Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Seribu hari pertama kehidupan (HPK) atau 1000 hari pertama kehidupan
merupakan periode emas dalam kehidupan manusia. Periode ini dimulai sejak
seorang bayi dikandung dalam rahim ibunya hingga usia 2 tahun. Pada periode ini,
tumbuh kembang dan perkembangan otak anak sangat cepat dan berpengaruh besar
terhadap kesehatan dan keberhasilan anak di masa depan.

Menurut World Health Organization (WHO), periode seribu hari pertama


kehidupan dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu kehamilan hingga usia 6 bulan dan
usia 6 bulan hingga 2 tahun. Tahap pertama sangat penting karena di dalam
kandungan, otak bayi berkembang pesat dan nutrisi yang diterima dari ibu sangat
berpengaruh pada perkembangan sel-sel otak. Oleh karena itu, kesehatan ibu hamil
dan pemberian nutrisi yang cukup sangat penting untuk memastikan kesehatan janin
dan perkembangan otak yang optimal.

Setelah lahir, tahap kedua periode seribu hari pertama kehidupan dimulai.
Pada tahap ini, nutrisi yang diterima oleh bayi harus tetap terjaga agar tumbuh
kembangnya optimal. Selain itu, stimulasi yang diberikan oleh lingkungan sekitar
seperti interaksi dengan orang tua, stimulasi visual dan pendengaran, serta stimulasi
motorik juga berpengaruh besar pada perkembangan otak dan kognitif anak.

Dalam era globalisasi dan modernisasi yang serba cepat, seringkali orang tua
atau keluarga kurang memberikan perhatian pada periode seribu hari pertama
kehidupan anak. Padahal, masa ini adalah investasi penting bagi masa depan anak.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya periode seribu hari pertama kehidupan anak
1.1 Pendampingan Kader
Pendampingan kader sangat penting dalam memastikan bahwa bayi dan
keluarga mendapatkan perawatan yang optimal selama masa HPK. Kader kesehatan
dapat memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga tentang perawatan bayi
yang tepat, termasuk cara menyusui yang benar, perawatan kulit dan pusat bayi, serta
pentingnya vaksinasi.

Selain itu, kader kesehatan juga dapat melakukan pemantauan kesehatan bayi secara
teratur, termasuk pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Hal ini
berguna untuk mendeteksi dini adanya masalah kesehatan pada bayi dan segera
memberikan tindakan yang diperlukan.

1.2 Pendampingan Bayi 0-6 Bulan


Selama masa HPK, bayi membutuhkan perawatan yang khusus, terutama pada
periode 0-6 bulan pertama kehidupannya. Pendampingan bayi pada periode ini
meliputi:

1. Menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan. ASI


mengandung nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

2. Memastikan posisi dan teknik menyusui yang benar. Kader kesehatan dapat
memberikan informasi dan edukasi kepada ibu tentang posisi dan teknik
menyusui yang benar.

3. Memberikan perawatan kulit dan pusat bayi yang tepat. Bayi yang baru lahir
masih rentan terhadap infeksi, sehingga perlu diberikan perawatan yang khusus
untuk mencegah infeksi
1.3 Pendampingan Bayi 6-24 Bulan
Pada periode 6-24 bulan, bayi membutuhkan asupan makanan yang beragam
dan seimbang untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pendampingan bayi pada
periode ini meliputi:

Memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang sesuai dengan usia dan
kebutuhan gizi bayi.

1. Mendorong keluarga untuk memberikan makanan yang sehat dan bergizi, seperti
sayuran, buah-buahan, dan sumber protein.

2. Memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya pada bayi dan kapan harus
segera mencari bantuan medis.
BAB II
PEMBAHASAN

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)


merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia. Program ini memiliki tujuan
untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi serta mencegah komplikasi pada saat
persalinan dan pasca persalinan. Bidan sebagai tenaga kesehatan di tingkat puskesmas
merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan program ini.

P4K meliputi beberapa komponen antara lain: perencanaan persalinan,


penanganan persalinan normal, penanganan persalinan dengan komplikasi,
pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, pelayanan kontrasepsi pasca persalinan, dan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi pasca persalinan. Melalui pelaksanaan program
P4K, diharapkan dapat tercipta kondisi yang aman bagi ibu dan bayi selama masa
persalinan dan pasca persalinan.

Dalam pelaksanaan program P4K, bidan memegang peranan yang sangat


penting. Bidan harus mampu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan
mengidentifikasi faktor risiko yang mungkin terjadi pada ibu hamil. Selain itu, bidan
juga harus mampu memberikan edukasi kepada ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya
dan tindakan yang harus dilakukan dalam kondisi darurat.

Selain peran dalam perencanaan persalinan, bidan juga harus mampu


menangani persalinan normal dan persalinan dengan komplikasi. Bidan harus
memahami tanda-tanda persalinan normal dan komplikasi, serta mampu memberikan
penanganan yang tepat dan cepat dalam kondisi darurat. Bidan juga harus mampu
melakukan pemeriksaan pasca persalinan untuk mencegah terjadinya komplikasi pada
ibu dan bayi.
Program P4K juga meliputi pencegahan infeksi pada bayi baru lahir dan
pelayanan kontrasepsi pasca persalinan. Bidan harus mampu melakukan tindakan
pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, seperti memberikan perawatan pada tali
pusat dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar bayi. Bidan juga harus mampu
memberikan konseling dan pelayanan kontrasepsi pasca persalinan kepada ibu.

Melalui pelaksanaan program P4K, diharapkan dapat tercipta kondisi yang


aman bagi ibu dan bayi selama masa persalinan dan pasca persalinan. Dengan
demikian, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia dapat terus menurun. Oleh
karena itu, bidan sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan program P4K harus
mampu melakukan tindakan yang tepat dan cepat dalam mengatasi masalah
kesehatan ibu dan bayi.

2.1 Defini
Program P4K adalah suatu upaya perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi pada ibu dan bayi yang dilakukan sebelum, saat, dan setelah persalinan
dengan melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan.

2.2 Tujuan
Tujuan dari program P4K adalah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi
selama persalinan dengan cara:

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dan keluarga dalam persiapan


persalinan dan perawatan bayi baru lahir.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi selama persalinan, baik di
rumah sakit maupun di tempat lain.
3. Meningkatkan pencegahan komplikasi pada ibu dan bayi selama persalinan.

2.3 Manfaat
Program P4K memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah:

1. Meningkatkan kesehatan ibu dan bayi selama persalinan.

2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dan keluarga dalam persiapan


persalinan dan perawatan bayi baru lahir.

3. Mengurangi angka kematian ibu dan bayi selama persalinan.

4. Mengurangi angka kejadian komplikasi pada ibu dan bayi selama persalinan.

2.4 Dampak Jika Tidak Melaksanakan P4K

Jika program P4K tidak dilaksanakan, maka dampaknya adalah:

1. Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi selama persalinan.

2. Meningkatnya angka kejadian komplikasi pada ibu dan bayi selama persalinan.

3. Menurunnya pengetahuan dan keterampilan ibu dan keluarga dalam persiapan


persalinan dan perawatan bayi baru lahir.

2.5 Manfaat Pengisian dan Pemasangan Sticker


Pengisian dan pemasangan stiker adalah bagian dari program P4K yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dan keluarga dalam
persiapan persalinan dan perawatan bayi baru lahir. Manfaat pengisian dan
pemasangan stiker adalah:

1. Sebagai pengingat bagi ibu dan keluarga untuk melakukan persiapan persalinan
dan perawatan bayi baru lahir.

2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dan keluarga dalam persiapan


persalinan dan perawatan bayi baru lahir

2.5 Peran Bidan dalam P4K

1. Memberikan informasi dan edukasi kepada ibu dan keluarga tentang persiapan
persalinan dan perawatan bayi baru lahir, termasuk risiko dan tanda-tanda bahaya
selama persalinan.

2. Melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur untuk memantau kesehatan ibu


dan bayi, serta mendeteksi dini adanya komplikasi yang dapat terjadi selama
kehamilan dan persalinan.

3. Membantu ibu dalam menentukan tempat persalinan yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya, baik di rumah sakit maupun di puskesmas.

4. Memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi selama persalinan, termasuk
melakukan tindakan medis yang diperlukan untuk mencegah komplikasi.

5. Memberikan perawatan pada ibu dan bayi pasca persalinan, termasuk


memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya pasca persalinan dan tindakan
yang harus dilakukan dalam kondisi darurat.
2.6 Praktik Anamnesa dan Membuat ASKEB Keluarga
Praktik anamnesa merupakan salah satu langkah penting dalam program P4K
yang dilakukan oleh bidan untuk mendapatkan informasi tentang riwayat kesehatan
ibu dan keluarga selama kehamilan dan persalinan sebelumnya. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui adanya faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
bayi selama persalinan. Selain itu, praktik anamnesa juga berguna untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi.

Setelah melakukan praktik anamnesa, bidan juga membuat ASKEB keluarga


yang berisi informasi tentang riwayat kesehatan ibu dan keluarga selama kehamilan
dan persalinan sebelumnya, termasuk kondisi kesehatan ibu dan bayi saat ini. ASKEB
keluarga ini berguna untuk memantau kesehatan ibu dan bayi selama masa
kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan, serta memberikan informasi yang
diperlukan untuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi pada ibu dan
bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes, RI (2017). Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2015). Pedoman Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di 1000 Hari
Pertama Kehidupan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2018). Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Masa 1000 Hari
Pertama Kehidupan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Notoatmodjo, S (2015). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam. (2019). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Jakarta: Salemba Medika.

Setiawan, A. (2020). Peran Bidan dalam Pencegahan Komplikasi Persalinan. Jurnal


Kebidanan, 5(2), 60-67.

Simanungkalit, B. (2018). Praktik Anamnesa dalam Perencanaan Persalinan. Jurnal


Kebidanan, 3(1), 10-16

Suryani, D. (2019). Pembuatan ASKEB Keluarga sesuai Masalah pada P4K. Jurnal
Kesehatan, 7(1), 20-25.

World Health Organization. (2018). WHO Recommendations on Antenatal Care for a


Positive Pregnancy Experience. Geneva: WHO Press.
Rusmil, K., dan Lestari, E. W. (2016). Hubungan antara Praktik Pemberian ASI
Eksklusif dan Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas, 10(1), 47-54.

Lestari, N. A., Fajrina, N., dan Nurbaeti, I. (2019). Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciomas II. Jurnal Ilmu Keperawatan, 7(1), 20-29.

Kemenkes RI. (2014). Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi
dan Balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Sari, D. P., Mustikaningtyas, E. D., dan Kurniasih, E. (2017). Hubungan Pemberian


MPASI dengan Status Gizi Bayi 6-24 Bulan. Jurnal Gizi dan Pangan, 12(2),
105-112.

Nurmayanti, R., Rosadi, D., dan Yuliati, L. N. (2018). Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Praktik Pemberian MPASI pada Bayi Usia 6-12 Bulan. Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 9(1), 30-38.

Dewi, N. M. A. R., dan Nisa, K. F. (2018). Hubungan Faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Status Gizi Bayi Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sanur. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 10-18.

Anda mungkin juga menyukai