INDIVIDU
PERENCANAAN MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
DI PUSKESMAS “G W”
DISUSUN OLEH :
ST. HALIMATUSYAADIAH, SST,M.KES
NIDN : 4023058001
I. PERENCANAAN
A. LATAR BELAKANG
Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih
diperhatikan pada kelompok bayi dan balita. Pada usia 0 - 2 tahun merupakan masa tumbuh
kembang yang optimal (golden period) terutama untuk pertumbuhan janin sehingga bila
terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya dan akan
berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus (Achadi, 2014).
Provinsi NTB berada di urutan ke 23 dari 33 provinsi dengan kejadian gizi buruk
sebesar 3,0% dan gizi kurang 17,2 % dan prevalensi berat badan kurang sangat tinggi di NTB
melebihi 30 % (Unicef Indonesia, 2012 dan Kemenkes RI, 2017).
Stunting di Lombok Barat masih tinggi sekitar 33,6% dan berdasarkan hasil
penimbangan di bulan Februari 2021 jumlah anak stunting mencapai 15.055 anak sehingga
sangat diperlukan intervensi untuk mencapai target nasional yaitu 14% pada tahun 2024.
Prevalensi stunting di Kabupaten Lombok Barat (e PPGBM) di bulan Agustus 2021 di angka
22,57 persen sedangkan kasus underweight di Lombok Barat (e PPGBM) di bulan Agustus
2021 di angka 17,8 persen. Penyebab stunting itu sendiri akibat rendahnya asupan gizi dan
status kesehatan . Puskesmas “G W” merupan salah satu lokus stunting yang mendapatkan
penanganan terkait kasus stunting di NTB (Riskesdas, 2018).
Berkenaan dengan hal di atas, penanganan secara nonfarmakologis sangat
diperlukan untuk membantu meningkatkan berat badan bayi dan mencegah terjadinya kurang
gizi pada bayi. Pijat bayi adalah bagian dari terapi sentuhan yang dilakukan pada bayi
sehingga dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan, mempertahankan
perasaan aman pada bayi dan mempererat tali kasih orang tua dengan bayi (Roesli, 2013).
Upaya untuk mengatasi masalah stunting, gizi kurang pada bayi dan balita, perlu
dukungan berbagai pihak baik dari pusat pelayanan kesehatan (PUKESMAS) maupun dari
peran serta masyarakat dalam bentuk adanya layanan khusus stimulasi pijat bayi (OBISA)
pada poli Tumbuh kembang, peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga Kesehatan
(bidan) dan kader yang tergabung dalam posyandu sehingga dapat melatih para orang tua bayi
melakukan stimulasi pijat bayi OBISA).
C. Sasaran
1. Bidan Desa sebanyak 4 orang
2. Kader masing – masing desa 10 orang
3. Ibu yang memiliki bayi dengan status gizi kurang sebanyak 20 orang
G. Metode
1. Ceramah :
Metode ceramah digunakan pada saat pemberian informasi mengenai status gizi bayi
yang mengalami gizi kurang. Menjelaskan tentang faktor penyebabnya, akibat yang dapat
dialami oleh bayi yang mengalami gizi kurang dan menjelaskan tentang seribu hari pertama
kehidupan yang menentukan masa depan dan menjelaskan
tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah akibat yang ditimbulkan oleh gizi
kurang.
H. PENDANAAN
Pendanaan diperoleh dari dana DIPA 2022 dengan rician sebagai berikut :
1. Honor Narasumber
2. Transport
3. Konsumsi
4. Bahan PMT
5. Alat dan bahan untuk pelaksanaan OBISA
II. PENGORGANISASIAN
Tenaga Tugas
Bidan coordinator 1. Mengkoordinir tim dalam pelaksanaan
kegiatan dan proses pelatihan pembinaan kader
kesehatan.
2. Menyusun rancangan pedoman pelaksanaan
kegiatan
3. Menyusun pedoman pelatihan pijat bayi,
checklist dan lembar observasi.
4. Melakukan evaluasi hasil pelatihan pijat bayi
5. Menyusun form observasi kepatuhan pijat bayi
DISUSUN OLEH :
ST. HALIMATUSYAADIAH, SST,M.KES
NIDN : 4023058001
III. PERENCANAAN
L. LATAR BELAKANG
Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih
diperhatikan pada kelompok bayi dan balita. Pada usia 0 - 2 tahun merupakan masa tumbuh
kembang yang optimal (golden period) terutama untuk pertumbuhan janin sehingga bila
terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya dan akan
berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus (Achadi, 2014).
Provinsi NTB berada di urutan ke 23 dari 33 provinsi dengan kejadian gizi buruk
sebesar 3,0% dan gizi kurang 17,2 % dan prevalensi berat badan kurang sangat tinggi di NTB
melebihi 30 % (Unicef Indonesia, 2012 dan Kemenkes RI, 2017).
Stunting di Lombok Barat masih tinggi sekitar 33,6% dan berdasarkan hasil
penimbangan di bulan Februari 2021 jumlah anak stunting mencapai 15.055 anak sehingga
sangat diperlukan intervensi untuk mencapai target nasional yaitu 14% pada tahun 2024.
Prevalensi stunting di Kabupaten Lombok Barat (e PPGBM) di bulan Agustus 2021 di angka
22,57 persen sedangkan kasus underweight di Lombok Barat (e PPGBM) di bulan Agustus
2021 di angka 17,8 persen. Penyebab stunting itu sendiri akibat rendahnya asupan gizi dan
status kesehatan . Puskesmas “G W” merupan salah satu lokus stunting yang mendapatkan
penanganan terkait kasus stunting di NTB (Riskesdas, 2018).
Berkenaan dengan hal di atas, penanganan secara nonfarmakologis sangat
diperlukan untuk membantu meningkatkan berat badan bayi dan mencegah terjadinya kurang
gizi pada bayi. Pijat bayi adalah bagian dari terapi sentuhan yang dilakukan pada bayi
sehingga dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan, mempertahankan
perasaan aman pada bayi dan mempererat tali kasih orang tua dengan bayi (Roesli, 2013).
Upaya untuk mengatasi masalah stunting, gizi kurang pada bayi dan balita, perlu
dukungan berbagai pihak baik dari pusat pelayanan kesehatan (PUKESMAS) maupun dari
peran serta masyarakat dalam bentuk adanya layanan khusus stimulasi pijat bayi (OBISA)
pada poli Tumbuh kembang, peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga Kesehatan
(bidan) dan kader yang tergabung dalam posyandu sehingga dapat melatih para orang tua bayi
melakukan stimulasi pijat bayi OBISA).
N. Sasaran
4. Bidan Desa sebanyak 4 orang
5. Kader masing – masing desa 10 orang
6. Ibu yang memiliki bayi dengan status gizi kurang sebanyak 20 orang
R. Metode
6. Ceramah :
Metode ceramah digunakan pada saat pemberian informasi mengenai status gizi bayi
yang mengalami gizi kurang. Menjelaskan tentang faktor penyebabnya, akibat yang dapat
dialami oleh bayi yang mengalami gizi kurang dan menjelaskan tentang seribu hari pertama
kehidupan yang menentukan masa depan dan menjelaskan
tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah akibat yang ditimbulkan oleh gizi
kurang.
S. PENDANAAN
Pendanaan diperoleh dari dana DIPA 2022 dengan rician sebagai berikut :
6. Honor Narasumber
7. Transport
8. Konsumsi
9. Bahan PMT
10. Alat dan bahan untuk pelaksanaan OBISA
IV. PENGORGANISASIAN
Tenaga Tugas
Bidan coordinator 7. Mengkoordinir tim dalam pelaksanaan
kegiatan dan proses pelatihan pembinaan kader
kesehatan.
8. Menyusun rancangan pedoman pelaksanaan
kegiatan
9. Menyusun pedoman pelatihan pijat bayi,
checklist dan lembar observasi.
10. Melakukan evaluasi hasil pelatihan
pijat bayi
11.Menyusun form observasi
kepatuhan pijat bayi
12.Merancang program dan jadwal observasi Tim
pelaksana dan Kader untuk mengevaluasi
kepatuhan ibu bayi melakukan
pijat bayi.
7. Membantu ketua mempersiapkan sasaran
Bidan 8. Melatih tehnik pijat bayi
9. Menyiapkan tempat pelatihan
10.Membantu melakukan pelatihan dan
evaluasi keterampilan kader menggunakan
checklist pijat bayi OBISA
11.Membantu melakukan observasi
keterampilan kader dalam mengajarkan ibu
bayi melakukan pijat bayi
12.Membantu proses pengumpulan
data meliputi pengukuran berat badan dan
panjang badan bayi.
Ahli gizi 3. Membantu peneliti mempersiapkan materi tentang
nutrisi, pemantauan pertumbuhan
4. Membantu proses pengumpulan data meliputi
pengukuran antropometri
V. P3 (PENGGERAKKAN, PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN)
A. PENGGERAKKAN, PELAKSANAAN
1. Pertemuan program ini dilakukan secara bertahap dengan rincian sebagai berikut :
a) Sasaran bidan
2. Kader telah melakuan Kunjungan ke bayi untuk mengobservasi berat badan dan tinggi
badan telah dilakukan setiap bulan dan dipantau oleh bidan desa.