Anda di halaman 1dari 14

MODUL

PENATAAN BAYI/BALITA BERESIKO TINGGI

DISUSUN OLEH : DLIYAUL GEMA FITRIANI

NIM : PO7124122015

DOSEN PENGAMPU: YUNITA MARLIANA,S.Si.T.,M.Keb

POLITEKNIK KESEHATAN

MATARAM 2024

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya
dapat menyelesaikan Modul “Penataan Bayi/Balita Beresiko Tinggi”. Modul ini disusun
untuk, panduan, kebutuhan dan tuntutan perkembangan pembelajaran bagi mahasiswa
Prodi D-IV kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram yang sesuai dengan pencapaian
kompetensi. Modul ini menjelaskan tentang materi dasar Penataan Asuhan Kebidanan
Bayi/Balita Yang Beresiko Tinggi. Dalam pendidikan kebidanan mahasiswa diharapkan
dapat mengkombinasikan keterampilan tekhnik dengan pengetahuan dan
mengaplikasikannya teori pada setting laboratorium serta setting klinik. Diharapkan
metode pembelajaran berpusat mahasiswa dalam pembelajaran ini dapat membekali
mahasiswa sampai lulus dan berkiprah dalam pelayanan kesehatan. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
modul ini dan atas saran serta masukan demi perbaikan yang akan datang.

Mataram,28 Januari

2024 Dliyaul Gema

Fitriani

1
DAFTAR ISI

Table of Contents
No table of contents entries found.

Cover..................................................................................................................................................................... i

Kata Pengantar.................................................................................................................................................. 1

Daftar Isi............................................................................................................................................................... 2

MODUL I PENATAAN BAYI/BALITA BERESIKO TINGGI......................................................................3

Topik 1.................................................................................................................................................... 5

Rangkuman............................................................................................................................................

Tes Formatif 1...............................................................................................................................

Kunci Jawaban Tes Formatif..........................................................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................................................

2
MODUL 1

PENATAAN BAYI/BALITA BERESIKO TINGGI

Pendahuluan

Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan
virus dan kuman selama proses persalinan maupun beberapa saat setelah lahir.
Perawatan BBL yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi
sampai kematian. Kesalahan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan
kesiapan ibu dalam perawatan BBL. Hasil wawancara terhadap 3 ibu nifas diketahui
bahwa 2 orang (66,67%) belum mengetahui cara merawat bayinya yang benar.
Perawatan BBL yang dimaksud antara lain perawatan tali pusat, memandikan bayi,
memberi ASI dan mengganti popok bayi. Untuk itu pengabdian ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam melakukan perawatan Bayi
baru lahir untuk mewujudkan tumbuh kembang Balita yang optimal. Menurut Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia(SDKI) di Indonesia angka kematian neonatal masih
tinggi. Untuk menurunkan angka kematian tersebut sampai tercapainya target MDGs,
maka diupayakan program peningkatan pelayanan kesehatan yang dapat menjangkau
masyarakat secara luas sampai ketingkat desa yang terpencil. Yaitu salah satunya upaya
promotif dan preventif yang gencar dilakukan adalah mengadakan kelas ibu balita.
Masalah yang sering timbul pada kasus bayi dengan BBLR antara lain suhu tubuh yang
tidak stabil, gangguan penafasan, gangguan pencernaan dan nutrisi, imaturitas hati,
anemia, pendarahan intraventrikuler, kejang, infeksi, hipoglikemi, hiperglikemi serta
hipokalsemi. Penanganan bayi dengan BBLR dilakukan secara komprehensive sejak
sebelum kelahiran, selama persalinan hingga setelah lahir. Sebelum lahir, penanganan
yang dilakukan adalah mencegah kelahiran kurang bulan. Pada saat persalinan,
penanganan yang dilakukan adalah mempersiapkan petugas yang dilengkapi dengan
alat pertolongan pernafasan. Sedangkan setelah kelahiran, hal yang dilakukan antara
lain menjaga suhu lingkungan agar tetap hangat, salah satunya dengan perawatan
metode kangguru; mempersiapkan oksigenasi; meminimalisir terjadinya infeksi dengan
cuci tangan serta memberikan ASI sedini mungkin. Bayi dengan BBLR membutuhkan
penanganan khusus selama berada di lingkungan rumah sakit. Namun demikian, bayi
diperbolehkan pulang apabila berat badan bayi cenderung meningkat dan suhu tubuh
stabil selama 3 hari berturut-turut dengan keadaan umum bayi telah dinyatakan baik
oleh dokter.

3
Pembangunan sumber daya manusia berkualitas merupakan amanat prioritas
pembangunan nasional. Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu
untuk keberhasilan pembangunan sumber daya manusia. Ibu hamil dan Balita
merupakan salah satu kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian khusus,
karena dampak jangka panjang yang ditimbulkan apabila mengalami kekurangan gizi.
Selain itu, usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat dan rawan terhadap kekurangan gizi. Begitu pula dengan Ibu hamil, apabila Ibu
hamil mengalami kekurangan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin
yang berisiko untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan atau
stunting. Masalah gizi Balita di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan Survei Status
Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 prevalensi balita wasting sebesar 7,7% dan Balita
stunting 21,6%. Sedangkan data Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi risiko KEK
pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 14,1%, sedangkan pada Ibu hamil sebesar
17.3%. Selain itu prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9%. Masalah gizi
disebabkan oleh berbagai faktor. Kekurangan asupan makanan bergizi dan atau
seringnya terinfeksi penyakit menjadi salah satu penyebab langsung terjadinya masalah
gizi. Pola asuh yang kurang tepat, kurangnya pengetahuan, sulitnya akses ke pelayanan
kesehatan, kondisi sosial ekonomi juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap
akses makanan bergizi dan layanan kesehatan.

4
TOPIK 1

Penataan Bayi / Balita Beresiko Tinggi

Setelah mempelajari Topik 1, Anda diharapkan dapat memahami tentang Penataan Bayi
/ Balita Beresiko Tinggi dengan benar. Secara khusus Anda diharapkan dapat
menjelaskan tentang bagaimana Penataan Bayi/Balita Beresiko Tinggi diantaranya bayi
yang lahir di umur kehamilan 32 – 36 minggu / prematur, bayi dengan ibu yang
mengidap Diabetes Mellitus, bayi dengan riwayat apnea, bayi dengan kejang, sepsis,
asfiksia, bayi dengan gangguan perdarahan maupun gangguan nafas.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pokok-pokok materi yang harus Anda pelajari meliputi:

1. Bayi premature
2. Bayi dengan ibu yang mengidap diabetes mellitus
3. Bayi dengan asfiksia
4. Balita dengan gizi

Bagi bayi yang telah diperbolehkan pulang, pemantauan paska kerawatan masih
dilakukan karena tidak jarang setelah selesai perawatan, bayi dirawat kembali.
Pemantauan bayi paska perawatan dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan melakukan
deteksi dini kelainan. Adapun hal-hal yang perlu dipantau antara lain keadaan umum
bayi, suhu tubuh, asupan nutrisi/ASI, kenaikan berat badan, perawatan tali pusar dan
kebersihan umum bayi. Tenaga kesehatan juga wajib memberikan asuhan keperwatan
dengan menjada suhu tubuh bayi agar tetap hangat, memberikan nutrisi/ ASI yang
cukup, mencegah infeksi, kebersihan umum dan imunisasi, memberikan stimulasi
sensorik dengan pijat bayi, stimulasi pendengaran dengan sering berkomunikasi dan
stimulasi penglihatan dengan memperlihatkan benda berwarna-warni. Pemantauan
jangka panjang bagi bayi dengan BBLR dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
pertumbuhan berat badan, penjang badan dan lingkar kepala; tes perkembangan;
waspada adanya kelainan bawaan; pemeriksaan mata dan pendengaran.

5
A. Bayi Premature
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum usia kandungan
mencapai 37 minggu. Penyebab kelahiran prematur adalah adanya kontraksi atau
tekanan berlebih yang memicu leher rahim terbuka dan menyebabkan janin
masuk ke jalan lahir.Bayi yang lahir secara prematur rentan mengalami gangguan
kesehatan karena organ tubuhnya belum berkembang sempurna. Karena itu,
kelahiran prematur perlu segera ditangani guna menjaga kesehatan ibu maupun
buah hati.
a. Penyebab Bayi Premature
Belum diketahui secara pasti apa penyebab kelahiran prematur. Kendati
demikian, komplikasi kehamilan serta infeksi selama kehamilan diduga menjadi
faktor risiko kelahiran prematur. Selain itu, sejumlah faktor yang turut
meningkatkan risiko kelahiran prematur adalah sebagai berikut:
-Hamil kembar.
-Ibu mengalami gizi buruk sebelum dan selama masa kehamilan.
-Merokok atau sering terpapar asap rokok.
-Mengonsumsi alkohol berlebih.
-Ketuban pecah dini.
-Menderita penyakit yang menyebabkan kelahiran prematur, seperti infeksi
saluran kemih, preeklamsia, dan solusio plasenta.
-Perdarahan saat hamil.
-Riwayat keluarga dengan kelahiran prematur sebelumnya.
-Stres.
-Hamil saat berusia di bawah 17 tahun atau di atas 35 tahun.
-Gangguan perkembangan janin.
-Cacat lahir pada janin.
b. Penanganan Bayi Prematur
Bayi yang lahir secara prematur memerlukan perawatan khusus di ruang NICU
(neonatal intensive care unit). Adapun penanganan khusus pada bayi yang lahir
secara prematur bergantung pada kondisi saat lahir, antara lain:

6
1. Menempatkan bayi di dalam inkubator guna menjaga suhu tubuh.
2. Memantau tanda-tanda vital bayi, seperti tekanan darah, detak jantung, suhu
tubuh, dan pernapasan.
3. Mengenakan ventilator untuk membantu bayi bernapas (jika diperlukan).
4. Memberikan ASI melalui selang khusus yang dipasangkan pada hidung atau
mulut bayi.
5. Memberikan terapi sinar untuk menangani bayi kuning.
6. Memberikan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah dalam
tubuh bayi.

B. Bayi Dengan Ibu Mengidap Diabetes Melitus


Dampak yang ditimbulkan oleh ibu penderita diabetes melitus gestasional adalah
ibu berisiko tinggi terjadi penambahan berat badan berlebih, terjadinya
preklamsia, eklamsia, bedah sesar, dan komplikasi kardiovaskuler hingga
kematian ibu. Setelah persalinan terjadi, maka penderita berisiko berlanjut
terkena diabetes tipe 2 atau terjadi diabetes gestasional yang berulang pada
masa yang akan dating, sedangkan bayi yang lahir dari ibu yang mengalami
diabetes gestasional berisiko tinggi untuk terkena makrosomia.

a. Penyebab Dari Ibu Yang Mengidap Diabetes Pada Bayi


Diabetes melitus gestasional dapat merupakan kelainan genetik dengan cara
insufisiensi atau berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah, berkurangnya
glikogenesis, dan konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan
menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan
perubahanperubahan metabolik dan hormonal pada penderita. Beberapa
hormon tertentu mengalami peningkatan jumlah, misalnya hormon kortisol,
estrogen, dan human placental lactogen (HPL). Peningkatan jumlah semua
hormon tersebut saat hamil ternyata mempunyai pengaruh terhadap fungsi
insulin dalam mengatur kadar gula darah. Kondisi ini menyebabkan suatu kondisi
yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai resisten insulin. Sehingga
menimbulkan dampak peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil.

7
b. Penanganan Bayi Pada Ibu Pengidap Diabetes
Penatalaksanaanya dimulaisejak bayi mulai kurang kadar bilirubinnya harus
dipantau dengan teliti kalau perlu beri terapi sinar atau transfusi tukar darah
dengan cara:
1) mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara membungkus
bayi menggunakan selimut bayi yang dihangatkan terlebih
dahulu
2) menidurkan bayi dalam inkubator. Perawatan bayi dalam inkubator seperti ini
merupakan metode merawat bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang
berfungsi membantu terciptanya suhu lingkungan yang cukup dengan suhu
normal
3) memberikan substrat yang kurang untuk transfortasi atau konyugasi,
contohnya ialah pemberian albumin untuk mengikat bilirubin yang bebas.
Albumin dapat diganti dengan plasma dengan dosisi 15-20 mg/kgBB.

C. Bayi Dengan Asfiksia


Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir, seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat
janin akan mengalami Asfiksia sesudah persalinan. Gangguan ini mungkin
berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau
sesudah persalinan. Asfiksia Neonatorum merupakan salah satu sindrom distres
pernapasan dimana terjadi kegagalan napas pada bayi baru lahir. Asfiksia terjadi
karena kurangnya aliran darah ataupun pertukaran gas dari atau ke janin pada
bayi baru lahir. Jika keadaan ini tidak ditangani secara cepat dan tepat maka
dapat menyebakan kerusakan organ vital (otot, hati, jantung, dan paling parah
otak).

a. Penyebab Bayi Asfiksia


Seluruh proses yang menyebabkan terjadinya gangguan penyerapan oksigen
oleh bayi, dapat menyebabkan asfiksia neonatorum. Oleh karena itu, pada
proses persalinan, dokter atau bidan harus memastikan bahwa kadar oksigen
ibu dan bayi terpenuhi, untuk mencegah terjadinya asfiksia neonatorum.
Beberapa penyebab asfiksia neonatorum adalah:

8
1. Tersumbatnya jalan napas bayi
2. Anemia yang membuat darah tidak dapat membawa cukup oksigen
3. Proses persalinan berlangsung lama atau sulit
4. Ibu hamil tidak mendapatkan oksigen yang cukup sebelum atau
selama persalinan
5. Ibu hamil memiliki tekanan darah yang terlalu tinggi atau rendah, saat
persalinan berlangsung
6. Ibu dan/atau bayi mengalami infeksi
7. Plasenta lepas dari rahim terlalu cepat, yang mengakibatkan hilangnya
oksigen
8. Bayi terlilit tali pusar
9. Infeksi
b. Penanganan Bayi Asfiksia
1. Memberikan oksigen ekstra pada ibu hamil jika asfiksia neonatorum
terjadi sebelum melahirkan.
2. Persalinan darurat atau caesar.
3. Menyedot cairan dari saluran udara dalam kasus sindrom
aspirasi mekonium.
4. Menempatkan bayi baru lahir pada respirator

D. Balita Dengan Masalah Gizi


Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak adalah gizi kurang. Anak balita (0-5
tahun) merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat
kekurangan gizi atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan
gizi.Di negara berkembang anak-anak umur 0–5 tahun merupakan golongan
yang paling rawan terhadap gizi. Anak-anak biasanya menderita bermacam-
macam infeksi serta berada dalam status gizi rendah.Anak usia 12-23 bulan
merupakan anak yang masuk dalam kategori usia 6–24 bulan dimana kelompok
umur tersebut merupakan saat periode pertumbuhan kritis dan kegagalan
tumbuh (growth failure) mulai terlihat.Underweight dapat diartikan sebagai berat
badan rendah akibat gizi kurang.

9
Underweight adalah kegagalan bayi untuk mencapai berat badan ideal, yang
kemudian juga bisa mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, sesuai usianya,
dalam jangka waktu tertentu. Gangguan ini bisa disebabkan karena bayi
kekurangan energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan sesuai usianya.Status gizi
anak dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu asupan makanan yang kurang dan
penyakit infeksi. Asupan energi yang kurang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan negatif akibatnya berat badan lebih rendah dari normal atau
ideal. Protein yang juga merupakan zat gizi makro mempunyai fungsi sebagai
bagian kunci semua pembentukan jaringan tubuh. Pertumbuhan dan pertahanan
hidup terjadi pada manusia bila protein cukup dikonsumsi.Masalah gizi
sebenarnya bukan masalah yang hanya disebakan oleh kemiskinan saja. Juga
karena aspek sosial-budaya (kepercayaan, pendidikan, dan pekerjaan) yang ada
di masyarakat kita, sehingga menyebabkan tindakan yang tidak menunjang
tercapainya gizi yang memadai untuk balita.Keadaan sosial ekonomi suatu
keluarga sangat memengaruhi tercukupi atau tidaknya kebutuhan primer,
sekunder, serta perhatian dan kasih sayang yang akan diperoleh anak. Hal
tersebut tentu berkaitan erat dengan pendapatan keluarga, jumlah saudara dan
pendidikan orang tua. Status ekonomi rendah akan lebih banyak membelanjakan
pendapatanya untuk makan. Bila pendapatannya bertambah biasanya mereka
akan menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk menambah makanan.
Dengan demikian, pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan
kuantitas dan kualitas makanan.

10
RANGKUMAN

Pembangunan sumber daya manusia berkualitas merupakan amanat


prioritas pembangunan nasional. Status gizi yang baik merupakan salah satu
faktor penentu untuk keberhasilan pembangunan sumber daya manusia. Ibu
hamil dan Balita merupakan salah satu kelompok rawan gizi yang perlu
mendapat perhatian khusus, karena dampak jangka panjang yang ditimbulkan
apabila mengalami kekurangan gizi. Selain itu, usia balita merupakan periode
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan rawan terhadap
kekurangan gizi. Begitu pula dengan Ibu hamil, apabila Ibu hamil mengalami
kekurangan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin yang
berisiko untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan atau
stunting. Masalah gizi Balita di Indonesia masih cukup tinggi.

11
TES FORMATIF
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-asfiksia-neonatorum-pada-bayi-
baru-lahir

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-kelahiran-
prematur

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/diabetes-gestasional

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20170216/0519737/status-gizi-
balita-dan-interaksinya/

Soedjatmiko. Stimulasi psikososial pada bayi risiko tinggi. Dalam: Hot Topics in
Pediatrics II. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLV.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2002

Anda mungkin juga menyukai