Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH CALON PENGANTIN


PADA Nn.S DI WILAYAH PUSKESMAS SELAPARANG

Oleh :

NILAYATURRABBANI
P07124122035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TA.2024

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
PRANIKAH CALON PENGANTIN
PADA Nn.S DI WILAYAH PUSKESMAS SELAPARANG

Disusun Oleh
Nilayaturrabbani
P07124122035

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan

(Ely Ayuning Utami,Amd.Keb) (Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti,SSiT,M.Keb)


NIP: 198606052010012016 NIP:198606152008122005

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dankarunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
yang berjudul “PRANIKAH CALON PENGANTIN PADA Nn.S DI WILAYAH
PUSKESMAS SELAPARANG”
Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. dr. Yopi Harwinda Ardesa, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Mataram.
2. Selaku kepala Puskesmas Selaparang yaitu bapak Zaroan
Supriadi,S.Kep.Ns.M.Kep yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk melakukan kegiatan praktikum.
3. DR.Sudarmi,SST.,M.BIOMED selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Mataram.
4. Imtihanatun Najahah,SST,M.Kes selaku Ketua Program Sarjana Terapan
Kebidanan Poltekkes Mataram.
5. selaku Pembimbing Pendidikan yaitu ibu Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti
SSiT.,M.Keb yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, koreksi
serta saran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan laporan ini.
6. selaku Pembimbing Klinik yaitu ibu Ely Ayuning Utami,Amd.Keb yang telah
banyak memberikan bimbingan, petunjuk, koreksi serta saran yang sangat
bermanfaat dalam penyusunan laporan ini.

7. Seluruh dosen Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes


Mataram yang banyak memberikan bekal pengetahuan dan wawasan
kepada penulis..

Dalam penulisan laporan,penulis mengharapkan kritik dan saran yang


bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis
berharap semoga laporan kasusini dapat berguna bagi pembaca umumnya
dan profesi kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

3
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................3

A. Calon Pengantin........................................................................3
1) Pengertian ............................................................................3
2) Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Oleh Catin.........................3
3) Pemeriksaan Kesehatan Bagi Catin......................................4
4) Konseling Pranikah................................................................6
B. Manajemen Asuhan Kebidanan.................................................7

BAB III TINJAUAN KASUS............................................................10

A. Kasus.........................................................................................10
B. Pembahasan..............................................................................14

BAB IV PENUTUP .........................................................................16

A. Kesimpulan................................................................................16
B. Saran ........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 17

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pranikah ialah masa yang pas buat melaksanakan persiapan yang
matang baik secara raga, psikis dan sosial. Program pengecekan
kesehatan dan penyuluhan reproduksi pada calon pengantin yakni salah
satu usaha buat membentuk kualitas kesehatan dalam keluarga (Amalia &
Siswantara, 2018) Dimana pendamping calon pengantin hendak
melaksanakan uji kesehatan dengan lengkap. Salah satunya, Imunisasi
tetanus toxoid( TT) yang direkomendasikan untuk calon pengantin
perempuan( Kemenkes RI, 2018).
Imunisasi Tetanus Toksoid merupakan proses buat membangun
imunitas sebagai upaya penangkalan peradangan tetanus Imunisasi TT
diberikan kepada mereka yang masuk dalam jenis Perempuan Umur
Produktif( WUS) ialah perempuan berumur 15- 39 tahun, tercantum
bundaberbadan dua( bumil) serta calon pengantin( catin). Waktu yang pas
buat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1059/ Menkes/
Sk/ IX/ 2004TentangPedomanPenyelenggaraan Imunisasimemperoleh
vaksin TT dekat 2 sampai6 bulan saat sebelum perkawinan. Ini
dibutuhkan supaya badan mempunyai waktu buat membentuk
antibodi(Zahroh, 2021).
Calon pengantin wanita tidak melakukan Imunisasi TT Pranikah,
dikarenakan 20% karena ketakutan ada dampak setelah Imunisasi TT.
Dan 60% kurang mengetahui tentang manfaat dari imunisasi TT. Faktor-
faktor yang menimbulkan calon pengantin perempuan tidak
melaksanakanimunisasi TT dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial
budaya dan lingkungan. dampak yang dapat ditimbulkan apabila wanita
pranikah tidak melakukan imunisasi TT yaitu, beresiko mengakibatkan
penularan kuman tetanus ke janin saat dia hamil dan melahirkan
pemotongan tali pusat saat wanita yang tidak melakukan imunisasi TT
Pranikah (Zahroh, 2021).

1
Solusi yang dapat dilakukan agar supaya ibu mau untuk di
imunisasi TT yaitu melakukan kie kepada calon pengantin, keluarga
dengan manfaat imunisasi pranikah Sehingga pada sasaran terjalin
proses pergantian, sikapke arah yang positif. Selanjutnya diharapkan
bersedia melaksanakan, imunisasi TT.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan pada Nn.N di Wilayah
Puskesmas Durenmenggunakan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan pada Nn.S
b. Mampu melakukan interprestasi calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan pada Nn.S
c. Mampu melakukan diagnosa potensial calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan pada Nn.S
d. Mampu mengidentitifikasi diagnosa atau menentukan masalah
potensial yang mungkin timbul calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan pada Nn.S
e. Mampu melakukan perencanaan tidakan asuhan kebidanan
calon pengantin dengan perencanaan kehamilan pada Nn.S
f. Mampu melakukan implementasi atau tindakan asuhan
kebidanancalon pengantin dengan perencanaan kehamilan
pada Nn.S
g. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan calon pengantin
dengan perencanaan kehamilan pada Nn.S

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Calon Pengantin (Catin)


1) Pengertian
Menurut Kemenkes RI (2018) calon pengantin adalah
pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Calon pengantin
dapat dikatakan sebagai pasangan yang belum mempunyai ikatan,
baik secara hukum Agama ataupun Negara dan pasangan tersebut
berproses menuju pernikahan serta proses memenuhi persyaratan
dalam melengkapi datadata yang diperlukan untuk pernikahan.
2) Penyakit Yang Perlu Diwaspadai oleh Catin
Menurut Kemenkes RI (2018), Fisik dan mental yang sehat
merupakan pondasi awal keluarga dalam mewujudkan generasi
yangberkualitas, oleh karena itu pasangan calon pengantin harus
terbebaskan dari penyakit yang dapatmempengaruhi kesehatan
janin dan tumbuh kembang anak. Terdapat beberapa penyakit yang
perlu diwaspadai pada masa sebelum dan selama kehamilan,
antara lain :
a. HIV-AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan Virus yang
menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk
melawan infeksi sehingga tubuh mudah tertular penyakit
(Kemenkes RI, 2015). Pencegahan dan penanganan Infeksi
Menular Seksual dan HIV/AIDS bagi calon pengantin sangat
penting, baik bagi calon pengantin perempuan maupun laki-laki,
mengingat calon pengantin merupakan salah satu populasi
rentan terhadap penularan penyakit tersebut. Perilaku calon
pengantin yang berisiko tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual
dan HIV/AIDS antara lain penyalahgunaan narkoba, penggunaan
jarum suntik bersama, seks tidak aman, tato dan tindik
(Kemenkes RI, 2013) .

3
b. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Menurut Kemenkes RI (2013) Infeksi menular Seksual (IMS)
adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke
orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan
seksual baik lewat vagina, dubur atau mulut baik berlawanan
jenis kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa
menjadi saranapenularan penyakit kelamin
c. Hepatitis B
Menurut Kemenkes RI (2013), faktor penyebab terjadinya
penyakit Hepatitis B adalah kontak lensi atau sekret dengan
penderita hepatitis B, tranfusi darah dan belum mendapat
vaksinasi Hepatitis B. Jalur penularan infeksi virus hepatitis B di
Indonesia terbanyak adalah secara parenteral yaitu secara
vertikal (tranmisi) maternal-neonatal atau melalui hubungan
seksual, iatrogenik dan penggunaan jarum suntik bersama.
d. Malaria
Menurut Saputra (2011) malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh Plasmodium yang sering ditemukan di kawasan
Tropika yang apabila penyakit ini diabaikan dapat menjadi serius
yaitu berdampak kematian.Rahayu (2010) mengemukakan
bahwa Agent penyebab penyakit malaria adalah Plasmodium
bergenus Plasmodia, Family Plasmodiidae dari Ordo
Coccidiidae. Cara penularannya yaitu dari gigitan nyamuk
Anopheles yang sedang menyedot darah dan mengeluarkan
cairan berupa Plasmodium kedalam darah manusia dan
terinfeksi lalu menjadi sakit. Secara tidak alamiah penularan
penyakit malaria ada 3 yaitu malaria bawaan terjadi pada bayi
yang baru lahir akibat dari ibu yang menderita malaria hal
tersebut terjadi melalui tali pusat atau Plasenta. Secara mekanik
terjadi melalui transfusi darah menggunakan jarum suntik.
e. Penyakit genetik (Keturunan)

4
Calon Pengantin perlu mengetahui tentang penyakit genetik
karena:
1. Penyakit genetik disebabkan oleh kelainan gen yang
diturunkan saat terjadinya pembuahan sperma terhadap
ovum. Penyakit genetik (Talasemia dan Hemofilia) dapa
dilhat dengan riwayat keluarga calon pengantin.
2. Bila salah satu calon pengantin menderita penyakit genetik
maka memungkin anak yang dilahirkan berpotensi menderita
kelainan tersebut. Konseling sebelum pernikahan diperlukan
apabila salah satu dari calon pengantin atau garis
keturunannya menderita penyakit tersebut
3. Penyakit genetik yang dapat mempengaruhi kehamilan dan
kesehatan janin (Talasemia dan Hemofilia) (Tjokroprawi,
2015).
3) Pemeriksaan Kesehatan Bagi Catin
Calon pengantin perlu mendapatkan pemeriksaan kesehatan
untuk menentukan status keehatan agar dapat merencanakan dan
mempersiapkan kehamilan yang sehat dan aman. Pemeriksaan
kesehatan yang diperlukan oleh calon pengantin berpedoman pada
buku saku calon pengantin KemenKes RI, (2018) yaitu meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik termasuk status gizi yang diperlukan oleh catin
antara lain adalah :Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk
mengetahui dan mengidentifikasi status kesehatan melalui
pengukuran dan pemeriksaan (denyut nadi, frekuensi nafas,
suhu tubuh dan seluruh tubuh). Pemeriksaan status gizi,
dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status gizi dan
deteksi awal anemia, melalui pengukuran atau pemeriksaan
(berat badan, tinggi badan, LILA dan tanda-tanda anemia)
(BKKBN, 2006).
b. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium)

5
Menurut Kemenkes RI (2018), menyatakan bahwa Pemeriksaan
penunjang(laboratorium) yang diperlukan oleh catin terdiri dari :
a) Pemeriksaan darah meliputi (Hemoglobin (HB) dan golongan
darah).
b) Dalam kondisi tertentu/atas saran dokter dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium yaitu sebagai berikut (Gula darah,
HIV, IMS (Sifilis), Hepatitis, TORCH, Malaria (daerah
endemis), Talasemia dan pemeriksaan lain sesuai indikasi).
c. Pemeriksaan gula darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit
kencing manis (Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit
metabolik tertentu. Ibu hamil yang menderita Diabetes tidak
terkontrol dapat mengalami beberapa masalah seperti : janin
yang tidak sempurna/cacat, Hipertensi, Hydramnions
(meningkatnya cairan ketuban), meningkatkan resiko kelahiran
prematur, serta Macrosomia (bayi menerima kadar glukosa yang
tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat
besar).
d. Pemeriksaan HbsAG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi
virus hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi
dan memantau Clearence Virus. Selain itu pemeriksaan ini juga
bermanfaat jika ditemukan salah satu pasangan menderita
Hepatitis B maka dapat diambillangkah antisipasi dan
pengobatan secepatnya(Kemenkes RI, 2013).
e. Pemeriksaan VDLR
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang
bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya
infeksi penyakit Herpes, Klamidia, Gonorea, Hepatitis dan Sifilis
pada calon pasangan, sehingga bisa dengan segera
menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan terjangkit
penyakit tersebut.

6
f. Pemeriksaan TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Keempat penyakit
tersebut merupakan infeksi yang bisa menular dari ibu hamil
terhadap janin yang dikandungnya. Jika seorang ibu hamil
menularkan infeksi tersebut ke janinnya, maka hal fatal
bahkanrisiko cacat lahir bisa terjadi pada kesehatan janin
g. Skrining dan Imunisasi Tetanus
Calon pengantin wanita harus melakukan imunisasi Tenanus
Toxoid untuk mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit
tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk
melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Setiap
perempuan usia subur (15-49 tahun) diharapkan sudah
mendapatkan 5 kali Imunisasi Tetanus Toxsoid lengkap, jika
status Imunisasi Tetanus Toxsoid belum lengkap, maka calon
pengantin perempuan harus melengkapi status Imunisasi
Tetanus Toxsoid di Puskesmas (Kemenkes RI, 2018).
Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT):
Oleh petugas selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan
suntikan tetanus toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan
untuk mencegah tetanus pada ibu dan bayi.

7
Rentan waktu pemberian imunisasi TT dan lama
perlindungan nya

Imunisasi TT Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan


TT 1 La Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
Tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun

TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun

Rentang

( Buku KIA Kementrian Kesehatan Republik Indonesia )


Penentuan status imunisasi WUS dibedakan kelahiran WUS
pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 dan WUS yang
lahir setelah tahun 1993, dimana tahun 1979 adalah tahun
dimulainya program imunisasi dasar lengkap dan tahun 1993
adalah dimulainya Bulan Imunisasi Anak Sekolah.

8
Untuk WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai dengan
tahun 1993 dan ingat jika pada saat sekolah SD dilakukan
imunisasi, maka status imunisasinya:
1. TT I adalah waktu imunisasi dikelas I SD
2. TT II adalah waktu imunisasi di kelas II SD
3. TT III adalah waktu imunisasi calon pengantin
4. TT IV adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil dan
5. TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil
WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai tahun 1993 namun
namun tidak ingat pada waktu sekolah SD dilakukan imunisasi,
maka status imunisasinya
1. .TT I adalah waktu imunisasi caten pertama
2. II adalah satu bulan setelah TT I
3. TT III adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil dan
4. TT IV adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil
WUS yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak mempunyai
KMS Balita dan kartu TT di SD, maka status imunisasinya:
1. TT I adalah waktu imunisasi caten pertama
2. TT II adalah satu bulan setelah TT I
3. TT III adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil dan
4. TT IV adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamiL.
WUS yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak mempunyai
KMS Balita namun mempunyai kartu TT di SD maka status
imunisasinya:
1. TT I adalah waktu imunisasi di kelas I SD
2. TT II adalah aktu imunisasi di kelas II SD
3. TT III adalah waktu imunisasi caten yang pertama
4. TT IV adalah waktu imunisasi perama pada saat hamil dan
5. TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil
WUS yang lahir setelah tahun 1993, mempunyai KMS Balita
dan mempunyai kartu TT di SD maka status imunisasinya:
1. TT I sampai dengan TT IV dapat dilihat di KMS dan

9
2. TT V adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil.
Dengan mengetahui status TT bagi wanita usia subur
diharapkan dapat membantu program imunisasi dalam
penurunan kasus penyakit tetanus khususnya bagi bayi yang
baru lahir. (Dinkes, Kulonprogokab.go.id)

4) Konseling Pranikah
Konseling pranikah adalah nasehat yang diberikan kepada
pasangan sebelum menikah, menyangkut masalah medis,
psikologis, seksual dan sosial.adi, Konseling Pranikah
dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin untuk
menganalisis kemungkinan masalah dan tentangan yang akan
muncul dalam rumah tangga mereka dan membekali mereka
kecakapan untuk memecahkan masalah. Beberapa kegiatan dalam
konseling pranikah yang diberikan oleh petugas ke catin yang
membahas tentang kesehatan reproduksi yang meliputi masa
kehamilan, masa subur, proses kehamilan, tanda-tanda kehamilan,
kehamilan yang ideal dan beresiko, tanda bahaya kehamil, tanda-
tanda perubahan emosional pada ibu bayi, program perencanaan
persalinan dan komplikasi (P4K) dan pilihan metode kontrasepsi
bagi pasangan baru yang ingin menunda kehamilan (Kemenkes RI,
2018).
B. Manajemen Asuhan Kebidanan
Menurut Helen Varney, alur berpikir bidan saat ini menghadapi klien
meliputi 7 langkah. Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh
seorang bidan melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam
bentuk SOAP, yaitu :
1) Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar

10
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik pada kesehatan
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil
studi
Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien
mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter
dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
2) Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar
terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh
bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu
wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses
persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur
standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah
yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.
3) Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah
Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

11
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi.
4) Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan
Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan segera .
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi.
Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat
dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau
perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR
yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi
yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus
menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali
pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
5) Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi,
pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.

12
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan
akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling,
dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yg berkaitan
dengan sosial ekonomi,kultur atau masalah psikologis.
Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar- benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yg up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.

6) Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7) Langkah VII (Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH CALON PENGANTIN


PADA Nn.S DI WILAYAH PUSKESMAS SELAPARANG

Pengkajian
Tanggal : 27-03-2024
Pukul : 09.00 WITA
Tempat : puskesmas Selaparang
Pengkaji : Nilayaturrabani

LANGKAH I : IDENTIFIKASI DASAR


A. Data Subjektif (S)
1. Identitas Bayi dan Orang Tua
Identitas
Nama : Nn. S
Umur : 22 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

14
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Suradadi Barat

2. Alasan Datang Ke Puskesmas


Ingin memeriksakan Kesehatan dan ingin mendapatkan surat
keterangan sehat untuk syarat menikah di KUA Suradadi
3. Keluhan Utama
Tidak ada
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 14 Tahun
b. Siklus : 28 hari, lama 4-5 hari
c. Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali/hari saat terasa penuh
d. Disminore : tidak pernah
e. HPHT : 19 Maret 2024
f. Keputihan : ada setelah menstruasi, warna jernih, tidak bau,
tidak gatal
5. Riwayat pernikahan
Pernikahan yang pertama, rencana menikah tanggal 5 April 2024.
Belum pernah berhubungan badan selama pacaran. Ini merupakan
pacar ketiga.
6. Penyuluhan Yang Pernah Didapat
Nutrisi bagi tubuh
7. Riwayat Kesehatan
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, DM, ginjal, TBC, Kelainan darah. Belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS. Tidak ada
alergi obat. Riwayat status TT 4 (saat SD)
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Almarhum ayah menderita hipertensi, anggota keluarga lain tidak
pernah menderita penyakit DM, ginjal, jantung, asma, alergi, TBC,
HIV, Hepatitis maupun kanker.
9. Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan

15
Insomnia
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi


sedang,buah. Minumair putih 8-9 gelas
sehari. Tidak ada pantangan/alergi
Makanan
b. Istitahat/Tidur : Tidur malam 7-8 jam, tidak pernah tidur siang
c. Hygine : Mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2
kali/hari. Tidak pernah menggunakan sabun
pembersih kewanitaan.
d. Aktifitas : Kerja sejak pukul 09.00 WIB sampai 17.00
WIB Jogging setiap hari minggu
e. Eliminasi : Tidak ada keluhan. BAB 1 kali sehari, BAK 5-
6 kali sehari
11. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak merestui rencana pernikahan. sudah
siap secara mental dan financial untuk menikah. CPW dan
pasangan ingin segera mempunyai keturunan setelah menikah.
Tidak ada budaya/tradisi tertentu yang berpengaruh buruk bagi
kehidupan sehari-hari maupun persiapan pernikahan

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit, 18x/menit
4. Antropometri :BB : 58,3 kg, TB : 160 cm, IMT : 23 kg/m 2, LILA :
24 cm
5. Pemeriksaan Fisik
a. Bentuk tubuh : Normal
b. Wajah : Wajah tidak pucat
c. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Telinga : Simetris, tidak ada serumen

16
e. Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
f. Leher : Tidak ada benjolan pada kelenjar tiroid, limfa
g. Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan yang
abnormal, tidak ada retraksi dada,tidak ada ronkhi dan wheezing
h. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak teraba
massa, tidak teraba ballotement.
i. Ekstremitas : Tidak ada oedema
6. Pemeriksaan penunjang
HB : 12,5 gr/dl
Golongan darah : O
HIV/AIDS :-
HbsAg : -
LANGKAH II : INTERPRESTASI DATA
Tanggal 27 Maret 2024 Pukul 09.00 WITA
1. Diagnosa kebidanan
Nn.S WUS dengan calon pengantin
Data Subjektif
a. Klien mengatakan ingin tes Kesehatan pra nikah sebagai
persyaratan menikah sesuai dengan pertimbangan petugas
KUA.
b. Setelah menikah klien ingin segera hamil dan mempunyai anak
yang sehat.
c. Klien mengatakan sudah siap lahir batin melangsunkan
pernikahan.
Data Objektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit,
R :18x/menit
d. Antropometri : BB : 58,3 kg, TB : 160 cm, LILA : 24
cm
2. Masalah

17
Tidak ada
3. Kebutuhan
Tidak ada
LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
LANGKAH IV : ANTISIPASI
Tidak ada
LANGKAH V : PERENCANAAN
1. Beri penjelasan hasil pemeriksaan
2. Berikan KIE tentang rencana kehamilan pada calon pengantin
wanita
3. Anjurkan melakukan pemeriksan kesehatan bila ada keluhan
4. Beri buku pintar kesehatan ibu dan anak pada calon pengantin
wanita
5. Beri surat keterangan sehat
LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada CPW bahwa secara umum
keadaan baik, tanda- tanda vital, hasil pemeriksaan fisik normal.
2. Menjelaskan pada calon pengantin wanita bahwa status imunisasi
TT belum lengkap yaitu TT4 sehingga saat ini perlu mendapatkan
suntik TT lagi saat kehamilan anak pertama dengan perlindungan
selama 25 tahun dari suntik TT terakhir.
3. Memberikan KIE tentang rencana kehamilan pada calon pengantin
wanita:
a. Menganjurkan untuk CPW setelah menikah untuk intens
berhubungan badan saat masa subur.
b. Mengajarkan cara menghitung masa subur jika: Siklus teratur :
siklus – 14 Siklus tidak teratur tentukan siklus terpendek dan
terpanjang selama 3 bulan. Siklus pendek – 18, siklus
terpanjang – 11.

18
c. Menginformasikan tanda-tanda masa subur seperti dari vagina
keluar lendir lebih encer bening dan meregang lebih panjang,
peningkatan suhu tubuh, keram perut bagian bawah unilateral.
d. Mengatur jarak anak demi terciptanya generasi platinum. (CPW
mengerti dan bisa menghitung masa subur, mengenali tanda-
tanda masa subur dan berencana ingin memiliki 2 orang anak
dengan jarak 4-5 tahun ).
e. Hak reproduksi dan seksual
f. Persiapan pranikah
4. Menganjurkan memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan
5. Memberikan Buku Pintar Kesehatan Ibu dan Anak bagi calon
Pengantin untuk dibaca dirumah.
6. Memberikan surat sehat

LANGKAH VII : EVALUASI


1. Calon pengantin wanita mengerti dan lega mendengarkan hasil
pemeriksaan.
2. Calon pengantin wanita mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan akan suntik TT 5 saat kehamian anak pertamanya
nanati
3. Calon pengantin wanita mengerti dan memahami tentang apa saja
yang harus dilakukan rencana program kehamilan
4. Calon pengantin wanita mengerti dan bersedia untuk
memeriksakan kesehatannya
5. Calon pengantin wanita mengerti dan berjanji akan membacanya
kembali dirumah
6. Surat sehat sudah diberikan
A. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil asuhan yang diberikan didapatkan data
subjektif yaitu Nn.S 22 tahun datang ke Puskesmas Selaparang pada

19
tanggal 27 Maret 2024 pukul 09.00 WITA dengan alasan ingin
memeriksakan kesehatan, suntik TT dan ingin mendapatkan surat
keterangan sehat. Berdasarkan pemeriksaan diketahui keadaan Nn.S baik
TTV dan pemeriksaan fisik terpantau normal. Calon pengantin perlu
mendapatkan pemeriksaan kesehatan untuk menentukan status keehatan
agar dapat merencanakan dan mempersiapkan kehamilan yang sehat dan
aman. Pemeriksaan kesehatan yang diperlukan oleh calon pengantin
berpedoman pada buku saku calon pengantin KemenKes RI, (2018)
Pada kasus Nn.S diketahui bahwa Nn.N tidak dilakukan suntik TT
Kerena Nn.S lahir tahun 2002 . Hal ini sesuai dengan teori Dinkes,
Mataram yang menyatakan bahwa WUS yang lahir setelah tahun 1993
dan jika ingat di sekolah dasar ( SD) dilakukan imunisasi maka status
imunisasinya : TT 1 sampai dengan TT4 dapat dilihat dari KMS ,dan TT5
waktu imunisasi pertama pada saat hamil .
berdasarkan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada calon
pengantin menggunakan asuhan kebidanan menejemen 7 Langkah
varney dapat disimpulkan dari hasil pemeriksaan kondisi kesehatan Nn.S
baik dan normal. Perencanaan dan penatalaksanaan asuhan kebidanan
telah diberikan sesuai dengan teori yang ada sehingga tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan .

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada calon
pengantin dengan menggunakan asuhan kebidanan menejemen 7
langkah varney maka dapat dapat disimpulkan bahwa Nn.S akan
melakukan pemeriksaan kesehatan Berdasarkan hasil pemeriksaan
kondisi kesehatan Nn.S baik dan normal. Perencanaan dan
penatalaksanaan asuhan kebidanan telah diberikan sesuai dengan teori
yang ada sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan
praktek.

B. Saran
1. Bagi Penyusun
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan untuk menambah
pengetahuan serta pengaplikasian dalam pemberian asuhan
kebidanan pada catin yang sesuai dengan kewenangan kepada

21
pasien.
2. Bagi Puskesmas Selaparang
Diharapkan laporan ini dapat di jadikan sebagai salah satu cara
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada catin.
3. Bagi Jurusan Kebidanan
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan referensi baru sebagai sarana
informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan serta bahan
kepustakaan khususnya tentang pemberian asuhan pada catin
sesuai kewenangan klien.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R., & Siswantara, P. (2018). Efektivitas Penyuluhan Kesehatan


Reproduksi Pada Calon Pengantin di Puskesmas Pucang Sewu
Surabaya. Jurnal Biometrikadan Kependudukan, 7(1), 29-38.
Kemenkes RI (2018). Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon
Pengantin. Jakarta. Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2018). Buku-Saku-Kespro-dan-Seksual-Bagi-Catin.pdf.
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2018).
Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 1–100.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/hasil-
riskesdas-2018.pdf
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Petunjuk Pelaksanaan Komunikasi
Informasi Dan Edukasi Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi
Calon Pengantin.
Zahroh.H. (2021). Penatalaksanaan Yang Tidak Melakukan
ImunisasiTetanus Toxoid Pada Pranikah. Naskah Publikasi. Stikes
Ngudia Husada Madura.

Anda mungkin juga menyukai