Anda di halaman 1dari 17

Referat

VAKSINASI DALAM KEHAMILAN

Disusun Oleh:
Ema Aprianita 1510070100017
Indi Kurniati 1610070100096
Velia Tri Celin Nofita Dewi 1610070100094

Preseptor:
dr. Yufi Permana, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
M. NATSIR SOLOK
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah


dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad, berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas referat dengan judul “Vaksinasi Dalam
Kehamilan” yang merupakan salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik bagian
Obgyn RSUD M Natsir Solok Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah.
Dalam usaha penyelesaian tugas ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Yufi Permana, Sp.OG selaku pembimbing dalam
penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa didalam penulisan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan
kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas ini. Akhir kata, semoga
referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Solok, 25 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar belakang ...................................................................................................1

1.2 Tujuan penulisan ...............................................................................................2

1.3 Manfaat penulisan .............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

2.1 Sistem Imun Pada Kehamilan............................................................................3

2.2 Jenis Imunisasi Yang Dibutuhkan Wanita Hamil...............................................4

2.2.1Tetanus (Tetanus Toksoid)...............................................................................4

2.2.2 Hepatitis B ...................................................................................................5

2.2.3 Influenza (Inaktif)..........................................................................................6

2.3 Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan pada wanita hamil


dengan pajanan infeksi spesifik.........................................................................7

2.4 Jenis imunisasi yang tidak direkomendasikan pada wanita hamil.....................9

2.5 Jenis vaksin yang tidak boleh diberikan kepada wanita hamil.........................10

2.6 Efek samping imunisasi...................................................................................11

BAB III PENUTUP.............................................................................................13

3.1 Kesimpulan13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah
suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi
ini berfungsi melindungi terhadap berfungsi melindungi terhadap penyakit
Imunisasi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila terpajan oleh antigen yang serupa, tidak
akan terjadi penyakit. Pada imunisasi terhadap ibu hamil diberikan tetanus toksoid
yang merupakan toksin (antigen) dari kuman yang telah dilemahkan. Tujuan
pemberian imunisasi adalah secara epidemiologis untuk menurunkan insiden
untuk menurunkan insiden tetanus neonatarum menjadi 1 per 10.000 kelahiran
hidup. Selain itu ia juga menekan angka kematian tetanus neonatarum menjadi
separuh dari CFR (case fatality rate) sebelumnya, dengan mencari faktor risiko.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan risiko yaitu meliputi status
imunisasi tetanus toksoid ibu hamil dan pertolongan persalinan dan perawatan tali
pusat.
Ada tiga macam vaksinasi selama kehamilan yaitu yang direkomendasikan
aman, tidak direkomendasikan selama kehamilan dan rekomendasi khusus.
Vaksin yang direkomendasikan aman salah satunya vaksin tetanus toksoid.
Vaksin yang tidak direkomendasikan selama kehamilan berasal dari
mikroorganisme hidup yang dilemahkan. Mikroorganisme tersebut dapat tumbuh
dan menyebabkan penyakit. Vaksin yang tidak direkomendasikan salah satunya
BCG, rubella, dan mumps. Vaksin yang direkomendasikan khusus digunakan
untuk daerah-daerah endemik atau wanita hamil yang berpergian ke tempat
endemik. Vaksin Tetanus toxsoid (TT) di indonesia dianjurkan diberikan pada
saat pelayanan karena angka kejadian tetanus neonatorum di indonesia masih
tinggi.

1
Pemberian vaksin selama kehamilan harus mempertimbangkan risiko dari
vaksinasi dengan keuntungan perlindungan pada situasi tertentu walaupun vaksin
aktif dan tidak aktif digunakan.

1.2 Tujuan Penulisan


Referat ini dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas referat di bagian
Obgyn Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok dan menambah pengetahuan
serta pemahaman mengenai Vaksinasi Dalam Kehamilan.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan referat ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai Vaksinasi Dalam Kehamilan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Imun Pada Kehamilan


Sistem imun selama kehamilan bergeser dari imunitas seluler menjadi
humoral. Imunitas humoral berperan penting mengatasi patogen ekstrasel,
sedangkan imunitas seluler untuk patogen intrasel. Adanya antigen yang masuk
ekstrasel akan dipresentasikan ke permukaan makrofag, kemudian merangsang
limfosit B. Limfosit B merupakan sistem imun spesifik humoral, yang dapat
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi
(Imunoglobulin/Ig). Antibodi ini berperan penting dalam pertahanan tubuh
terhadap invasi bakteri, virus dan menetralisir toksin. Sedangkan imunitas spesifik
seluler diperankan oleh limfosit T. Limfosit T mempunyai beberapa sel subset
seperti sel T helper (Th) 1, Th 2, atau T sitotoksik. Sel yang terinfeksi patogen
intrasel akan dikenali dan dihancurkan oleh limfosit T sitotoksik. Limfosit Th2
juga ikut berperan dalam merangsang limfosit B memproduksi antibodi.
Pada kehamilan usia 17 minggu terjadi transfer IgG maternal ke dalam
plasenta melalui transpor aktif dan selektif, sehingga menyebabkan penurunan
kadar IgG di tubuh ibu. Pada kehamilan usia 33 minggu akan timbul
keseimbangan kadar IgG antara ibu dan janin. Karena adanya transmisi
imunoglobulin dalam uterus dari ibu ke janin, hal inilah yang mendasari
pemberian imunisasi ibu untuk memberikan proteksi pada bayinya. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi transpor antibodi tersebut diantaranya
abnormalitas plasenta, konsentrasi IgG total dalam darah ibu, jenis vaksin, waktu
antara vaksinasi ibu dan persalinan, usia janin saat lahir dan konsentrasi vaccine-
specific IgG dalam darah ibu.
Kehamilan mempengaruhi keseimbangan sistem imun spesifik dimana terjadi
peningkatan imunitas humoral dan penekanan imunitas seluler yang disebut Th1-
Th2 shift. Karena pada pertemuan maternal-fetal (maternal-fetal interface) terjadi
pelepasan sitokin-sitokin oleh makrofag, yang dapat merangsang sel Th2 (Th2-
stimulating cytoines). Sel Th2 ini akan menstimulasi pembentukan limfosit B dan
membatasi respon proinflamasi yang dimediasi oleh sel Th1. Sel Th1 berperan

3
menginduksi limfosit T sitotoksik. Induksi limfosit T sitotoksik yang terhambat,
mengakibatkan respon imun seluler terhadap patogen intraseluler menurun.
Sehingga wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi.
2.2 Jenis Imunisasi Yang Dibutuhkan Wanita Hamil
2.2.1 Tetanus (Tetanus Toksoid)
Vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk mencegah tetanus neonatorum
(tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada wanita yang tidak melengkapi
tiga kali imunisasi dasar atau 10 tahun booster.
Mencegah infeksi penyakit tetanus pada ibu hamil, nifas maupun bayi yang
baru lahir dengan memberikan kekebalan melalui imunisasi. Menjadikan tubuh
ibu mempunyai antitoksin yang akan melindungi ibu dan bayi dalam kandungan
ibu dari bakteri Clostridium Tetani yang menyebabkan penyakit tetanus sehingga
bakteri tersebut tidak dapat berkembang biak ataupun menginfeksi tubuh ibu dan
bayi yang ada dalam kandungan ibu menjadikan ibu menjalani kehamilannya
dengan sehat karena telah dilindungi oleh imunisasi tetanus toksoid juga ibu dapat
menjalani kehamilanya dengan tenang karena merasa lebih aman setelah
diimunisasi.
Sesuai dengan Word Health Organization (WHO), jika seorang ibu yang
tidak pernah diberikan imunisasi tetanus, ia harus mendapatkan paling sedikitnya
2 kali injeksi selama kehamilannya (pertama pada saat kunjungan antenatal
pertama dan untuk kedua kali pada 4 minggu kemudian). Jika ada waktu untuk
dosis ketiga, ibu harus diberikan dosis yang ketiga juga. Untuk mencegah tetanus
neonatorum, dosis terakhir harus diberikan sedikitnya 2 minggu sebelum
kelahiran. Jika ibu pernah diberikan imunisasi sebelumnya, satu kali booster
masih diperlukan selama kehamilan. Berikan satu suntikan pada kunjungan
antenatal pertama, paling lambat 2 minggu sebelum persalinan.

Pemberian Imunisasi TT :
Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi terhadap berbagai
penyakit yang dapat dicegah, hal ini karena kemungkinan adanya akibat yang
membahayakan janin. Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil hanya vaksin

4
tetanus untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum. Mendapatkan
imunisasi TT. Apabila belum, bidan bisa memberinya. Imunisasi tetanus toxsoid
diperlukan untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus neonatorum,
imunisasi dapat dilakukan pada trimester I atau II pada kehamilan 3- 5 bulan
dengan interval minimal 4 minggu. Lakukan penyuntikan secara IM
(intramuscular), dengan dosis 0,5ml.Cara pemberian dengan disuntikkan di
instramuskular atau subkutan dalam pada muskulus deltoideus. Efek sampingnya
meliputi nyeri atau kemerahan dan bengkak selama 1-2 hari pada tempat
penyuntikan yang sembuh tanpa pengobatan.

2.2.2 Hepatitis B
Untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1 pasangan seksual
dalam 6 bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual, penggunaan
narkoba suntik) Hepatitis B adalah suatu penyakit infeksi hati yang disebabkan
oleh virus, penyakit ini bisa mengakibatkan kerusakan hati berat seperti hati yang
mengeras atau sirosis hati dan bahkan kanker hati dan menyebabkan kematian
pada akhirnya. Sebelum kehamilan, seharusnya calon ibu memeriksakan diri
untuk memastikan bahwa dirinya tidak sedang terinfeksi dengan virus Hepatitis
B. Karena untuk bayi yang lahir ini akan terinfeksi juga dari ibu yang positif
terinfeksi virus Hepatitis B, maka begitu bayi dilahirkan, kita harus segera
memberikannya vaksin Hepatitis B ditambah dengan zat immunoglobulin anti
Hepatitis B, untuk melawan infeksi virus Hepatitis B dari ibunya.

Hepatitis B (HBV) infeksi selama kehamilan dapat mengakibatkan penyakit


berat baik bagi ibu, janin, dan akhirnya untuk neonate. Imunisasi dianjurkan

5
universal di Amerika Serikat untuk semua orang di bawah usia 18 tahun dan
mereka lebih tua dari yang yang mengalami peningkatan risiko eksposur.

Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk imunisasi HBV dan


vaksin harus diberikan kepada orang-orang dengan risiko pekerjaan atau gaya
hidup, kelompok risiko khusus pasien (seperti yang menjalani hemodialisis),
mereka yang memiliki penyakit menular seksual lainnya, rumah tangga dan
kontak seksual pembawa HBV, penjara tahanan, dan untuk pelancong
internasional untuk daerah-daerah endemik. Semua wanita hamil harus memiliki
skrining prenatal dini untuk kekebalan tubuh dan, jika rentan dan jika mereka
memiliki faktor risiko, harus diimunisasi. Semua wanita hamil harus diskrining
untuk infeksi hepatitis virus B aktif karena kebanyakan perempuan yang terinfeksi
tidak tahu dan, jika mereka memiliki infeksi hepatitis B, bayi baru lahir harus
menerima kelahiran dosis vaksin hepatitis B dan hepatitis B globulin imun
memberikan baik di dalam jam lahir mengurangi kemungkinan bahwa anak akan
menjadi terinfeksi virus hepatitis B dan, jika terinfeksi, mengurangi kemungkinan
bahwa bayi akan terinfeksi secara kronis.

Vaksin hepatitis B adalah berasal dari antigen permukaan virus hasil


teknologi DNA rekombinan. Kerena berasal dari partikel antigen permukaan yang
non-infeksius sehingga tidak ada risiko terhadap janin. Vaksin hepatitis B dapat
mencegah terjadinya penyakit kronik dengan komplikasi sirosis, karsinoma
hepatoseluler dan karier kronik. Vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil dengan
faktor risiko, yaitu wanita yang berhubungan sex dengan laki-laki homoseksual,
lebih dari satu pasangan seks dalam 6 bulan terakhir, pasangan seks yang positif
HbsAg, penguna narkoba suntik, sedang dalam pengobatan penyakir menular
seksual, atau satu rumah dengan orang infeksi akut atau karier kronik.

2.2.3 Influenza (Inaktif)

Vaksin ini dapat mencegah penyakit serius pada ibu hamil namun sebaiknya
diberikan setelah minggu ke-14 Ibu hamil yang terinfeksi dengan virus influenza
akan meningkatkan risiko rawat inap, komplikasi medis yang serius, dan hasil
kehamilan yang merugikan. Imunisasi wanita hamil dengan vaksin virus influenza

6
inaktif efektif dalam mengurangi infeksi saluran pernapasan demam pada wanita
hamil. Imunisasi ibu selama kehamilan juga melindungi bayi yang baru lahir
karena dia melewati antibodi kekebalan di plasenta (antibodi influenza
sebenarnya lebih tinggi di dalam darah tali pusat daripada di darah ibu). Kematian
dengan infeksi virus influenza terjadi paling sering pada bayi kurang dari usia 6
bulan. Sayangnya, selama 6 bulan pertama kehidupan, tidak ada vaksin atau obat
anti-virus influenza yang tersedia. Untuk alasan ini, perempuan hamil harus
menerima vaksin virus influenza dan mereka yang akan membantu untuk merawat
bayi baru lahir harus divaksinasi juga. Studi tentang vaksinasi influenza lebih dari
2.000 wanita hamil telah menunjukkan tidak ada efek samping untuk janin dari
vaksin. Namun, vaksin influenza hidung tidak boleh diberikan kepada wanita
hamil karena merupakan vaksin virus hidup.

Di Amerika Serikat, vaksin ini rutin diberikan wanita hamil selama musim
influenza (Desember sampai maret). Vaksin ini tidak boleh diberikan selama
trimester pertama, karena adanya hubungan antara vaksin influenza dengan aborsi
spontan. Pada wanita hamil dengan kondisi medis yang dapat meningkatkan
risiko komplikasi dari influenza seperti asma, penyakit kardiovaskuler, diabetes,
supresi sistem imun, sebaiknya divaksinasi sebelum musim influenza dan
pemberiannya tanpa memperhatikan usia kehamilan.

2.3 Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan pada wanita hamil


dengan pajanan infeksi spesifik

1. Pneumokokus
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri diplokokus gram positif yang
merupakan penyebab utama pneumonia, meningitis dan bakteremia. pada wanita
hamil dengan faktor risiko seperti diabetes, penyakit kardiovaskuler, asplenia,
imunodefisiensi, asma dan penyakit pernafasan lain dapat menimbulkan
terjadinya infeksi bakteri pneumokokus. Pemberian vaksin pneumokok
direkomendasikan pada wanita hamil dengan faktor risiko. Vaksin yang dberikan
adalah vaksin polisakarida dari 23 tipe Streptococcus pneumoniae. Advisory
Commitee on Immunization Practices (ACIP) menganjurkan pada wanita hamil

7
dengan risiko tinggi diberikan vaksin sebelum hamil. Keamanan vaksin ini selama
kehamilan masih diragukan sampai saat ini.
Diberikan pada triwulan kedua atau ketiga pada wanita dengan risiko tinggi
infeksi pneumokokus atau dengan penyakit kronik (wanita dengan gangguan
jantung, paru, atau penyakit hati; penurunan kekebalan tubuh; diabetes).

2. Rabies

Direkomendasikan bagi mereka yang terpajan dengan rabies. Virus rabies


umumnya ditularkan melalaui saliva gigitan binatang yang terinfeksi. Wisatawan
yang berkunjung ke daerah endemis rabies seperti meksiko, Thailand, Filipina,
India dan Sri Langka dianjurkan mendapatkan vaksin sebelum terpapar. Vaksin
anti rabies diberikan sebelum paparan dengan dosis 1 ml pada hari 0, 7 dan 28
secara intramuskuler. Kemudian booster setelah 1 tahun dan tiap 5 tahun.
Profilaksis sebelum paparan dapat diindikasikan selama kehamilan. Vaksinasi
pasca paparan diberikan HRIG (human rabies immune globulin) 20 IU per Kg di
tempat luka gigitan. Pasien yang sebelumnya sudah diberikan vaksinasi tidak
perlu diberikan HRIG. kehamilan bukanlah kontraindikasi untuk pemberian
profilaksis pasca paparan.

3. Hepatitis A
Belum banyak penelitian mengenai keamanan imunisasi ini selama kehamilan,
namun risikonya rendah (karena vaksin berasal dari virus inaktif). Endemisitas
Hepatitis A cukup tinggi di negara-negara berkembang. Transmisi virus ini
bersifat fecal-oral. Kejadian luar biasa (KLB) biasanya dihubungkan dengan
sumber makanan dan minuman yang tercemar virus. Di Amerika Serikat, hepatitis
A menginfeksi rata-rata 100.000 penduduk pertahun dan 100 diantaranya
meninggal.
Vaksin hepatitis A adalah virus yang diperoleh dari kultur sel diploid dan
diinaktifkan dengan formalin. Karena virus inaktif, secara teoritis perkembangan
janin rendah. Vaksin diberikan pada wanita hamil jika ada fakor risiko antara lain
kecenderungan terpapar hepatitis A, berkunjung ke daerah endemi hepatitis A,
perilaku seks oral-anal atau menggunakan IVDU selama kehamilan. Pemberian
imunoglobulin sangat dianjurkan pada wanita hamil yang terpapar dengan

8
hepatitis A, dan lebih dari 85% efektif mencegah infeksi hepatitis akut. risiko
gangguan pada

4. Vaksin Polio Oral & Vaksin Polio Inaktif


Virus polio adalah enterovirus famili picornaviridae. Dikenal tiga serotipe
berbeda yang menyebabkan penyakit yaitu P1, P2 dan P3. Bila terpapar bisa
menyebabkan infeksi yang asimptomatik atau penyakit paralitik. Individu yang
asimptomatik dapat menularkan penyakit pada individu lebih rentan. Vaksin polio
yang direkomendasikan ACIP pada kehamilan adalah inactivated polio vaccine
(IPV). Virus ini diinaktifkan oleh formaldehid. Meskipun data-data yang ada tidak
menunjukan efek negatif pemberian IPV pada ibu hamil dan janin. Pemberian
vaksin pada kehamilan sebaiknya dihindari dan penggunaannya dibatasi atas
dasar indikasi, meskipun vaksin yang diberikan adalah vaksin inaktif. CDC
membolehkan vaksinasi polio pada kehamilan jika wanita tersebut berisiko tinggi
terkena infeksi polio misalnya berkunjung ke daerah endemi polio.

2.4 Jenis imunisasi yang tidak direkomendasikan pada wanita hamil

1. MMR (Mumps, Measles, Rubella)


Measles disebabkan oleh virus measles dengan menifestasi klinis deman,
coryza, dan rash makulopapular dan eritematosa. Mortalitas terjadi pada 1-2 per
1000 kasus, sering disebabkan sekunder dari pneumonia atau ensefalitis. Mumps
(gondongan) diakibatkan oleh virus mumps dan menimbulkan gejala parotitis,
meningoensefalitis dan orkitis. Komplikasi neurologis pun dapat terjadi seperti
ketulian.
Rubella atau Geman measleas disebabkan oleh virus rubella. Pada orang
dewasa biasanya infeksi yang ditimbulkan ringan.Rubella kongenital dapat
menyebabkan defek lahir yang pada jantung, mata, pendengaran dan saraf. Vaksin
measles, mumps dan rubella (MMR) berisi virus measles, mumps dan rubella
hidup yang dilemahkan. Merupakan kontraindikasi bagi kehamilan karena
kemungkinan risiko kelainan bawaan pada janin. Wanita sebaiknya menunggu
selama 3 bulan sebelum hamil setelah menerima vaksin virus hidup ini.

9
2. Varisela
Tidak dianjurkan selama kehamilan karena kemungkinan infeksi varisela pada
janin (vaksin merupakan virus hidup). Diberikan minimal 1 bulan sebelum
kehamilan. Vaksin varicella adalah virus variccella-zoster hidup yang
dilemahkan. Vaksinasi selama kehamilan dikontraindikasikan karena efek
terhadap fetus belum diketahui. Wanita yang divaksinasi seharusnya menghindari
terjadinya kehamilan selama 4 minggu setelah suntikan. Jika wanita tersebut
kemudian hamil dalam waktu 4 minggu, dia sebaiknya diberikan conseling
tentang dampak yang bisa terjadi terhadap janinnya. Secara teoritis risiko
gangguan perkembangan janin sangat kecil dan vaksinasi varicella bukan indikasi
untuk terminasi kehamilan

3. HPV (Human Papiloma Virus)


Vaksin HPV tidak direkomendasikan pada wanita hamil, karena memiliki kaitan
efek samping terhadap janin dan ibu hamil.

2.5 Jenis vaksin yang tidak boleh diberikan kepada wanita hamil
Sebagai panutan umum, bahwa setiap vaksin yang mengandung antigen hidup
yang dilemahkan (life attenuated vaccines) adalah kontraindikasi bagi wanita
hamil, karena resiko (meskipun secara teoritis dan kebenarannya belum terbukti)
kemungkinan transmisi virus atau bakteri yang berasal dari vaksin ke janin dan
terjadi gangguan perkembangan janin.

Berikut ini adalah jenis vaksin hidup yang dilemahkan (life attenuated
vaccines) yang tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, kecuali dalam keadaan
luar biasa atau keadaan darurat medis :

1. Vaksin influenza hidup (bentuk vaksin influenza semprot hidung), bentuk


vaksin influenza ini belum beredar di Indonesia

2. Oral Polio Vaccine (OPV), vaksin polio tetes kedalam mulut

10
3. Vaksin yang mengandung antigent virus campak

4. Vaksin yang mengandung antigent virus gondongan

5. Vaksin yang mengandung antigent virus campak Jerman

6. Vaksin MMR yang mengandung antigent virus campak, campak Jerman dan
gondongan

7. Vaksin cacar air Variola

8. Vaksin typhus oral yang mengandung bakteri hidup yang dilemahkan (Ty21a)

9. Vaksin Varicella dengan antigent virus hidup yang dilemahkan

10. Vaksin Demam Kuning atau Yellow fever

2.6 Efek samping imunisasi

1. Hepatitis A : nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan,


reaksi alergi

2. Hepatitis B : nyeri di tempat suntikan, demam

3. Influenza : kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan yang dapat


berlangsung hingga 2 hari, demam

4. Tetanus-difteri : demam, nyeri dan bengkak di tempat suntikan

5. MMR : rash, pembengkakan kelenjar getah bening leher, nyeri dan kaku pada
sendi 1 atau 2 minggu setelah vaksinasi

6. Varisela : demam, nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, rash sampai


3minggu setelah imunisasi

7. Pneumokokus : demam, nyeri di tempat suntikan

8. Vaksin Polio Oral : tidak ada

9. Vaksin Polio Inaktif : kemerahan, rasa tidak nyaman di tempat suntikan

Yang Harus Diperhatikan

11
1. Semua vaksin yang mengandung bakteri / virus hidup tidak dianjurkan bagi
wanita hamil, kehamilan sebaiknya dicegah untuk 28 hari setelah penyuntikan
vaksin hidup (varisela, MMR, BCG) namun vaksinasi virus hidup < 28 hari
sebelum kehamilan bukan alasan untuk mengakhiri kehamilan

2. Vaksin virus / bakteri mati dapat diberikan pada wanita hamil namun waktu
ideal untuk pemberian tergantung dari waktu konsepsi

3. Kehamilan tidak mengganggu efisiensi dari vaksin

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal. Wanita hamil
diimunisasi, berarti diberikan vaksin untuk merangsang timbulnya kekebalan
terhadap suatu penyakit tertentu sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Oleh
karena itu, seseorang yang divaksinasi kebal terhadap suatu penyakit tetapi belum
tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Vaksin ialah suatu perbenihan kuman-
kuman yang sudah dibunuh atau dilemahkan. Imunisasi bertujuan untuk
merangsang timbulnya kekebalan dari dalam tubuh dengan memasukkan vaksin.
Bila seseorang mendapat suntikan vaksin, maka tubuh orang itu akan mengadakan
reaksi terhadap vaksin tersebut, yakni dengan membuat antibodi. Setelah antibodi
tersebut terdapat dalam tubuh dalam kadar yang cukup, maka untuk waktu yang
tertentu orang itu akan kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan vaksinasi dengan
vaksin ialah untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit yang bersangkutan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Jamieson DJ, Theiler RN, Rasmussen SA. Emerging Infection and


Pregnancy. Emerg Infect Dis 2006;12(11). [cited 2008 April 19] Available
from: URL: http://www.medscape.com/viewarticle/546764
2. Konsensus Imunisasi Dewasa 2003. Dalam: Djauzi S, Koesnoe S, Putra BA,
editor. Konsensus Imunisasi Dewasa. Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI:
Jakarta;2008. hal. 4-22.
3. Guideline for Vaccinating Pregnant Women from Recommendations of the
Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). October 1998
( Updated May
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/downloads/b_preg_guide.pdf.
4. Sur DK, Wallis DH, O'Connell TX. Vaccinations in pregnancy. Am Fam
Physician 2003; 68:E299-309
5. Fauci AS, Kasper, Longo DL et all, editors. Harrison's Internal Medicine:
Introduction to the Immune System. 17th Ed. McGraw-Hill: United States of
America ; 2008. Chapter 308.
6. Brent RL. Risks and benefits of immunizing pregnant women : the risk of
doing nothing. Reproductive Toxicology 2006; 21:383-9
7. Brent RL. Immunization of pregnant women : reproductive, medical and
societal risks. Vaccine 2003; 21:3413-21
8. Englund JA. The influence of maternal immunization on infant immune
responses. J Comp Path 2007; 137: S16-S19
9. Glezen WP. Effect of maternal antibodies on the infant immune response.
Vaccine 2003 ; 21: 3389-92 2007 ). [cited 2009 September 3] Available
from: URL:
10. CDC. Immunization & Pregnancy. [Cited 2009 September 3] Available
from: http://www.cdc.gov/vaccine/download/b_preg_chart.pdf.

14

Anda mungkin juga menyukai