Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN SOSIALISASI PENINGKATAN ASI

EKSLUSIF, 1000 HPK DAN KELOMPOK PEDULI ASI


PUSKESMAS SIMBUR NAIK

Ditetapkan di : Simbur Naik Halaman : 1/3


Tanggal :

I. Pendahuluan
Kesehatan ibu serta anak adalah penentu kualitas sumber daya manusia.
Kesehatan ibu dan status gizi pada masa sebelum hamil, saat pembuahan, selama
hamil, nifas dan menyusui, serta kesehatan bayi/baduta mulai janin, dilahirkan
sampai dengan berusia dua tahun (1000 hari). Periode 1000 hari adalah periode
emas yang dimulai dari 270 hari sejak pembuahan, selama kehamilan dan 730 hari
pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya. Sehingga periode 1000 HPK
(Hari Pertama Kehidupan) merupakan periode yang sangat kritis yang berpotensi
kearah angka kejadian kematian ibu, bayi, balita serta angka kejadian balita gizi
buruk dan balita pendek.
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia adalah
pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan
kegiatan penting dalam pemeliharaan anaka dan persiapan generasi penerus di
masa depan.
Pelaksanaan program kegiatan sesuai dengan visi puskesmas Simbur
Naik sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang terdepan dan
bermutu menuju masyarakat diwilayah kerja puskesmas Simbur Naik yang sehat
dan mandiri di tanjung jabung timur sesuai dengan tata nilai Puskesmas Simbur
Naik yang telah ditetapkan yaitu, Masagena ( Mandiri, Santun, Gesit dan
Amanah)

II. Latar belakang


Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52
tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
pasal 20 dan pasal 21 bahwa Kebijakan Pemerintah untuk membantu calon atau
pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak
reproduksi secara bertanggung jawab tentang usia ideal perkawinan, usia ideal
untuk melahirkan, jumlah ideal anak, jarak ideal kelahiran anak dan penyuluhan
kesehatan reproduksi, maka kepada seluruh Kepala Kantor Urusan Agama
(KUA) se-Kota Surabaya dan pimpinan lembaga keagamaan di Kota Surabaya
diharapkan menginstruksikan kepada calon pengantin agar melaksanakan
pemeriksaan kesehatan dan mengikuti penyuluhan kesehatan reproduksi
sebagai syarat kelengkapan berkas pernikahan.

Masa sebelum menikah yaitu saat menjadi calon pengantin memerlukan


persiapan yang matang baik secara fisik, psikologis dan sosial. Tidak hanya
untuk calon pengantin wanita tetapi juga pasangannya. Penjelasan tentang
perkawinan dan penyuluhan kesehatan reproduksi sangat diperlukan untuk dapat
membentuk keluarga yang sejahtera dan menghasilkan generasi penerus yang
berkualitas. Selain penyuluhan kesehatan reproduksi, status gizi pada calon
pengantin juga harus diperhatikan hal ini bertujuan untuk mempersiapkan wanita
mencapai status gizi yang optimal sebelum memasuki masa kehamilan.

Kecukupan gizi sebelum menikah perlu diperhatikan untuk memiliki anak


yang sehat dan bergizi baik, jika gizi ibu mencukupi maka setelah menikah ibu
memiliki bekal yang cukup untuk mempersiapkan kehamilan berlanjut hingga
menjalani kehamilan dan menyusui. Kecukupan gizi membuat ibu menjadi lebih
sehat dan lebih siap secara medis untuk memiliki anak dalam rahim dan memiliki
anak yang sehat dalam kandungan sampai melahirkan. Asupan gizi tidak hanya
penting untuk pertumbuhan, tetapi juga untuk fertilitas sehingga gizi prakonsepsi
merupakan investasi penting sebelum kehamilan.

Seorang ibu hamil yang mengalami masalah gizi seperti anemia dan KEK
(Kekurangan Energi Kronis) akan berpotensi menghasilkan bayi BBLR,
keguguran, kelahiran premature dan dapat beresiko terhadap kematian ibu dan
bayi baru lahir. Kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab
utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupkan
faktor kematian utama ibu.
Angka Kematian Ibu menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu yang
sangat mempengaruhi kondisi kesehatan janin yang dikandungnya. Kejadian
lahir mati dan kematian bayi dipengaruhi oleh kondisi kehamilan, komplikasi
pada ibu dan bayi baru lahir, serta pertolongan persalinan disamping kondisi
yang berkaitan dengan perawatan bayi baru lahir. Menjaga kesehatan janin di
dalam kandungan ibu, mencegah penularan penyakit dari ibu ke anak,
menstimulasi perkembangan otaknya (brain booster) dapat meningkatkan
perkembangan dan pertumbuhan janin selama dalam kandungan ibu.

Bayi yang lahir dengan BBLR sejak awal kehidupan akan mengalami
hambatan pertumbuhan, baik pertumbuhan fisik maupun pertumbuhan mental.
Pertumbuhan fisik berkait dengan pertumbuhan otak, BBLR akan membawa
akibat tidak dapat berkembangnya potensi intelegensi anak secara optimal. Oleh
karena itu pemeliharaan gizi anak bukan dimulai setelah anak lahir, melainkan
harus dimulai sejak bayi masih dalam kandungan.

Pemeliharaan gizi ibu semasa hamil bukan saja akan berguna untuk ibu
menghindari kesulitan semasa kehamilan dan waktu melahirkan, akan tetapi juga
membawa manfaat bagi bayi. Bayi yang lahir dari ibu yang gizinya baik, selain
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik juga akan mendapat ASI dalam
jumlah cukup karena produksi ASI oleh ibu juga dipengaruhi oleh keadaan gizi
ibu semasa kehamilan.

Pengawalan bayi tidak hanya perlu diperhatikan saat bayi dalam kandungan,
bayi baru lahir hingga anak usia 2 tahun juga perlu diperhatikan, hal tersebut
sangat mendukung dalam menciptakan generasi yang platinum. Pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal pada anak hingga usia 2 tahun harus didukung
dengan melakukan DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) pada anak.

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak.
Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang
anak, maka intervensi apa yang harus diberikan akan lebih mudah dilakukan.
Anak yang sakit dan kurang gizi akan tumbuh lebih pendek dan berpengaruh
terhadap perkembangan kognitif sehingga akan mempengaruhi keberhasilan
pendidikan, serta menurunkan produktivitas pada usia dewasa.

Berkaitan dengan kondisi permasalahan di atas perlu dilakukan intervensi


untuk mencegah dampak yang ditimbulkan seperti kejadian kematian ibu, bayi,
baduta serta angka kejadian baduta gizi buruk dan baduta pendek, sehingga
dirasa perlu dilaksanakan kegiatan pendampingan Program 1000 HPK (Hari
Pertama Kehidupan) di Kota Surabaya dengan melibatkan lintas SKPD,
Organisasi Profesi, Akademisi, Organisasi Kemasyarakatan dan seluruh lapisan
masyarakat untuk mendukung kegiatan tersebut.

III. Tujuan
a. Tujuan umum
Menurunkan Kematian Ibu, Bayi dan Baduta serta Baduta Pendek (Stunting)
serta para ibu dapat memahami dan menerapkan penggunaan dalam
kehidupan sehari-hari

b. Tujuan khusus.
1. Mempersiapkan kesehatan calon pengantin melalui pemeriksaan
kesehatan dan penyuluhan meliputi kesehatan reproduksi dan status gizi
sebelum masuk ke periode kehamilan
2. Mempersiapkan kesehatan ibu hamil dan status gizi serta tumbuh
kembang janin
3. Mempersiapkan dan mengoptimalkan upaya untuk keselamatan ibu serta
bayi saat proses persalinan
4. Mempersiapkan kesehatan ibu saat saat masa nifas dan menyusui
5. Mengoptimalkan tumbuh kembang dan status gizi saat bayi hingga anak
usia 2 tahun.
IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

No Kegiatan Rincian Kegiatan


a. Sosialisasi 1. Petugas memperkenalkan diri (salam
pembuka)
Peningkatan ASI
2. Petugas menyebarkan daftar hadir untuk diisi
Ekslusif, 1000 HPK oleh masyarakat
3. Petugas menjelaskan materi sosialisasi
dan kelompok
4. Petugas melakukan Tanya jawab kepada
Peduli ASI di masyarakat
5. Petugas menyimpulkan hasil sosialisasi
wilayah Kerja
6. Salam penutup
Puskesmas Simbur
Naik

V. Cara Melaksanakan Kegiatan


Cara melaksanakan kegiatan Kelas Balita adalah dengan melaksanakan
kegiatan sesuai pembagian tugas dari instrumen yang telah ditetapkan yaitu
1. Menentukan waktu dan tempat kegiatan
2. Menentukan tempat pembicara
3. Menyiapkan materi dan peralatan sosialisasi
4. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

VI. Sasaran
Kader, Ibu hamil dan ibu bayi yang berumur 0-6 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Simbur Naik

VII. Rencana Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Sosialisasi Peningkatan ASI Ekslusif, 1000 HPK dan kelompok Peduli
ASI dilaksanakan pada bulan Februari.

VIII. Penutup
Pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan jadwal kegiatan yang sudah
disepakati. Pelaporan kegiatan harus sudah dilaporkan ke Dinas Kesehatan
pada bulan berikutnya.
Pencatatan hasil kegiatan dilaporan segera setelah dilaksanakan.
Evaluasi kegiatan dilaksanakan setahun 1 kali. Demikian kerangka acuan ini
kami buat sebagai panduan dan evaluasi bagi kegiatan program gizi di
Puskesmas Simbur Naik.

Kepala Puskesmas Simbur Naik

Hj. Ani Safitri,A.Mk

Anda mungkin juga menyukai