disusun oleh :
Tingkat : 2B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
tugas Psikologi.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah
ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penyusun,
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Definisi............................................................................................................3
2.2 Etiologi............................................................................................................3
2.3 Patofisiologi....................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................5
2.5 Penatalaksanaan..............................................................................................6
2.6 Asuhan Keperawatan Teoritis.........................................................................9
BAB III PENUTUP...................................................................................................32
3.1 Kesimpulan...................................................................................................32
3.2 Saran.............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................iv
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Pemberian asuhan keperawatan maternitas pada ibu post partum pervaginam
+ episiotomi dalam pemenuhan kebutuhan dasar nyeri dengan kompres dingin
NaCL 0,9 %.
1
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Penulis mampu memahami asuhan keperawatan maternitas dengan
post partum pervagianam + episiotomi.
b. Penulis mampu melakukan penerapan asuhan keperawatan dengan
melaksanakan lima proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian,
menegakkan diagnosa keperawatan,membuat intervensi, melakukan
implementasi serta evaluasi keperawatan pada pasien dengan Post
Partum Pervaginam + Episiotomi.
c. Penulis mampu menganalisa dan mengaplikasikan jurnal yang terkait
kasus pada pasien Post Partum Pervaginam + Episiotomi.
d. Penulis mampu menganalisa kepanjangan antara teori dan jurnal kasus
kelolaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai
kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Post Partum adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu
pasca bersalin. (Saifuddin, 2006).
Infeksi post partum atau puerperalis adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada
waktu persalinan dan perawatan masa post partum. Infeksi puerperalis adalah
keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa
post partum (Prawirohardjo, 2007).
Jadi yang dimaksud dengan infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri
pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan
kenaikan suhu 38oC.
Infeksi post partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada saluran genital
yang terjadi dalam 28 hari setelah persalinan (Bobak, 2004).
2.2 Etiologi
Penyebab infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob
dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau
mungkin juga dari luar.
3
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain, alatalat yang tidak steril, tangan penolong
dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit.
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum menyebabkan infeksi
terbatas.
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2.3 Patofisiologi
Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan yang
lama: gawat janin (janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan
operatif dan gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus
pubis sempit). Persalinan dengan episiotomi mengakibatkan terputusnya
jaringan yang dapat menyebabkan menekan pembuluh syaraf sehingga timbul
rasa nyeri dimana ibu akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini
menyebabkan resti konstipasi. Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh
darah dan menyebabkan resiko defisit volume cairan. Terputusnya jaringan
menyebabkan resti infeksi apabila tidak dirawat dengan baik kuman mudah
berkembang karena semakin besar mikroorganisme masuk ke dalam tubuh
semakin besar resiko terjadi infeksi.
4
Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan
ibu berada dalam masa nifas. Saat masa nifas ibu mengalami perubahan
fisiologis dan psikologis. Perubahan fisiologis pada ibu akan terjadi uterus
kontraksi. Kontraksi uterus bisa adekuat dan tidak adekuat. Dikatakan adekuat
apabila kontraksi uterus kuat dimana terjadi adanya perubahan involusi yaitu
proses pengembalian uterus ke dalam bentuk normal yang dapat menyebabkan
nyeri/ mules, yang prosesnya mempengaruhi syaraf pada uterus. Setelah
melahirkan ibu mengeluarkan lochea yaitu merupakan ruptur dari sisa
plasenta sehingga pada daerah vital kemungkinan terjadi resiko kuman mudah
berkembang. Dikatakan tidak adekuat dikarenakan kontraksi uterus lemah
akibatnya terjadi perdarahan dan atonia uteri.
Perubahan fisiologis dapat mempengaruhi payudara dimana setelah
melahirkan terjadi penurunan hormone progesteron dan estrogen sehingga
terjadi peningkatan hormon prolaktin yang menghasilkan pembentukan ASI
dimana ASI keluar untuk pemenuhan gizi pada bayi, apabila bayi mampu
menerima asupan ASI dari ibu maka reflek bayi baik berarti proses laktasi
efektif.sedangkan jika ASI tidak keluar disebabkan kelainan pada bayi dan ibu
yaitu bayi menolak, bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak adekuat berarti
proses laktasi tidak efektif. Pada perubahan psikologos terjadi Taking In,
Taking Hold, dan Letting Go. Pada fase Taking In kondisi ibu lemah maka
terfokus pada diri sendiri sehingga butuh pelayanan dan perlindungan yang
mengakibatkan defisit perawatan diri.Pada fase Taking Hold ibu belajar
tentang hal baru dan mengalami perubahan yang signifikan dimana ibu butuh
informasi lebih karena ibu kurang pengetahuan. Pada fase Letting Go ibu
mampu menyesuaikan diri dengan keluarga sehingga di sebut ibu yang
mandiri, menerima tanggung jawab dan peran baru sebagai orang tua.
5
Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas robekan
didefinisikan berdasarkan kedalaman robekan :
1. Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)
2. Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)
3. Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)
4. Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior)
Laserasi Vagina
Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina cenderung
mencapai dinding lateral (sulci) dan jika cukup dalam, dapat mencapai
levator ani.
Cedera Serviks
Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar.
Laserasi serviks akibat persalinan Laserasi serviks akibat persalinan terjadi
pada sudut lateral ostium eksterna, kebanyakan dangkal dan pendarahan
minimal (Bobak,2004: 344-345).
2.5 Penatalaksanaan
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara
sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat
Perbaikan Episiotomi
1) Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi
dan pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.
2) Jika infeksi, buka dan drain luka
6
3) Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen
dan berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam
dalam 48 jam (Prawirohardjo, 2002).
Luka episiotomi di rumah sakit
Perawatan luka episiotomi pada jam- jam pertama setelah bersalin,
biasanya dilakukan setelah mengkaji stabilitas fisik ibu, dan untuk 2 jam
berikutnya perawatan luka episiotomi dilakukan setelah buang air kecil,
buang air besar, ataupun pada saat personal higiene.
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya
b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan
delapan.
7
c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika
putus atau jelujur. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan.
depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum
karena robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-
perineum tingkat I.
manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh
perineum.
8
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum
1. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau
dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena
dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti
3. Pemberian oksitosin
4. Obat nyeri
dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara
9
a. Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini
(2010),meliputi :
1. Nama : Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu
nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.
2. Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam post
partum.Untuk respon nyeri, umur juga mempengaruhi karena
pada umur anak-anak belum bisa mengungkapkan nyeri, pada
umur orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia
cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus di jalani dan
mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal
jika nyeri di periksakan.
3. Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4. Suku Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari. Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya
mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah
menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus
diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak
megeluh jika ada nyeri.
5. Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
perawat dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya. Bila pasien memiliki pengetahuan yang baik
terhadap perawatan luka maka luka akan sembuh pada hari ke
10
tujuh setelah persalinan dan bila tidak dirawat dengan baik maka
akan terjadi infeksi pada pasien post partum.
6. Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
7. Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa kontraksi, nyeri pada jalan
lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati, 2010).
Keluhan utama pada ibu post partum dengan luka perawatan
episiotomi adalah nyeri dibeka luka jahitan (Bobak, 2005).
c. Riwayat Kesehatan
Menurut Ambarwati (2010), riwayat kesehatan meliputi :
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, diabetes
mellitus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada
masa post partum ini.
11
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya, mengetahui apakah ada riwayat penyakit
menurun seperti asma, jantung, DM dan hipertensi dan
penyakit menular seperti asma / TBC (Prawirohardjo,2005).
d. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi,
lamanya menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur / tidak
menstruasinya, sifat darah menstruasi, keluhan yang dirasakan
sakit waktu menstruasi disebut disminorea (Estiwidani, 2008).
e. Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah,
berapa kali,usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa,
lama perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum (Estiwidani,
2008).
12
besar selama kala I persalinan. Selain itu, pada ibu dengan
primipara menunjukan peningkatan kecemasan dan keraguan
untuk mengantisipasi rasa nyeri selama persalinan.
13
j. Pola Kebiasaan Selama Masa Post Partum
1. Nutrisi
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan
diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup serta serat-serat makanan yang cukup, sehingga
proses penyembuhan luka episiotomi lebih cepat. Ibu
dianjurkan untuk minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
Mengkonsumsi zat besi setidaknya selama 90 hari post partum
(Saifuddin, 2006)
2. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah
(Ambarwati, 2010). Pada ibu post partum dengan perawatan
luka episiotomi biasanya buang air besar secara spontan akan
tertunda 2 – 3 hari setelah melahirkan karena tonus otot usus
menurun selama proses persalinan, pada saat buang air kecil
juga akan merasakan nyeri pada luka episiotomy (Bobak,
2005).
3. Istirahat / tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang. Istirahat
sangat penting bagi ibu post partum karena dengan istirahat
yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Anggraini,
2010).
4. Keadaan psikologis
14
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu
merasa takut atau cemas dengan keadaan sekarang (Nursalam,
2008).
5. Riwayat Sosial Budaya
Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan / tidak, diterima
/tidak, jenis kelamin yang diharapkan dan untuk mengetahui
pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada post
partum misalnya pada kebiasaan makan dilarang makan ikan
atau yang amis-amis (Anggraini, 2010).
6. Penggunaan obat-obatan / rokok
Untuk mengetahui apakah ibu mengkonsumsi obat terlarang
ataukah ibu merokok (Manuaba, 2007).
Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).
a. Status generalis
Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau
kurang (Prihardjo, 2007). Pada kasus keadaan umum ibu baik
(Varney, 2007).
Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis
(sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya), apatis (tidak menanggapi rangsangan /
acuh tak acuh, tidak peduli) somnolen (kesadaran yang segan
untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh),
spoor (keadaan yang menyerupai tidur), koma (tidak bisa
dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun,
15
tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya) (Novi, 2009). Pada
kasus kesadaran composmentis (Varney, 2007).
Tanda- tanda Vital
a. Tekanan Darah
Untuk mengetahui tekanan darah ibu. Pada beberapa kasus
ditemukan keadaan dimana jika ibu post partum merasakan
nyeri maka tekanan darah akan meningkat, tetapi keadaan ini
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada
penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan
(Anggraini, 2010). Batas normalnya 110/60– 140/90 mmHg
(Monica, 2005).
b. Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit
(Saifuddin, 2008). Batas normal nadi berkisar antara 60 –
80x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas
adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah
satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau
karena kehilangan darah yang berlebihan (Anggraini, 2010).
c. Suhu
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah
partus dapat naik 0,5°C dari keadaan normal tetapi tidak
melebihi 38°C (Wiknjosastro, 2006). Suhu normal manusia
adalah 36,6°C-37,6°C (Potter dan Perry, 2005). Suhu ibu post
partum dengan episiotomi dapat meningkat bila terjadi
infeksi, atau tanda REEDA (+).
d. Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit (Saifuddin, 2006). Batas normalnya 12 -
20x/menit (Potter dan Perry, 2005).
16
Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Wiknjosastro, 2006).
LILA
Untuk mengetahui status gizi pasien (Wiknjosastro, 2006).
b. Pemeriksaan Sistematis
Inspeksi
a. Rambut
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
(Nursalam, 2008).Muka
b. Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, adakah oedema (Nursalam, 2008)
c. Mata
Untuk mengetahui oedema atau tidak conjungtiva, anemia
/tidak, sklera ikterik / tidak (Nursalam, 2008)
d. Mulut / gigi / gusi
Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi
berdarah atau tidak (Nursalam, 2008).
e. Abdomen
Untuk mengetahui ada luka bekas operasi/tidak, adastrie/tidak,
ada tidaknya linea alba nigra (Saifuddin, 2006).
f. Vulva
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,
varices, pembesaran kelenjar bartolini dan
perdarahan(Prihardjo, 2007). Pada kasus episiotomy vulva
kadang bisa menjadi edema, perineum ruptur jika terjadi
infeksi, maka akan terlihat kemerahan, jahitan basah dan
mengeluarkan nanah serta bau busuk.
g. Fundus uteri
17
Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah
umbilicus. Bila uterus lembek , lakukan masase sampai keras.
Bila fundus bergeser kearah kanan midline , periksa adanya
distensi kandung kemih.
h. Kandung kemih
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat
terisi karena diuresis post partum dan cairan intra vena.
i. Lochea
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea
serosa dengan aliran sedang. Bila darah mengalir dengan
cepat,dicurigai terjadinya robekan servik.
j. Perineum
Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan
tidak edema dan jahitan harus utuh
Tabel 2.1 Tanda-tanda REEDA Normal dan Tidak Normal
Palpasi
a. Leher
18
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar thyroid, ada
benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe
(Nursalam, 2008).
b. Dada
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2004)
c. Abdomen
Untuk mengetahui Kontraksi uterus : keras / lemah, tinggi
fundus uteri (Saifuddin, 2006).
d. Ekstremitas
Untuk mengetahui ada cacat atau tidak oedema atau tidak
terdapat varices atau tidak (Prihardjo, 2007)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendukung penegakan diagnosa, yaitu pemeriksaan laboratorium,
rontgen, ultrasonografi, dan lain-lain (Nursalam, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah
melahirkan. (Doenges, 2001)
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan
proses persalinan. (Doenges, 2001)
c. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui. ( Bobak,
2004)
19
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit
(Doenges, 2001)
2001)
20
Intervensi Keperawatan
22
c. Berikan posisi yang
hal lain
e. Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Resiko tinggi Tujuan : Setelah dilakukan a. Pantau vital sign a. peningkatan suhu dapat
b. Kaji daerah perineum dan mengidentifikasi adnya
infeksi tindakan keperawatan tidak vulva infeksi
c. Kaji pengetahuan pasien b. menentukan adakah
berhubungan terjadi infeksi, pengetahuan mengenai cara perawatan tanda peradangan di
ibu post partum daerah vulva dan
dengan bertambah d. Ajarkan perawatan vulva perineum
bagi pasien c. pasien mengetahui cara
kurangnya Kriteria hasil : e. Anjurkan pasien mencuci perawatan vulva bagi
a. Klien menyertakan perawatan tangan sebelum memegang dirinya
pengetahuan daerah vulvanya d. pasien mengetahui cara
23
cara perawatan bagi dirinya f. Lakukan perawatan vulva perawatan vulva bagi
b. Klien bisa membersihkan dirinya
Vulva vagina dan perineumnya e. meminimalkan
secara mandiri terjadinya infeksi
c. Perawatan pervagina f. mencegah terjadinya
berkurang infeksi dan
d. Vulva bersih dan tidak infeksi memberikan rasa
e. Tidak ada perawatan nyaman bagi pasien
f. Vital sign dalam batas normal
3. Resiko Tujuan : pasien mengetahui cara a. Kaji pengetahuan paien a. mengetahui tingkat
menyusui tidak mengenai laktasi dan
efektif perawatan payudara bagi ibu perawatan payudara pengetahuan pasien dan
berhubungan
dengan kurang menyusui b. Ajarkan cara merawat untuk menentukan
pengetahuan payudara dan lakukan cara
cara perawatan Kriteria hasil : brest care intervensi selanjutnya.
payudara bagi a. Klien mengetahui cara
ibu menyusui perawatan payudara bagi b. Meningkatkan
ibu menyusui c. Jelaskan mengenai
b. Asi keluar manfaat menyusui dan pengetahuan pasie dan
c. Payudara bersih mengenai gizi waktu
d. Payudara tidak bengkak menyusui mencegah terjadinya
dan tidak nyeri
e. Bayi mau menetek d. Jelaskan cara menyusui bengkak pada payudara
yang benar
c. memberikan
24
mengenai manfaat ASI
bagi bayi
d. mencegah terjadinya
5. Resiko tinggi Tujuan : setelah dilakukan a. Mengkaji keadaan umum a. menetapkan data dasar
25
kekurangan tindakan keperawatan kebutuhan pasien dan tanda-tanda pasien untuk
vital
volume cairan cairan terpenuhi mengetahui
b. Mengobservasi
dan elektrolit Kriteria hasil : kemungkinan adanya penyimpangan dari
tanda-tanda syok
berhubungan a. Menyatakan pemahaman keadaan normal
dengan faktor penyebap dan perilaku c. Memberikan cairan b. agar segera dilakukan
intravaskuler sesuai
kehilangan yang perlu untuk memenuhi program rehidrasi maksimal jika
26
baik masuk ke pembuluh
darah.
6. Gangguan Tujuan : istirahat tidur terpenuhi a. Kaji tingkat kelelahan a. persalinan/ kelahiran
Kriteria hasil :
polatidur a. Mengidentifikaasikan dan kebutuhan untuk yang lama dan sulit
27
n laporan awal serta tidur lebih
penurunan reflek
secara psikologis
28
g. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan implementasi keperawatan merupakan komponen
dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi merupakan fase dimana
perawat melaksanakan serta melakukan intervensi keperawatan yang
sudah direncanakan. Implementasi terdiri dari melakukan serta
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan dari
keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
intervensi. Perawat melakukan serta mendelegasikan tindakan
keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan
kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan cara mencatat
tindakan keperawatan serta respon pasien terhadap tindakan yang telah
diberikan.
h. Evaluasi keperawatan
29
d. Menunjukkan kepercayaan diri bahwa ia (keluarga) dapat
memberikan perawatan yang sangat diperlukan bayi baru
lahir.
e. Melindungi kesehatan kehamilan berikutnya dan kesehatan
anak-anak.
30
P (Planning)
Pertahankan kondisi pasien apabila tujuan tercapai.
Lanjutkan intervensi apabila terdapat tujuan yang belum mampu
dicapai oleh pasien
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Post partum merupakan masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai
kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Infeksi post partum/puerperalis
ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah
persalinan.
3.2 Saran
Bagi klien :
Bagi ibu calon ibu hendaknya mempersiapkan gizi pranatal yang baik
sehingga dapat terhindar dari anemia. Bagi ibu hamil hendaknya
memeriksakan kehamilan secara teratur di fasilitas pelayanan kesehatan
untuk meminimalisir faktor risiko yang dimiliki sehingga ibu dan bayi
sehat
Bagi perawat :
32
DAFTAR PUSTAKA
Digilib. (n.d). Konsep Dasar Post Partum. Retrieved Agustus 04, 2021, from digilib:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2-
babii.pdf
novita, f. (2019, juli 6). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N POST PARTUM
PERVAGINAM + EPISIOTOMI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
DASAR NYERIDENGAN KOMPRES DINGIN (NaCL 0.9%) DI RUANGAN
KB IGDRSUD ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI. Retrieved Agustus 04,
2021, from file:///C:/Users/USER/Downloads/43%20FIVI%20NOVITA
%20(2).pdf
iv