Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA Nn.

S USIA 18
TAHUN WUS DENGAN CATIN
DI PUSKESMAS SARONGGI

OLEH:
DESI HARTINI NINGSIH, SST
NPM. 721650111

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2021
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA Nn. S USIA 18
TAHUN WUS DENGAN CATIN
DI PUSKESMAS SARONGGI

Disetujui di Poli Kesehatan Reproduksi

Mahasiswa

DESI HARTINI NINGSIH, SST


NPM. 721650111

Mengetahui Mengetahui
Dosen Pembimbing Klinik Pembimbing Lahan Praktek

AHMANIYAH, S.ST.M.Tr.Keb. Hj. SITI HATIJAH, S.ST.


NIDN. 0726058501 NIP . 197104220 199102 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, serta sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
“Asuhan Kebidanan Pranikah” ini dengan baik.

Laporan asuhan kebidanan ini hanya terbatas karya manusia yang tidak lepas dari
kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata, oleh karena itu
kritik dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan asuhan
kebidanan ini, dan semoga laporan ini bermanfaat bagi semuanya.

Sumenep, 23 Oktober 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................ iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3


2.1 Teori ........................................................................................................... 3
2.2 Managemen Asuhan Kebidanan ................................................................ 7
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................ 8
Format Terlampir ............................................................................................. 8
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 12
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 13
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 13
5.2 Saran........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, pasangan calon pengantin yang akan menikah harus

menyiapkan banyak hal. Pasangan yang akan menikah sudah akrab

dengan premarital test atau tes kesehatan pranikah. Dimana pasangan

calon pengantin akan melakukan tes kesehatan dengan lengkap. Salah

satu yang harus dipenuhi dan merupakan aturan wajib dari pemerintah

adalah imunisasi tetanus toksoid (TT). Calon pengantin yang perduli

akan kesehatan tentunya akan mendapatkan imunisasi tetanus toksoid.

Suntik ini direkomendasikan bagi calon pengantin wanita (Kemenkes

RI,2012).

Target pemberian vaksin ini tidak hanya pada perempuan yang

akan menikah saja, tetapi juga pada wanita usia subur. Imunisasi ini

dahulu ditujukan bagi kaum wanita di daerah pedesaan dan terpencil.

Namun demikian di lapanganjustru kaum wanita pedesaan lebih banyak

untuk melakukan imunisasi dibandingkan di daerah perkotaan karena

beberapa wanita tidak mendapat suntik tetanus toksoid karena

pernikahan yang terpaksa (sedang dalam keadaan hamil) dan takut

bahan berbahaya yang terdapat di dalam vaksin tetanus toksoid tersebut

(Kemenkes RI,2012)

Suntik tetanus toksoid yang terakhir kali wanitadapatkan ialah

pada saat kelas 6 SD dan harus diulang kembali. Bukan hanya sekali

namun dua kali dengan jeda waktu satu bulan. Tujuannya dilakukan

imunisasi ini adalah untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit

tetanus, baik saat terjadi luka di hubungan suami-istri yang pertama kali

1
2

Maupun saat mengandung maupun melahirkan bayi perlu suntikan tetanus

toksoid ini, pemerintah memasukkannya dalam salah satu syarat untuk

mengurus surat pernikahan di catatan sipil (Kemenkes RI,2012).

Pelaksanaan imunisasi Tetanus Toxoid bagi calon pengantin telah

diatur dalam ketetapan Departemen Agama NO .2 Tahun 1989 No. 162-

1/PD.0304. EI bahwa setiap calon pengantin wanita harus sudah

diimunisasi Tetanus Toxoid. Vaksin tetanus pada perempuan yang akan

menikah dapat meningkatkan kekbalan tubuh dari infeksi tetanus.

Imunisai merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan imunitas

tubuh seseorang terhadap suatu penyakit tertentu. kekebalan atau

dayatahan tubuh seseorang diperoleh dari pemberian imunisasi.

Cara mencegah tetanus neonatorum selain kebersihan sewaktu dan

sesudah persalinan juga dapat dilakukan dengan cara pemberian toksoid

sebelum pra nikah dimana tujuannya utuk melindungi janin ketika ibu

tersebut melahirkan. Selain itu TT juga bisa diberikan lagi ketika ibu

tersebut hamil. TT diberikan seumur hidup kurang lebih 5 kali. Sehingga

apabila imunisasi TT digunakan secara teratur dan tertib dengan demikian

insident tetanus neonatorum dapat diperkecil 0,5 % dari semua kelahiran.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Kebidanan Pranikah Pada Pada Nn “ S” usia 18
tahun dengan imunisasi TT Pranikah Di Puskesmas Saronggi dengan
manajemen varney ?

1.3. Tujuan
3

Dapat melakukan Asuhan Kebidanan Pranikah pada Nn “S” usia 18


tahun dengan imunisasi TT pranikah di Puskesmas Saronggi dengan
manajemen varney.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Imunisasi


Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan imunitas
tubuh seseorang terhadap suatu penyakit tertentu sehingga yang
bersangkutan jika pada satu saat kelak terpajan penyakit tersebut ia akan
bertahan dan tidak menjadi sakit. Kekebalan atau daya tahan tubuh
seseorang yang diperoleh dari pemberian imunisasi dapat merupakan
kekebalan pasif maupun aktif. Salah satu kegiatan Imunisasi ini adalah
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dimana kegiatan imunisas ini adalah
merupakan proses untuk membangun dan meningkatkan kekebalan tubuh
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus
merupakan toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan kemampuannya
dan kemudian dimurnikan sehingga mampu menjaga daya tahan tubuh dari
penyakit Tetanus.

2.2 Vaksin TT
Vaksin TT adalah merupakan vaksin yang mengandung atau berisi
kuman toksoid tetanus yang telah dimurnikan yang terabsorbsi atau
terserap ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml yang
dipergunakan sebagai pengawet. Suatu dosis sebesar 0,5 ml vaksin
mengandung potensi sedikitnya 40 IU kuman Tetanus Toksoid. Vaksin TT
dalam perkembangan selanjutnya dipergunakan untuk pencegahan pada
neonatus atau pada bayi yang baru lahir dan dengan mengimunisasi wanita
usia subur untuk pencegahan tetanus. Pemeriksaan kesehatan pranikah atau
yang lebih spesifik dalam hal ini yaitu pemberian imunisasi toksoid pada
kebanyakan calon pengantin perempuan masih dianggap belum begitu
penting bagi CATIN (calon pengantin). Beragam alasan yang disampaikan
calon pengantin manakala ditawari untuk melaksanakan imunisasi tetanus
toksoid (TT) yang pada dasarnya memang sangat bermanfaat bagi
keselamatan kehamilan calon pengantin perempuan kelak. Bahkan ada
yang menganggap bahwa imunisasi tetanus toksoid pra nikah ini sama
dengan

4
5

pemberian KB (keluarga berencana) suntik yang dengan sangat jelas


sekali berbeda.

2.3 Pelaksanaan TT Catin


Pelaksanaan imunisasi tetanus toksoid (TT) bagi calon pengantin
sebenarnya telah diatur pemerintah yaitu dalam ketetapan Departemen
Agama : No.2 Tahun 1989 No.162-1/PD.0304.EI tanggal 6 maret 1989
tentang pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi calon pengantin, yang
secara subtansi peraturan ini mengatur bahwa setiap calon pengantin harus
sudah di imunisasi tetanus toksoid sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum
pasangan tersebut mendaftarkan diri untuk menikah di KUA dengan
dibuktikan berdasarkan surat keterangan imunisasi yang tertera dalam
kartu imunisasi calon pengantin (CATIN) dan merupakan persyaratan
administratif yang sebenarnya harus dipernuhi oleh setiap calon pengantin.

World Health Organization (WHO) sebagai Badan kesehatan Dunia


mengemukakan bahwa kesehatan adalah merupakan kondisi atau keadaan
sempurna baik fisik, mental, maupun sosial dan bebas dari penyakit dan
cacat. Sehat adalah hak setiap orang. Oleh karena itu setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
dibidang kesehatan. Setiap orang pada hakikatna memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan begitu
juga bahwa setiap orang memiliki hak yang secara mandiri dan
bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang
diperlukan untuk dirinya. Secara internasional pada tahun 2011 terhitung
sekitar 458.000 bayi mengalami kematian karena tetanus neonatorum.
Pada tahun 2015 dengan data dari WHO menghitung insidensi secara
global kejadian tetanus di dunia secara kasar berkisar antara 0,5 – 1 juta
kasus dan tetanus neonatorum terhitung sekitar 50 % dari kematian akibat
tetanus. Perkiraan insiden tetanus secara global adalah 18 per 100.000
populasi per tahun.

2.4 Definisi Tetanus


6

Tetanus adalah penyakit serius yang disebabkan oleh Bakteri


Clostridium tetani yang tinggal ditanah, debu, barang berkarat, kotoran
hewan, dsb. Imunisasi tetanus toksoid menghadapkan individu untuk
sejumlah kecil bakteri yang menyebabkan tubuh untuk mengembangkan
kekebalan terhadap penyakit. Vaksinasi tetanus pada perempuan yang
hendak menikah akan meningkatkan kekebalan tubuh dari infeksi tetanus.
Kekebalan tubuh itu akan diwariskan kepada bayinya ketika proses
persalinan. Jadi bayi yang baru lahir aman dari infeksi tetanus. Selain itu
suntik TT juga mencegah terjadinya infeksi yang mengakibatkan tetanus
pada vagina perempuan ketika pertama kali melakukan hubungan suami
istri. Waktu yang tepat untuk mendapatkan vaksin TT sekitar dua hingga
enam bulan sebelum pernikahan.

Seorang wanita yang sudah diimunisasi TT 2 kali, dengan interval 4-


6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama 3
tahun, Faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian cakupan
imunisasi TT diantaranya dipengaruhi oleh faktor perilaku (Behavior
Clauses) manusia dari tingkat kesehatan, ditentukan oleh aksesibilitas,
dukungan tenaga kesehatan, persepsi, kepercayaan, tradisi orang atau
masyarakat yang bersangkutan disamping lingkungan fisik, ketersediaan
fasilitas (sarana-sarana kesehatan) sikap dan perilaku para petugas
kesehatan

Dampak apabila tingkat aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan


dan persepsi masih rendah memungkinkan wanita-wanita tersebut tidak
melakukan imunisasi TT sesuai jadwal sehingga dikhawatirkan terjadi
infeksi yang mengakibatkan tetanus pada vagina perempuan ketika
pertama kali melakukan hubungan suami istri dan dikhawatirkan apabila
wanita tersebut melahirkan akan terjadi tetanus neonatorum. Kekebalan
terhadap tetanus hanya dapat diperoleh salah satunya adalah melalui
imunisasi TT.

Oleh sebab itu pemerintah menyarankan kepada petugas urusan


agama apabila mempunyai data wanita yang akan menikah diharapkan
7

kepada petugas kesehatan memberikan informasi kepada wanita pra nikah


tentang pentingnya imunisasi TT bagi kesehatan diri dan anak yang akan
dilahirkannya.Serta dapat dilakukannya pendidikan kesehatan melalui
penyuluhan tambahan yang diberikan pada saat posyandu, pemberian
imunisasi TT dilakukan secara gratis, baik di rumah sakit maupun di
puskesmas, melaksanakan sosialisasi penyakit TN (tetanus neonatorum)
dan melakukan sweeping imunisasi TT pada (WUS) wanita usia subur.

Pemberian imunisasi TT pada wanita usia subur atau ibu hamil harus
didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan status)
imunisasi tetanus toxoid (TT) yang telah diperoleh selama hidupnya.
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval (selang waktu)
maksimal, hanya terdapat interval minimal antar dosis TT.

Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak


diketahui, berikan dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas) sesuai tabel
berikut.

Pemberian vaksin TT untuk ibu yang belum pernah imunisasi TT


atau tidak tahu status imunisasinya

Pemberian Selang waktu minimal


Saat kunjungan pertama (Sedini mungkin pada
TT 1
kehamilan )
TT 2 4 minggu setelah TT1 (Pada kehamilan)
TT3 6 bulan setelah TT 2 (Pada kehamilan, jika
selang waktu minimal terpenuhi)
TT4 1 tahun setelah TT3
TT5 1 tahun setelah TT4

Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang sudah pernah


diimunisasi. Pemberian dosis booster 0,5 ml IM disesuaikan dengan
jumlah vaksinasi yang pernah diterima sebelumnya seperti pada tabel
berikut :
8

Pemberian vaksin tetanus untuk ibu yang sudah pernah diimunisasi (TT)

Pernah Pemberian dan selang waktu minimal


1 kali TT2, 4 minggu setelah TT1 (Pada kehamilan)
2 kali TT3, 6 bulan setelah TT2 (Pada kehamilan, jika selang
waktu minimal terpenuhi)
3 kali TT4, 1 tahun setelah TT3
4 kali TT5, 1 tahun setelah TT4
5 kali Tidak perlu lagi

Bila pasangan usia subur melakukan imunisasi TT1 dan TT2, jika
dalam waktu tiga tahun ia melahirkan, bayi yang dilahirkan akan
terlindung dari tetanus neonaturum. Sedangkan bila ia melakukan
imunisasi sampai dengan TT5, ia akan memberi perlindungan selama 25
tahun atau seumur hidup. Imunisasi TT dapat dilakukan ditempat
pelayanan kesehatan pemerintah, praktek bidan atau RS swasta.
Sebenarnya target pemberian imunisasi TT ini adalah bukan wanita yang
akan menikah saja, tapi adalah wanita usia subur .

2.5. Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang


digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tidak
berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputuan yang
berfokus pada pasien (Sulistyawati, 2009).

Manajemen kebidanan terdiri atas 7 langkah varney yang


berurutan, diawali dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi,
Proses ini bersifat siklik ( dapat berulang) dengan tahap evaluasi sebagai
data awal pada siklus berikutnya. Proses manajemen kebidanan terdiri atas
lngkah-langkah berikut ini :
9

1. mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai

keadaan klien secara keseluruhan.

2. Menginterpretasikan data untuk diagnosis atau masalah.

3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya.

4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,

kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain serta melakukan

rujukan berdasarkan kondisi klien.

5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan

mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek

sosial yang tidak efektif.

6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman

7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan

mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek

asuhan yang tidak efektif.

(Sulistyawati, 2009)
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI

NO. REGISTER : 221057


TANGGAL PENGKAJIAN : 23-10-2021
JAM : 09.30 WIB

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subyektif
1. Biodata/ Identitas
Ibu /Suami
- Nama : Nn S
- Umur : 18 Tahun
- Agama : Islam
- Suku/ Bangsa : Indonesia
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : IRT
- Alamat : Tanjung
- No.HP : 082334458918
2. Alasan Datang : klien mengatakan ingin suntik TT pranikah
3. Riwayat kesehatan ibu: klien mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit menular seperti TBC,hepatitis,HIV/AIDS dan juga tidak
sedang menderita penyakit keturunan seperti diabetes,jantung,asma
dan hipertensi.
4. Riwayat kesehatan Keluarga: klien mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit menular seperti TBC,hepatitis,HIV/AIDS dan juga
tidak sedang menderita penyakit keturunan seperti
diabetes,jantung,asma dan hipertensi.

10
11

5. Riwayat Menstruasi:
- Menarche : 14 tahun
- Siklus : 28 hari
- Lama : 5-7 hari
- Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalutFluor Albus:iya,sebelum menstruasi
- Disminorhoe : tidak
6. Pola aktifitas sehari- hari:
- Nutrisi : makan 3x sehari dengan porsi sedang
(menu: nasi,lauk,sayur). Minum 7-8 gelas perhari (air
putih),susu 1 gelas perhari
- Istirahat :tidur siang 1 jam sehari dan tidur malam 6-7 jam sehari
- Eliminasi : BAB sehari 1 kali konsekuensi padat
agak kecoklatan,BAK 5-6 kali sehari warna kuning jernih dan
bau khas
- Personal Hygiene : Mandi 2x sehari,gosok gigi 2x
sehari,ganti baju,BH,CD 2x sehari atau apabila kotor
- Aktifitas : Melakukan pekerjaan rumah membantu
orang tua
7. Pola Psikologi, sosial dan spiritual
Klien sudah siap lahir dan batin melaksanakan pernikahan yang
direncanakan 4 minggu lagi, klien mengatakan bahagia dengan
rencananya menikah, dan keluarga sudah sama menyetujuinya atas
rencana pernikahannya, hubungan dengan keluarga dan petugas
kesehatan baik, dan rajin beribadah 5 waktu.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaanfisik
a. Pemeriksaan umum
K/U : baik
Kesadaran : composmentis
TTV: TD :110/70 x/menit, S : 36 c, N : 85x/menit, RR :16/menit
Antropometri: TB :150cm, BB : 55 kg, Lila : 26 cm
12

b. Pemeriksaan khusus
Inspeksi
a) Kepala : simetris,bersih,tidak rontok,tidak ada ketombe
b) Muka : simetris,tidak pucat
c) Mata : conjunktiva merak muda,sklera putih
d) Hidung : Simetris,tidak ada polip,tidak ada secret
e) Telinga : Simetris,pendengaran baik,tidak ada serum
f) Mulut : tidak pucat,tidak ada stomatitis
g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe,tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid
h) Axila : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,tidak
nyeri tekan
i) Dada : nafas normal.tidak ada ronchi,tidak ada wheizing
j) Abdomen : tidak ada luka bekas operasi,tidak ada pembesaran
k) Ekstremitas : pergerakan normal,tidak odem
2. Data Penunjang :
HB : 12,1 gr% HbSAg : NR
Golda :O HIV : NR
II. INTERPRETASI DATA DASAR
DX : Nn. S Usia 18 tahun dengan TT Pranikah
DS :klien mengatakan ingin suntik TT pranikah
DO : K/U: baik
Kesadaran: composmentis
TTV: TD: 110/70 x/menit, S : 36,8 0C, N : 85x/menit, RR :
16x/menit
Antropometri: TB : 150cm, BB : 50 kg, Lila : 26 cm,
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak ada
V. PENGEMBANGAN RENCANA
Tanggal: 23 Oktober 2021
13

1. Beritahu klien mengenai hasil pemeriksaannya


2. Berikan informasi kepada klien tentang manfaat imunisasi TT pranikah.
3. Lakukan skrining IMT
4. Beritahu Perencanaan kehamilan
5. Beritahu dampak hamil terlalu muda / terlalu tua
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal: 18 Oktober 2021
Memberitahu kepada pasien tentang hasil bahwa keadaannya
sehat,tekanan darah 100/60 mmhg, suhu 36,0C, RR :16x/menit, BB : 50
kg, TB : 150 cm, semua hasil pemeriksaan dalam keadaan normal.
Rasional :
Memberi tahu mengenai hasil pemeriksaannya kepada klien ini
merupakan langkah awal bagi bidan dalam membina hubungan
komunikasi yang efektif sehingga dalam proses KIE akan tercapai
pemahaman materi KIE yang optimal.
1. Memberi informasi kepada klien tentang manfaat imunisasi TT Pranikah
Rasional :
memberikan perlindungan terhadap penyakit tetanus, baik saat terjadi luka
pada saat hubungan suami-istri yang pertama kali maupun saat hamil dan
melahirkan bayi. Bila pasangan usia subur melakukan imunisasi TT1 dan
TT2, jika dalam waktu tiga tahun ia melahirkan, bayi yang dilahirkan
akan terlindung dari tetanus neonaturum. Sedangkan bila ia melakukan
imunisasi sampai dengan TT5, ia akan memberi perlindungan selama 25
tahun atau seumur hidup
2. Memberi informasi kepada klien mengenai perencanaan kehamilan
Rasional :
Setiap kehamilan harus direncanakan, diinginkan dan dijaga
perkembangannya dengan baik, setiap catin harus dalam kondisi sehat
dan terhindar dari penyakit ketika mempersiapkan kehamilan.
Perlu diperhatikan bahwa :
Usia catin perempuan < 20 Tahun : tunda kehamilan hingga berusia
minimal 20 tahun.
14

3. Melakukan Skrining IMT


Rasional:
𝐵𝐵 50
= = 22,2
𝑇𝐵 1,5
IMT Ibu tergolong kategori normal
4. Memberikan informasi tentang dampak hamil muda/terlalu tua
Rasional :
Kehamilan pada usia muda (< 20 Tahun)
Kesulitan dalam persalinan, hipertensi dalam kehamilan, keguguran,
perdarahan, risiko panggul sempit.
Kehamilan pada usia tua (< 35 tahun)
Pada pasien ini usia masih 18 tahun jadi umurnya masih <20 tahun
sebaiknya untuk menunda kehamilan sampai usia 20 tahun untuk
menghindari resiko pada kehamilan muda.
5. Risiko hipertensi dalam kehamilan, diabetes mellitus, preeklampsia, bayi
berat lahir rendah (BBLR ), dan bayi lahir prematur.

VII.EVALUASI
Tanggal: 23 Oktober 2021
1. Klien mengerti dan terlihat senang dengan kondisi ibu dan janinnya.
2. Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan, terbukti dengan dapat
menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan dan pada saat bidan
memberikan penjelasan klien selalu memberi respon dengan senyum dan
menganggukkan kepala
3. Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan, terbukti dengan dapat
menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan dan pada saat bidan
memberikan penjelasan klien selalu memberi respon dengan senyum dan
menganggukkan kepala
4. Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan, terbukti dengan dapat
menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan dan pada saat bidan
memberikan penjelasan klien selalu memberi respon dengan senyum dan
menganggukkan kepala
15

5. Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan, terbukti dengan dapat


menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan dan pada saat bidan
memberikan penjelasan klien selalu memberi respon dengan senyum dan
menganggukkan kepala
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Nn. S umur 18 tahun dengan TT


Pranikah, tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus sebagai
berikut :
1. Subjektif
Pada pengkajian dilakukan untuk pengumpulan data dasar tentang keadaan
pasien. Pada studi kasus ini penulis melakukan pengkajian asuhan kebidanan
pranikah yaitu Nn. S dengan mengidentifikasi identitas, anamnesa seperti
alasan datang dan keluhan yang dialaminya, riwayat haid,, riwayat kesehatan
ibu dan keluarga, pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan data psikososial sudah
dilakukan sesuai kebutuhan klien dan tidak ada kesenjangan teori dan kasus.

2. Objektif

Penulis telah melakukan pemeriksaan umum, dan pemeriksaan fisik sesuai


kebutuhan klien pada Nn S. hasil pemeriksaan tekanan darah 110/60 mmhg,
suhu 360C, RR :16x/menit, BB : 50 kg, TB : 150 cm, Lp : 74 cm, IMT : 22,2
semua hasil pemeriksaan dalam keadaan normal, pemeriksaan umum dilakukan
sesuai kebutuhan klien dan tidak ada kesenjangan teori dan kasus.

3. Assesment

Nn. S Usia 18 tahun WUS dengan Catin

4. Planning

Perencanaan tindakan pada Nn S umur 18 tahun di Puskesmas Saronggi

15
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengkajian data pada asuhan kebidanan Pranikah Nn. S umur 18 tahun
dengan imunisasi TT pranikah menggunakan format pengumpulan data
berupa data subyektif, data objektif yang didapat dari anamnesa dan hasil
pemeriksaan pada ibu hamil tersebut.Data Subjektif : Nn. S umur 18 tahun,
agama islam, suku Madura, pekerjaan wiraswasta , pendidikan terkahir klien
SMA , alamat Tanjung, ibu mengatakan ingin imunisasi TT Pranikah
pengkajian data subjektif telah dilakukan sesuai prosedur. Data Objektif Nn.
S umur 21 tahun TD: 110/60 mmHg , Nadi: 85 x/menit, Suhu : 36,0C, RR:16
x/menit, Diagnosa pada asuhan kebidanan Nn. S Usia 18 tahun WUS dengan
catin dan Perencanaan tindakan pada Nn. S umur 18 tahun di Puskesmas
Saronggi sesuai dengan kebutuhan klien

1.2 Saran
1. Bagi petugas kesehatan
Untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatannya sehingga
pasien merasa puas dan mendapat hasil yang seoptimal mungkin.
2. Bagi pasien
Pasien harus lebih kooperatif bertanya pada petugas kesehatan waktu
memeriksakan dirinya untuk mengetahui adanya komplikasi atau tidak dan
dapat bekerja sama dengan bidan dan melaksanakan nasehat bidan.
3. Bagi mahasiswa
Memperdalam pengetahuan sehingga dapat memberikan konseling secara
optimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2012. Buku Panduan Hari Kesehatan Nasional. Jakarta :


Kemenkes RI
Radianti, D.2017. Hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan
persepsi terhadap pelaksaan imunisasi tt pra nikah di puskesmas sukamulya
kecamatan sukamulya kab. Tangerang tahun 2017.vol 1, no. 1,
januari.Tangerang : Jurnal Kesehatan (diakses tanggal 04 Desember 2019)
Sururin, dkk .2011. Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi calon pengantin.
Jakarta :
Pucuk Pimpinan Ftayat Nahdatul Ulama.

17

Anda mungkin juga menyukai