Anda di halaman 1dari 16

KERANGKA ACUAN KERJA

KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM 1000 HPK


DI KOTA SURABAYA
TAHUN 2018

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan ibu serta anak adalah penentu kualitas sumber daya manusia.

Kesehatan ibu dan status gizi pada masa sebelum hamil, saat pembuahan, selama

hamil, nifas dan menyusui, serta kesehatan bayi/baduta mulai janin, dilahirkan sampai

dengan berusia dua tahun (1000 hari). Periode 1000 hari adalah periode emas yang

dimulai dari 270 hari sejak pembuahan, selama kehamilan dan 730 hari pada

kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya. Sehingga periode 1000 HPK (Hari

Pertama Kehidupan) merupakan periode yang sangat kritis yang berpotensi kearah

angka kejadian kematian ibu, bayi, balita serta angka kejadian balita gizi buruk dan

balita pendek.

Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52

tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,

pasal 20 dan pasal 21 bahwa Kebijakan Pemerintah untuk membantu calon atau

pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi

secara bertanggung jawab tentang usia ideal perkawinan, usia ideal untuk

melahirkan, jumlah ideal anak, jarak ideal kelahiran anak dan penyuluhan kesehatan

reproduksi, maka kepada seluruh Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) se-Kota

Surabaya dan pimpinan lembaga keagamaan di Kota Surabaya diharapkan

menginstruksikan kepada calon pengantin agar melaksanakan pemeriksaan

kesehatan dan mengikuti penyuluhan kesehatan reproduksi sebagai syarat

kelengkapan berkas pernikahan.

Masa sebelum menikah yaitu saat menjadi calon pengantin memerlukan

persiapan yang matang baik secara fisik, psikologis dan sosial. Tidak hanya untuk

calon pengantin wanita tetapi juga pasangannya. Penjelasan tentang perkawinan dan

1
penyuluhan kesehatan reproduksi sangat diperlukan untuk dapat membentuk

keluarga yang sejahtera dan menghasilkan generasi penerus yang berkualitas. Selain

penyuluhan kesehatan reproduksi, status gizi pada calon pengantin juga harus

diperhatikan hal ini bertujuan untuk mempersiapkan wanita mencapai status gizi yang

optimal sebelum memasuki masa kehamilan.

Kecukupan gizi sebelum menikah perlu diperhatikan untuk memiliki anak

yang sehat dan bergizi baik, jika gizi ibu mencukupi maka setelah menikah ibu

memiliki bekal yang cukup untuk mempersiapkan kehamilan berlanjut hingga

menjalani kehamilan dan menyusui. Kecukupan gizi membuat ibu menjadi lebih sehat

dan lebih siap secara medis untuk memiliki anak dalam rahim dan memiliki anak yang

sehat dalam kandungan sampai melahirkan. Asupan gizi tidak hanya penting untuk

pertumbuhan, tetapi juga untuk fertilitas sehingga gizi prakonsepsi merupakan

investasi penting sebelum kehamilan.

Seorang ibu hamil yang mengalami masalah gizi seperti anemia dan KEK

(Kekurangan Energi Kronis) akan berpotensi menghasilkan bayi BBLR, keguguran,

kelahiran premature dan dapat beresiko terhadap kematian ibu dan bayi baru lahir.

Kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya

perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupkan faktor kematian utama

ibu.

Angka Kematian Ibu menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu yang

sangat mempengaruhi kondisi kesehatan janin yang dikandungnya. Kejadian lahir

mati dan kematian bayi dipengaruhi oleh kondisi kehamilan, komplikasi pada ibu dan

bayi baru lahir, serta pertolongan persalinan disamping kondisi yang berkaitan

dengan perawatan bayi baru lahir. Menjaga kesehatan janin di dalam kandungan ibu,

mencegah penularan penyakit dari ibu ke anak, menstimulasi perkembangan otaknya

(brain booster) dapat meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan janin selama

dalam kandungan ibu.

Bayi yang lahir dengan BBLR sejak awal kehidupan akan mengalami

hambatan pertumbuhan, baik pertumbuhan fisik maupun pertumbuhan mental.

2
Pertumbuhan fisik berkait dengan pertumbuhan otak, BBLR akan membawa akibat

tidak dapat berkembangnya potensi intelegensi anak secara optimal. Oleh karena itu

pemeliharaan gizi anak bukan dimulai setelah anak lahir, melainkan harus dimulai

sejak bayi masih dalam kandungan.

Pemeliharaan gizi ibu semasa hamil bukan saja akan berguna untuk ibu

menghindari kesulitan semasa kehamilan dan waktu melahirkan, akan tetapi juga

membawa manfaat bagi bayi. Bayi yang lahir dari ibu yang gizinya baik, selain dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik juga akan mendapat ASI dalam jumlah cukup

karena produksi ASI oleh ibu juga dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu semasa

kehamilan.

Pengawalan bayi tidak hanya perlu diperhatikan saat bayi dalam kandungan,

bayi baru lahir hingga anak usia 2 tahun juga perlu diperhatikan, hal tersebut sangat

mendukung dalam menciptakan generasi yang platinum. Pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal pada anak hingga usia 2 tahun harus didukung dengan

melakukan DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) pada anak.

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak. Dengan

ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka

intervensi apa yang harus diberikan akan lebih mudah dilakukan. Anak yang sakit dan

kurang gizi akan tumbuh lebih pendek dan berpengaruh terhadap perkembangan

kognitif sehingga akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan, serta menurunkan

produktivitas pada usia dewasa.

Berkaitan dengan kondisi permasalahan di atas perlu dilakukan intervensi

untuk mencegah dampak yang ditimbulkan seperti kejadian kematian ibu, bayi,

baduta serta angka kejadian baduta gizi buruk dan baduta pendek, sehingga dirasa

perlu dilaksanakan kegiatan pendampingan Program 1000 HPK (Hari Pertama

Kehidupan) di Kota Surabaya dengan melibatkan lintas SKPD, Organisasi Profesi,

Akademisi, Organisasi Kemasyarakatan dan seluruh lapisan masyarakat untuk

mendukung kegiatan tersebut.

3
B.DASAR

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 21

2. Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan

Perbaikan Gizi

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 61 tahun 2014 tentang Kesehatan

Reproduksi

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang

Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan dan Masa

sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan

kesehatan seksual

C.TUJUAN

1. Tujuan Umum

Menurunkan Kematian Ibu, Bayi dan Baduta serta Baduta Pendek (Stunting)

di Kota Surabaya.

2. Tujuan Khusus

a. Mempersiapkan kesehatan calon pengantin melalui pemeriksaan kesehatan dan

penyuluhan meliputi kesehatan reproduksi dan status gizi sebelum masuk ke

periode kehamilan

b. Mempersiapkan kesehatan ibu hamil dan status gizi serta tumbuh kembang

janin

c. Mempersiapkan dan mengoptimalkan upaya untuk keselamatan ibu serta bayi

saat proses persalinan

d. Mempersiapkan kesehatan ibu saat saat masa nifas dan menyusui

4
e. Mengoptimalkan tumbuh kembang dan status gizi saat bayi hingga anak usia 2

tahun.

C. MANFAAT

1. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai rujukan informasi dan bahan masukan bagi

pemerintah dalam pembuatan dan evaluasi program yang ada kaitannya dengan

menurunkan Kematian Ibu, Kematian Bayi dan Baduta, serta Baduta Pendek

(Stunting) berdasarkan dari hasil pendampingan program 1000 HPK.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi dan tolak ukur masyarakat agar lebih sadar

terhadap kesehatan ibu dan anak serta status gizi yang dimulai dari catin, hamil,

bersalin, nifas dan menyusui, bayi hingga anak usia 2 tahun agar dapat

mencegah terjadinya kematian ibu, kematian bayi dan baduta, serta kejadian

baduta pendek (stunting) berdasarkan hasil pendampingan program 1000 HPK

3. Bagi Sasaran Pendampingan

a. Memperoleh persiapan kesehatan dan status gizi melalui pemeriksaan

kesehatan dan penyuluhan sebelum memasuki masa kehamilan.

b. Memperoleh persiapan kesehatan dan status gizi ibu serta tumbuh kembang

janin selama masa kehamilan melalui pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan

sebelum memasuki proses persalinan

c. Memperoleh persiapan dan upaya pengoptimalan keselamatan ibu dan bayi

saat proses persalinan.

d. Memperoleh persiapan kesehatan dan status gizi ibu saat masa nifas dan

menyusui melalui pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan

e. Memperoleh upaya optimalisasi tumbuh kembang dan status gizi saat bayi

hingga anak berusia 2 tahun melalui pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan.

D. SASARAN

5
Sasaran kegiatan pendampingan adalah calon pengantin dan pasangan baru

menikah di kota Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi.

E. WAKTU

Kegiatan pendampingan dilaksanakan mulai Bulan Januari s.d. Desember 2018,

Catin Hamil Bersalin Nifas & Menyusui (0-6 bulan) MP ASI


270 hari 180 hari 550 hari

BADUTA
Gambar 1.1 Siklus Kegiatan Pendampingan 1000 HPK di Kota Surabaya

F. TEMPAT PELAKSANAAN

Kegiatan Pendampingan dilaksanakan di 63 wilayah Puskesmas Kota Surabaya.

G. TENAGA PELAKSANA

DINAS KESEHATAN

KONSULT KONSULTAN KONSULTAN NARA SUMBER


AN 1000 1000 HPK 1000 HPK AHLI
HPK FKM POLTEKKES IDAI
AKZI POGI

PIC WIL PIC WIL PIC WIL PIC WIL PIC WIL SBY
SBY SBY SBY SBY BARAT
SELATAN PUSAT TIMUR UTARA

6
16 8 14 13 12
Pendamping Pendamping Pendamping Pendamping Pendamping
Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas

DINAS KESEHATAN

Gambar 1.1 Bagan Koordinasi Konsultan Ahli, Tenaga PIC Wilayah, Tenaga
Pendamping dan Puskesmas pada Program 1000 HPK di Kota
Surabaya

Gambar 1.1 menjelaskan bahwa Tenaga Pelaksana pada Program 1000 HPK di

Kota Surabaya terdiri dari :

1. Tenaga Konsultan Ahli dibidang Manajemen, Gizi, dan Dokter

Spesialis sebanyak 5 orang (FKM, AKZI, POGI) dan narasumber ahli dari IDAI dan

Pogi

2. Tenaga PIC (Person In Charge) Wilayah sebanyak 5 orang yang

telah melalui proses seleksi dan rekrutmen, terbagi atas 5 wilayah yaitu Wilayah

Surabaya Pusat, Surabaya Timur, Surabaya Barat, Surabaya Utara dan Surabaya

Selatan

3. Tenaga Pendamping sebanyak 63 orang yang telah melalui proses

seleksi dan rekrutmen, ditempatkan di 63 Wilayah Puskesmas Kota Surabaya

4. Puskesmas yang ditunjuk sebagai wilayah pendampingan terdapat

63 Puskesmas, 1 wilayah Puskesmas menjadi wilayah pendampingan dari 1

Tenaga Pendamping.

Koordinasi dilakukan dari Puskesmas kepada Tenaga Pendamping, Tenaga

Pendamping kepada Tenaga PIC Wilayah, serta Tenaga PIC Wilayah kepada Konsultan

Ahli pada Program 1000 HPK di Kota Surabaya.

Penjelasan Tugas dan Kewenangan Tenaga Pelaksana sebagai berikut :

1. Konsultan

7
a. Menjadi konsultan program pendampingan 1000 HPK sesuai bidang

keilmuannya

b. Memberikan konsultasi terkait permasalahan yang ditemui saat pelaksanaan

program pendampingan 1000 HPK

c. Bertanggung jawab atas wilayah dampinganya

d. Membuat laporan hasil pendampingan 1000 HPK

2. Tenaga PIC Wilayah

a. Berkoordinasi bersama Pendamping Puskesmas dengan Kepala Puskesmas

dan Petugas Puskesmas

b. PIC memfasilitasi Pendamping Puskesmas sesuai bagian wilayahnya.

c. Memfasilitasi dan membantu Pendamping Puskesmas dalam mengupayakan

pertemuan Lintas Sektor dengan Kecamatan dan Kepala Puskesmas dalam

rangka diskusi permasalahan dan intervensi sasaran calon pengantin yang

lebih komprehensif

d. Melakukan kegiatan diskusi dengan Pendamping Puskesmas berkenaan

dengan prioritas masalah sasaran calon pengantin yang didampingi sekaligus

intervensi atau pemecahan masalahnya setiap bulan, dengan berbagai

pendekatan termasuk diantaranya : advokasi /penyuluhan yang berkaitan

dengan masalah sasaran calon, diskusi, pemberian informasi tentang 1000

HPK

e. Melakukan validasi dan pengecekan data dari kegiatan pendampingan yang

dilakukan oleh Pendamping Puskesmas.

f. Mengikuti pertemuan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan

pendampingan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

g. Mendampingi Pendamping Puskesmas pada saat laporan akhir kegiatan.

h. Memfasilitasi dan berkoordinasi dengan Konsultan 1000 HPK dan Dinas

Kesehatan mengenai permasalahan dan intervensi sasaran calon pengantin

yang lebih komprehensif

i. Mempunyai buku kegiatan harian

8
j. Membuat laporan

k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dinas Kesehatan

3. Tenaga Pendamping 1000 HPK di Puskesmas

a. Wajib melakukan koordinasi bersama pihak puskesmas dalam program

pendampingan 1000 HPK

b. Mengupayakan kegiatan integrasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektor

c. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan KUA/Lembaga keagamaan lainnya

terkait pelaksanaan 1000 HPK dengan sasaran calon pengantin

d. Melakukan identifikasi sasaran (Data kesehatan dapat dilihat dari status

pemeriksaan kesehatan catin).

e. Mengarahkan calon pengantin ke Puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan

dan penyuluhan kesehatan reproduksi.

f. Mempelajari karakteristik sasaran meliputi status pendidikan, sosial, ekonomi

dan memotret permasalahan gizi dan kesehatan yang dihadapi sasaran.

g. Melakukan penilaian status gizi dan kesehatan sasaran calon pengantin.

h. Mengarahkan calon pengantin untuk menandatangani persetujuan

pendampingan 1000 HPK sesuai kriteria.

i. Mendampingi sasaran calon pengantin.

j. Mendampingi sasaran ibu hamil.

k. Mendampingi sasaran ibu melahirkan.

l. Mendampingi sasaran Bayi

m. Melakukan kegiatan penggalian potensi dan sumber daya sasaran untuk

menunjang keberhasilan kegiatan pendampingan.

n. Mengkaji dan merencanakan kegiatan pendampingan berdasarkan data-data

permasalahan dan potensi yang ada.

o. Membuat jadwal kegiatan selama pendampingan setiap akhir bulan untuk

dilakukan pada saat pendampingan bulan berikutnya.

p. Melakukan kunjungan kegiatan pendampingan sesuai jadwal yang telah

dibuat. Macam metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan dalam

9
jadwal antara lain berupa : advokasi/penyuluhan yang berkaitan dengan

masalah sasaran calon pengantin serta dilengkapi dengan pembuatan sarana

advokasi (media) sesuai materi yang diperlukan dan dikonsultasikan bersama

PIC/Pendamping Wilayah, diskusi, pemberian informasi tentang 1000 HPK.

q. Memantau sasaran yang mendapatkan intervensi program kesehatan dari

Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

r. Melakukan kajian dan analisis perubahan yang terjadi berdasarkan indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan

s. Melaporkan hasil kegiatan kepada PIC, Kepala Puskesmas, Bidan

Koordinator terkait hasil pendampingan.

t. Wajib hadir pada pertemuan kajian rutin bersama PIC/Pendamping Wilayah,

Tenaga ahli Konsultan dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya sesuai dengan

jadwal yang ditetapkan.

u. Mempunyai buku kegiatan harian

v. Membuat dokumentasi dan laporan kegiatan kepada pendamping wilayah

setiap bulan.

w. Hadir di Puskesmas setiap hari kerja, melakukan finger print dan mengisi

daftar hadir.

x. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dinas Kesehatan

4. Puskesmas

a. Koordinasi dengan kelurahan dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan

reproduksi dan pemeriksaan kesehatan dan mengisi kartu kendali

b. Menyiapkan calon pengantin

c. Mengarahkan calon pengantin 1000 HPK ke pendamping 1000 HPK

d. Melakukan penyuluhan kespro pada catin

e. Melakukan pemeriksaan kesehatan pada catin

f. Mengarahkan dan memberi KIE pada catin dalam penandatanganan

kesepakatan menuju generasi platinum (berkas kesepakatan disimpan

Puskesmas)

10
g. Mengisi kartu kendali dan memberikan surat keterangan pemeriksaan

kesehatan dan penyuluhan kesehatan reproduksi

h. Menyerahkan kartu kendali dan surat keterangan tersebut pada catin

i. Melakukan koordinasi dengan pendamping 1000 HPK dalam pemberian data

dan memfasilitasi pendamping saat melakukan intervensi ke catin selama

pendampingan

H. MEKANISME PELAKSANAAN

Mekanisme pelaksanaan pendampingan program 1000 HPK sebagai berikut :

1. Melakukan koordinasi bersama pihak puskesmas dalam pendampingan program

1000 HPK
2. Mengupayakan kegiatan integrasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektor
3. Melakukan koordinasi dan bekerjasama dengan KUA/Lembaga keagamaan

lainnya terkait pelaksanaan program 1000 HPK dengan sasaran calon pengantin
4. Pendamping Puskesmas melakukan identifikasi sasaran pendampingan yang

memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi. Sasaran pendampingan minimal 15

pasang. Jika pendamping tidak memenuhi sasaran sebanyak 15, maka bulan

berikutnya tetap mencari catin atau pasangan baru menikah hingga terpenuhi

sebanyak 15 sasaran pendampingan.


Berikut kriteria inklusi dan eksklusi kegiatan pendampingan 1000 HPK :
Kriteria Inklusi untuk Calon Pengantin sebagai berikut :
a. Pasangan laki-laki dan wanita yang sudah mendaftarkan pernikahan di

Lembaga Keagamaan
b. Usia wanita 20-35 tahun dan usia laki-laki tidak ada batasan
c. Laki-laki dan wanita berdomisili di Surabaya
d. Salah satu (laki-laki atau wanita) memiliki KTP Surabaya
e. Pasangan sudah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi (dibuktikan

dengan surat keterangan telah mengikuti penyuluhan kesehatan reproduksi).

Bila belum memperoleh diarahkan untuk mendapatkan penyuluhan

kesehatan reproduksi.
f. Pasangan sudah mengikuti pemeriksaan kesehatan (dibuktikan dengan surat

keterangan telah mengikuti pemeriksaan kesehatan). Bila belum memperoleh

diarahkan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan.


g. Wanita tidak sedang hamil (dibuktikan dengan pemeriksaan test pack negatif)
h. Tidak berniat menunda kehamilan

11
i. Bersedia mengikuti kegiatan pendampingan selama 3 tahun dan menjadi

anggota BPJS (menandatanggani informed consent)

Kriteria Inklusi untuk Pasangan Baru Menikah sebagai berikut :

a. Pasangan laki-laki dan wanita yang baru menikah, pernikahan resmi terdaftar

di Lembaga Keagamaan
b. Laki-laki dan wanita berdomisili di Surabaya
c. Usia wanita 20-35 tahun dan usia laki-laki tidak ada batasan
d. Salah satu (laki-laki atau wanita) memiliki KTP Surabaya
e. Pasangan sudah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi (dibuktikan

dengan surat keterangan telah mengikuti penyuluhan kesehatan reproduksi)

Bila belum memperoleh diarahkan untuk mendapatkan penyuluhan

kesehatan reproduksi.
f. Pasangan sudah mengikuti pemeriksaan kesehatan (dibuktikan dengan surat

keterangan telah mengikuti pemeriksaan kesehatan). Bila belum memperoleh

diarahkan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan.


g. Wanita tidak sedang hamil (dibuktikan dengan pemeriksaan test pack negatif)
h. Tidak berniat menunda kehamilan
i. Bersedia mengikuti kegiatan pendampingan selama 3 tahun dan menjadi

anggota BPJS (menandatanggani informed consent)

Kriteria Eksklusi dari sasaran pendampingan 1000 HPK sebagai berikut :

a. Wanita yang sudah menoupause


b. Salah satu dari pasangan pernah melakukan pemeriksaan dan dinyatakan

infertil
c. Memiliki rencana pindah domisili di luar Surabaya setelah menikah dalam

waktu 3 tahun

5. Melakukan pendampingan selama 3 tahun kepada sasaran yaitu calon pengantin

dan pasangan baru menikah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, terkait

kesehatan ibu dan status gizi pada masa sebelum hamil, saat pembuahan,

selama hamil, nifas dan menyusui, serta kesehatan bayi/baduta mulai janin,

dilahirkan sampai dengan berusia dua tahun (1000 hari). Adapun intervensi yang

diberikan adalah:

a. Catin

1) Kursus catin/kelas catin/penyuluhan kespro

12
2) Pemeriksaaan kesehatan (Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan laboratorium

untuk HIV, Sifillis, Hepatitis B, Golongan darah, Rheus dan Haemoglobin)

3) Kesepakatan generasi platinum

4) KIE tentang konsumsi bahan makanan yang mengandung seng (Zn),

Selenium, Asam Folat , Vitamin E, Vitamin D, Vitamin B1, Vitamin

B2,Vitamin B6, Vitamin B12, Vitamin C, Tablet besi

b. Hamil

Trimester 1

1) Pelayanan ANC trimester 1 sesuai dengan standart pelayanan

2) Pelayanan USG

3) Pendampingan oleh kader ibu hamil

4) Kelas ibu hamil

5) Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi

Kronis (KEK)

Trimester 2

1) Pelayanan ANC trimester 2 sesuai dengan standart pelayanan

2) Pelayanan USG

3) Deteksi dini risiko tinggi ibu hamil dengan kartu skor pudji rohyati (KSPR)

4) Deteksi dini kasus Pre Eklamsia

5) Kelas ibu hamil

6) Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)

7) Pengungkit otak dengan brain booster

Trimester 3

1) Pelayanan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil trimester 3 sesuai dengan

standart pelayanan.

2) Pelayanan USG

3) Deteksi dini risiko tinggi ibu hamil dengan kartu skor pudji rohyati (KSPR)

4) Pendampingan ibu hamil trimester 3

13
5) Kelas/ Penyuluhan Kesehatan Hamil

c. Bulin

1) Pelayanan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) menuju ASI Eksklusif

3) Pelayanan KB Pasca Persalinan

d. Bufas

1) Pelayanan Kesehatan pada Ibu Nifas

2) Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Nifas dan Ibu Menyusui Kurang

Energi Kronis (KEK)

3) Pelayanan KB pada ibu menyusui

4) Kelas/ Penyuluhan Kesehatan Balita

5) Pemberian dukungan kepada Ibu dalam Memberikan ASI

e. Neonatus

1) IMD

2) Pemberian Vit. K

3) Pemberian salep antibiotic

4) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

5) Penanganan bayi asfiksia (Jika terjadi asfiksia)

6) Perawatan metode kangguru pada kasus BBLR

7) MTBM

8) Pemeriksaan SHK (waktu pengambilan sampel mulai hari ke 3-14)

9) Pemberian vaksin HBig (Pada bayi dengan ibu Hepatitis B)

10) Pemberian Profilaksasis Kotrimoksazol

11) Pemberian ARV Profilaksis

f. Post Natal

1) Imunisasi dasar lengkap

2) Pemantauan Pertumbuhan bayi

3) SDIDTK

4) MTBS

14
5) Pemberian kotrimoksazol pada bayi dengan ibu HIV

g. Baduta

1) Booster Imunisasi

2) SDIDTK

3) MTBS

4) Penyuluhan PMBA

5) Pemberian ASI Esklusif

6) Pemberian Pengobatan ARV pada bayi dengan ibu HIV

6. Untuk pasangan yang wanita berusia < 20 tahun dapat didampingi dengan syarat

bersedia menunda kehamilan hingga usia mencapai 20 tahun, namun jika sudah

hamil sebelum usia 20 tahun akan dialihkan ke program ibu hamil beresiko tinggi.

7. Melakukan intervensi terkait masalah yang diperoleh selama pendampingan,

intervensi berupa KIE, penyuluhan, pengarahan untuk memeriksakan diri ke

fasilitas pelayanan kesehatan, intervensi diperoleh dari hasil konsultasi dengan

Konsultan Ahli terkait masalah yang diperoleh selama pendampingan. Dan

intervensi diperoleh dari hasil konsultasi dengan petugas di Puskesmas (dokter,

Petugas gizi, Bidan coordinator)

8. Jika dalam proses pendampingan pasangan masuk ke dalam salah satu kriteria

drop out, maka pasangan tersebut harus dikeluarkan dari sasaran program 1000

HPK dan diganti dengan sasaran baru, namun pasangan drop out tersebut tetap

dilakukan pendampingan hingga kondisinya membaik. Berikut kriteria drop out

dalam pendampingan program 1000 HPK :

Drop out

1. Wanita tidak hamil setelah menikah dalam rentang waktu 1 tahun


2. Salah satu (laki-laki atau wanita) pindah domisili di luar Surabaya
3. Pasangan bercerai setelah menikah
4. Pasangan mengundurkan diri pada kegiatan pendampingan
5. Salah satu (laki-laki atau wanita) terkena penyakit yang tidak

memperbolehkan untuk hamil selama pendampingan


6. Salah satu (laki-laki atau wanita) mengalami musibah (kematian)
7. Salah satu (laki-laki atau wanita) melakukan pemeriksaan fertilitas dan

dinyatakan infertil

15
I. ANGGARAN

Anggaran berasal dari dana APBD Kota Surabaya Tahun 2018.

Mengetahui,
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Kepala Seksi Kesehatan Keluarga
dan Gizi Masyarakat

drg.Yohana Sussie E dr. Kartika Sri R.


NIP.196511241992032009 NIP.197306012007012013

16

Anda mungkin juga menyukai