Anda di halaman 1dari 11

KERANGKA ACUAN PELATIHAN KADER POSYANDU

PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA) BERBASIS


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tugas ini dibuat untuk memenuhi PKL Bidang Gizi Masyarakat (BGM)

OLEH :
Dwi Nugrandini Lestari P07131216052
Luthfiani Nur Pratiwi P07131216053
Dian Ratna Indriani P07131216073
Triatminatun P07131216076
Eris Risnawaty P07131216077
Toha Subroto P07131216078

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
DIPLOMA IV GIZI
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat. Tujuan pembangunan kesehatan ini dicapai melalui penyelenggaraan
berbagai program kesehatan yang antara lain program perbaikan gizi. Dalam
rangka menyusun program perbaikan gizi/intervensi maka diperlukan data
masalah gizi yang ada di masyarakat.
Pemenuhan gizi merupakan hak dasar anak. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kesehatan dan gizi anak sebagaimana diamanatkan oleh Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 dan Perjanjian Internasional seperti Konvensi Hak
Anak (Komisi Hak Azasi Anak PBB, 1989, Pasal 24), yakni memberikan
makanan yang terbaik bagi anak usia di bawah 2 tahun. Untuk mencapai hal
tersebut. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan MP-ASI
merekomendasikan pemberian makanan yang baik dan tepat bagi bayi dan anak
0-24 bulan adalah: (1) inisiasi menyusu dini segera setelah lahir minimal selama
1 jam; (2) pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan; (3) memberikan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan; (4) meneruskan
pemberian ASI sampai usia 2 tahun atau lebih.
World Health Organization (WHO) dalam Resolusi World Health
Assembly (WHA) nomor 55.25 tahun 2002 tentang Global Strategy of Infant and
Young Child Feeding melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun
tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait
dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak.
Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam rangka penurunan angka kematian bayi di Indonesia.
Kebutuhan gizi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sampai
usia 6 bulan cukup dipenuhi hanya dari ASI saja karena ASI mengandung semua
zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi
selama 6 bulan kehidupan. Berdasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) tahun 2009-2011, cakupan pemberian ASI eksklusif pada
seluruh bayi dibawah 6 bulan (0–6 bulan) meningkat dari 61,3% pada tahun 2009
menjadi 61,5% pada tahun 2010 tetapi sedikit menurun menjadi 61,1% tahun
2011. Pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan berdasarkan hasil Susenas tahun 2012
sebesar 63,4%, sedangkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai 6
bulan sebesar 34,3% pada tahun 2009 menurun menjadi 33,6% pada tahun 2010
dan sedikit meningkat menjadi 38,5% pada tahun 2011 dan menurun lagi menjadi
37,9% di tahun 2012.
Kecenderungan yang sama juga ditunjukkan hasil Survei Demografi
Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dan 2012, pada bayi kurang dari 6
bulan praktik pemberian ASI sebanyak 32 % dan susu botol 28 % (2007) lalu
pada tahun 2012 pemberian ASI sebesar 42% dan susu botol menjadi 29%, yang
mengindikasikan meningkatnya peran pemberian makanan selain ASI yang
menghambat perkembangan pemberian ASI Eksklusif. Menurut WHO tahun
2009, cakupan ASI Eksklusif 6 bulan sebesar 32%. Hasil Riskesdas tahun 2010
cakupan pemberian ASI Eksklusif untuk bayi laki-laki sebesar 29,0% dan pada
bayi perempuan sebesar 25,4%.
Pemberian makan yang terlalu dini dan tidak tepat mengakibatkan banyak
anak yang menderita kurang gizi. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan
pertumbuhan sejak lahir secara rutin dan berkesinambungan. Fenomena “gagal
tumbuh” atau growth faltering pada anak Indonesia mulai terjadi pada usia 4-6
bulan ketika bayi diberi makanan selain ASI dan terus memburuk hingga usia 18-
24 bulan. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan 19,6% balita di Indonesia yang
menderita gizi kurang (BB/U <-2 Z-Score) dan 37,2% termasuk kategori pendek
(TB/U <- 2 Z-Score). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan indikator sasaran
kegiatan pembinaan gizi masyarakat yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang
menjadi kurang dari 15% dan balita pendek kurang dari 32%. Salah satu upaya
untuk mencapai sasaran tersebut adalah mempromosikan pemberian MP-ASI
yang tepat jumlah, kualitas dan tepat waktu. MP-ASI mulai diberikan sejak bayi
berumur 6 bulan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan anak selain
dari ASI. MP-ASI yang diberikan dapat berupa makanan berbasis pangan lokal.
Pemberian MP-ASI berbasis pangan lokal dimaksudkan agar keluarga dapat
menyiapkan MP-ASI yang sehat dan bergizi seimbang bagi bayi dan anak 6-24
bulan di rumah tangga sekaligus sebagai media penyuluhan.
Setiap keluarga yang mempunyai bayi dan anak usia 6-24 bulan hendaknya
mempunyai pengetahuan tentang Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA),
agar mampu memberikan ASI ekslusif dan menyiapkan MP-ASI yang sesuai di
masing-masing keluarga. Pendampingan oleh orang yang terdekat dalam hal ini
termasuk kader posyandu sangat penting. Untuk itu kader posyandu perlu dilatih
agar mempunyai pengetahuan tentang ASI ekslusif dan MP-ASI serta
keterampilan pemantauan pertumbuhan dan keterampilan memberikan konseling.
Peranan tenaga kader posyandu terampil sangat besar terhadap keberhasilan
Pemberian makanan bayi dan Anak (PMBA), peningkatan pemberdayaan ibu,
peningkatan dukungan anggota keluarga serta peningkatan kualitas makanan bayi
dan anak yang akan meningkatkan status gizi balita. Oleh karena itu keberadaan
kader posyandu perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
Berdasarkan hasil analisa data pencapaian program gizi yang sudah
berjalan, ada beberapa program gizi yang target belum bisa tercapai. Beberapa
progran tersebut diantaranya N/D dari target 60 %, Puskesmas Samigaluh baru
bisa mencapai 47,70 %, untuk kasus balita stunted dari target < 20 % prevalensi
balita stunted di wilayah kerja Puskesmas Samigaluh I mencapai 30.86 %, dan
beberapa masalah lain yang terjadi. Partisipasi kader Posyandu sebagai ujung
tombak dari program-progam gizi menjadi sangat penting. Oleh karena itu
pendidikan dan pelatihan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan kader Posyandu.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan kader
posyandu dalam PMBA

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang pemantauan
pertumbuhan.
b. Meningkatkan sikap dan ketrampilan kader tentang pemantauan
pertumbuhan.
c. Meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang pemberian asi
d. Meningkatkan sikap dan ketrampilan kader tentang pemberian asi
e. Meningkatkan pengetahuan kader posyandu pemberian mp-asi
f. Meningkatkan sikap dan ketrampilan kader tentang mp-ASI
BAB II
METODE PELATIHAN

A. Sasaran
Kader Posyandu desa Ngargosari wilayah kerja Puskesmas Samigaluh I

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan Pelatihan ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Senin- Selasa, 5,6 Juni 2017
Waktu : 08.00-13.00 WIB
Tempat : Balai Desa Ngargosari
Acara : Pelatihan Pemberian Makanan Bayi Dan Anak (PMBA)

C. Materi (Terlampir)
1. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
2. Pemantauan Pertumbuhan

D. Narasumber
Mahasiswa Diploma IV Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

E. Metode
1. Ceramah, tanya jawab
2. Demonstrasi
3. Praktek

F. Langkah-langkah
Langkah kegiatan yang akan dilaksanakaan pada kegiatan pelatihan ini meliputi:
1. Analisis kebutuhan
2. Perumusan tujuan
3. Perencanaan
4. Rapat koordinasi sebelum kegiatan
5. Pelaksanaan kegiatan
6. Evaluasi pelatihan
7. Pelaporan
G. Kebutuhan Sarana Prasarana dan Peralatan
1. Sarana pendukung
a. Undangan
b. Kursi, meja
c. Gedung/ruangan
d. Whiteboard
e. Spidol
f. Modul
g. Bolpoin + buku catatan
2. Peralatan untuk proses penyelenggaraan diklat
a. Food Model
b. Timbangan Injak
c. Microtoice
d. Lengthboard
e. Peralatan memasak

3. Teknologi penyampaian materi


a. Laptop
b. LCD
H. Pembiayaan

Jumlah Harga Satuan Total


1. Pemasukan
a) Anggaran Pelatihan
Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta

2. Pengeluaran
a. Kesekretariatan 30.000 30.000
b. Sie Acara
1) Fotocopy materi 30 3000 90.000
2) LCD
3) Pembuatan
bahan kontak
c. Sie Perlengkapan
1) Block Note 30 3.000 90.000
2) Boll point 30 1.000 30.000
3) Map plastik 30 5.000 150.000
d. Sie Konsumsi
2hari x Rp.28.000
1) Nasi Box 35 1.960.000
= Rp.56.000

2hari x Rp.30.000
e. Transport Kader 30 1.800.000
= Rp.60.000
Jumlah 4.240.000

K. Jadwal Kegiatan
Hari 1
Waktu Kegiatan PJ

08.00– 08.20 WIB Registrasi Dwi


08.20 - 08.30 WIB Pembukaan & Perkenalan Eris
08.30 – 08.40 WIB Sambutan Ketua panitia Dian
08.40 - 08.50 WIB Sambutan Kepala Desa Ngargosari Dian
08.50 – 09.00 WIB Pre Test Dwi
09.00 – 10.15 WIB Penyampaian materi (Teori) Triatminatun
10.15 – 10.30 WIB Tanya Jawab Eris
10.30 – 11.00 WIB Penyampaian materi (Praktik) Dian
11.00 – 12.30 WIB Praktek pembuatan MP-ASI All Panitia
12.30 – 12.40 WIB Post Test Dwi
12.40 – 13.00 WIB Penutupan Eris
Hari 2
Waktu Kegiatan PJ

08.00– 08.20 WIB Registrasi Dwi


08.20 - 08.30 WIB Pembukaan Eris
08.50 – 09.00 WIB Pre Test Dwi
09.00 – 10.15 WIB Penyampaian materi (Teori & Praktek) Luthfi
10.15 – 10.30 WIB Tanya Jawab Eris
10.30 – 11.00 WIB Penyampaian materi (Praktik & praktek) Triatminatun
11.00 – 12.30 WIB Praktek pemantauan pertumbuhan All Panitia
1. Penimbangan menggunakan dacin dan
timbangan injak
2. Pengukuran TB menggunakan
Microtoice dan Lengthboard
3. Pengisian KMS
12.30 – 12.40 WIB Post Test Dwi
12.40 – 13.00 WIB Penutupan Eris

L. Evaluasi
1. Diadakan pre test dan post test untuk mengetahui peningkatan pengetahuan
peserta.
2. Pemantauan kehadiran peserta dengan mendokumentasikan kegiatan dan
melakukan cek presensi.
3. Evaluasi adanya perlengkapan dengan membandingkan antara perencanaan
di dalam kerangka acuan pelatihan dengan pengadaan perlengkapan saat
pelatihan dilaksanakan.
4. Evaluasi materi dilakukan dengan mengecek kesesuaian materi yang
disampaikan dengan materi yang ada dalam kerangka acuan.
5. Evaluasi akomodasi dengan mengecek kesesuaian perencanaan tempat,
narasumber, konsumsi peserta dan panitia.
6. Evaluasi peningkatan ketrampilan dilakukan dengan pengamatan langsung
di Posyandu Tegalsari pada tanggal 8 Juni 2017. dengan mengamati
kesesuaian dari semua aspek yang dilatih dengan praktek dilapangan oleh
kader.
7. Evaluasi penurunan angka stunting dilakukan melalui kegiatan Pemantauan
status gizi yang sudah dilaksanakan berkala setiap 6 bulan sekali, evaluasi
ini diserahkan kepada pihak Puskesmas.

M. Susunan Kepanitiaan
Penanggung Jawab : Tjarono Sari, SKM.M.Kes
Pembimbing : DR. Ir. Made Alit Gunawan, M.Si
M. Primiaji Rialihanto, SSiT, M.Kes
Instruktur : Elin Karlina, SST
Panitia pelaksana
Ketua : Dian Ratna Indriyani
Sekertaris : Eris Risnawaty
Bendahara : Triatminatun
Sie Konsumsi : Luthfiani Nur Pratiwi
Sie Acara : Dwi Nugrandini Lestari
Sie Perkap : Toha Subroto
Sie Dokumentasi : Toha Subroto
Narasumber : 1. Triatminatun
2. Dian Ratna Indriyani
3. Luthfiani Nur Pratiwi
BAB III
PENUTUP

Demikian proposal kegiatan ini kami buat, segala bantuan dan dukungan, baik
dalam bentuk moril maupun materiil, sangat kami harapkan demi suksesnya kegiatan
ini. Kami juga terbuka untuk menerima segala saran dan kritik yang membangun
sehingga dapat memperlancar jalannya kegiatan. Semoga kegiatan yang akan kami
laksanakan nantinya dapat berjalan dengan lancar. Atas perhatian dan kerjasamanya
kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami

Panitia Pelaksana

Anda mungkin juga menyukai