A. LATAR BELAKANG
Kesehatan ibu serta anak adalah penentu kualitas sumber daya manusia.
Kesehatan ibu dan status gizi pada masa sebelum hamil, saat pembuahan, selama
hamil, nifas dan menyusui, serta kesehatan bayi/baduta mulai janin, dilahirkan sampai
dengan berusia dua tahun (1000 hari). Periode 1000 hari adalah periode emas yang
dimulai dari 270 hari sejak pembuahan, selama kehamilan dan 730 hari pada
kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya. Sehingga periode 1000 HPK (Hari
Pertama Kehidupan) merupakan periode yang sangat kritis yang berpotensi kearah
angka kejadian kematian ibu, bayi, balita serta angka kejadian balita gizi buruk dan
balita pendek.
pasal 20 dan pasal 21 bahwa Kebijakan Pemerintah untuk membantu calon atau
pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi
secara bertanggung jawab tentang usia ideal perkawinan, usia ideal untuk
melahirkan, jumlah ideal anak, jarak ideal kelahiran anak dan penyuluhan kesehatan
reproduksi, maka kepada seluruh Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) se-Kota
persiapan yang matang baik secara fisik, psikologis dan sosial. Tidak hanya untuk
calon pengantin wanita tetapi juga pasangannya. Penjelasan tentang perkawinan dan
1
penyuluhan kesehatan reproduksi sangat diperlukan untuk dapat membentuk
keluarga yang sejahtera dan menghasilkan generasi penerus yang berkualitas. Selain
penyuluhan kesehatan reproduksi, status gizi pada calon pengantin juga harus
diperhatikan hal ini bertujuan untuk mempersiapkan wanita mencapai status gizi yang
yang sehat dan bergizi baik, jika gizi ibu mencukupi maka setelah menikah ibu
menjalani kehamilan dan menyusui. Kecukupan gizi membuat ibu menjadi lebih sehat
dan lebih siap secara medis untuk memiliki anak dalam rahim dan memiliki anak yang
sehat dalam kandungan sampai melahirkan. Asupan gizi tidak hanya penting untuk
Seorang ibu hamil yang mengalami masalah gizi seperti anemia dan KEK
kelahiran premature dan dapat beresiko terhadap kematian ibu dan bayi baru lahir.
Kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupkan faktor kematian utama
ibu.
mati dan kematian bayi dipengaruhi oleh kondisi kehamilan, komplikasi pada ibu dan
bayi baru lahir, serta pertolongan persalinan disamping kondisi yang berkaitan
dengan perawatan bayi baru lahir. Menjaga kesehatan janin di dalam kandungan ibu,
Bayi yang lahir dengan BBLR sejak awal kehidupan akan mengalami
2
Pertumbuhan fisik berkait dengan pertumbuhan otak, BBLR akan membawa akibat
tidak dapat berkembangnya potensi intelegensi anak secara optimal. Oleh karena itu
pemeliharaan gizi anak bukan dimulai setelah anak lahir, melainkan harus dimulai
Pemeliharaan gizi ibu semasa hamil bukan saja akan berguna untuk ibu
menghindari kesulitan semasa kehamilan dan waktu melahirkan, akan tetapi juga
membawa manfaat bagi bayi. Bayi yang lahir dari ibu yang gizinya baik, selain dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik juga akan mendapat ASI dalam jumlah cukup
karena produksi ASI oleh ibu juga dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu semasa
kehamilan.
Pengawalan bayi tidak hanya perlu diperhatikan saat bayi dalam kandungan,
bayi baru lahir hingga anak usia 2 tahun juga perlu diperhatikan, hal tersebut sangat
perkembangan yang optimal pada anak hingga usia 2 tahun harus didukung dengan
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak. Dengan
ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka
intervensi apa yang harus diberikan akan lebih mudah dilakukan. Anak yang sakit dan
kurang gizi akan tumbuh lebih pendek dan berpengaruh terhadap perkembangan
untuk mencegah dampak yang ditimbulkan seperti kejadian kematian ibu, bayi,
baduta serta angka kejadian baduta gizi buruk dan baduta pendek, sehingga dirasa
3
B.DASAR
Perbaikan Gizi
Reproduksi
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan dan Masa
kesehatan seksual
C.TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan Kematian Ibu, Bayi dan Baduta serta Baduta Pendek (Stunting)
di Kota Surabaya.
2. Tujuan Khusus
periode kehamilan
b. Mempersiapkan kesehatan ibu hamil dan status gizi serta tumbuh kembang
janin
4
e. Mengoptimalkan tumbuh kembang dan status gizi saat bayi hingga anak usia 2
tahun.
C. MANFAAT
1. Bagi Pemerintah
pemerintah dalam pembuatan dan evaluasi program yang ada kaitannya dengan
menurunkan Kematian Ibu, Kematian Bayi dan Baduta, serta Baduta Pendek
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi dan tolak ukur masyarakat agar lebih sadar
terhadap kesehatan ibu dan anak serta status gizi yang dimulai dari catin, hamil,
bersalin, nifas dan menyusui, bayi hingga anak usia 2 tahun agar dapat
mencegah terjadinya kematian ibu, kematian bayi dan baduta, serta kejadian
b. Memperoleh persiapan kesehatan dan status gizi ibu serta tumbuh kembang
d. Memperoleh persiapan kesehatan dan status gizi ibu saat masa nifas dan
e. Memperoleh upaya optimalisasi tumbuh kembang dan status gizi saat bayi
D. SASARAN
5
Sasaran kegiatan pendampingan adalah calon pengantin dan pasangan baru
E. WAKTU
BADUTA
Gambar 1.1 Siklus Kegiatan Pendampingan 1000 HPK di Kota Surabaya
F. TEMPAT PELAKSANAAN
G. TENAGA PELAKSANA
DINAS KESEHATAN
PIC WIL PIC WIL PIC WIL PIC WIL PIC WIL SBY
SBY SBY SBY SBY BARAT
SELATAN PUSAT TIMUR UTARA
6
16 8 14 13 12
Pendamping Pendamping Pendamping Pendamping Pendamping
Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas
DINAS KESEHATAN
Gambar 1.1 Bagan Koordinasi Konsultan Ahli, Tenaga PIC Wilayah, Tenaga
Pendamping dan Puskesmas pada Program 1000 HPK di Kota
Surabaya
Gambar 1.1 menjelaskan bahwa Tenaga Pelaksana pada Program 1000 HPK di
Spesialis sebanyak 5 orang (FKM, AKZI, POGI) dan narasumber ahli dari IDAI dan
Pogi
telah melalui proses seleksi dan rekrutmen, terbagi atas 5 wilayah yaitu Wilayah
Surabaya Pusat, Surabaya Timur, Surabaya Barat, Surabaya Utara dan Surabaya
Selatan
Tenaga Pendamping.
Pendamping kepada Tenaga PIC Wilayah, serta Tenaga PIC Wilayah kepada Konsultan
1. Konsultan
7
a. Menjadi konsultan program pendampingan 1000 HPK sesuai bidang
keilmuannya
lebih komprehensif
HPK
8
j. Membuat laporan
9
jadwal antara lain berupa : advokasi/penyuluhan yang berkaitan dengan
Tenaga ahli Konsultan dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya sesuai dengan
setiap bulan.
w. Hadir di Puskesmas setiap hari kerja, melakukan finger print dan mengisi
daftar hadir.
4. Puskesmas
Puskesmas)
10
g. Mengisi kartu kendali dan memberikan surat keterangan pemeriksaan
pendampingan
H. MEKANISME PELAKSANAAN
1000 HPK
2. Mengupayakan kegiatan integrasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektor
3. Melakukan koordinasi dan bekerjasama dengan KUA/Lembaga keagamaan
lainnya terkait pelaksanaan program 1000 HPK dengan sasaran calon pengantin
4. Pendamping Puskesmas melakukan identifikasi sasaran pendampingan yang
pasang. Jika pendamping tidak memenuhi sasaran sebanyak 15, maka bulan
berikutnya tetap mencari catin atau pasangan baru menikah hingga terpenuhi
Lembaga Keagamaan
b. Usia wanita 20-35 tahun dan usia laki-laki tidak ada batasan
c. Laki-laki dan wanita berdomisili di Surabaya
d. Salah satu (laki-laki atau wanita) memiliki KTP Surabaya
e. Pasangan sudah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi (dibuktikan
kesehatan reproduksi.
f. Pasangan sudah mengikuti pemeriksaan kesehatan (dibuktikan dengan surat
11
i. Bersedia mengikuti kegiatan pendampingan selama 3 tahun dan menjadi
a. Pasangan laki-laki dan wanita yang baru menikah, pernikahan resmi terdaftar
di Lembaga Keagamaan
b. Laki-laki dan wanita berdomisili di Surabaya
c. Usia wanita 20-35 tahun dan usia laki-laki tidak ada batasan
d. Salah satu (laki-laki atau wanita) memiliki KTP Surabaya
e. Pasangan sudah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi (dibuktikan
kesehatan reproduksi.
f. Pasangan sudah mengikuti pemeriksaan kesehatan (dibuktikan dengan surat
infertil
c. Memiliki rencana pindah domisili di luar Surabaya setelah menikah dalam
waktu 3 tahun
dan pasangan baru menikah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, terkait
kesehatan ibu dan status gizi pada masa sebelum hamil, saat pembuahan,
selama hamil, nifas dan menyusui, serta kesehatan bayi/baduta mulai janin,
dilahirkan sampai dengan berusia dua tahun (1000 hari). Adapun intervensi yang
diberikan adalah:
a. Catin
12
2) Pemeriksaaan kesehatan (Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan laboratorium
b. Hamil
Trimester 1
2) Pelayanan USG
Kronis (KEK)
Trimester 2
2) Pelayanan USG
3) Deteksi dini risiko tinggi ibu hamil dengan kartu skor pudji rohyati (KSPR)
6) Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
Trimester 3
1) Pelayanan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil trimester 3 sesuai dengan
standart pelayanan.
2) Pelayanan USG
3) Deteksi dini risiko tinggi ibu hamil dengan kartu skor pudji rohyati (KSPR)
13
5) Kelas/ Penyuluhan Kesehatan Hamil
c. Bulin
d. Bufas
2) Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Nifas dan Ibu Menyusui Kurang
e. Neonatus
1) IMD
2) Pemberian Vit. K
7) MTBM
f. Post Natal
3) SDIDTK
4) MTBS
14
5) Pemberian kotrimoksazol pada bayi dengan ibu HIV
g. Baduta
1) Booster Imunisasi
2) SDIDTK
3) MTBS
4) Penyuluhan PMBA
6. Untuk pasangan yang wanita berusia < 20 tahun dapat didampingi dengan syarat
bersedia menunda kehamilan hingga usia mencapai 20 tahun, namun jika sudah
hamil sebelum usia 20 tahun akan dialihkan ke program ibu hamil beresiko tinggi.
8. Jika dalam proses pendampingan pasangan masuk ke dalam salah satu kriteria
drop out, maka pasangan tersebut harus dikeluarkan dari sasaran program 1000
HPK dan diganti dengan sasaran baru, namun pasangan drop out tersebut tetap
Drop out
dinyatakan infertil
15
I. ANGGARAN
Mengetahui,
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Kepala Seksi Kesehatan Keluarga
dan Gizi Masyarakat
16