Disusun Oleh:
Ema Aprianita 1510070100017
Indi Kurniati 1610070100096
Velia Tri Celin Nofita Dewi 1610070100094
Preseptor:
dr. Yufi Permana, Sp.OG
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar belakang ...................................................................................................1
2.5 Jenis vaksin yang tidak boleh diberikan kepada wanita hamil.........................10
3.1 Kesimpulan13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pemberian vaksin selama kehamilan harus mempertimbangkan risiko dari
vaksinasi dengan keuntungan perlindungan pada situasi tertentu walaupun vaksin
aktif dan tidak aktif digunakan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
menginduksi limfosit T sitotoksik. Induksi limfosit T sitotoksik yang terhambat,
mengakibatkan respon imun seluler terhadap patogen intraseluler menurun.
Sehingga wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi.
2.2 Jenis Imunisasi Yang Dibutuhkan Wanita Hamil
2.2.1 Tetanus (Tetanus Toksoid)
Vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk mencegah tetanus neonatorum
(tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada wanita yang tidak melengkapi
tiga kali imunisasi dasar atau 10 tahun booster.
Mencegah infeksi penyakit tetanus pada ibu hamil, nifas maupun bayi yang
baru lahir dengan memberikan kekebalan melalui imunisasi. Menjadikan tubuh
ibu mempunyai antitoksin yang akan melindungi ibu dan bayi dalam kandungan
ibu dari bakteri Clostridium Tetani yang menyebabkan penyakit tetanus sehingga
bakteri tersebut tidak dapat berkembang biak ataupun menginfeksi tubuh ibu dan
bayi yang ada dalam kandungan ibu menjadikan ibu menjalani kehamilannya
dengan sehat karena telah dilindungi oleh imunisasi tetanus toksoid juga ibu dapat
menjalani kehamilanya dengan tenang karena merasa lebih aman setelah
diimunisasi.
Sesuai dengan Word Health Organization (WHO), jika seorang ibu yang
tidak pernah diberikan imunisasi tetanus, ia harus mendapatkan paling sedikitnya
2 kali injeksi selama kehamilannya (pertama pada saat kunjungan antenatal
pertama dan untuk kedua kali pada 4 minggu kemudian). Jika ada waktu untuk
dosis ketiga, ibu harus diberikan dosis yang ketiga juga. Untuk mencegah tetanus
neonatorum, dosis terakhir harus diberikan sedikitnya 2 minggu sebelum
kelahiran. Jika ibu pernah diberikan imunisasi sebelumnya, satu kali booster
masih diperlukan selama kehamilan. Berikan satu suntikan pada kunjungan
antenatal pertama, paling lambat 2 minggu sebelum persalinan.
Pemberian Imunisasi TT :
Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi terhadap berbagai
penyakit yang dapat dicegah, hal ini karena kemungkinan adanya akibat yang
membahayakan janin. Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil hanya vaksin
4
tetanus untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum. Mendapatkan
imunisasi TT. Apabila belum, bidan bisa memberinya. Imunisasi tetanus toxsoid
diperlukan untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus neonatorum,
imunisasi dapat dilakukan pada trimester I atau II pada kehamilan 3- 5 bulan
dengan interval minimal 4 minggu. Lakukan penyuntikan secara IM
(intramuscular), dengan dosis 0,5ml.Cara pemberian dengan disuntikkan di
instramuskular atau subkutan dalam pada muskulus deltoideus. Efek sampingnya
meliputi nyeri atau kemerahan dan bengkak selama 1-2 hari pada tempat
penyuntikan yang sembuh tanpa pengobatan.
2.2.2 Hepatitis B
Untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1 pasangan seksual
dalam 6 bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual, penggunaan
narkoba suntik) Hepatitis B adalah suatu penyakit infeksi hati yang disebabkan
oleh virus, penyakit ini bisa mengakibatkan kerusakan hati berat seperti hati yang
mengeras atau sirosis hati dan bahkan kanker hati dan menyebabkan kematian
pada akhirnya. Sebelum kehamilan, seharusnya calon ibu memeriksakan diri
untuk memastikan bahwa dirinya tidak sedang terinfeksi dengan virus Hepatitis
B. Karena untuk bayi yang lahir ini akan terinfeksi juga dari ibu yang positif
terinfeksi virus Hepatitis B, maka begitu bayi dilahirkan, kita harus segera
memberikannya vaksin Hepatitis B ditambah dengan zat immunoglobulin anti
Hepatitis B, untuk melawan infeksi virus Hepatitis B dari ibunya.
5
universal di Amerika Serikat untuk semua orang di bawah usia 18 tahun dan
mereka lebih tua dari yang yang mengalami peningkatan risiko eksposur.
Vaksin ini dapat mencegah penyakit serius pada ibu hamil namun sebaiknya
diberikan setelah minggu ke-14 Ibu hamil yang terinfeksi dengan virus influenza
akan meningkatkan risiko rawat inap, komplikasi medis yang serius, dan hasil
kehamilan yang merugikan. Imunisasi wanita hamil dengan vaksin virus influenza
6
inaktif efektif dalam mengurangi infeksi saluran pernapasan demam pada wanita
hamil. Imunisasi ibu selama kehamilan juga melindungi bayi yang baru lahir
karena dia melewati antibodi kekebalan di plasenta (antibodi influenza
sebenarnya lebih tinggi di dalam darah tali pusat daripada di darah ibu). Kematian
dengan infeksi virus influenza terjadi paling sering pada bayi kurang dari usia 6
bulan. Sayangnya, selama 6 bulan pertama kehidupan, tidak ada vaksin atau obat
anti-virus influenza yang tersedia. Untuk alasan ini, perempuan hamil harus
menerima vaksin virus influenza dan mereka yang akan membantu untuk merawat
bayi baru lahir harus divaksinasi juga. Studi tentang vaksinasi influenza lebih dari
2.000 wanita hamil telah menunjukkan tidak ada efek samping untuk janin dari
vaksin. Namun, vaksin influenza hidung tidak boleh diberikan kepada wanita
hamil karena merupakan vaksin virus hidup.
Di Amerika Serikat, vaksin ini rutin diberikan wanita hamil selama musim
influenza (Desember sampai maret). Vaksin ini tidak boleh diberikan selama
trimester pertama, karena adanya hubungan antara vaksin influenza dengan aborsi
spontan. Pada wanita hamil dengan kondisi medis yang dapat meningkatkan
risiko komplikasi dari influenza seperti asma, penyakit kardiovaskuler, diabetes,
supresi sistem imun, sebaiknya divaksinasi sebelum musim influenza dan
pemberiannya tanpa memperhatikan usia kehamilan.
1. Pneumokokus
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri diplokokus gram positif yang
merupakan penyebab utama pneumonia, meningitis dan bakteremia. pada wanita
hamil dengan faktor risiko seperti diabetes, penyakit kardiovaskuler, asplenia,
imunodefisiensi, asma dan penyakit pernafasan lain dapat menimbulkan
terjadinya infeksi bakteri pneumokokus. Pemberian vaksin pneumokok
direkomendasikan pada wanita hamil dengan faktor risiko. Vaksin yang dberikan
adalah vaksin polisakarida dari 23 tipe Streptococcus pneumoniae. Advisory
Commitee on Immunization Practices (ACIP) menganjurkan pada wanita hamil
7
dengan risiko tinggi diberikan vaksin sebelum hamil. Keamanan vaksin ini selama
kehamilan masih diragukan sampai saat ini.
Diberikan pada triwulan kedua atau ketiga pada wanita dengan risiko tinggi
infeksi pneumokokus atau dengan penyakit kronik (wanita dengan gangguan
jantung, paru, atau penyakit hati; penurunan kekebalan tubuh; diabetes).
2. Rabies
3. Hepatitis A
Belum banyak penelitian mengenai keamanan imunisasi ini selama kehamilan,
namun risikonya rendah (karena vaksin berasal dari virus inaktif). Endemisitas
Hepatitis A cukup tinggi di negara-negara berkembang. Transmisi virus ini
bersifat fecal-oral. Kejadian luar biasa (KLB) biasanya dihubungkan dengan
sumber makanan dan minuman yang tercemar virus. Di Amerika Serikat, hepatitis
A menginfeksi rata-rata 100.000 penduduk pertahun dan 100 diantaranya
meninggal.
Vaksin hepatitis A adalah virus yang diperoleh dari kultur sel diploid dan
diinaktifkan dengan formalin. Karena virus inaktif, secara teoritis perkembangan
janin rendah. Vaksin diberikan pada wanita hamil jika ada fakor risiko antara lain
kecenderungan terpapar hepatitis A, berkunjung ke daerah endemi hepatitis A,
perilaku seks oral-anal atau menggunakan IVDU selama kehamilan. Pemberian
imunoglobulin sangat dianjurkan pada wanita hamil yang terpapar dengan
8
hepatitis A, dan lebih dari 85% efektif mencegah infeksi hepatitis akut. risiko
gangguan pada
9
2. Varisela
Tidak dianjurkan selama kehamilan karena kemungkinan infeksi varisela pada
janin (vaksin merupakan virus hidup). Diberikan minimal 1 bulan sebelum
kehamilan. Vaksin varicella adalah virus variccella-zoster hidup yang
dilemahkan. Vaksinasi selama kehamilan dikontraindikasikan karena efek
terhadap fetus belum diketahui. Wanita yang divaksinasi seharusnya menghindari
terjadinya kehamilan selama 4 minggu setelah suntikan. Jika wanita tersebut
kemudian hamil dalam waktu 4 minggu, dia sebaiknya diberikan conseling
tentang dampak yang bisa terjadi terhadap janinnya. Secara teoritis risiko
gangguan perkembangan janin sangat kecil dan vaksinasi varicella bukan indikasi
untuk terminasi kehamilan
2.5 Jenis vaksin yang tidak boleh diberikan kepada wanita hamil
Sebagai panutan umum, bahwa setiap vaksin yang mengandung antigen hidup
yang dilemahkan (life attenuated vaccines) adalah kontraindikasi bagi wanita
hamil, karena resiko (meskipun secara teoritis dan kebenarannya belum terbukti)
kemungkinan transmisi virus atau bakteri yang berasal dari vaksin ke janin dan
terjadi gangguan perkembangan janin.
Berikut ini adalah jenis vaksin hidup yang dilemahkan (life attenuated
vaccines) yang tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, kecuali dalam keadaan
luar biasa atau keadaan darurat medis :
10
3. Vaksin yang mengandung antigent virus campak
6. Vaksin MMR yang mengandung antigent virus campak, campak Jerman dan
gondongan
8. Vaksin typhus oral yang mengandung bakteri hidup yang dilemahkan (Ty21a)
5. MMR : rash, pembengkakan kelenjar getah bening leher, nyeri dan kaku pada
sendi 1 atau 2 minggu setelah vaksinasi
11
1. Semua vaksin yang mengandung bakteri / virus hidup tidak dianjurkan bagi
wanita hamil, kehamilan sebaiknya dicegah untuk 28 hari setelah penyuntikan
vaksin hidup (varisela, MMR, BCG) namun vaksinasi virus hidup < 28 hari
sebelum kehamilan bukan alasan untuk mengakhiri kehamilan
2. Vaksin virus / bakteri mati dapat diberikan pada wanita hamil namun waktu
ideal untuk pemberian tergantung dari waktu konsepsi
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal. Wanita hamil
diimunisasi, berarti diberikan vaksin untuk merangsang timbulnya kekebalan
terhadap suatu penyakit tertentu sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Oleh
karena itu, seseorang yang divaksinasi kebal terhadap suatu penyakit tetapi belum
tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Vaksin ialah suatu perbenihan kuman-
kuman yang sudah dibunuh atau dilemahkan. Imunisasi bertujuan untuk
merangsang timbulnya kekebalan dari dalam tubuh dengan memasukkan vaksin.
Bila seseorang mendapat suntikan vaksin, maka tubuh orang itu akan mengadakan
reaksi terhadap vaksin tersebut, yakni dengan membuat antibodi. Setelah antibodi
tersebut terdapat dalam tubuh dalam kadar yang cukup, maka untuk waktu yang
tertentu orang itu akan kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan vaksinasi dengan
vaksin ialah untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit yang bersangkutan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14