat diperoleh dengan metode Activity Based
Costing (ABC). Perhitungan biaya satuan akan bermanfaat dalam
menentukan besaran biaya yang diberikan atau menyusun anggaran untuk
suatu program pelayanan. Dalam suatu institusi pelayanan kesehatan,
perhitungan unit cost diperlukan untuk melihatefisiensi dan kinerja setiap
departemen, poli, atau komponen yang digunakan dalam proses pelayanan
di institusi penyedia layanan kesehatan dapat dipantau dengan tepat
(Rahmasari, Yurniwati and Febrian, 2022). Hal ini dilakukan agar dapat
merencanakan keseimbangan antara pendapatan rumah sakit dan biaya
produksi sehingga kegiatan pelayanan medis bagi pasien dapat dilakukan
secara optimal dan efisien (Sugiyarti et al., 2013).

11
D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perhitungan Unit Cost

Dapat menetapkan unit cost pelayanan yang dapat menjamin total


pendapatan yang tidak lebih rendah dari total pengeluaran, banyak
faktor yang perlu dipertimbangkan, secara umum dapat dibedakan atas
dua macam, yaitu:
a. Biaya Investasi

Suatu rumah sakit, biaya investasi (investment cost) yang terpenting


adalah biaya pembangunan gedung, pembelian peralatan medis dan non
medis, serta biaya pendidikan dan pelatihan tenaga pelaksana.
Tergantung dari besarnya biaya investasi, rencana titik impas balik
(break event point), jangka waktu pengembalian modal (return of
investment) seta perhitungan masa kadaluarsa (depreciation period)
maka tarif pelayanan suatu sarana kesehatan dapat berbeda dengan
sarana kesehatan lainnya. Secara umum disebutkan jika biaya investasi
tersebut adalah besar, rencana titik impas, jangka waktu pengembalian
biaya investasi serta perhitungan masa kadaluarsa terlalu singkat, maka
tarif pelayanan yang diterapkan akan cenderung mahal.
b. Biaya Kegiatan Rutin

Sarana kesehatan, biaya kegiatan rutin (operational cost) yang


dimaksud di sini mencakup semua biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan. Jika ditinjau dari kepentingan
pemakai jasa pelayanan, maka biaya kegiatan rutin ini dapat dibedakan
atas 2 (dua) macam yaitu:

1) Biaya untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan


kebutuhan pelayanan kesehatan (direct cost), yang meliputi pada
tindakan yang dilakukan dan juga pada pelayanan yang
dipergunakan. Sehingga jika pelayanan Kesehatan tersebut

12
memerlukan tindakan yang lebih sulit serta peralatan yang lebih
canggih, maka tarif yang ditetapkan untuk jenis pelayanan
kesehatan tersebut umumnya lebih tinggi.

2) Biaya untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan


kebutuhan pelayanan Kesehatan. Ke dalam biaya ini termasuk gaji
karyawan, pemeliharaan bangunan dan peralatan, pemasangan
rekening listrik dan air dan lain sebagainya. Secara umum
disebutkan jika biaya kegiatan tidak langsung ini tinggi, misalnya
karena pengolagan yang tidak efisien pasti akan mempengaruhi
terhadap tingginya tarif pelayanan.

13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Menu Siklus Ke-3 Kelas II dan III


Tabel 1. Menu Siklus Ke-3 kelas II dan III

Makan pagi Selingan Makan Selingan Makan


siang sore

Nasi/tim/bubur Susu Nasi/ti Teh manis Nasi/tim/bu


dancow m/bubur bur

Bandeng presto Snack Ayam Snack (bolu Telur


(nagasari) koloke kukus mekar) ceplok
bumbu
rujak

Oseng tempe Sambel Tempe


lombok ijo goreng bumbu
tahu mangut

Lodeh (terong, Bening Oseng


jipang, kacang bayam putren +
panjang) + wortel
gambas

Teh manis Pepaya

14
B. Menu Siklus Ke-3 Kelas I dan VIP
Tabel 2. Menu Siklus Ke-3 Kelas I dan VIP

Makan pagi Selingan Makan Selingan Makan


siang sore

Nasi/tim/bubur Susu Nasi/ti Teh manis Nasi/tim/bu


dancow m/bubur bur

Bandeng presto Snack 2 Ayam Snack (bolu Telur


macam koloke kukus mekar) ceplok
bumbu
rujak

Oseng tempe Sambel Buah potong Tempe


lombok ijo goreng (melon) bumbu
tahu mangut

Lodeh (terong, Bening Oseng


jipang, kacang bayam putren +
panjang) + wortel

Semur bakso gambas

Teh manis Pisang Galantin

15
C. Perhitungan Food Cost Siklus Ke-3

Tabel 3. Perhitungan Food Cost Siklus Ke 3 Untuk Kelas II dan III

Standar
Bahan BDD Berat Harga satuan Harga per Harga satuan Harga per
Jadwal Menu porsi
makanan (%) kotor pasar porsi pasar RS porsi Rs
(gr)

Pagi Nasi/tim/bubur Beras 100 100 100 Rp 12.000/kg Rp 1.200 Rp 14.500/kg Rp 1.450
Bandeng Rp Rp Rp 6.500
Bandeng 50 100 50 Rp 5.000
presto 20.000/ekor 26.000/ekor
Minayak Rp 36.000/kg Rp 360
10 100 10 Rp 20.000/kg Rp 200
goreng
Tepung Rp 24.000/kg Rp 240
10 100 10 Rp 16.000/kg Rp 160
beras
Oseng tempe Rp 21.000/kg Rp 1.050
Tempe 50 100 50 Rp 12.000/kg Rp 600
Lombok ijo
Lodeh
(terong, jipang, Rp 19.500/kg Rp 560
Terong 25 87 28,73 Rp 12.000/kg Rp 344,76
kacang
panjang)
Jipang 25 83 30,12 Rp 10.000/kg Rp 301,2 Rp 15.000/kg Rp 415,8

16
Kacang Rp 22.500/kg Rp 562,5
25 100 25 Rp 10.000/kg Rp 250
panjang
Kelapa Rp 40.000/kg Rp 754,4
10 53 18,86 Rp 25.000/kg Rp 471,5
parut
Teh manis Gula 10 100 10 Rp 12.000/kg Rp 120 Rp 23.000/kg Rp 230
Rp 3.200/1 Rp 4.400/1 Rp 88
Teh 0,8 100 0,8 Rp 64
kotak kotak
Susu Rp Rp 2.478
Selingan Susu 20 100 20 Rp 91.000/dus Rp 1.820
dancow 123.900/dus
Snack 1 Rp 4.500
Nagasari Rp 2.500
macam (II,III)
Siang Nasi/tim/bubur Beras 100 100 100 Rp 12.000/kg Rp 1.200 Rp 14.500/kg Rp 1.450

Ayam koloke Ayam 50 100 50 Rp 35.000/kg Rp 1.750 Rp 64.000/kg Rp 3.200


Sambal goreng Rp 1.350/biji Rp 1.350
Tahu 50 100 50 Rp 800/biji Rp 800
tahu
Minyak 10 100 10 Rp 20.000/kg Rp 200 Rp 36.000/kg Rp 360
Kelapa Rp 40.000/kg Rp 754,4
10 53 18,86 Rp 25.000/kg Rp 471,5
parut
Bening bayam Rp 22.000/kg Rp 774,62
Bayam 25 71 35,21 Rp 15.000/kg Rp 528,15
+ gambas
Gambas 20 85 23,52 Rp 13.000/kg Rp 305,76 Rp 18.500/kg Rp 435,12

Buah pepaya Papaya 75 75 100 Rp 13.500/kg Rp 1.350 Rp 18.500/kg Rp 1.850


Rp 3200/1 Rp 4400/1 Rp 88
Selingan Teh manis Teh 0,8 100 0,8 Rp 64
kotak kotak

17
Gula 10 100 10 Rp 12.000/kg Rp 120 Rp 23.000/kg Rp 230
Bolu
Snack kukus Rp 2.500 Rp 4.500
mekar
Sore Nasi/tim/bubur Beras 100 100 100 Rp 12.000/kg Rp 1.200 Rp 14.500/kg Rp 1.450
Telur ceplok Telur Rp 41.000/kg Rp 2.302
50 89 56,17 Rp 35.000/kg Rp 1.965
bumbu rujak ayam
Minyak 10 100 10 Rp 20.000/kg Rp 200 Rp 36.000/kg Rp 360
Tempe bumbu Rp 21.000/kg Rp 1.050
Tempe 50 100 50 Rp 12.000/kg Rp 600
mangut
Kelapa 10 53 18,86 Rp 25.000/kg Rp 471,5 Rp 40.000/kg Rp 754,4
Oseng putren Rp 33.000/kg Rp 1.650
Putren 40 80 50 Rp 18.000/kg Rp 900
+ wortel
Wortel 25 80 31,25 Rp 16..000/kg Rp 500 Rp 24.000/kg Rp 750

Total Rp 28.157,3 Rp 42.497,2

Total x bumbu 10% Rp 2.815,73 Rp 4.249,72

Food cost Rp 30.973


Rp 46.746,9

18
Tabel 4. Perhitungan Unit Cost Siklus Menu Ke-3 Kelas II dan III

Biaya % Rumus Harga Pasar Harga RS

Tenaga 20 𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡


x tenaga
30.973
x 20% = 15.486,5
46.746,9
x 20% = 23.373,4
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 40% 40%
Bahan 40 𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡 30.973
x 40% = 30.973
46.746,9
x 40% = 46.746,9
𝑥 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 40% 40%
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
Biaya Keuntungan 20 𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡 30.973 46.746,9
𝑥 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 40% x 20% = 15.486,5 40%
x 20% = 23.373,4
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
Sarana dan Prasarana 20 𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡 30.973
x 20% = 15.486,5
46.746,9
x 20% = 23.373,4
𝑥 𝑠𝑎𝑟𝑝𝑎𝑠 40% 40%
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
Total Rp 77.432,5 Rp 116.867,1

Tabel 5. Perhitungan Food Cost Siklus Ke 3 Untuk Kelas I dan VIP

Standar
Bahan BDD Berat Harga satuan Harga per Harga satuan Harga per
Jadwal Menu porsi
makanan (%) kotor pasar porsi pasar RS porsi Rs
(gr)

Pagi Nasi/tim/bubur Beras 100 100 100 Rp 12.000/kg Rp 1.200 Rp 14.500/kg Rp 1.450
Bandeng Rp Rp Rp 6.500
Bandeng 50 100 50 Rp 5.000
presto 20.000/ekor 26.000/ekor
Minayak Rp 36.000/kg Rp 360
10 100 10 Rp 20.00/kg Rp 200
goreng

19
Tepung Rp 24.000/kg Rp 240
10 100 10 Rp 16.000/kg Rp 160
beras
Oseng tempe Rp 21.000/kg Rp 1.050
Tempe 50 100 50 Rp 12.000/kg Rp 600
Lombok ijo
Lodeh
(terong, jipang, Rp 19.500/kg Rp 560
Terong 25 87 28,73 Rp 12.000/kg Rp 344,76
kacang
panjang)
Jipang 25 83 30,12 Rp 10.000/kg Rp 301,2 Rp 15.000/kg Rp 415,8
Kacang Rp 22.500/kg Rp 562,5
25 100 25 Rp 10.000/kg Rp 250
panjang
Kelapa Rp 40.000/kg Rp 754,4
10 53 18,86 Rp 25.000/kg Rp 471,5
parut
Semur bakso Bakso 60 100 60 Rp 700/biji Rp 2.100 Rp 1.200/biji Rp 3.600

Teh manis Gula 10 100 10 Rp 12.000/kg Rp 120 Rp 23.000/kg Rp 230


Rp 3.200/1 Rp 4.400/1 Rp 88
Teh 0,8 100 0,8 Rp 64
kotak kotak
Susu Rp Rp 2.478
Selingan Susu 20 100 20 Rp 91.000/dus Rp 1.820
dancow 123.900/dus
Snack 2 Rp 9.000
Nagasari Rp 5.000
macam
Siang Nasi/tim/bubur Beras 100 100 100 Rp 12.000/kg Rp 1.200 Rp 14.500/kg Rp 1.450

Ayam koloke Ayam 50 100 50 Rp 35.000/kg Rp 1.750 Rp 64.000/kg Rp 3.200


Sambal goreng Rp 1.350/biji Rp 1.350
Tahu 50 100 50 Rp 800/biji Rp 800
tahu

20
Minyak 10 100 10 Rp 20.000/kg Rp 200 Rp 36.000/kg Rp 360
Kelapa Rp 40.000/kg Rp 754,4
10 53 18,86 Rp 25.000/kg Rp 471,5
parut
Bening bayam Rp 22.000/kg Rp 774,62
Bayam 25 71 35,21 Rp 15.000/kg Rp 528,15
+ gambas
Gambas 20 85 23,52 Rp 13.000/kg Rp 305,76 Rp 18.500/kg Rp 435,12

Buah pisang Pisang 100 75 133,3 Rp 4.000/biji Rp 4.000 Rp 7.000/biji Rp 7.000


Rp 3200/1 Rp 4400/1 Rp 88
Selingan Teh manis Teh 0,8 100 0,8 Rp 64
kotak kotak
Gula 10 100 10 Rp 12.000/kg Rp 120 Rp 23.000/kg Rp 230
Bolu
Snack kukus Rp 2.500 Rp 4500
mekar
Buah potong Melon 75 58,1 127,5 Rp 15.000/kg Rp 1.912 Rp 28.000/kg Rp 3.570

Sore Nasi/tim/bubur Beras 100 100 100 Rp 12.000/kg Rp 1.200 Rp 14.500/kg Rp 1.450
Telur ceplok Telur Rp 41.000/kg Rp 2.302
50 89 56,17 Rp 35.000/kg Rp 1.965
bumbu rujak ayam
Minyak 10 100 10 Rp 20.000/kg Rp 200 Rp 36.000/kg Rp 360
Tempe bumbu Rp 21.000/kg Rp 1.050
Tempe 50 100 50 Rp 12.000/kg Rp 600
mangut
Kelapa 10 53 18,86 Rp 25.000/kg Rp 471,5 Rp 40.000/kg Rp 754,4
Oseng putren Rp 33.000/kg Rp 1.650
Putren 40 80 50 Rp 18.000/kg Rp 900
+ wortel

21
Wortel 25 80 31,25 Rp 16..000/kg Rp 500 Rp 24.000/kg Rp 750

Galantin Ayam 30 58 51,72 Rp 48.000/kg Rp 2.482 Rp 72.000/kg Rp 3.723


Rp Rp Rp 460,4
Telur 10 89 11,23 Rp 393
17.500/500gr 20.500/500gr
Tepung Rp Rp Rp 122,5
5 100 5 Rp 80
panir 4.000/250gr 6.125/250gr
Total Rp 40.274,3 Rp 63.623,1

Total x bumbu 10% Rp 4.027,43 Rp 6.362,31

Food cost Rp 44.301,7


Rp 69.985,4

Tabel 6. Perhitungan Unit Cost Siklus Menu Ke-3 Kelas I dan VIP

Biaya % Rumus Harga Pasar Harga RS

Tenaga 20 𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡


x tenaga
44.301,7
x 20% = 22.150,8
69.985,4
x 20% = 34.992,7
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 40% 40%
Bahan 40 𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡 44.301,7
x 40% = 44.301,7
69.985,4
x 40% = 69.985,4
𝑥 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 40% 40%
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
Biaya Keuntungan 20 𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡 44.301,7 69.985,4
𝑥 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 40% x 20% = 22.150,8 40%
x 20% = 34.992,7
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
Sarana dan Prasarana 20 𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡 44.301,7
x 20% = 22.150,8
69.985,4
x 20% = 34.992,7
𝑥 𝑠𝑎𝑟𝑝𝑎𝑠 40% 40%
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
Total Rp 110.754,1 Rp 174.963,5

22
D. Pembahasan
1. Hasil dari perhitungan data food cost pada siklus menu ke-3 kelas
II dan III yaitu Rp 30.973 untuk standart harga pasar, sedangkan
standart rumah sakit yaitu Rp 46.746,9. Maka, terdapat selisih
antara standart harga pasar dan rumah sakit yaitu sebanyak Rp
15.773,9.
2. Hasil dari perhitungan data unit cost pada siklus menu ke-3 kelas II
dan III yaitu Rp 77.432,5 untuk standart harga pasar, sedangkan
standart rumah sakit yaitu Rp 116.867,1. Maka, terdapat selisih
antara standart harga pasar dan rumah sakit, yaitu sebanyak Rp
39.434,6
3. Hasil dari perhitungan data food cost pada siklus menu ke-3 kelas
I, VIP Rp 44.301,7 untuk standart harga pasar, sedangkan standart
rumah sakit yaitu Rp 69.985,4. Maka, terdapat selisih antara
standart harga pasar dan standart rumah sakit yaitu Rp 25.683,7.
4. Hasil dari perhitungan data unit cost pada siklus menu ke-3 kelas I,
VIP yaitu Rp 110.754,1 untuk standart harga pasar, sedangkan
standart rumah sakit yaitu Rp 174.963,5. Maka, terdapat selisih
antara standrt harga pasar dan rumah sakit yaitu sebanyak Rp
64.209,4.
5. Selisih food cost standart harga pasar kelas II, III dan food cost
kelas I, VIP yaitu Rp 13.328,7.
6. Selisih food cost standart harga rumah sakit kelas II, III dan unit
cost kelas I, VIP yaitu Rp 23.238,5.
7. Selisih unit cost standart harga pasar kelas II, III dan unit cost kelas
I, VIP yaitu Rp 33.321,6.
8. Selisih unit cost standart harga rumah sakit kelas II, III dan unit cost
kelas I, VIP yaitu Rp 58.096,4.
9. Ada juga yang membedakan antara kelas II,III dan kelas I,VIP yaitu
dari sisi ruangannya, yang dimana kelas II terdapat tempat kasur
pasien sebanyak 2 kasur, untuk kelas III terdapat tempat kasur

23
pasien sebanyak 3 kasur. Kelas I, VIP dengan kapasitas 1 kasur
dalam satu ruangan. Selain itu, yang membedakan dari makan pagi
dan makan sore ditambah dengan 1 menu makanan, untuk selingan
kelas I, VIP terdapat snack 2, untuk makan siang buahnya diganti
menjadi buah pisang.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Biaya food cost untuk siklus menu ke-3 kelas II, III berkisar Rp
30.973 sesuai dengan harga pasar dan Rp 46.746,9 sesuai dengan
ketentuan dari instalasi gizi di rumah sakit.
2. Biaya unit cost untuk siklus menu ke-3 kelas II, III berkisar Rp
77.432,5 sesuai dengan harga pasar dan Rp 116.867,1 sesuai dengan
ketentuan dari instalasi gizi di rumah sakit.
3. Biaya food cost untuk siklus menu ke-3 kelas I, VIP berkisar Rp
44.301,7 sesuai dengan harga pasar dan Rp 69.985,4 sesuai dengan
ketentuan dari instalasi gizi di rumah sakit.
4. Biaya unit cost untuk siklus menu ke-3 kelas I, VIP berkisar Rp
110.754,1 sesuai dengan harga pasar dan Rp 174.963,5 sesuai
dengan ketentuan dari instalasi gizi di rumah sakit.
5. Biaya food cost sesuai harga pasar pada kelas II, III dan kelas I, VIP
selisih Rp 13.328,7. Biaya food cost sesuai harga rumah sakit pada
kelas II, III dan kelas I, VIP selisih Rp 23.238,5.
6. Biaya unit cost sesuai harga pasar pada kelas II, III dan kelas I, VIP
selisih Rp 33.321,6. Biaya unit cost sesuai harga rumah sakit pada
kelas II, III dan kelas I, VIP selisih Rp 58.096,4.

B. Saran
Berdasarkan perhitungan food cost dan unit cost untuk siklus menu
ke-3 pada bentuk makanan biasa diharapkan Instalasi Gizi di RST
Bhakti Wira Tamtama dapat melakukan efisiensi dalam penggunaan
barang dan jasa serta menjadi analisis perhitungan sebagai bahan
evaluasi dalam pelaksanaan penyelenggaraan makanan bagi pasien
rawat inap di RST Bhakti Wira Tamtama.

25
DAFTAR PUSTAKA

Bakri, B., Intiyati, A. and Widartika (2018) “Sistem Penyelenggaraan Makanan


Institusi”, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 1–354.
Bunga, P. T. (2017) “Analisis Biaya Satuan ( Unit Cost ) Pada Pelayanan
Kesehatan Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo
Di Kabupaten Sigi Provinsi SulawesiTengah”, Jurnal Katalogis, 5,
pp. 134–144.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman pelayanan gizi rumah sakit. Jakarta:
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat
Sugiyarti, A. T. et al. (2013) “Analisis Biaya Satuan ( Unit Cost ) Dengan
Metode Activity BasedCosting ( Abc ) ( Studi Kasus Di Poli Mata Rsd
Balung Kabupaten Jember ) Unit Cost Analysis ( Unit Cost ) With
Activity Based Costing Method ( Abc ) ( Case Study In Eyes At Rsd
Balung Jember”, Bagian AKK FKM UNIVERSITAS JEMBER, 1(1).
Sumiati, S., Witcahyo, E. and Ramani, A. (2020) “Analisis Biaya Satuan (Unit
Cost) dengan Metode Activity Based Costing (ABC) di Poliklinik
Jantung RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso”, Jurnal Ekonomi
Kesehatan Indonesia, 4(2), pp. 1–9.

26

Anda mungkin juga menyukai