Anda di halaman 1dari 42

Penilaian Status Gizi Secara

Biokimia (Laboratorium)
Tahapan kekurangan gizi dan cara penilaiannya

Tahapan Tahap kekurangan gizi Cara penilaian


1 Ketidakcukupan makanan Konsumsi makanan

2 Penurunan cadangan gizi Biokimia


di jaringan tubuh
3 Penurunan kadar gizi di Biokimia
cairan tubuh
4 Penurunan taraf Antropometri/biokimia
fungsional di jaringan
tubuh
5 Penurunan aktivitas enzim Biokimia
6 Perubahan fungsional Perilaku/Fisiologi

7 Gejala-gejala klinis Klinis


8 Tanda-tanda anatomis Klinis
Beberapa tahapan
perkembangan kekurangan
gizi dapat diidentifikasi
dengan cara biokimia atau
lazim juga disebut cara
laboratorium.

Cara ini digunakan untuk


mendeteksi keadaan
defisiensi subklinis, yang
semakin penting di era
pengobatan preventif.

Cara ini sangat objektif,


bebas dari faktor emosi dan
subjektif lain.

Cara ini juga dipakai untuk


melengkapi cara penilaian
status gizi lainnya.
Secara teoritis, keadaan defisiensi subklinis
dapat diidentifikasi melalui pengukuran kadar
zat gizi atau metabolitnya dalam suatu bahan
biopsi yang merefleksikan kadar zat gizi
tubuh total atau besarnya simpanan dalam
jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi.
Pengukuran tersebut disebut uji biokimia
statik.
Cara lain mengukur keadaan defisiensi
subklinis adalah dengan uji gangguan
fungsional.
Uji ini mempunyai makna biologi yang lebih
besar daripada uji biokimia statis, hal ini
karena uji ini mengukur besarnya
konsekuensi fungsional dari zat gizi spesifik.
Uji fungsional adalah :
pengukuran perubahan aktivitas enzim spesifik atau
kadar komponen darah spesifik yang tergantung
pada zat gizi yang diberikan; dan
pengukuran produksi metabolit abnormal; serta
pengukuran fungsi fisiologi dan perilaku yang
tergantung pada zat gizi spesifik (misal taste aquity
untuk Zn; uji fungsi koqnitif untuk Fe).

Uji biokimia statis dan uji fungsional sering


dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor
biologi (yang bukan pengaruh simpanan zat
gizi tubuh yang dideplesi), yang dapat
mengganggu interpretasi hasil uji.

Kombinasi kedua uji ini sebaiknya dilakukan.


Faktor-faktor tersebut adalah :
Regulasi homeostasis
Variasi diurnal
Kontaminasi contoh
Keadaan fisiologi
Infeksi
Status hormonal
Latihan fisik
Kelompok umur, jenis kelamin dan etnik
Akurasi dan presisi metode analisis
Intik makanan yang baru dilakukan
Hemolisis (untuk serum/plasma)
Obat-obatan
Keadaan penyakit
Stress peradangan
Kehilangan berat badan
Prosedur sampling dan collection
Sensitivitas dan spesifisitas metode analisis
Uji Biokimia Statis

Ada dua kategori uji biokimia statis :


1. Pengukuran zat gizi dalam cairan/jaringan.
Darah keseluruhan dan beberapa fraksi
darah merupakan bahan biopsi yang paling
sering digunakan untuk uji biokimia statis.
a) Darah.
Sampel darah relatif mudah diambil, metode
pengumpulannya relatif non-invasive, dan
mudah dianalisis.
Uji Biokimia Statis (lanjut)

Plasma/serum membawa zat gizi yang baru


diserap dan ditransport ke jaringan;
sehingga kadar zat gizi plasma/serum
cenderung merefleksikan intik yang baru
dilakukan, karena itu merupakan indeks
status gizi akut daripada status gizi jangka
panjang.

Efek intik yang baru dilakukan terhadap


kadar zat gizi plasma/serum dapat dikurangi
dengan pengambilan sampel darah pada
keadaan puasa.
Uji Biokimia Statis (lanjut)

b) Eritrosit.
Kadar zat gizi dalam eritrosit dapat
merefleksikan status gizi kronik, hal ini
karena waktu paruh (half-life) eritrosit
cukup lama (60 hari).
Analisis ini secara teknis sulit, sehingga
jarang dilakukan.
Eritrosit juga hanya mengandung
persentase kecil dari kandungan zat gizi
tubuh total, sehingga sulit untuk menjadi
indeks status gizi yang valid.
Uji Biokimia Statis (lanjut)

c) Leukosit.
Leukosit atau jenis-jenis sel spesifik,
seperti limfosit atau neutrophil dapat
digunakan untuk memonitor perubahan
status gizi dalam jangka pendek, sebab
waktu paruhnya relatif pendek.

Sulit mengisolasi sel ini dalam bentuk yang


sangat murni tanpa adanya kontaminasi
pereaksi selama proses isolasi.
Uji Biokimia Statis (lanjut)

d) Simpanan jaringan.
Hati dan sumsum tulang merupakan
jaringan penyimpanan besi, jaringan adiposa
merupakan jaringan penyimpanan vitamin E,
dan tulang merupakan jaringan penyimpan
kalsium.

Pengambilan contoh jaringan ini sangat


invasive untuk studi populasi, dan hanya
cocok untuk penelitian klinis.
Uji Biokimia Statis (lanjut)

e) Rambut.
Bahan biopsi ini biasanya digunakan untuk menapis
kelompok penduduk dan individu yang beresiko
terhadap defisiensi mikromineral tertentu, atau
beresiko terhadap paparan logam berat yang
berlebihan.

Dalam beberapa keadaan, kadar mikromineral


rambut merupakan indeks status mikromineral
kronik selama periode pertumbuhan rambut.
Uji Biokimia Statis (lanjut)

e) Rambut.
Kelebihan analisis mikromineral rambut dibanding
darah dan urin :
Mikromineral lebih terkonsentrasi di rambut dibanding di
darah dan urin, karena itu analisisnya lebih mudah;
sehingga analisis trace element, spt chromium dan mangan
lebih konsisten.
Kadar mikromineral di rambut lebih stabil, dan tidak
berfluktuasi cepat dalam kaitannya dengan diet atau
variasi diurnal.
Sampel rambut mudah dikumpulkan, tanpa pengawet
khusus, serta dapat disimpan tanpa kerusakan.
Kelemahan : mudah terkontaminasi dari lingkungan, spt
poluai udara, alat kosmetik, dll.
Uji Biokimia Statis (lanjut)

f) Kuku.
Sampel kuku juga mudah diambil dan disimpan,
tetapi lambat tumbuhnya (0,025 mm/hr utk kuku jari
kaki sampai 0,1 mm/hr utk kuku jari tangan).

Komposisi mineral kuku dipengaruhi oleh umur, jenis


kelamin, lokasi geografis tertentu, dan keadaan
penyakit tertentu (Penyakit Alzheimer, encok).

Kuku juga rentan kontaminasi.

Kuku merupakan indeks status gizi jangka panjang.


Uji Biokimia Statis (lanjut)
2. Pengukuran tingkat ekskresi zat gizi atau
metabolitnya dalam urin.
Spesimen urin digunakan utk menilai status : vitamin
B-kompleks, vitamin C, protein, iodium.

Urin tidak dapat digunakan utk menilai status


vitamin A, D, E, K, karena metabolitnya tidak
diekskresi di urin.

Metode penilaian ekskresi urin hampir selalu


merefleksikan intik makanan yang baru saja
dilakukan (status akut).

Ekskresi zat gizi urin lebih dulu berkurang sebeelum


simpanan tubuh dideplesi (vit. C dan fosfor).
Uji fungsional

Uji fungsional : pengukuran


produksi metabolit abnormal,
atau perubahan aktivitas
enzim/komponen darah tertentu,
serta fungsi fisiologi atau
perilaku yang tergantung pada
zat gizi spesifik.
Uji fungsional (lanjut)

a) pengukuran produksi metabolit abnormal


dalam darah dan urin.
Banyak vitamin dan mineral berperan sebagai
koenzim atau gugus prostetik bagi sistem enzim.
Selama def. gizi, aktivitas enzim berkurang,
menyebabkan akumulasi produk metabolik abnormal
dalam darah dan/atau urin.
Indeks ini merupakan indeks deplesi gizi yang
sensitif dan spesifik.
Contoh : vit. B6 (sbg piridoksal fosfat) merupakan koenzim
untuk kynureninase pada jalur tryptophan-niasin. Pada Def. vit. B6
aktivitaskynureninase menurun, yang akan meningkatkan
pembentukan dan ekskresi xanthurenat dan metabolit tryptophan
lain, spt. As. Kynurenat dan 3-hydroxykynureninase.
Uji fungsional (lanjut)

b) pengukuran perubahan aktivitas enzim atau


komponen darah.
Aktivitas enzim yang tergantung zat gizi
tertentu akan berkurang kalau zat gizi
tersebut mengalami defisiensi.

Cth : pengukuran aktivitas erythrocyte


glutathione peroxidase untuk selenium;
lysyl oxidase untuk Cu; glutathione
reductase untuk riboflavin; dan
transketolase untuk thiamin.
Uji fungsional (lanjut)

c) Uji in vitro dari fungsi in vivo.


Pada uji ini, jaringan/sel-sel harus diisolasi
dan dipertahankan pada kondisi fisiologi.

Cth : d-uridine suppression test untuk vit. B12 dan


folat. Pada uji ini sel-sel sumsum tulang diinkubasi
dengan deoxyuridine non-radioaktif, yang menekan
kemampuannya memasukkan thymidine radioaktif
kedalam DNA. Penekanan subnormal menandakan
defisiensi vitamin B12 dan folat.
Uji fungsional (lanjut)

d) Uji beban secara in vivo.


Setelah seseorang diberi dosis tertentu, dianalisis
urinnya, pada yg defisiensi ekskresinya rendah
karena retensi tinggi.
Uji ini biasanya dikerjakan untuk melihat status gizi
vitamin larut air (misal uji beban triptophan untuk
piridoksin; uji beban histidin untuk asam folat; uji
beban vitamin C; uji beban valin untuk vitamin B12)
dan mineral (misal Zn dan selenium).
e) Uji respon spontan secara in vivo.
Uji ini menggunakan respon fisiologi spontan.
Contoh : tes adaptasi gelap untuk vitamin A; taste
aquity test untuk Zn; fungsi otot untuk protein-
energi.
Uji fungsional (lanjut)

f) Uji respon pertumbuhan dan perkembangan.


Uji fisiologi ini menilai penampilan
fungsional individu di bidang pertumbuhan,
laktasi, kematangan seksual, dan koqnitif.

Contoh : kematangan seksual untuk Zn;


velositas pertumbuhan untuk protein energi
dan Zn; serta penampilan koqnitif untuk Fe.
Seleksi Uji Biokimia

Seleksi uji biokimia harus


memperhatikan :
Presisi
Seberapa jauh pengukuran berulang memberikan hasil
yang hampir sama.
Akurasi
Seberapa jauh nilai pengukuran mendekati nilai yang
sebenarnya.
Sensitivitas analisis
Seberapa sensitif metode analisis yang digunakan,
terutama utk melihat kadar ultratrace element.
Seleksi Uji Biokimia (lanjut)

Seleksi uji biokimia harus


memperhatikan :
Spesifisitas analisis
Kemampuan metode analisis mengukur hanya apa yang
ingin kita ukur. Misal dalam mineral kita membebaskan
bahan organik dengan pengabuan.
Validitas
Suatu indeks valid jika ia benar-benar merefleksikan
parameter zat gizi yang kita inginkan. Misal. Ingin
mengukur kadar zat gizi tubuh total.
dll
Uji Biokimia Mineral

Zat Gizi Uji Metode


Ca Ion-Ca serum Elektroda spesifik-ion
P Fosfor serum Kolorimetri menggunakan
biru-molybdenum
Mg Magnesium serum AAS
Ion-Mg serum Elektroda spesifik-ion
Sumber : Gibson, 2005
Uji Biokimia Mineral
Zat Gizi Uji Metode
Cu Erythrocyte superoxide Uji Spectrophotometric atau
dismutase ELISA
I Ekskresi Iodine di urin Acid digestion, followed by
spectrophotometric assay using
the Sandell-Kolthoff reaction
TSH (untuk neonatus) ELISA with dried blood spots or
serum
Fe Ferritin serum ELISA (tanpa infeksi)
Hemoglobin Cyanmethemoglobin. Di
lapangan pakai Hemocue
Reseptor transferrin serum ELISA
Sumber : Gibson, 2005
Uji Biokimia Mineral

Zat Gizi Uji Metode


Se Selenium plasma AAS

GSHPx-3 plasma ELISA (bermanfaat kalau


intik Se rendah)
Zn Zinc serum/plasma Flame AAS (tidak infeksi)

Zinc rambut NAA atau AAS


Sumber : Gibson, 2005
Uji Biokimia Vitamin
Zat Gizi Uji Metode
Vit. A Retinol serum HPLC
Modified relative dose
response HPLC
Vit. D 25 hydroxyvitamin D Separation of serum
25(OH)-D by HPLC,
followed by a competitive
binding assay or RIA
Vit. E Rasio tocopherol : Reverse phase HPLC with
cholesterol serum a high sensitivity
fluorescence detector
Sumber : Gibson, 2005
Uji Biokimia Vitamin
Zat Gizi Uji Metode
Thiamin Erythrocyte activity of Semi-automated
transketolase with and without spectrophotometry using
added thiaminpyrophosphate glyceraldehide as an internal
standard
Erythrocyte thiamin Reversed-phase HPLC and
pyrophosphate fluorescence detection

Riboflavin Erythrocyte activity of Enzyme-coupled kinetic assay


glutathione reductase with and whereby glutathione reductase
without added prosthetic group activity is measured
flavin adenine dinucleotide spectrophotometrically via
oxidation of NADP to NADP+
Niacin Rasio NAD : NADP in HPLC
erythrocyte
Sumber : Gibson, 2005
Indikator Hemoglobin dan titik
batasnya
Indikator Hb dan titik
batasnya
Beratnya masalah kesehatan masyarakat menurut
prevalensi anemia :
Indikator Ferritin Serum dan
titik batasnya
Keadaan simpanan besi berdasarkan kadar ferritin
serum :
Indikator erytrocyte
protoporphyrin dan titik batasnya

Status Fe berdasarkan erytrocyte


protoporphyrin :
Indikator Iodium dan titik
batasnya
Status Iodium berdasarkan median iodium
dalam urin :
Indikator Iodium dan titik
batasnya
Status Iodium berdasarkan T4 dan TSH serum :

Status Iodium Analisis serum


T4 (μg/dL) TSH (mU/L)
Anak 1-7 tahun
Normal ≥6 ≤ 10
Moderately hypothyroid <6 < 40
Severely hypothyroid ≤5 ≥ 40
Dewasa
Normal 8 0,1-5,0
Hypothyroid <6 > 10
Indikator Vitamin A dan
titik batasnya
Status Vitamin A berdasarkan Retinol plasma :

Kel. Umur Retinol plasma


Deficient Low
(μmol/L) (μmol/L)

0 – 5 bulan < 0,35 0,35 – 0,66


0,5 – 17 tahun < 0,70 0,70 – 1,05
Dewasa < 0,35 0,35 – 0,66
Indikator Zinc dan titik
batasnya
Status Zinc berdasarkan kadar Zn plasma :

Status Kadar Zn plasma


(μg/mL) (μmol/L)

Undesirable < 0,75 < 11,5


Low/borderline 0,75-0,85 11,5–13,0
Acceptable/desirable 0,85-1,25 13,0–19,0
Elevated > 1,50 > 23,0
Indikator Protein dan titik
batasnya
Status Protein berdasarkan kadar Transthyretin
plasma :
Kadar transthyretin
Status plasma
(mg/dL)

Normal 20-40
Marginally deficient 10-17
Deficient <10
Elevated >40
Penilaian Biofisik
Penilaian biofisik merupakan metode
non-biokimia untuk mengukur :
kemampuan fungsional dari
jaringan-jaringan biologi (fisik,
fisiologi, atau selular),
Perubahan struktur-struktur tubuh
yang tidak dapat dilakukan dengan
pengujian klinis, khususnya
skeleton.
Penilaian Biofisik (lanjut)
Kemampuan Fungsional
Banyak uji yang telah
dikembangkan untuk
menilai perubahan-
perubahan fungsi yang
berhubungan dengan
berbagai bentuk
ketidakcukupan gizi.

Uji kemampuan
kerja fisik.
Uji ini mengukur potensi
seseorang bekerja pada
aktivitas-aktivitas yang
melibatkan kerja otot.
Penilaian ini tidak mudah
apalagi pada anak-anak.
Penilaian Biofisik (lanjut)
Kemampuan Fungsional (lanjut)
Metode yang sudah dikembangkan :
Pengukuran fisik langsung, menggunakan : Step Test,
yang memakai penggunaan energi (respirometer) dan
denyut jantung ketika melakukan tugas-tugas yang
berbeda (secara alamiah misal turun naik bangku atau
secara mekanis menggunakan bicycle ergometer atau
treadmill),
Pengamatan terus-menerus (metode alokasi waktu),
yaitu berapa waktu yang dihabiskan selama sehari pada
berbagai aktivitas yang pengeluaran energinya sudah
diketahui (misal: duduk, berjalan, mencangkul, dll)

Uji adaptasi gelap.


Uji ini untuk melihat status vitamin A pada anak-
anak.
Penilaian Biofisik (lanjut)

Perubahan Struktur
• Jaringan yang dapat diambil secara klinis.
Misal : pada KEP dinilai kekerasan kuku jari tangan,
kekuatan rambut, menurunnya elastisitas tulang
rawan telinga, fungsi otot skeletal.
Untuk menduga aktivitas selular, dapat dilakukan
dengan respon imun, morfologi akar rambut, ocular
impression cytology, dll.
• Jaringan yang tidak dapat diambil secara klinis.
Contoh : pengujian radiografik, seperti pada beri-beri
terjadi pembesaran jantung, pada osteomalasia
(deformitas dan kehilangan densitas tulang),
osteoforosis (penurunan calcifikasi).

Anda mungkin juga menyukai