Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH DIETETIKA PENYAKIT TIDAK MENULAR

“Proses Asuhan Gizi pada Komplikasi Kehamilan”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Annisa Nabilla (1913211009) Meizahra Dini Aulia (1913211032)

Augresza Qirani (1913211051) Mifta Elvi Karimah (1913211033)

Cantika Trisnadia (1913211011) Mutiara Haniifah (1913211035)

Elsa Putri (19132110) Sonia Restuti (1913211045)

Dosen Pengampu:

Nurhamidah, SKM, M. Biomed

PROGRAM STUDI S1 GIZI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses Asuhan Gizi pada
Komplikasi Kehamilan” guna memenuhi tugas kelompok Dietetika Penyakit Tidak Menular.
Kami menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami di lain waktu.
Harapan yang paling besar dari kami ialah semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik
untuk pribadi, teman-teman, serta orang yang membaca makalah ini sebagai tambahan dalam
menambah referensi yang telah ada.

Padang, 19 Januari 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Hiperemesis Gravidarum......................................................................................................3
B. Preeklampsia.......................................................................................................................13
BAB III : PENUTUP.....................................................................................................................24
A. Kesimpulan.........................................................................................................................24
B. Saran...................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah hal yang patut disyukuri. Tak heran, bila Ibu seringkali
menjalani tahapan demi tahapan kehamilan dengan antusias. Namun saking antusiasnya,
tak jarang Ibu salah kiprah dalam menyikapinya. Karena beranggapan harus memberi
makan dua orang (ibu dan janin), Ibu seringkali menambah porsi makan Ibu secara
berlebihan, tanpa terlalu memperhatikan kualitas dari makanan itu sendiri. Padahal
makan rasional dengan kuantitas dan kualitas yang sama seimbangnya lebih dianjurkan.

Kekurangan gizi hingga kini masih menjadi masalah besar bagi dunia ketiga,
termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi serius sebab akan berdampak pada
melemahnya daya saing bangsa akibat tingginya angka kesakitan dan kematian, serta
timbulnya gangguan kecerdasan dan kognitif anak. Golongan yang paling rentan terhadap
kekurangan gizi adalah ibu hamil, bayi, dan balita. Kecenderungan semakin tingginya
angka Kekurangan Energi Protein (KEP) pada ibu hamil akan meningkatkan risiko
kesakitan dan kematian ibu serta ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
Bayi yang lahir dengan berat di bawah normal (2.500 gram) rentan terhadap gangguan
pertumbuhan dan kecerdasan. Anak yang kekurangan gizi saat lahir atau semasa bayi
berisiko tinggi terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes melitus
pada masa dewasa.

Risiko kematian akibat kekurangan gizi juga lebih besar, justru dalam usia
produktif. Pada kehamilan, selain terjadi perubahan fisiologis juga disertai perubahan
psikologis. Beberapa dampak lain dari terjadinya kondisi hiperemesis gravidarum pada
wanita hamil yaitu dapat terjadi perdarahan berupa bercak padaotak, perdarahan sub
endokardial pada jantung, pucat-degenerasi pada tubuli kontorti ginjal dan kemungkinan
adanya hepar pada tingkat ringan. Penanganan yang dapat dilakukan pada kondisi
tersebut salah satunya dengan cara memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan
kepada ibu-ibu dan pengaturan makanan (diet) yang tepat dengan maksud menghilangkan
rasa takut dan menghilangkan faktor psikis.

1
Selain perdarahan dan infeksi dan kondisi-kondisi non fisiologis, pre-eklampsia
dan eklampsia juga merupakan penyebab kematian ibu dan perinatal yang tinggi terutama
di negara berkembang. Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam
dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia berat. Oleh karena itu, menegakkan diagnosis
dini pre-eklampsia dan mencegah agar jangan berlanjut menjadi eklampsia merupakan
tujuan pengobatan. Diperkirakan pre-eklampsia terjadi 5% kehamilan, lebih sering
ditemukan pada kehamilan pertama. Juga pada wanita yang sebelumnya menderita
tekanan darah tinggi atau menderita penyakit pembuluh darah. Karena itu kejadian kejang
ini harus dihindarkan. Maka apabila pre eklampsia tidak diobat secara tepat bisa
berakibat fatal, yaitu kematian bayi yang dikandung, bahkan termasuk ibunya sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah diet komplikasi kehamilan berupa hiperemesis gravidarum?
2. Bagaimanakah diet komplikasi kehamilan berupa pre eklamsia dan eklamsia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimanakah diet komplikasi kehamilan berupa hiperemesis
gravidarum
2. Untuk mengetahui bagaimanakah diet komplikasi kehamilan berupa pre elamsia dan
eklamsia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual atau perasaan ingin muntah
yang terjadi pada ibu hamil trimester pertama, mual terus berlanjut dan menjadi
sangat parah, dapat mengakibatkan dehidrasi dan penurunan berat badan
sehingga mengancam keselamatan janin dan ibu. Kemungkinan ibu harus rawat
inap di rumah sakit dan mendapat parenteral nutrition. Kondisi ini menjadi
penyulit kehamilan, dan pasien membutuhkan dukungan emosional dan
optimisme dari tim medis yang merawatnya (Roth, Ruth A, 2011).
Pengertian Hiperemesis Gravidarum menurut Erick, M (2008) yaitu
muntah yang berkepanjangan dan terus menerus selama kehamilan yang
mengakibatkan dehidrasi dan atau malnutrisi pada ibu, terjadi perubahan eletrolit
magnesium, fosfor, dan kalium. Penegakan diagnosis Hiperemesis Gravidarum
menurut RCOG (2016) ditandai dengan mual dan muntah yang parah dan
berkepanjangan menyebabkan penurunan berat badan lebih dari 5% berat badan
sebelum hamil, adanya dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami keluhan mual yang dialami ibu
hamil pada pagi hari di trimester pertama, umumnya disebut sebagai morning
sickness. Tetapi pada kondisi Hiperemesis Gravidarum, kondisi mual lebih parah
dari keadaan morning sickness biasa. Keluhan mual bisa terjadi kapan saja
selama trimester pertama kehamilan dan mual berlanjut jauh lebih parah
meskipun telah memasuki trimester kedua kehamilan.
Dampak adanya mual berkepanjangan yang dialami ibu hamil di awal
kehamilan mengakibatkan muntah terus menerus secara berlebihan. Jika keadaan
ini diabaikan maka ibu hamil akan mengalami dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, sehingga mengganggu asupan makanan ibu, bahkan terjadi penurunan
berat badan ibu hamil yang tidak diharapkan.

3
2. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum merupakan multifaktoral. Namun
penyebab utamanya terkait dengan peningkatan kadar hormon yang berkaitan
dengan kehamilan seperti hCG, estrogen, dan progesteron. Faktor risiko lain
yang dapat meningkatkan terjadinya Hiperemesis Gravidarum meliputi
hipertiroid, riwayat kehamilan mola (Mola hidatidosa), diabetes, penyakit
gastrointestinal, diet ketat, asma dan penyakit alergi lainnya. Pada beberapa studi
melaporkan kondisi pada ibu hamil dengan kehamilan pertama, adanya riwayat
intoleransi terhadap kontrasepsi oral, ibu hamil yang mengandung janin
perempuan, dan kehamilan multipel lebih rentan mengalami hiperemesis
gravidarum (Khairani, Y, 2017). Selain multifaktoral yang sudah dijelaskan di
atas, Loh, KY,et al (2015) menambahkan juga peran faktor lainnya seperti
adanya migrain pada ibu, dan adanya riwayat keluarga yang mengalami
hiperemesis.
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor prodisposisi yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada waktu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi
Hiperemesis Gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor
adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida
overdistensi rahim, ganda dan hamil molahidatidosa. Sebagian kecil
primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan
koreonik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan molahidatidosa
jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan
terjadinya hiperemesis gravidarum.
b. Faktor Psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis
gravidarum belum jelas, jelas besar kemungkinan bahwa wanita yang
mendadak kehamilan, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan
dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan sebagainya,
diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan

4
perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitanya dapat berkurang
sampai menghilang.
c. Faktor Alergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan vili karralis
yang masuk kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap
dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum.

3. Manifestasi Klinis
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis
gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh
kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap
sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi
tiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, nafsu makan tdak ada, berat badan menurun dengan merasa
nyeri pada epigastrium, nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah
sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah kering dan mata cekung.
b. Tingkat II
Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit mengurang, bibir
mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang
naik dan mata sedikit ikterik, berat badan turun dan mata menjadi cekung,
tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi, aseton dapat tercium
dalam hawa pernapasan karena memounyai aroma yang khas dan dapat
pula ditemukan di urine.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun
dari samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan
tekanan darah menurun, komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang
dikenal sebagai ensepalopatiwernikle, dengan gejala nestagmus, diplopia
dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat

5
makanan termasuk vitamin B kompleks timbulnya ikterus menunjukkan
payah hati.

4. Patofisiologi
Perubahan hormonal dalam kehamilan diduga sebagai penyebab
hiperemesis gravidarum. Wanita dengan kehamilan molar dan kehamilan trisomi
dikaitkan dengan peningkatan kadar human chorionic gonadatropin (hCG).
Kadar hormon hCG meningkat sekitar 8 minggu usia kehamilan diikuti dengan
meningkatnya gejala mual dan muntah. Namun, kadar hormon hCG tidak
berkorelasi baik dengan tingkat keparahan hiperemesis (Loh, KY, et al, 2015).
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual dan muntah adalah akibat
dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena ini terjadi pada trimester pertama.
Pengaruh fisiologis hormon progesteron ini tidak jelas, mungkin berasal dari
sistem syaraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.
Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada ibu
hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit, penurunan berat badan, efek sistemik dan menimbulkan
kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit. Belum jelas
mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor
psikologis merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal, yang jelas
wanita yang sebelum kehamilannya sudah menderita lambung spesifik (khas)
dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami hiperemesis
gravidarum yang berat.
Hiperemesis Gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh
beralih pada cadangan lemak dan protein. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam asetan-asetik, asam
hidroksitirat dan aseton dalam serum. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Melalui muntah dikeluarkan sebagaian
cairan lambung serta elektrolit natrium. Penurunan kalium akan menambah

6
beratnya muntah, sehingga semakin berkuarng dalam keseimbangan tubuh
semakin menambah berat terjadinya muntah. Natrium dan klorida darah turun,
dengan demikianjuga klorida air kemih ( Prawiroharjo, 1996)

5. Pencegahan
1) Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses
psikologis.
2) Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan super
biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur.
Hindari makanan berminyak dan berbau, makanan sebaik disajikan dalam
keadaan hangat.
3) Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan
muntah, difekasi hendaknya diusahakan terakhir.

6. Penatalaksanaan
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik, alat cairan yang keluar dan masuk. Hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam kamar penderita, sampai
muntah berhenti dan penderita mau makan tidak diberikan makan atau
minum selama 24 jam kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala
akan berkurang/hilang tanpa pengobatan.
b. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang
wajar, norma dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir, hilangkan
rasa takut olehkarena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan
masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit
ini.
c. Cairan Parenteral

7
Berikan cairan parenteral yang cukup ekektrolit, karbohidrat dan
proten dengan glukosa % dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter
sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B
kompleks dan vitamin C bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam
amino secara intravena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan
keluar, air kencing perlu diperiksa terhadap protein. Astion, khorida dan
bilirubin, suhu dan udara perlu diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah
3x sehari. Dilakukan pemeriksaan hemaltrokrit. Pada permulaan dan
seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pertama penderita tidak
muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat di coba untuk
memberikan minuman dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan
makanan.
d. Obat yang dapat diberikan
Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya
berkomunikasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak
bersifat teratogenik (susunan obat).
e. Menghentikan kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila
keadaan memburuk. Delirrum, kebutaan, takhikardi, iklerus, anuriq, dan
perdarahan merupakan monifestasi komplikasi organik dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan
untuk melakukan abortus terputik sering sulit diambil, oleh karena di satu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat tetapi dalam pihak tidak boleh
menunggu sampai menjadi gejala irreversibel pada organ vital
(Prawirohardjo, 1992).

7. Diet Komplikasi Kehamilan Hiperemesis Gravidarum


a. Pengkajian Gizi
1) Riwayat gizi yang spesifik pada kondisi ini adalah :
a) Pola makan

8
b) Asupan zat gizi
c) Konsumsi zat bioaktif
d) Aktifitas fisik dan keadaan fungsi tubuh
e) Kualitas hidup
2) Pengukuran antropometri atau pemantauan berat badan selama
kehamilan

Laju Kenaikan Berat Badan pada


Kenaikan Berat Badan
IMT pra-hamil Trimester II dan Trimester III
Total Selama Kehamilan
(Rentang Rerata kg/minggu)

Gizi Kurang (<18,5) 12,71-18,16 0,45 (0,45-0,59)

Normal (18,5-24,9) 11,35-15,89 0,45 (0,36-0,45)

Kelebihan (25,0-29,9) 6,81-11,35 0,27 (0,23-0,32)

Obes (>30,0) 4,99-9,08 0,23 (0,18-0,27)

Apabila terdapat penurunan berat badan selama kehamilan


sebesar 5% atau lebih (dibandingkan berat badan pra-hamil), maka
ibu hamil mengalami kondisi rawan kekurangan zat gizi (di
antaranya adalah kurang energi).
3) Biokimia/pemeriksaan medis terkait gizi:
a) Darah perifer lengkap (Hb, leukosit, trombosit)
b) Gula darah sewaktu
c) Elektrolit darah
d) Analisis urin (keton)
e) Analisis pH darah
f) Analisis profil mineral darah (apabila diperlukan)
g) Amilase (jika riwayat pankreatitis)
4) Keadaan klinis/pemeriksaan fisik terkait gizi fisik terkait gizi:
a) Lemas/kelelahan
b) Konjungtiva anemis

9
c) Mual
d) Muntah
e) Hipersalivasi
f) Sering meludah
g) Tidak ada nafsu makan (anoreksia)
h) Ekstremitas
i) Tanda-tanda vital
5) Riwayat pribadi
a) Riwayat penyakit dahulu
b) Riwayat penyakit keluarga
c) Riwayat sosial-ekonomi pasien (pekerjaan, tempat tinggal,
kondisi geografis, jaminan sosial-kesehatan, agama, kondisi
psikologis/stres, dukungan keluarga)
d) Riwayat gaya hidup: Konsumsi alkohol, merokok, narkoba dsb.
6) Data kebutuhan dan kecukupan zat gizi sehari (kebutuhan zat gizi
makro sesuai estimasi/perhitungan, dan zat gizi mikro sesuai
AKG).

b. Diagnosa Gizi
Berikut ini problem/masalah gizi pada domain asupan yang
dialami pasien Hiperemesis Gravidarum:
NI.1.2 Asupan energi inadequate
NI.2.1 Asupan oral inadequate
NI.2.11 Daya terima makanan terbatas
NI.3.1 Asupan cairan inadequate
NI.5.2 Asupan protein energi inadequate

Sedangkan problem gizi pada domain klinis yang sering ditemukan


pada pasien Hiperemesis Gravidarum adalah:
NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi
NC.3.1 Berat badan kurang atau underweight

10
NC.3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan
NC.4.1 Malnutrisi

Pada domain perilaku ditemukan problem gizi pada pasien


Hiperemesis Gravidarum berupa:
NB.1.5 Gangguan pola makan
NB.2.4 Kemampuan menyiapkan makanan terganggu
NB.1.7 Pemilihan makanan yang salah

Berikut ini adalah contoh pernyataan diagnosis gizi pada pasien


Hiperemesis Gravidarum dengan menggunakan format PES dan
terminologi diagnosis gizi:
NI. 2.1 Asupan oral tidak adequate berkaitan dengan adanya mual,
muntah ditandai dengan asupan energi 45% dari kebutuhan, asupan
protein 52% dari kebutuhan.
NC. 3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan
mual muntah terus menerus, peningkatan kebutuhan gizi ditandai dengan
berat badan menurun 5% dalam 1 bulan.
NB. 1.5 Gangguan pola makan berkaitan adanya mual, muntah berlebihan,
daya terima makanan terbatas ditandai dengan perubahan frekuensi makan
makanan utama dan selingan, tidak mau sarapan, porsi makan sedikit (3-4
sdm).

c. Tujuan Diet
1) Mengganti persedian glikogen tubuh untuk mengontrol asidosis.
2) Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi
yang cukup.

d. Syarat Diet
1) Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total.
2) Lemak rendah, yaitu <25-35%

11
3) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan
disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
5) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan
sering dalam porsi kecil.Bila makan pagi dan siang sulit diterima,
dioptimalkan makan malam dan selingan malam.
6) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.

e. Jenis diet
Ada tiga macam diet hiperemesis, yaitu diet hiperemesis I, II, dan III

1) Diet hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan heperemesis
berat, makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau
rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya semua zat gizi pda
makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan
selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis II
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan.
Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi
kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.
3) Diet hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan pada pasien dengan hiperemesis
ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan
bersama makanan, makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.

f. Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan


Bahan yang dianjurkan :

12
1) Bagelan
2) Kentang rebus/panggang
3) Pisang
4) Roti
5) Biskuit/crackers
6) Wedang jahe putih/permen jahe
7) Wafer vanilla
8) Oatmeal
9) Sereal
10) Buah pir
11) Bubur nasi
12) Permen jahe
Bahan makanan yang tidak dianjurkan :

1) Hindari makanan yang merangsang


2) Berbumbu pedas/beraroma tajam, mengandung lada/cabai, bawang
merah, bawang putih, bawang bombai
3) Tinggi kandungan lemak: bersantan kental/makanan digoreng),
jerohan, cake, dsb

B. Preeklampsia
1. Pengertian
Preeklampsia adalah sindrom yang terjadi saat kehamilan memasuki
minggu ke -20 ditandai dengan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih dan adanya protein urine 300 mg
atau lebih dalam sampel urine 24 jam. Sedangkan Preeklampsia berat
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan
darah diastolik 110 mmHg atau lebih dan terdapat 5 g protein dalam sampel urine
24 jam. Preeklampsia berhubungan dengan penurunan aliran darah uterus karena
adanya vasospasme, menyebabkan berkurangnya ukuran plasenta, terganggunya

13
makanan janin, dan janin mengalami Intra Uterine Growth Restriction atau
disingkat IUGR (Erick, M,2008).
Wagner, et al, 2008 memperkuat pengertian Preeklampsia adalah penyakit
multi organ yang spesifik untuk kehamilan dengan ditandai adanya
perkembangan proteinuria dan hipertensi. Penegakan diagnosis Preeklampsia
mempertimbangkan kriteria khusus yang harus dipenuhi.
Penegakan diagnosis preeklampsia dilakukan ketika hipertensi terjadi
setelah kehamilan 20 minggu dan disertai satu atau lebih tanda-tanda keterlibatan
organ lain seperti : adanya proteinuria atau rasio protein atau kreatinin urin
(PCR) > 30 mg/mmol (0.3 mg/mg) atau > 300 mg/hari. Atau dengan tidak
adanya proteinuria, tetapi terdapat tanda-tanda disfungsi organ lain pada ibu
hamil seperti: insufisiensi ginjal (kreatinin serum atau plasma > 90 μmol/L),
hematologis: trombositopenia (<100.000/μL), hemolisis atau disseminated
intravascular coagulation (DIC), hati: peningkatan transaminase serum, nyeri
epigastrik, neurologis: eklampsia, hypereflexia dengan clonus berkelanjutan,
sakit kepala terus menerus, gangguan penglihatan, stroke, edema paru, dan
disfungsi uterus yaitu pembatasan pertumbuhan janin (RCOG, 2016).

2. Etiologi
Etiologi preeklampsia masih kurang dipahami, namun diketahui tidak ada
faktor penyebab tunggal yang ditemukan. Faktor risiko yang diduga menjadi
penyebab preeklampsia yaitu meningkatnya usia ibu lebih dari 40 tahun,
kehamilan pertama, kehamilan kembar, riwayat preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya, indeks massa tubuh meningkat, kondisi medis tertentu seperti
adanya hipertensi kronis, penyakit ginjal kronis, sindrom antifosfolipid, dan
Diabetes Melitus (Wagner, LK,et al,2008; Robert, JM, et al, 2013).
Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui.
Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre
eklampsi yaitu :
a. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.

14
b. Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
c. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus
d. Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan-kehamilan berikutnya
e. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma

3. Manifestasi klinik
Diagnosis preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari tiga
gejala, yaitu pemambahan berat badan yang berlebihan,edema, hipertensi, dan
proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg
seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat
badan,pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.Tekanan darah > 140/90
mmHg atau tekenen sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15
mmHg yang di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan
diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai
bakat preeklampsia. Proteinuria apabila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam
air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau 2 ;atau kadar
protein > 1g /l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau porsi tengah,
diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejala berikut

1) Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg
2) Proteinuria +> 5 g/24 jam atau > 3 pada tes celup
3) Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
4) Nyeri epigastrium dan ikterus
5) Edema paru atau sianosis
6) Trombositopenia
7) Pertumbuhan janin terhambat
Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gajala preeklampsia
disertai kejang atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala preeklampsia berat
dusertai salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat , gangguan visus,
muntah-muntah, nyeri epigastrium dan keneikan tekanan darah yang progresif,

15
dikatakan pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending
preeklampsia ditangani dengan kasus eklampsia.

4. Patofisiologi
Patofisiologi Preeklampsia meliputi predisposisi genetik, implantasi
plasenta abnormal, faktor angiogenik, respons inflamasi berlebihan, aktivasi
endotelial yang tidak tepat, vasokonstriksi, dan defek kaskade koagulasi.
Meskipun hipertensi dan proteinuria adalah kriteria dimana preeklampsia
didiagnosis, perubahan patofisiologis yang terkait dengan preeklampsia
mempengaruhi hampir semua sistem organ. Terjadinya microthrombi dari
aktivasi kaskade koagulasi, serta adanya vasospasme sistemik dapat menurunkan
aliran darah ke organ tubuh (Wagner, LK,et al,2008).
Pada kondisi Preeklampsia berat memerlukan pemantauan yang ketat
dengan parameter pada ibu hamil menunjukkan tanda-tanda hipertensi berat
(tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg dan ada proteinuria). Pada
hipertensi sedang ditandai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dan ada proteinuria, serta salah satu
dari gejala sakit kepala terus menerus dan gangguan penglihatan, nyeri
epigastrik, tanda-tanda klonus, gangguan hati, jumlah platelet turun kurang dari
100.000/μL), alanine amino transferase naik melebihi 50 iu/l, kreatinin > 100
mmol /l (RCOG, 2016).

5. Klasifikasi Preeklampsia
Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre eklampsia ringan dan Pre
eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Pre eklampsia Ringan
1) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
2) Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
3) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Edema umum,
kaki, jari tangan dan muka.

16
4) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2 pada
urin kateter atau urin aliran pertengahan.
b. Pre eklampsia Berat
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu
didapatkan satu/lebih gejala/tanda di bawah ini:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg

6. Pencegahan Kejadian Pre Eklampsia Dan Eklampsia


Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau
diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan
kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan
nasehat tentang dan berkaitan dengan:
a. Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah
lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan
berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah
protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
b. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja
seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau
berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami
gangguan.
c. Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera
datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian.

7. Diet Komplikasi Kehamilan Hiperemesis Gravidarum


a. Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi yang spesifik pada kondisi ini adalah:
1) Riwayat terkait gizi dan makanan

17
a) Pola makan: Kebiasaan makan sehari-hari sebelum dan selama hamil,
pengetahuan, keyakinan/kebudayaan tentang gizi dan makanan.
b) Asupan zat gizi: Energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral,
air dan serat.
c) Konsumsi zat bioaktif (kafein, suplemen vitamin-mineral/herbal/jamu,
dan sebagainya).
d) Aktivitas fisik dan keadaan fungsi tubuh.
e) Kualitas hidup: Persepsi ibu hanmil tentang riwayat intervensi gizi
sebelumnya terhadap kualitas hidupnya sendiri.
2) Pengukuran antropometri/pemantauan berat badan selama
kehamilan:
Kenaikan berat badan yang ideal diharapkan sesuai dengan status
gizi bu pra-hamil, yang diukur berdasarkan indeks Massa Tubuh (IMT)
ibu pra-hamil. Apabila terdapat kenaikan berat badan berlebih kehamilan,
yaitu sebesar 2,7 kg atau lebih per bulan (26,6 Ib/bulan setelah trimester )
maka dikhawatirkan terdapat kelebihan/retensi cairan tubuh (edema
tungkal, cdema paru, dan sebagainya).
3) Biokimia/pemeriksaan medis terkait gizi:
a) Darah perifer lengkap (hemoglobin, leukosit, trombosit)
b) Elektrolit darah
c) Analisis urine (khususnya proteinuria/mikroalbuminuria)
d) Analisis pH darah
e) Analisis profil mineral darah (apabila diperlukan)
f) Hasil USG: Taksiran berat janin, multipel fetus dsb
4) Keadaan Klinis/Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi
a) Lemas/fatigue
b) Pusing
c) Sesak
d) Konjungtiva anemis
e) Mual
f) Muntah

18
g) Tidak ada nafsu makan (anoreksia)
h) Ekstremitas (edema)
i) Tanda-tanda vital (TD sistole 2140, diastole 290 mmHg)
j) Keseimbangan cairan (input dan output)
5) Riwayat personal
a) Usia menikah (pernikahan usia dini/ remaja, atau lebih dari 35 tahun)
b) Status gizi pra-hamil (kegemukan/obesitas)
c) Ras/suku
d) Riwayat penyakit dahulu: Hipertensi, gangguan ginjal, pre-eklamsia
atau hipertensi pada kehamilan sebelumnya.
e) Riwayat penyakit keluarga
f) Riwayat sosial-ckonomi pasien (pekerjaan, tempat tinggal, kondisi
geografis, jaminan sosial-kesehatan, agama, kondisi psikologs/stres)
g) Riwayat gaya nidup: Konsumsi minuman beralkohol, merokok,
narkoba.

b. Diagnosa Gizi
Berikut ini merupakan problem/masalah gizi pada domain asupan yang
sering terjadi pada pasien Preeklampsia:

NI.1.2 Asupan energi inadequate

NI.1.3 Kelebihan asupan energi

NI.2.1 Asupan oral inadequate

NI.2.11 Daya terima makanan terbatas

NI.3.2 Kelebihan asupan cairan

NI.5.2 Asupan protein energi inadequate

NI.5.6.1 Asupan protein inadequate

NI.5.10.1 Asupan kalsium inadequate

19
NI.5.10.1 Asupan kalium inadequate

NI.5.10.2 Kelebihan asupan natrium

Sedangkan problem gizi pada domain klinis yang sering ditemukan


pada pasien Preeklampsia adalah:

NC.1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal

NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi

NC.3.3 Kelebihan berat badan atau obesitas

Pada domain perilaku ditemukan problem gizi pada pasien


Preeklampsia yaitu:

NB.1.4 Kurang dapat menjaga/monitoring diri

NB.1.5 Gangguan pola makan

NB.2.4 Kemampuan menyiapkan makanan terganggu

NB.2.6 Kesulitan makan secara mandiri

Berikut ini contoh pernyataan diagnosis gizi dengan format PES pada
pasien Preeklampsia dengan gejala/tanda hipertensi berat, proteinuria dan
oliguria:

NI.3.2 Kelebihan asupan cairan berkaitan dengan pemberian cairan tidak


dibatasi ditandai dengan asupan cairan 2500 ml

NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan kondisi


penyakit preeklampsia ditandai dengan proteinuria, kadar SGOT & SGPT
tinggi, kadar kreatinin tinggi, serta tekanan darah tinggi.

NB.2.6 Kesulitan makan secara mandiri berkaitan dengan gejala hipertensi


berat ditandai dengan asupan energi 55%, tidak mampu makan sendiri.

c. Tujuan Diet

20
1) Mencapal dan hempertahankan asupan dan status gizi optimal
2) Membantu mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
3) Membantu mencegah atau mengurangi retensi cairan
4) Menjaga agar kenalkan berat badan tidak melcbihi normal
5) Mengurangi arau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru
pada saat kehamilan atau setelah kehamilan.

d. Syarat dan Prinsip Diet


1) Kebutuhan energi: MiemEnuhi kebutuhan energi sehari selama kehamilan
sesuai aktivitas dan trimester, penambahan energi untuk trimester II dan
III adalah +300 kkal dari kcbutuhan energi pra-hamil/ hari.
2) Kebutuhan protein: Kebutuhan prorein sesuai selama kehamilan
padatrimester II/III, yaiu penambahan protein 25 gram dari kebutuhan
normal pra-hamil/ hari. Perlu diketahui bahwa kebutuhan normal prahamil
adalah 0,8-1,1 gram/kg BB normal/ hart. Pada kondisi pasien preeklamsia
serelah melahirkan atau postpartum spontanca dibutuhkan penambahan
protein untuk penyembuhan luka, Sehingga dengan kata lain diperlukan
minimal 1,3-1,5 g/kg BB/hari,retapi ika masih disertai proteinuria maka
dianjurkan pemberian protein bertahap 0,8-1,0 g/kg BB/hari dan
penambahan protein sesuai hasil pemeriksaan proreinuria kuanutatif per
hari.
3) Kebutuhan lemak: Penambahan kebutuhan lemak 10 gram per hari dari
kebutuhan normal/ hari. Diutamakan lemak tidak jenuh misalnya minyak
jagung, minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedela, dan sumber
omega-3 (misalnya ikan salmon, telur, Ikan sarden, 1kan tuna, kacang-
kacangan).
4) Kebutuhan KH: Memenuhi penambahan kebutuhan karbohidrat +40 gram
per hari dari keburuhan normal/hari yang bersumber dan karbohidrat
kompleks.
5) Kebutuhan zat gizi mikro: Hingga saat ini tidak ada zat gizi mikro yang
spesifik berperan dalam pencegahan maupun terapt preeklamsia, tetapi

21
diperlukan asupan kalsium Cukup (1500 mg), vitamin D cukup
(dianjurkan suplementasi 1500 IU), asam tolat cukup, vitamin C dan B,
diberikan sedikit lebih tingg dari kecukupan. Natrium diberikan sesuai
AKG, karena hingga saat ini tidak terbukti diet rendah garam signitikan
mencegah hipertensi pada preeklamsia
6) Kebutuhan cairan 35 40 mL/kg BB pra-hamilfhari atau sesuai indikasi.
Pada keadaan oliguria atau dalam terapi obat MgSO, cairan dibatasi(600-
1000 mL hari atau sesuai instruksi medis) untuk mencegah retensi cairan
lebih lanjut, dan recap perhatikan cairan yang keluar melalui urine, feses
(jika diare), muntah, keringat, dan pernapasan.
7) Kebutuhan serat 34 g/hari
8) Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.

e. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan


Makanan yang dianjurkan:
a) Karbohidrat : Beras, tepung-tepungan, mie basah, kentang, singkong, ubi,
talas, bihun, havermut/oat
b) Protein Hewani : Telur, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan,
yoghurt, susu
c) Protein Nabati : Kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, kacang
tanah, kacang tolo, oncom, saridele bubuk, tahu, tempe
d) Sayur : Semua sayuran kecuali yang terdapat pada daftar makanan yang
tidak dianjurkan
e) Buah : Semua buah kecuali yang terdapat pada bahan makanan yang
daftar makanan yang tidak dianjurkan
f) Bumbu : Bawang merah, bawang putih, lada, kunyit, jahe, ketumbar,
salam, sereh, kayu manis, lengkuas.
g) Lain-lain : Sirup, madu, kecap, gula
Makanan yang tidak dianjurkan:

Bahan makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan yang mengandung


alkohol, teh kental atau kopi kental, minuman bersoda, makanan dengan

22
campuran bahan tambahan makanan sintetis atau berpengawet, serta pembatasan
terhadap bahan makanan yang mengandung garam tinggi.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang hebat
sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari, dan keadaan umum menjadi buruk. Tujuan
diet hiperemesis gravidarum adalah mengganti persedian glikogen tubuh untuk
mengontrol asidosis dan memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. Selain
itu diketahui pula bahwa diet hiperemesis terdiri dari tiga tahap.

Pre eklampsi (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai
dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
Tujuan diet preeklampsia adalah mencapai dan mempertahankan status gizi normal,
mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal, mencegah atau mengurangi
tekanan darah normal, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga agar penambahan berat
badan tidak melebihi normal, mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain
atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan.

B. Saran

Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan


berupa penyuluhan bagi ibu hamil mengenai dampak yang dapat terjadi dari komplikasi
pada masa kehamilan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Achadi, 2007. Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Adhiyati, E., & Hakimi, M., 2013. Hubungan pengetahuan dan asupan gizi terhadap kejadian
KEK pada ibu hamil di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah
Provinsi Lampung.

Albugis D., 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir.

Almatsier, S., 2011. Gizi seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Hubungan asupan energi dan paritas terhadap risiko kek pada ibu hamil di Kecamatan Payung
Sekaki Kota Pekanbaru.

Isti Suryani., dkk. 2018. Dietetika Penyakit Tidak Menular. Kemenkes: Pusat Pendidikan
Sumber Daya Kesehatan

Tesis. Kesehatan Masyarakat. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Almatsier, S., 2007.

25

Anda mungkin juga menyukai