Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

1000 HPK
UPTD PUSKESMAS KREMBANGAN SELATAN

I. LATAR BELAKANG
Kesehatan ibu serta anak adalah penentu kualitas sumber daya manusia.
Kesehatan ibu dan status gizi pada masa sebelum hamil, saat pembuahan, selama
hamil, nifas dan menyusui, serta kesehatan bayi/baduta mulai janin, dilahirkan
sampai dengan berusia dua tahun (1000 hari). Periode 1000 hari adalah periode
emas yang dimulai dari 270 hari sejak pembuahan, selama kehamilan dan 730 hari
pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya. Sehingga periode 1000 HPK (Hari
Pertama Kehidupan) merupakan periode yang sangat kritis yang berpotensi kearah
angka kejadian kematian ibu, bayi, balita serta angka kejadian balita gizi buruk dan
balita pendek.
Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52
tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
pasal 20 dan pasal 21 bahwa Kebijakan Pemerintah untuk membantu calon atau
pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi
secara bertanggung jawab tentang usia ideal perkawinan, usia ideal untuk
melahirkan, jumlah ideal anak, jarak ideal kelahiran anak dan penyuluhan kesehatan
reproduksi, maka kepada seluruh Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) se-Kota
Surabaya dan pimpinan lembaga keagamaan di Kota Surabaya diharapkan
menginstruksikan kepada calon pengantin agar melaksanakan pemeriksaan
kesehatan dan mengikuti penyuluhan kesehatan reproduksi sebagai syarat
kelengkapan berkas pernikahan.
Masa sebelum menikah yaitu saat menjadi calon pengantin memerlukan
persiapan yang matang baik secara fisik, psikologis dan sosial. Tidak hanya untuk
calon pengantin wanita tetapi juga pasangannya. Penjelasan tentang perkawinan dan
penyuluhan kesehatan reproduksi sangat diperlukan untuk dapat membentuk
keluarga yang sejahtera dan menghasilkan generasi penerus yang berkualitas.
Selain penyuluhan kesehatan reproduksi, status gizi pada calon pengantin juga harus
diperhatikan hal ini bertujuan untuk mempersiapkan wanita mencapai status gizi yang
optimal sebelum memasuki masa kehamilan.
Kecukupan gizi sebelum menikah perlu diperhatikan untuk memiliki anak
yang sehat dan bergizi baik, jika gizi ibu mencukupi maka setelah menikah ibu
memiliki bekal yang cukup untuk mempersiapkan kehamilan berlanjut hingga

1
menjalani kehamilan dan menyusui. Kecukupan gizi membuat ibu menjadi lebih sehat
dan lebih siap secara medis untuk memiliki anak dalam rahim dan memiliki anak
yang sehat dalam kandungan sampai melahirkan. Asupan gizi tidak hanya penting
untuk pertumbuhan, tetapi juga untuk fertilitas sehingga gizi prakonsepsi merupakan
investasi penting sebelum kehamilan.
Seorang ibu hamil yang mengalami masalah gizi seperti anemia dan KEK
(Kekurangan Energi Kronis) akan berpotensi menghasilkan bayi BBLR, keguguran,
kelahiran premature dan dapat beresiko terhadap kematian ibu dan bayi baru lahir.
Kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupkan faktor kematian utama
ibu.
Angka Kematian Ibu menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu yang
sangat mempengaruhi kondisi kesehatan janin yang dikandungnya. Kejadian lahir
mati dan kematian bayi dipengaruhi oleh kondisi kehamilan, komplikasi pada ibu dan
bayi baru lahir, serta pertolongan persalinan disamping kondisi yang berkaitan
dengan perawatan bayi baru lahir. Menjaga kesehatan janin di dalam kandungan ibu,
mencegah penularan penyakit dari ibu ke anak, menstimulasi perkembangan otaknya
(brain booster) dapat meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan janin selama
dalam kandungan ibu.
Bayi yang lahir dengan BBLR sejak awal kehidupan akan mengalami
hambatan pertumbuhan, baik pertumbuhan fisik maupun pertumbuhan mental.
Pertumbuhan fisik berkait dengan pertumbuhan otak, BBLR akan membawa akibat
tidak dapat berkembangnya potensi intelegensi anak secara optimal. Oleh karena itu
pemeliharaan gizi anak bukan dimulai setelah anak lahir, melainkan harus dimulai
sejak bayi masih dalam kandungan.
Pemeliharaan gizi ibu semasa hamil bukan saja akan berguna untuk ibu
menghindari kesulitan semasa kehamilan dan waktu melahirkan, akan tetapi juga
membawa manfaat bagi bayi. Bayi yang lahir dari ibu yang gizinya baik, selain dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik juga akan mendapat ASI dalam jumlah cukup
karena produksi ASI oleh ibu juga dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu semasa
kehamilan.

II. Latar Belakang


Pada tahun 2018, AKI Kota Surabaya yaitu 72,99 / 100.000 kelahiran hidup.
Mengacu kebijakan Departemen Kesehatan untuk strategi penurunan AKI yaitu
dengan 3 pesan kunci MPS . Pengawalan bayi tidak hanya perlu diperhatikan saat
bayi dalam kandungan, bayi baru lahir hingga anak usia 2 tahun juga perlu
diperhatikan, hal tersebut sangat mendukung dalam menciptakan generasi yang

2
platinum. Pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada anak hingga usia 2
tahun harus didukung dengan melakukan DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang)
pada anak.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak.
Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak,
maka intervensi apa yang harus diberikan akan lebih mudah dilakukan. Anak yang
sakit dan kurang gizi akan tumbuh lebih pendek dan berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif sehingga akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan, serta
menurunkan produktivitas pada usia dewasa.
Berkaitan dengan kondisi permasalahan di atas perlu dilakukan intervensi
untuk mencegah dampak yang ditimbulkan seperti kejadian kematian ibu, bayi,
baduta serta angka kejadian baduta gizi buruk dan baduta pendek, sehingga dirasa
perlu dilaksanakan kegiatan pendampingan Program 1000 HPK (Hari Pertama
Kehidupan) di Kota Surabaya dengan melibatkan lintas SKPD, Organisasi Profesi,
Akademisi, Organisasi Kemasyarakatan dan seluruh lapisan masyarakat untuk
mendukung kegiatan tersebut.

III. Tujuan Umum


Menurunkan Kematian Ibu, Bayi dan Baduta serta Baduta Pendek (Stunting) di
Kota Surabaya.

IV. Tujuan Khusus


1. Mempersiapkan kesehatan calon pengantin melalui pemeriksaan kesehatan
dan penyuluhan meliputi kesehatan reproduksi dan status gizi sebelum masuk
ke periode kehamilan
2. Mempersiapkan kesehatan ibu hamil dan status gizi serta tumbuh kembang
janin
3. Mempersiapkan dan mengoptimalkan upaya untuk keselamatan ibu serta bayi
saat proses persalinan
4. Mempersiapkan kesehatan ibu saat saat masa nifas dan menyusui
5. Mengoptimalkan tumbuh kembang dan status gizi saat bayi hingga anak usia 2
tahun.

V. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


Koordinasi dilakukan dari Puskesmas kepada Tenaga Pendamping, Tenaga
Pendamping kepada Tenaga PIC Wilayah, serta Tenaga PIC Wilayah kepada
Konsultan Ahli pada Program 1000 HPK di Kota Surabaya.

3
Penjelasan Tugas dan Kewenangan Tenaga Pelaksana sebagai berikut :
1. Konsultan
a. Menjadi konsultan program pendampingan 1000 HPK sesuai bidang
keilmuannya
b. Memberikan konsultasi terkait permasalahan yang ditemui saat pelaksanaan
program pendampingan 1000 HPK
c. Bertanggung jawab atas wilayah dampinganya
d. Membuat laporan hasil pendampingan 1000 HPK
Seluruh Konsultan : Laporan untuk konsultan dibuat bulanan? Dalam bentuk
apa saja yang sudah dilakukan selama 1 bulan?

2. Tenaga PIC Wilayah


a. Berkoordinasi bersama Pendamping Puskesmas dengan Kepala Puskesmas
dan Petugas Puskesmas
b. PIC memfasilitasi Pendamping Puskesmas sesuai bagian wilayahnya.
c. Memfasilitasi dan membantu Pendamping Puskesmas dalam mengupayakan
pertemuan Lintas Sektor dengan Kecamatan dan Kepala Puskesmas dalam
rangka diskusi permasalahan dan intervensi sasaran calon pengantin yang
lebih komprehensif
d. Melakukan kegiatan diskusi dengan Pendamping Puskesmas berkenaan
dengan prioritas masalah sasaran calon pengantin yang didampingi sekaligus
intervensi atau pemecahan masalahnya setiap bulan, dengan berbagai
pendekatan termasuk diantaranya : advokasi /penyuluhan yang berkaitan
dengan masalah sasaran calon, diskusi, pemberian informasi tentang 1000
HPK
e. Melakukan validasi dan pengecekan data dari kegiatan pendampingan yang
dilakukan oleh Pendamping Puskesmas.
f. Mengikuti pertemuan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan
pendampingan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
g. Mendampingi Pendamping Puskesmas pada saat laporan akhir kegiatan.
h. Memfasilitasi dan berkoordinasi dengan Konsultan 1000 HPK dan Dinas
Kesehatan mengenai permasalahan dan intervensi sasaran calon pengantin
yang lebih komprehensif
i. Mempunyai buku kegiatan harian
j. Membuat laporan
k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dinas Kesehatan

4
3. Tenaga Pendamping 1000 HPK di Puskesmas
a. Wajib melakukan koordinasi bersama pihak puskesmas dalam program
pendampingan 1000 HPK
b. Mengupayakan kegiatan integrasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektor
c. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan KUA/Lembaga keagamaan lainnya
terkait pelaksanaan 1000 HPK dengan sasaran calon pengantin
d. Melakukan identifikasi sasaran (Data kesehatan dapat dilihat dari status
pemeriksaan kesehatan catin).
e. Mengarahkan calon pengantin ke Puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan
dan penyuluhan kesehatan reproduksi.
f. Mempelajari karakteristik sasaran meliputi status pendidikan, sosial, ekonomi
dan memotret permasalahan gizi dan kesehatan yang dihadapi sasaran.
g. Melakukan penilaian status gizi dan kesehatan sasaran calon pengantin.
h. Mengarahkan calon pengantin untuk menandatangani persetujuan
pendampingan 1000 HPK sesuai kriteria.
i. Mendampingi sasaran calon pengantin.
j. Melakukan kegiatan penggalian potensi dan sumber daya sasaran calon
pengantin untuk menunjang keberhasilan kegiatan pendampingan.
k. Mengkaji dan merencanakan kegiatan pendampingan berdasarkan data-data
permasalahan dan potensi yang ada.
l. Membuat jadwal kegiatan selama pendampingan setiap akhir bulan untuk
dilakukan pada saat pendampingan bulan berikutnya.
m. Melakukan kunjungan kegiatan pendampingan sesuai jadwal yang telah
dibuat. Macam metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan dalam
jadwal antara lain berupa : advokasi/penyuluhan yang berkaitan dengan
masalah sasaran calon pengantin serta dilengkapi dengan pembuatan sarana
advokasi (media) sesuai materi yang diperlukan dan dikonsultasikan bersama
PIC/Pendamping Wilayah, diskusi, pemberian informasi tentang 1000 HPK.
n. Memantau sasaran yang mendapatkan intervensi program kesehatan dari
Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
o. Melakukan kajian dan analisis perubahan yang terjadi berdasarkan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan
p. Melaporkan hasil kegiatan kepada PIC, Kepala Puskesmas, Bidan
Koordinator hasil pendampingannya.
q. Wajib hadir pada pertemuan kajian rutin bersama PIC/Pendamping Wilayah,
Tenaga ahli Konsultan dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan.
r. Mempunyai buku kegiatan harian

5
s. Membuat dokumentasi dan laporan kegiatan kepada Pendamping Wilayah
setiap bulan.
t. Hadir di puskesmas setiap hari kerja dan mengisi daftar hadir.
u. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dinas Kesehatan

4. Puskesmas
a. Koordinasi dengan kelurahan dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan
reproduksi dan pemeriksaan kesehatan dan mengisi kartu kendali
b. Menyiapkan calon pengantin
c. Mengarahkan calon pengantin 1000 HPK ke pendamping 1000 HPK
d. Melakukan penyuluhan kespro pada catin
e. Melakukan pemeriksaan kesehatan pada catin
f. Mengarahkan dan memberi KIE pada catin dalam penandatanganan
kesepakatan menuju generasi platinum (berkas kesepakatan disimpan
Puskesmas)
g. Mengisi kartu kendali dan memberikan surat keterangan pemeriksaan
kesehatan dan penyuluhan kesehatan reproduksi
h. Menyerahkan kartu kendali dan surat keterangan tersebut pada catin
i. Melakukan koordinasi dengan pendamping 1000 HPK dalam pemberian data
dan memfasilitasi pendamping saat melakukan intervensi ke catin selama
pendampingan

VI. Cara Melaksanakan Kegiatan


Mekanisme pelaksanaan pendampingan program 1000 HPK sebagai berikut :
1. Melakukan koordinasi bersama pihak puskesmas dalam pendampingan program
1000 HPK
2. Mengupayakan kegiatan integrasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektor
3. Melakukan koordinasi dan bekerjasama dengan KUA/Lembaga keagamaan
lainnya terkait pelaksanaan program 1000 HPK dengan sasaran calon pengantin
4. Pendamping Puskesmas melakukan identifikasi sasaran pendampingan yang
memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi. Sasaran setiap bulan 5 catin atau
pasangan baru menikah,
5. Melakukan pendampingan selama 3 tahun kepada sasaran yaitu calon pengantin
dan pasangan baru menikah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, terkait
kesehatan ibu dan status gizi pada masa sebelum hamil, saat pembuahan,
selama hamil, nifas dan menyusui, serta kesehatan bayi/baduta mulai janin,
dilahirkan sampai dengan berusia dua tahun (1000 hari).

6
6. Untuk pasangan yang wanita berusia < 20 tahun dapat didampingi dengan syarat
bersedia menunda kehamilan hingga usia mencapai 20 tahun, namun jika sudah
hamil sebelum usia 20 tahun akan dialihkan ke program ibu hamil beresiko tinggi.
7. Melakukan intervensi terkait masalah yang diperoleh selama pendampingan,
intervensi berupa KIE, penyuluhan, pengarahan untuk memeriksakan diri ke
fasilitas pelayanan kesehatan, intervensi diperoleh dari hasil konsultasi dengan
Konsultan Ahli terkait masalah yang diperoleh selama pendampingan.
8. Jika dalam proses pendampingan pasangan masuk ke dalam salah satu kriteria
drop out, maka pasangan tersebut harus dikeluarkan dari sasaran program 1000
HPK dan diganti dengan sasaran baru, namun pasangan drop out tersebut tetap
dilakukan pendampingan hingga kondisinya membaik.

VII. Sasaran
Sasaran kegiatan pendampingan adalah 30 calon pengantin dan pasangan baru
menikah per tahun di kota Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan
pendampingan. Target Kegiatan, 80 % catin yang terdata bersedia dilakukan
kegiatan pendampingan

VIII. Jadwal Pelaksanaan


BULAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1000 HPK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

IX. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


1. Evaluasi pelaksanaan kegiatan di lakukan setiap bulan mengetahui adanya
pergeseran jadwal atau penyimpangan jadwal pelaksanaan kunjungan.
2. Laporan pelaksanaan kegiatan dilaporkan ke Seksi Kesehatan Dasar setiap
awal bulan berikutnya dengan menggunakan Form Laporan Bulanan.

X. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilakukan oleh pelaksana kegiatan berupa
notulensi, daftar hadir, dan foto kegiatan.

Mengetahui,
Kepala UPTD
Puskesmas Krembangan Selatan

7
dr. Dayanti Dadiningrum
Pembina Tk. I
NIP 196407102002122002

Anda mungkin juga menyukai