Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI “A” USIA 1 BULAN DENGAN IMUNISASI BCG

DI POLINDES NY “U” DESA COBAN BLIMBING - WONOREJO

NAMA : YUNITA WIJAYANTI


NIM : 10413067

AKADEMI KEBIDANAN SAKINAH PASURUAN


JL.KARYA BHAKTI KRAJAN 1 PUKUL KECAMTAN KRATON
KABUPATEN PASURUAN
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan kebidanan ini telah disahkan pada


Tanggal......................................

Dengan judul

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI “A” USIA 1 BULAN DENGAN IMUNISASI BCG

DI POLINDES NY “U” DESA COBAN BLIMBING - WONOREJO

Mahasiswa

(Yunita Wijayanti)

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Praktik

................................. ............................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1      LATAR BELAKANG
Lingkungan kita mengandung berbagai macam-macam agen infeksi, seperti virus,
jamur, dan parasit dengan ukuran bentuk dan sifat berbedabeda. Banyak dari agen ini
dapat menyebabkan kerusakan patologis dan akhirnya membunuh hospes jika penyebaran
tidak dihambat. Pada invidu normal sebagian besar berlangsung dalam jangka waktu
terbatas dan menyebabkan sedikit sekali kerusakan permanan karena sistem imun
melawan agen infeksi dan mengendalikan dan melenyapkan sebelum mendapatkan
tempat berpijak.
Tubuh manusia dilengkapi dengan sederetan mekanisme pertahanan yang bekerja
sebagai payung protekrif untuk menyegah masuk dan menyebarnya agen innfeksi.
Mekanisme pertahanan ini di bagi menjadi 2 kelompok fungsional yaitu mekanisme
pertahanan non spesifik meliputi kulit dan membrane mukosa, sel-sel fagosit,
komplemen, lizosim, interferon, dan berbagai faktor humoral lain. Semua mekanisme
pertahanan ini berperan sebaga garis pertahanan pertama dan menghambat kebanyakan
patogen potensial sebelum menjadi infeksi yang tampak.
Mekanisme pertahan spesifik meliputi sistem produksi antibodi oleh sel B dan system
imunitas seluler oleh sel T. sistem pertahanan ini bersifa adaptif dan didapat yaitu
menghasilkan reaksi spesifik pada setiap agen infeksi yang dikenali karena terjadi
pemajanan terhadap mikroba atau determinan antigenetic tersebut sebelumnya. Sehingga
pertahanan ini sangat efektif dalam memberantas infeksi serta mengingat agen infeksi
tertenu sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit dikemudian hari. Hal ini menjadi
dasar imunisasi.
Dalam tubuh pertahanan non spesifik dan spesifik bekerja sama untuk melenyapkan
infeksi. Respon imun ditengai oleh beberapa sel dan molekul larut yang sekresi oleh sel-
sel tersebut. Sel-sel utama yang terlibat dalam reaksi imun adalah limfosit (sel B, sel T,
sel NK), fagosit (neutrofil, eosinofil, monosit, dan makrofag), sel asesori (basofil, sel
mast, dan trobosit), sel-sel jaringan dan lain-lain. Bahan larut yang disekresi dapat berupa
antibody, komplemen, dan mediator radang, dan sitokin. Walaupun bkan merupakan
bagian utama dari respon imun, sel-sel lain dalam jaringan juga dapat berperan serta
dengan memberi isyaat pada limosit atau berespons, terhadap sitokin yang dilepaskan
oleh limfosit dan makrofrg.
Meskipun BCG merupakan vksin yang paling banyak di gunakan di dunia (85% banyi
menerima 1 dosis BCG pada tahun 1993). Tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat
bervariasi dan belum ada penanda proteksi imunologis terhadap tuberculosis yang dapat
dipercaya. Kemampuan klinis untuk mencegah tuberculosis paru berkisar dari nol dari
Amerika Serikat sebelah selatan dan selatan India Selatan.
Data lain menunjukkan bahwa BCG mampu melindungi anak dari meningitis
tuberklulosis melier dengan derajat proteksi sekitar 86%. Data ini menimbulkan hipotesis
bahwa BCG melindungi terhadap penyebaran bakteri secara hematogen, tetapi tidak
mampu membatasi pertumbuhan fokus yang terlokaliasasi seperti pada tuberculosis paru.
BCG juga melindungi anak dari lepra dengan perkiraan kemampuan sampai 80% di
Uganda (fire 989).
(Samik, A, Prof. dr. system imuun, dan penyakit imun. hal 53-54)
Sedangkan anti bodi terhadap virus polio dapat ditransmisikan melalui plasenta.
Meskipun demikian pada noenatus yang mendapatkan satu dosis vaksin polio oral, 70-
100%nya akan mengembangkan imunitas lokal pada usus dan 30% - 50%-nya akan
mengmbangkan antibody serum terhadap satu atau lebih tipe virus polio. Kebanyakan
bayi mengekskresikan virus selama 4 minggu pasca imunisasi sehingga pemberian satu
dosis vaksin polio oral pada saat lahir atau selambat-lambatnya 2 minggu sesudah lahir
tidak akan mengganggu pemberian dosis imunisasi dasar yang dianjurkan mulai
diberikan pada umur 6 minggu. Pemberian polio oral tambahan pada saat lahir
meningkatkan angka sorokonversipada umur yang lebih muda daripada bila hanya
diberikan 3 dosis. Alasan lain memberikan vaksin folio oral pada saat lahir dan
menyelesaikan seri DPT/ polio lebih awal adalah karena anak yang lebih tinggi. Paralysis
yang diprovokasi oleh pemberian injeksi, termasuk vaksin DPT, terjadi saaat anak masih
berada dalam masa inkubasi virus polio.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN
Vaksin berasal dari kata vaccinia atau vacca berarti sapi dalam bahasa latin.
Sebutan vaksin, diberikan oleh Louis Pasteur yang semula menggunakan istilah
variolation atau memberikan virus variola sapi atau cacar sapi dengan tujuan memperoleh
kekebalan terhadap cacar pada manusia. Karena vaksin ditujukan untuk memperoleh
kekebalan atau imunitas, maka disebut juga sebagai imunisasi.
Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman (bakteri maupun
virus), komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan, atau
tiruan kuman dan berguna untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang.
Imunisasi adalah upaya memberikan bahan untuk merangsang produksi daya tahan tubuh.
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan tubuh kepada bayi dan anak
serta ibu hamil terhadap penyakit tertentu.
(Samik Wahab, A, Prof, Dr. dr, sistem imun, imuniisasi dan penyakit umum. Hal: 38).
Vaksin menyebabkan tubuh kita memproduksi “antibody”, tetapi tidak menimbulkan
penyakit bahkan anak menjadi kebal. Setelah di vaksinasi, kadang-kadang terjadi panas,
ini bukanlah penyakit tetapi reaksi dari vaksinasi yang akan hilang dalam 1-2 hari,
imunisasi dibagi 2 macam yaitu imunisasi program dan imunisasi non program
2.      TUJUAN IMUNISASI
Membentuk daya tahan tubuh sehingga bayi/ anak terhindar dari penyakit tertentu dan
kalu terkena penyakit tidak menyebabkan kecamatan atau kematian.
(Samik Wahab, A, Prof, Dr. dr, sistem imun, imuniisasi dan penyakit umum. Hal: 39)
3. IMUNISASI PROGRAM
3.1. Imunisasi BCG
Vaksin BCG (Bacille Calmeter-Guerin) melindungi anak terhadap penyakit
Tubercollusis (TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan
oleh Calmette-Guerin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proeksi
BCG berkurang jika telah ada sensitisasi dengan mikrobakteri lingkungan sebelumnya.
Tetapi data ini tidak konsisten oleh karena itu BCG dianjurkan diberikan selama dalam
masa inkubasi (dari lahir sampai umur 2-3 bulan) terlebih dahulu untuk mngetahui
apakah anak telah terinfeksi mikrobakterium atau belum. Derajat proteksi BCG tidak
berkorelasi dengan derajat uji sensitivitas tuberculin sesudah imunisasi atau dilakukan uji
tuberculin sesudah imunisasi atau ukuran perut BCG.
Karena derajat proteksi BCG dari tuberculosis paru diragukan, tujuan utama program
pengendalian tuberculosis adalah penemuan kasus dan pengobatan. Namun, imunisasi
BCG pada saat lahir diharapka dapat mengurangi morbiditas dan moralitas tuberculosis
pada anak.
Iminisasi BCG diberikan pada umur 2-3 bulan (dalam masa inkubasi) karena imunitas
seluler, sedangkan imunitas seluler tidak diturunkan melewati plasenta. Pada daerah-
daerah bukan endemis tuberculosis, BCG dapat diberikan pada umur yang lebih tua.
Pedoman departemen kesehatan RI agar imunisasi BCG diberikan pada umur antara 0-12
bulan, tetap disetujui dengan alasan untuk mendapatkan cakupan yang lebih luas.
Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak adalah 0,10 ml.
Imunisasi diberikan intrakutan didaerah insersi muskulus deltoideus kanan. BCG ulangan
tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.
(Samik,A, Prof. Dr.dr.sistem imun, imunisasi, dan penyakit imun. Hal 53-54)

3.2. Vaksin Hepatitis


         Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus yang termasuk anggota Pocornaviridae. Virus ini dikenal
tahan panas. Misalnya, kerang-kerangan yang direbus, dimana bagian tengahnya tidak
masak dan seringkali mengandung virus. Hepatistis A sering disebut sakit kuning akibat
penyakit peradangan liver.
Cara penularannya bersifat fecal oral yakni virus dibuang oleh penderita melalui tinja
dan berada dilingkungan. Setelah virus mengontaminasi makanan kemudian masuk
kedalam usus. Tidak ada obat spesifik untuk penyakit ini, kecuali istirahat yang
diperkirakan boas memperbaiki kemampuan liver untuk berfungsi, serta diberikan obat
secara simptomatik untuk mengurangi keluhan klinis dan food supplement untuk
meningkatkan kekebalan. Beberapa unit penelitian dan pengembangan produsen vaksin
ini sedang mengembangkan vaksin oral hepatitis A.
         Hepatitis B
Adalah penyakit infeksi yang menyerang organ hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B dan bisa menyerang semua kelompok umur. Namun demikian, penyakit ini
juga merupakan penyakit yang sangat serius, karena memiliki potensi bias menimbulkan
kanker dan pengerasan hati (sirosis).
Gejala klinik dari Hepatitis B sangat beragam dari yang tidak bergejala
(asymptomatik) sampai dengan berbagai macam keluhan antara lain cepat lelah disusul
dengan perut kembung, serta rasa tidak enak di perut, tidak nafsu makan, mual, BB turun,
kadang-kadang demam, selaput mata dan kencing menjadi kuning. Stadium lebih lanjut
akibatnya menjadi pengerasan dan kanker hati yang dapat berakhir dengan kematian
3.3. Vaksin Polio
Gejala awal dapat berupa anak rewel, batuk-batuk dan demam seperti influenza,
kemudian diikuti dengan leher kakum sakit kepala, otot badan dan kaki terasa sakit
setelah dua hari dan akhirnya lumpuh. Kelumpuhan bisa menyerang kaki, tangan dan otot
menelan. Polio sangat menular. Penularan ini akan meluas dengan cepat pada daerah
yang perumahannya sangat rapat dan kesehatan lingkungan kotor. Vaksin untuk
mencegah folio adalah vaksin folio. Resiko terjadinya polio paralitik akibat vaksin
setelah penggunaan vaksin polio oral (sabin) pada anak yang imunokompeten adalah satu
kasus untuk setiap 750.000 anak yang divaksinasi. Resikonya berkurang 20 kali lipat
pada pemberian selanjutnya. Resiko terjadinya VAPP meningkat 3000 kali pada
penderita gangguan sistem kekebalan. Terutama pada penderita agammaglobulinemia
atau hipogammalobulinemia kontak rumah tangga atau komonitas anak yang baru diberi
vaksin polio oral dapat disekresi ditijauselama beberapa minggu.
(Samik,,Prof.Dr.dr.sistem imun, imunisasi, dan oenyakit imun. Hal 59-60)
3.4. Vaksin Campak
Gejalanya : panas, pilek, batuk, mata belekan merupakan tanda awal yang diikuti
dengan bercak-bercaj merah di kulit. Bercak merah biasanya mulai di dahi kemudian
menyebar ke muka, badan, tangan, dan kaki. Pada masa penyembuhan, bercak merah
akan berubah kehitaman (hiperpigmentasi) dan diikuti dengan pengelupasan kulit
(dekswamasi).
Penyakit ini sangat menular dan menyerang pada hampir semua anak. Akibat dari
penyakit adalah radang telinga, radang mata, diare, radang paru-paru dan radang otak.
Penyakit ini sering menyerang pada anak yang kurang gizi, kematian karena radang paru-
paru. Vaksin untuk mencegah penyakit campak adalah vaksin campak.

3.5. Vaksin DPT (Difteri Pertusis dan Tetanus)


Terdiri dari Toxoid Difteri, bakteri Pertusis dan Tetanus Toxoid. Kadang-kadang
disebut “Triple” Vaksin.
         Toxoid Difteri
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT atau DT. Difteri disebabkan oleh
bakteri yang memproduksi racun yang dapat menyerang jantung. Gejalanya : leher
membengkak, terbanetung selaput puth keabuan di tenggorokan dan hidung mudah
berdarah dan menymbat jalan nafas sehingga harus dirawat di Rumah Sakit.
Jika menyerang syaraf, terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan anak akan meninggal.
Vaksin untuk mencegah penyakit difteri adalah DPT untuk bayi dan DT untuk anak
sekolah.
         Pentusis
Gejalanya : demam dan batuk selama 1 minggu, kemudian batuknya semakin sering.
Batuknya panjang, diikuti dengan tarikan nafas yang dalam sehingga menimbulkan bunyi
“huup” kemudian muntah.
Akibat lanjut dari penyakit ini : radang paru-paru, pendarahan selaput mata, tarun
berok (hernia), kerusakan otak yang dapat menyebabkan terjadinya kematian.

         Tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari DPT, DT atau sebagai TT. Penyakit tetanus
pada anak-anak timbul melalui luka kecil dan dalam (tertusuk paku, radang telinga).
Gejalanya : mulut anak menjadi kaku dan sukar dibuka. Selanjutnya punggung kaku dan
melengkung mulai dari bahu sampai pinggul, kejang-kejang pada seluruh tubuh yang
timbul akibat adanya rangsangan cahaya.

4. IMUNISASI NON PROGRAM


4.1 Vaksin Cacar (Varicella)
Gejalanya : demam, lemah, kemerahan dikulit, kemudian timbul vesikel atau
bentol-bentol berisi cairan yang apabila tersentuh mudah pecah dan apabila mengering
disebut crust. Biasanya ditempat timbulnya akan terasa gatal.
Cara penularannya : melalui udara, melalui percikan ludah atau sistem saluran
nafas bagian atas atau kontak dengan cairan vesikel cacar air.
4.2. Vaksin Kolera
Merupakan penyakit menular akur yang dapat menyebabkan dehidrasi atau
kekurangan cairan dalam waktu relatif cepat, sehingga menimbulkan gangguan elerolit
tubuh, dan akhirnya kematian.
Penyakit ini ditandai dengan sakit perut dan muntah-muntah maupun diare yang
terjadi secara spontan mengembus dan tidak dapat dikendalikan, hingga yang
bersangkutan menderita dehidrasi luar biasa.
4.3. Vaksin Diare Rotavirus
Gejalanya : diare yang tiba-tiba dan spontan, disertai muntah, serta demam.
Biasanya mula-mula tampak sakit biasa saja, namun penyakit berkembangan dengan
cepat. Satu dari 74 anak mengalami dehidrasi dengan cepat dalam waktu 4-5 hari.
Penyakit Diare Rotavirus ini, juga sering dialami oleh binatang mamalia dan beberapa
burung yang memiliki kesamaan grup virus Rotavirus.
4.3. Vaksin Diare Rotavirus
Gejalanya : diare yang tiba-tiba dan spontan, disertai muntah, serta demam.
Biasanya mula-mula tampak sakit biasa saja, namun penyakit berkembang dengan cepat.
Satu dari 75 anak mengalami dehidrasi dengan cepat dalam waktu 4-5 hari. Penyakit
Diare Rotavirus ini, juga sering dialami oleh binatang dan beberapa burung yang
memiliki kesamaan grup virus Rotavirus.
Cara penularannya masih belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan
melalui kontak atau melalui udara.

4.4. Vaksin Japanese Encephalitis


Merupakan penyakit radang otak yang disebabkan oleh virus yang tergolong
famili flaviviridae dan ditularkan melalui gigitan nyamuk culex tritaniorhynchus. Gejala :
demam, sakit perut dan muntah, gejala syaraf seperti kesulitan bicara, kejang. Kelainan
motorik dan koma. Apabila penderita bisa bertahan hidup, maka akan terdapat kecacatan
yang bersifat permanen.

4.5. Vaksin Influenza


Gejala influenza cukup bervariasi misalnya demam tinggi biasanya berkisar antara
38 hingga 40o C yang bisa berlangsung 3 atau 5 hari. Gejala lain misalnya batuk tidak
produktif, running noise (hidung menjadi sangat produktif mengeluarkan cairan), disusul
rasa lelah dan lemah yang luar biasa, sakit otot dan menggigil, onoreksa, sakit
tenggorokan, diare, takut cahaya, dan sakit perut.

4.6. Vaksin Rubella


Rubella disebut juga sebagai German Measies karena mula-mula orang Jerman
berpikir bahwa penyakit rubella identikdengan measies atau penyakit campak.
Penularannya melalui udara dan masuk melalui nasofaring daerah hidung dan
tenggorokan. Masa inkubasi biasanya terjadi antara 2-3 minggu. Awalnya dari penyakit
ini mula-mula tanpa gejala, disusul dengan peradangan pembengkakan kelenjar limfe,
demam, malaise, conjunctivitis, kemerahan pada mata serta timbul bercak-bercak
kemerahan pada daerah wajah dan leher, kemudian rasa tersebut menyebar disertai
demam, pegal otot dan sendi.

PEMBERIAN IMUNISASI

IMUNISASI PROGRAM
1. BCG
Umur : 0 – 11 bulan
Dosis : 0,05 cc
Cara : Suntikan intrakuran, tepatnya di insertion M.
Delttoideus kanan
Jumlah suntikan : Satu kali
Kontra indikasi : Sakit kulit (luka) ditempat suntikan
Pemeriksaan Scar BCG : Pada kunjungan berikutnya periksa pembekakan
luka atau scar yang terjadi ditempat suntikan,
atau kelenjar limphe setempat. Untuk menilai
program imunisasi, scar BCG dipakai sebagai
tanda bahwa si anak telah mendapat BCG.
Untuk hal ini maka pemberian BCG harus
ditempat yang sudah ditentukan dan harus tetap,
yaitu lengan kanan atas.
2. HEPATITIS
Umur : Mulai 0 bulan untuk bayi yang dilahirkan di RS.
Dan mulai 2 bulan untuk bayi yang datang ke
posyandu / puskesmas.
Dosis : 0,5 cc / pemberian
Cara : Suntikan intra muskuler pada paha bagian luar
Jumlah suntikan : 3 kali
Selang waktu : 3 dosis, dengan jarak antar suntikan 1 bulan
Pemberian kontra indikasi : Umumnya tidak ada

3. POLIO
Umur : 0 – 11 bulan
Dosis : 2 tetes setiap kali pemberian (lihat petunjuk)
Cara : Meneteskan ke dalam mulut
Selang waktu pemberian : Berikan 4x, dengan jarak minimla 4 minggu.
Tunggu paling cepat 4 minggu jarak antara
pemberian I dan berikutnya. Kalau tidak,
kekebalan yang dihasilkan kurang baik. Tidak
perlu mengulang dosis I, bila ada kelambatan
pemeberian polio 2. Ada dua jenis vaksin
polimyelitis yaitu vaksin yang diberikan per oral
dan yng diberikan secara suntikan. Vaksin
poliomielitis oral (sabin) mengandung tiga tipe.
Virus polio hidup yang dilemahkan (virus polio
1,2, dan 3) karena harganya yang murah, mudah
pemberiannya, dapat menginduksi imunitas
intensial, dan berpotensi menginfeksi secara
sekunderpemberian vaksin polio oral trivalent
sebagai vaksin pilihan untuk
pemberantasanpoliomielitis.
Kontra indikasi : Umumnya tidak ada
Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik
karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus diare berat. Vaksin akan tetap
diberikan, kemudian dicoba mengulangi lagi 4 minggu setelah pemberian polio4.
4.DPT
Umur : 2 – 11 bulan
Dosis : 0,5 cc
Cara : Intra muskuler / sub kutan
Jumlah suntikan : 3 kali
Selang waktu pemberian : Minimal 4 minggu (sama seperti pemberian
polio). Tunggu cepat 4 minggu antara dua
suntikan. Kalau tidak, kekebalan yang
dihasilkan kurang baik. Tidak perlu mengulang
DPT I, bila ada kelambatan pemberian DPT 2.
Kontra indikasi : Panas, rasa sakit di daerah suntikan, peradangan
dan kejang-kejang
5. CAMPAK
Umur : 9 bulan. Pada umunya vaksinasi pada bayi yang
berumur kurang dari 9 bulan tidak menghasilkan
kekebalan yang baik karena gangguan dari
antibody yang dibawa sejak lahir diperoleh dari
ibunya sewaktu bayi dalam kandungan.
Dosis : 0,5 cc
Cara : Suntikan secara sub kutan biasanya dilengan kiri
bagian atas.
Jumlah suntikan : 1 kali. Dapat diberikan bersamaan dengan
pemberian vaksin yang lain, tapi tidak dicampur
dalam satu semprit.
Kontra indikasi : Panas dan kemerahan
Anak-anak mungkin panas selama 1-3 hari setelah satu minggu penyuntikan,
kadang-kadang disertai kemerahan seperti penderita campak ringan. Hal ini
harus diberitahukan kepada ibu agar jika 1 minggu setelah penyuntikan panasnya
tinggi supaya diberi ¼ tablet antipiretik dan beri keyakinan bahwa bila anaknya
kena penyakit campak akibatnya jauh lebih berat bila dibandingkan efek samping
vaksinasi campak.

5.      KAPAN IMUNISASI TIDAK BOLEH DIBERIKAN


Keadaan-keadaan yang timbul setelah iminisasi berbeda pada masing-masing imunisasi,
seperti yang uraikan di bawah ini :
a.       BGC, tidak diberikan kepad bayi yang sedang menderita kulit lama, sedangkan TBC dan
panas tinggi.
b.      DPT, tidak dinerikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi, dan kejang.
c.       Polio tidak diberikan bila iare dan sakit parah.
d.      Campak, tidak diberikan bila banyi sakit mendadak dan panas tinggi.
(Vrney, Helen, “Buku saku bidan” hal 293)

6. KEADAAN YANG TIMBUL SETELAH IMUNISASI


Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasiberbeda pada masing-masing imunisasi,
seperti yang diuraikan dibawah ini.
a.   BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah.
b.  DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi, tapiakan
turun dalam 1-2 hari. Ditempat suntikan merah dan bengkak serta sakit, walaupun
demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
c.   Campak, panas dan umumnya diserati kemerahan yang timbul 4-10 hari setelah setelah
penyuntikan.
(Varney, Helen, “Buku saku bidan” Hal 293)

7.      TEMPAT PELAYANAN IMUNISASI


Pelayanan imunisasi dapat diperoleh pada :
a.       Posyandu
b.      Puskesmas
c.       Bidan/ Dokter Praktek
d.      Rumah bersalin
e.       Rumah sakit
(Buku ilmu kesehatan bayi dan balita hal : 37)

8.      PERAWATAN YANG DIBERIKN SETELAH IMUNISASI


Perawatan yang dapat dilakukan setelah diberikan imunisasi antara lain :
d.  BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak diketiak anjurkan ke
puskesmas;
e.   DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan
kompres dingin.
f.   Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.
(Sanik Wahab, A,Prof, Dr.dr, sistem imun, imunisasi dan peyakit umum. Hal 103)

BAB III
TINJAU KASUS

3.1.1            LANGKAH-LANGKAH (PENGUMPULAN DATA)


3.1.2            DATA SUBYEKTIF
1.      Biodata
Nama bayi : Bayi “A”
Umur : 1 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Cara lahir spontan : Spontan B
Anak Ke : 2 (dua)
2.      Boidata
Nama Istri : Ny.”L” Nama : Tn. ”A”
Umur : 27 Th Umur : 32 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/ Bangsa: Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Coban Blimbing Alamat : Coban blimbing
3.      Alasan kunjungan
Ibu datang bersama banyinya untuk mengimunisasikan bayinya.
4.      Riwayat kehamilan
a.   Prenatal
Ibu mengatakan waktu hamil tidak pernah menderita Hipertensi, DM, Jantung, Hepatitis,
asma, Rubella & Torch.
Ibu rutin memeriksa kehamilannya ke BPS Endang M. Adji, dan keadaan janinnya baik,
gerakan janin dirasakan ibu pertama kali pada usia kehamilan ± 5 bulan. Obat-obtan yang
dikonsumsi ibu selama hamil : Vitamin. Fe. Kalk.

b.  Riwayat Natal


Ibu mengatakan usia kehamilan ± 9 bulan. Persalinan ditolong oleh bidan, dengan
persalianan spontan belakang kepala, bayinya langsung menangis dan BB = 2700 gr, PB
= 49 cm, LK = 34 cm. tidak ada kelainan kongenital.
c.   Riwayat Post Natal
      Keadaan umum bayi baik, reflek menghisap baik, tomus otot aktif, warna kulit
kemerahan, tidak ada tanda-tanda infeksi dan pendarahan pada tali pusat.
      Keadaan umum ibu baik, TFU tidak teraba, UC baik. Lochea sanginiolenta ± 20 cc.
5.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu Klien mengatakan, klien dalam keadaan sehat dan tidak sedang dalam keadaan sakit
panas, pilek dan batuk.
6.      Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu Klien mengatakan Klien pernah menderita sakit panas, pilek dan batuk dan tidak
pernah menderita penyakit Kronis (Hepatitis TB, Paru, Pneumonia)
7.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu Klien mengatakan keluarga dari pihak Ibu pernah menderita sakit panas, pilek dan
batuk dan tidak pernah menderita penyakit menular, menahun dan keturunan seperti DM,
Asma, TB, Paru, Hepatitis.
8.      Latar Belakang Sosial Budaya
Dalam keluarga klien, tidak ada kebiasaan merugikan kesehatan seperti memeberikan
makanan tambahan saat bayi usia 0 bulan, memberi ramuan pada tali pusat bayi.
Kebiasaan yang mendukung kesehatan dalam keluarga antara lain : menyusui banyinya
sampai usia 2 tahun dan memberikan ASI saja tanpa PASI sampai usia 4 bulan pertama.

9.      Kebutuhan Dasar


a.       Pola Nutrisi
Ibu mengatakan selama ini anaknya hanya menetek ASI dan tidak pernah diberikan
makanan/ susu pendamping (PASI) ibu meneteki sesuai keinginan bayi.
b.      Pola Eliminasi
Bayi BAB 1-2 x/hr, konsistensi Lunak, BAK ± 5-6 hari. Warna kuning tidak ada
kelainan.
c.       Pola Istirahat
Bayi tidur 18-20 jam/hari. Tidak ada gangguan dalam istirahat tidur.
d.      Pola Aktivitas
Bayi menagis saat lapar, BAB, BAK. Tomus otot baik.
e.       Pola Personal Hygiene.
Bayi mandi 2 x/hr, dimandikan oleh ibunya. Ganti pakaian setiap kali mandi, ganti popok
setiap kali BAK & BAB sebelumnya dibersikan dulu dengan lap basah.
A      Data Obyektif
1.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum : baik
b.      Kesadaran : Composmentris
c.       TTV : RR : 28 x/mnt
BB : 3 ½ kg
umur : 1 Bulan

Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak ada benjolan


Muka : Simetris, sclera tidak ikterus, conjungtiva tidak anemis
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, bersih
Mulut : Tidak ada labiopatoskisis, bibir tidak kering, lidah bersih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : tidak ada retraksi intercostrae
Abdomen : tidak kembung, tidak ada massa
Genetalia : tidak ada pembesaran
Anus : ada
Ekstramitas : Simetris, tidak ada polidaktili / syndaktili

2.      Pemeriksaan tingkat perkembangan


       Adaptasi sosial : Bayi dapat beradaptasi dengan orang tua dan orang lain
b.      Bahasa : Bayi mampu mengucapkan dua suku kata misal : mama
c.       Motorik halus : Pasien dapat menggegam, menggunakan tangan dan kaki
d.      Motorik kasar : Duduk, merangkak, belajar berdiri dan berjalan

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH


Dx : Bayi umur 1 bulan BB : 3 ½ kg dengan imunisasi campak
Ds : Ibu datang dengan bayinya umur 1 bln dan ingin imunisasi campak
Do : K/u : Baik
BB : 3 ½ kg
RR : 28 x/mnt
Masalah :-
Kebutuhan : Perawatan bayi setelah pemberian imunisasi
Menjaga personal hygiene bayi

LANGKAH III ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Tidak ada
LANGKAH IV IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak ada
LANGKAH V INTERVENSI
Tanggal : 26 November 2007
Dx : Bayi umur 1 Bulan BB : 3 ½ kg dengan imunisasi campak
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan bayi telah mendapatkan
imunisasi campak
Kriteria : Imunisasi campak telah masuk ke tubuh bayi

Intervensi
1.      Lakukan pendekatan pada bayi dan keluarga
Rasional : Menjalin hubungan yang baik dan menciptakan keprcayaan pada keluarga
terhadap petugas
2.      Berikan penjelasan pada keluarga bayi tentang vaksinasi BCG dan efek sampingnya
Rasional : Ibu dapat mengerti tentang vaksinasi campak dan efek sampingnya
3.      Lakukan persiapan injeksi BCG
Rasional : Agar proses injeksi berjalan dengan lancar
4.      Lakukan penjelasan tentang tindakan injeksi vaksin BCG
Rasional : Penjelasan petugas pada keluarga membantu kelancaran dalam melakukan
tindakan
5.      Lakukan injeksi vaksinasi BCG
Rasional : Anak telah mendapatkan vaksin BCG
6.      Anjurkan ibu agar tidak menekan bekas suntikan
Rasional : Pencegahan terjadinya kegagalan imunisasi
LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal : 26 November 2007
Dx : bayi umur 1 bulan BB : 3 ½ kg dengan imunisasi BCG
Melakukan pendekatan pada bayi dan keluarga dengan melakukan
Jam 07.00
anamnesa
Memberikan penjelasan pada keluarga tentang vaksinasi BCG dan
efek sampingnya bahwa vaksinasi BCG di suntikan pada 1/3
Jam 07.10
lengan luar bagian kanan (Imunisasi diberikan intrakutan didaerah
insersi muskulus deltoideus kanan)
Melakukan persiapan injeksi vaksin BCG
Alat : spuit 3 cc
Jam 08.00
Vaksin BCG dalam flacon
Kapas dan air DTT
Memberikan penjelasan tentang tindakan injeksi vaksin BCG
bahwa vaksinasi BCG di suntikan pada 1/3 lengan luar bagian
Jam 08.10 kanan (Imunisasi diberikan intrakutan didaerah insersi muskulus
deltoideus kanan) dan meminta keluarga untuk membantu
memegang tangan dan tubuh bayi
Melakukan injeksi vaksin BCG 0,1 ml secara IC dengan
mengoleskan kapas DTT dahulu dengan arah dari atas ke bawah
jarum secara IC dan kita tidak perlu melakukan aspirasi, setelah itu
Jam 08.15 kita masukkan vaksin secara perlahan – lahan dan kita usap tidak
perlu ditekan dengan kapas DTT setelah jarum keluar, kita minta
pada keluarga untuk tidak menekan bekas suntikan dan segera
menggendong bayinya
Jam 08.25 Menganjurkan pada keluarga untuk tidak menekan bekas suntikan
Menganjurkan keluarga / ibu kembali untuk pemberian imunisasi
Jam 08.40
Combo 1dan polio 2

LANGKAH VII EVALUASI


Dx : bayi umur 1 bulan BB : 3 ½ Kg dengan imunisasi campak
S : Ibu mengatakan bahwa bayinya telah disuntik imunisasi BCG
O : K/u bayi baik
Imunisasi BCG telah dimasukkan ke dalam tubuh bayi jam 08.15
A : Tujuan berhasil
P :
- Anjurkan ibu untuk tidak enekan bagian suntikan
- Memberitahu komplikasi yang terjadi
- Jika terjadi sesuatu komplikasi maka segera bawa ke R.S atau Puskesmas
terdekat
BAB IV
PENUTUP

A          KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada By. “A” dengan imunisasi campak
Dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1.      Dalam melakukan pengkajian diperlukan adanya ketelitian, kepekaan dan peranan dari
ibu hamil sehingga diperoleh data yang menunjang untuk mengangkat diagnosa
kebidanan.
2.      Dalam analisa data dan mengangkat diagnosa kebidanan pada dasarnya merigacu pada
tinjauan pustaka & adanya perubahan serta keseimbangan dengan tinjauan pustaka
tergantung pada kondisi ibu hamil.
3.      Pada dasarnya perencanaan yang ada pada tinjauan pustaka tidak semuanya dapat
direncanakan pada tinjauan kasus nyata, karena dalam perencanaan disesuaikan dengan
masalah yang ada pada saat itu, sehingga masalah yang ada pada tinjauan pustaka tidak
akan direncanakan jika tidak ada tinjauan kasus nyata
4.      Setelah penulisan mengadakan evaluasi pada By. “A” dengan imunisasi BCG maka
sebagian dari semua masalah dapat diatasi

B           SARAN
1.      Bagi petugas.
Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan
kemampuan & keterampilan yang dimiliki serta harus memiliki kerja sama yang baik
dengan petugas kesehatan yang lain, klien dan keluarga.
2.      Bagi klien.
Klien harus dapat bekerja sama dengan baik dengan tenaga kesehatan agar keberhasilan
dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah klien dapat terpecah

Anda mungkin juga menyukai