Anda di halaman 1dari 22

Pengukuran

Biokimia Nursyifa R.Maulida


Skema umum fase defisiensi zat
gizi
Tahap perubahan Metode
Ketidakcukupan diet Survei konsumsi
Berkurangnya cadangan dalam simpanan Biokimia
jaringan
Berkurangnya cadangan dalam cairan Biokimia
tubuh
Berkurangnya fungsi pada jaringan Antropometri/Biokimia
Berkurangnya aktivitas dari enzim-enzim Biokimia
Perubahan fungsional Fisiologis
Tanda atau gejala klinis Klinis
Perubahan anatomis Klinis
3/11/2015
Tubuh manusia memerlukan Proses metabolisme yang
asupan gizi yang adekuat optimal

Pengukuran biokimia
• Dilakukan menggunakan reaksi biokimia
• Bebas dari bias yang bersifat subyektif dari
observer

Lebih obyektif
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pengukuran biokimia
• Konsentrasi zat gizi yang ada dalam spesimen harus
benar-benar merefleksikan status gizi
• Tempat simpanan zat gizi harus merupakan yang paling
sensitif apabila ada deplesi dari zat gizi tersebut
• Spesifik dalam rantai reaksi pada proses metabolisme
Macam pengukuran biokimia
• Pengukuran statis
• pengukuran dari konsentrasi zat gizi spesifik (zat gizi tersebut,
metabolitnya atau produk dari zat gizi tersebut) dalam specimen
• Misal: cairan biologis (darah, urin, saliva, ASI) atau sampel
biologis lain (rambut, kuku, hepar, otot, lemak atau tulang)

• Pengukuran fungsional
• Pengujian terhadap peranan fisiologis dari zat gizi spesifik pada
proses atau reaksi metabolisme khusus
• Meliputi produk metabolisme abnormal, tes in vitro, tes
toleransi, respon in vivo, fungsi pertumbuhan dan kognitif
Variasi specimen dan zat gizi yang dinilai
Darah (serum, • Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral
plasma, sel)
• Protein, vitamin, natrium, kalium, yodium, selenium,
urin
kromium
Saliva • Protein, zinc
ASI • Vitamin A, yodium, selenium
Keringat • Kalium
Rambut • Zinc, selenium, kromium, mangan
Kuku • Selenium
Usapan mukosa • Lemak, folat, alpha-tokoferol
Feses • Lemak, besi
Tulang • Asam lemak, vit. A, vit. E, besi, kalsium
Kekurangan dan kelebihan pengukuran
biokimia
1. Dapat mendeteksi defisiensi 1. Pemeriksaan ini hanya bisa
zat gizi lebih dini dilakukan setelah timbulnya
2. Hasil pemeriksaan biokia gangguan metabolisme
lebih objektif, penggunaan 2. Membutuhkan biaya yang
alat yang sesuai dan cukup mahal
dilakukan oleh tenaga ahli. 3. Dalam melakukan
3. Dapat menunjang hasil pemeriksaan diperlukan
pemeriksaan metode lain tenaga yang ahli
dalam PSG 4. Kurang praktis dilakukan
dilapangan.
Kekurangan dan kelebihan pengukuran
biokimia
5. Pada pemeriksaan tertentu spesimen sulit untuk diperoleh, misal
penderita tidak bersedia diambil darahnya.
6. Membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak
dibandingkan pemeriksaan lain
7. Belum ada keseragaman dalam memilih referensi/terinci dari gol
usia.
8. Keterbatasan lab, tempat/ terbatas.
Faktor perancu dalam pengukuran
biokimia
• Metode yang dipilih

• Sampling: kontaminasi, lysis, waktu, penanganan

• Subyek: usia, jenis kelamin, suku, status fisiologi, status


hormonal, penggunaan suplemen, genetik, aktivitas
fisik, lingkungan, asupan diet sekarang
• Kondisi kesehatan: penyakit, infeksi, inflamasi, stress,
pengobatan, fase katabolis
• Biologis: regulasi homeostasis, variasi waktu, interaksi
zat gizi
Pemeriksaan
biokimia
status protein
Latar belakang
• Seorang laki-laki dewasa memiliki 10-13 kg protein,
sebagian besar ada di otot (30-50%)
• Tidak ada simpanan protein dalam tubuh yang tidak
diperlukan
• Kekurangan asupan makanan jangka panjang atau
pasien dengan penyakit kronis dapat menyebabkan
kehilangan masa otot
• Status protein
• Jangka pendek: kehilangan protein visceral
• Jangka panjang: kehilangan protein somatis
protein somatic = otot Jaringan ikat
skeletal ekstrasel
• 30-50% dari total • Terdiri dari struktur
protein tubuh protein non-selular
dari tulang rawan,
• Indikator untuk fibrosa, jaringan
defisiensi jangka rangka
panjang

Protein visceral
• jaringan organ yang solid
seperti liver, ginjal, pancreas,
jantung dan serum protein,
eritrosit, granulosit dan
limfosit komponen utama
• Indikator untuk defisiensi
jangka pendek protein tubuh
Pemeriksaan status protein
• Protein merupakan komponen tubuh yang penting
• Tubuh akan kehilangan elemen struktur dan akan
mempengaruhi fungsinya
• Munculnya tanda & gejala dari defisiensi protein akan berbeda-
beda

• Protein terdiri dari karbon, hydrogen dan nitrogen


• Akan dipengaruhi oleh asupan energi dan nitrogen yang tidak
adekuat
• Dasar pengukuran biokimia  perubahan total nitrogen tubuh
dan dilakukan dengan protein yang tersedia secara metabolis
Pemeriksaan statis – protein
somatis
Ekskresi kreatinin pada urin

• Sampel: urin 24 jam


• Indeks dari masa otot
• 1 gr kreatinin  18-20 gr FFM
• Asumsi : 98% kreatinin ada di otot rangka dengan diet bebas
kreatinin

Ekskresi 3-methyl histidine

• Untuk menilai ukuran masa protein otot rangka


• Ada di actin pada serat otot rangka dan myosin pada serat putih
• Adanya ekskresi  pemecahan protein otot
Pemeriksaan statis – protein
viseral
Serum protein total

• Indeks status protein yang tidak sensitif  tetap di batas normal


meski adanya pembatasan asupan protein
• Perubahan terlihat bila albumin (50-60%) juga berkurang
• Konsentrasi sangat rendah pada marasmus

Serum albumin

• Merefleksikan perubahan yang terjadi pada ruang intravaskuler


• Bukan indeks spesifik untuk perubahan jangka pendek 
simpanan yang luas dan waktu paruh yang panjang (17-21 hari)
• Nilai normal 3.5 sampai 5 g/dL, sangat rendah pada kwashiorkor
Pemeriksaan statis – protein
visceral (2)
Serum transferin

• protein untuk transpor besi  nilai normal 2-4 g/L


• Waktu paruh: 8-19 hari
• Bukan indikator yang baik bila ada defisiensi besi saat kekurangan
energi protein

Serum RBP (Retinol Binding Protein)

• Protein untuk transpor retinol  nilai normal 30-70 mg/L


• Sirkulasi protein yag paling kecil dan simpanan yang sedikit
• Waktu paruh 12 jam
• Respon sangat cepat pada kekuranga energi dan protein meski
spesivitas sebagai indikator protein renda
Pemeriksaan statis – protein
visceral (3)
Serum Thyroxine Binding Prealbumin (Transthyretin)

• Menyimpan AA esensial dan merefleksikan asupan protein akut


• Waktu paruh 2 hari, nilai normal 230-430 mg/dl
• Indikator yang sangat sensitif untuk kekurangan energi protein
• Respon sangat cepat pada treatment gizi

Serum somatomedin-C (insulin like growth factor-1)

• Sensitif pada perubahan protein akut


• Waktu paruh 12-15 jam
• Tidak dipengaruhi oleh variasi harian, stress dan aktifitas fisik
• Sensitifitas dan spesivisitas sebagai biomarker masih dalam
konfirmasi
Penilaian pada perubahan metabolik

Rasio serum asam amino


• Pada anak normal NEAA:EAA=<2
• Pada anak dengan kwashiorkor NEAA:EAA = > 3
• Bukan indeks yang spesifik

Ekskresi 3-hydroxyproline pada urin


• Ekskresi dari produk kolagen
• Kadar rendah pada marasmus dan kwashiorkor
Penilaian pada perubahan metabolic
(2)

Keseimbangan nitrogen
• Mengukur batas status metabolisme protein, bukan
status gizi atau simpanan protein
• Asumsi dasarnya  asupan nitrogen yang adekuat
mampu untuk mengganti nitrogen yang dikeluarkan
• Defiensi energi  nitrogen banyak diekskresikan
sebagai protein karena protein dipecah untuk
mengkompensasi defisiensi energi
Pertanyaan?
Tugas
• Kelompok 1  pemeriksaan biokimia vitamin larut lemak (A,
D)
• Kelompok 2  pemeriksaan biokimia vitamin larut lemak
(E,K)
• Kelompok 3  pemeriksaan biokimia vitamin larut air (B, C)

• Kelompok 4pemeriksaan biokimia zat besi dan Zinc

• Kelompok 5  pemeriksaan biokimia yodium, selenium dan


kalsium
• Kelompok 6  pemeriksaan klinis
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai