Disusun oleh :
Ucu Iar Wiarsih
NIP. 19650613 1978703 2 006
A. Pendahuluan
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus dipersiapkan sejak
dini untuk keberlangsungan hidup anak dan menciptakan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas serta mampu bersaing dengan bangsa lain. Anak berhak
mendapatkan pemenuhan, perlindungan serta penghargaan akan hak asasinya,
salah satunya hak untuk kesehatan.
Sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun dikenal sebagai
periode kritis sekaligus periode emas, karena pada periode tersebut terjadi
pertumbuhan otak sangat pesat yang sangat menentukan kualitas hidup
selanjutnya sampai anak menjadi dewasa. Dampak yang terjadi akibat gangguan
tumbuh kembang pada periode ini, terutama gangguan perkembangan otak anak
tidak dapat diperbaiki lagi (irreversible), sehingga pemberian makan yang optimal
untuk pemenuhan gizi anak pada periode tersebut sangat penting dalam
menunjang perkembangan otak.
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan masih tingginya permasalahan gizi pada
balita di Indonesia, antara lain sebanyak 30,8% balita mengalami Stunting, balita
kurus dan sangat kurus sebanyak 10,2% dan balita gemuk sebanyak 8%. Selain itu
diperoleh data prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebesar 6,2% dan
sebanyak 22,7% bayi lahir dengan panjang badan
Untuk mencapai tumbuh kembang anak yang optimal dan mencegah
kekurangan gizi, maka Kementerian Kesehatan telah menetapkan Strategi
Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) sesuai Global Strategy for Infant and
Young Child Feeding (WHO/UNICEF, 2003) dengan rekomendasi standar emas
PMBA yaitu: Inisiasi Menyusu Dini (IMD), memberikan ASI Eksklusif sejak bayi lahir
sampai berusia 6 bulan, memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI)
mulai usia 6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun
atau lebih.
B. Latar Belakang
Standar Emas Makanan Bayi dan Anak yaitu ASI Eksklusif 0-6 bulan,
didahului inisiasi menyusui dini segera setelah lahir dan pemberian Makanan
Pendamping ASI (MPASI) mulai usia 6 bulan, tepat jumlah, kualitas dan tepat waktu
pemberian serta aman. Meneruskan menyusui sampai usia anak 2 tahun.
Pemberian makan yang terlalu dini dan tidak tepat mengakibatkan banyak
anak yang menderita kurang gizi. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan
pertumbuhan sejak lahir secara rutin dan berkesinambungan. Fenomena “gagal
tumbuh” atau growth faltering pada anak Indonesia mulai terjadi pada usia 4-6
bulan ketika bayi diberi makanan selain ASI dan terus memburuk hingga usia 18-24
bulan. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan 19,6% balita di Indonesia yang
menderita gizi kurang dan 37,2% termasuk kategori pendek.
Setiap keluarga yang mempunyai bayi dan anak usia 6-24 bulan hendaknya
mempunyai pengetahuan tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), agar
mampu memberikan ASI ekslusif dan menyiapkan MP-ASI yang sesuai di masing-
masing keluarga. Pendampingan oleh orang yang terdekat dalam hal ini termasuk
kader posyandu sangat dibutuhkan Untuk itu kader posyandu perlu dilatih agar
mempunyai pengetahuan tentang ASI ekslusif dan MP-ASI serta ketrampilan
pemantauan pertumbuhan dan ketrampilan memberikan konseling.
Untuk menindak lanjuti strategi peningkatan makanan bayi dan anak,
sosialisasi PMBA kepada kader posyandu selaku perpanjangan tangan Pemerintah
dalam memberikan pelayanan kesehatan ditingkat desa dipandang perlu untuk
dilakukankan. Peranan tenaga kader posyandu terampil sangat besar terhadap
keberhasilan Pemberian makan bayi dan Anak (PMBA), peningkatan
pemberdayaan ibu, peningkatan dukungan anggota keluarga serta peningkatan
kualitas makanan bayi dan anak yang pada gilirannya akan meningkatkan status
gizi balita.
C. DASAR HUKUM
Surat Keputusan Walikota Banjar Nomor xxxxxxxxxxxxx tanggal 15 Desember
2021 tentang Dokumen Pelaksanaan Anggaran satuan Kerja Perangkat Daerah
(DPA_SKPD) Tahun Anggaran 2022 dengan nomor :
DPA/A.1/1.02.0.00.0.00.01.0000/0001/2022 Tanggal 03 Januari 2022.
F. Sasaran
Sasaran kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA) adalah kader kesehatan wilayah kerja BLUD UPTD Puskesmas Langensari
1 Kota Banjar.
G. Matrik Pelaksanaan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des
H. Peserta
Peserta Sosialisasi dan Edukasi Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
sebanyak 148 orang terdiri kader kesehatan wilayah kerja BLUD UPTD Puskesmas
Langensari 1 Kota Banjar.
I. Materi
1. Sosialisasi materi PMBA
2. Sosialisasi materi Stunting
3. Pemaparan Data Stunting
J. Narasumber
1. Ketua PJ Upaya Kesehatan Masyarakat
2. Pemegang Program Gizi
K. Pelaksana
Sosialisasi Sosialisasi dan Edukasi Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) ini
merupakan program kerja BLUD UPTD Puskesmas Langensari 1 Kota Banjar
dalam hal ini Pokja UKM. Adapun pelaksana kegiatan ini adalah Tim yang ditunjuk
oleh Penanggungjawab UKM BLUD UPTD Puskesmas Langensari 1 Kota Banjar.
L. Sumber Anggaran
Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA) Tahun 2022 dibiayai dari DAK Non Fisik Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp.
xxxxxxxx,- (xxxxxxxxxxxxxxx). (Rincian Biaya terlampir)
M. Penutup
Demikian kerangka acuan kegiatan (KAK) ini disusun sebagai pedoman
dalam pelaksanaan Sosialisasi dan Edukasi Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA).