Anda di halaman 1dari 11

CONTOH TUGAS

INDIVIDU
PERENCANAAN MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
DI PUSKESMAS “G W”

PENGUATAN PROGRAM STIMULASI PIJAT BAYI ORAH BIJA SASAK (OBISA)


MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN TENAGA KESEHATAN,
KADER DAN ORANG TUA BAYI DENGAN GIZI KURANG
DI PUSKESMAS “GW”

DISUSUN OLEH :
ST. HALIMATUSYAADIAH, SST,M.KES
NIDN : 4023058001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PROFESI
2022
PENGUATAN PROGRAM STIMULASI PIJAT BAYI ORAH BIJA SASAK (OBISA)
MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN TENAGA KESEHATAN,
KADER DAN ORANG TUA BAYI DI PUSKESMAS “GW”

I. PERENCANAAN

A. LATAR BELAKANG
Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih
diperhatikan pada kelompok bayi dan balita. Pada usia 0 - 2 tahun merupakan masa tumbuh
kembang yang optimal (golden period) terutama untuk pertumbuhan janin sehingga bila
terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya dan akan
berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus (Achadi, 2014).
Provinsi NTB berada di urutan ke 23 dari 33 provinsi dengan kejadian gizi buruk
sebesar 3,0% dan gizi kurang 17,2 % dan prevalensi berat badan kurang sangat tinggi di NTB
melebihi 30 % (Unicef Indonesia, 2012 dan Kemenkes RI, 2017).
Stunting di Lombok Barat masih tinggi sekitar 33,6% dan berdasarkan hasil
penimbangan di bulan Februari 2021 jumlah anak stunting mencapai 15.055 anak sehingga
sangat diperlukan intervensi untuk mencapai target nasional yaitu 14% pada tahun 2024.
Prevalensi stunting di Kabupaten Lombok Barat (e PPGBM) di bulan Agustus 2021 di angka
22,57 persen sedangkan kasus underweight di Lombok Barat (e PPGBM) di bulan Agustus
2021 di angka 17,8 persen. Penyebab stunting itu sendiri akibat rendahnya asupan gizi dan
status kesehatan . Puskesmas “G W” merupan salah satu lokus stunting yang mendapatkan
penanganan terkait kasus stunting di NTB (Riskesdas, 2018).
Berkenaan dengan hal di atas, penanganan secara nonfarmakologis sangat
diperlukan untuk membantu meningkatkan berat badan bayi dan mencegah terjadinya kurang
gizi pada bayi. Pijat bayi adalah bagian dari terapi sentuhan yang dilakukan pada bayi
sehingga dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan, mempertahankan
perasaan aman pada bayi dan mempererat tali kasih orang tua dengan bayi (Roesli, 2013).
Upaya untuk mengatasi masalah stunting, gizi kurang pada bayi dan balita, perlu
dukungan berbagai pihak baik dari pusat pelayanan kesehatan (PUKESMAS) maupun dari
peran serta masyarakat dalam bentuk adanya layanan khusus stimulasi pijat bayi (OBISA)
pada poli Tumbuh kembang, peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga Kesehatan
(bidan) dan kader yang tergabung dalam posyandu sehingga dapat melatih para orang tua bayi
melakukan stimulasi pijat bayi OBISA).

B. TUJUAN PENGABDIAN MASYARAKAT


1. Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk penguatan program stimulasi pijat bayi Orah Bija
Sasak (OBISA) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tanaga kesehatan, kader
dan orang tua bayi di wilayah kerja Puskesmas “G W” Kabupaten Lombok Barat.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan, kader kesehatan
dan ibu bayi dalam bentuk perubahan teknik pijat bayi sesuai pedoman pijat bayi
OBISA (orah bija sasak).
b. Tenaga kesehatan, Kader Kesehatan dan ibu bayi mempunyai pengetahuan manfaat
pijat bayi.
c. Dilakukan Praktek dan simulasi pijat bayi OBISA (orah bija sasak). sebagai upaya
upaya untuk opimalisasi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
d. Meningkatkan kenaikan berat badan bayi setelah orang tua bayi dengan gizi kurang
melakukan OBISA (orah bija sasak).

C. Sasaran
1. Bidan Desa sebanyak 4 orang
2. Kader masing – masing desa 10 orang
3. Ibu yang memiliki bayi dengan status gizi kurang sebanyak 20 orang

D. Sarana dan Prasarana


1. Bahan dan alat pijat Bayi
a. Minyak kelapa murni
b. Handuk
c. Bantal bayi
2. Bahan dan alat pengukuran status gizi
a. Timbangan bayi digital dengan merk terrailon dengan ketelitian o,1 kg
b. Meteran badan bayi
3. Bahan PMT bayi
4. Alat untuk pelatihan Pijat bayi dan konseling pemberian makanan bayi
a. Buku Pedoman pijat bayi
b. Phantom/ boneka bayi
c. LCD
d. LAPTOP
e. Kartu Konseling
f. Pencil / balpoint
g. CD
h. Matras
i. Pengeras suara
j. Ruangan untuk kapasitas 15 orang 6 x 5 m
k. Leaflet atau buklet
l. Form penilaian pertumbuhan
m. Bantal

E. Tempat dan Waktu


1. Kegiatan pendampingan bidan desa dan kader dilaksanakan di aula Puskesmas
Pelaksanaan pendampingan bidan desa akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan pada
tanggal : 19 dan 21 Agustus 2022, selanjutnya pendampingan dilakukan untuk kader
pada tanggal : 22 – 24 Agustus 2022.
2. Pendampingan untuk ibu bayi dengan gizi kurang di laksanakan pada posyandu
dilaksananakan pada tanggal : 25 – 27 Agustus 2022.

F. Sumber Daya Manusia


1. 1 orang Bidan koordinator
2. 3 orang Bidan puskesmas yang telah kompeten dalam melaksanakan orah bija sasak
(OBISA)
3. 1 orang ahli gizi

G. Metode
1. Ceramah :
Metode ceramah digunakan pada saat pemberian informasi mengenai status gizi bayi
yang mengalami gizi kurang. Menjelaskan tentang faktor penyebabnya, akibat yang dapat
dialami oleh bayi yang mengalami gizi kurang dan menjelaskan tentang seribu hari pertama
kehidupan yang menentukan masa depan dan menjelaskan
tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah akibat yang ditimbulkan oleh gizi
kurang.

2. Diskusi tanya jawab


Metode diskusi tanya jawab digunakan terintegrasi pada saat ceramah dan juga
sebagai salah satu metode saat dibutuhkan konsultasi.
3. Konseling
Konseling adalah cara bekerja sama dengan orang, di mana kita berusaha memahami
perasaanmereka, serta membantu mereka memutuskanapa yang dilakukan. Konseling dapat
digunakan untuk memberikan saran sesuai dengan permasalahan masing-masing dan
mendorong ibu untuk lebih banyak bercerita tentang kehidupan bayi, dirinya dan
keluarganya, sehingga dapat mendorong ibu untuk dapat mengambil keputusan sesuai
dengan saran dan informasi yang diberikan.
4. Demonstrasi
Demonstrasi digunakan sebagai metode pendidikan kesehatan dengan topik pijat bayi
berbasis budaya local Sasak (OBISA).
5. Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan antropometri yaitu penimbangan berat badan dilakukan untuk penilaian
hasil kegiatan. Dilakukan 2 kali yaitu sebelum kegiatan dan setelah kegiatan Kemudian
dikonversi menjadi indeks score berdasarkan berat badan berdasarkan umur dan panjang
badan berdasarkan umur.

H. PENDANAAN
Pendanaan diperoleh dari dana DIPA 2022 dengan rician sebagai berikut :
1. Honor Narasumber
2. Transport
3. Konsumsi
4. Bahan PMT
5. Alat dan bahan untuk pelaksanaan OBISA

I. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN


Rencana pelaksanaan kegiatan pada program ini yaitu :
1. Penguatan program stimulasi pijat bayi OBISA dan pemberdayaan bidan, kader
posyandu dan keluarga bayi/balita. Dalam kegiatan ini bidan dan kader akan dibekali
materi pelatihan tentang tumbuh kembang balita (Gizi dan Nutrisi; pemantauan tumbuh
kembang);
2. Pelatihan pijat bayi berbasis budaya local (OBISA) dengan metode simulasi dan
demonstrasi pada phantom bayi.
3. Praktek keterampilan pijat bayi pada bayi di lingkungan Posyandu masing- masing
4. Konseling dan praktek pijat bayi pada ibu bayi/balita di lingkungan posyandu masing-
masing.
5. Melalukan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita sebelum dan setelah dilakukan
pemijatan.

J. INDIKATOR / PENILAIAN KEGIATAN


1. Kehadiran bidan desa, kader dan ibu yang memiliki bayi dengan status gizi kurang dapat
mencapai 80 % dari total jumlah sasaran yang di pantau dengan dokumentasi daftar hadir
2. Terjadi peningkatan pengetahuan sesudah diberikan pendampingan materi sebanyak 75
% di lakukan dengan mengisi kuesioner pre test dan post test
3. Terjadi perubahan perilaku sasaran yakni bidan, kader dan ibu dapat melakukan orah bija
sasak setelah diberikan pendampingan (OBISA) sebanyak 75 % dengan pengamatan/
observasi dengan alat bantu check list OBISA
4. Terjadi peningkatan berat badan bayi setelah ibu melakukan orah bija sasak sebesar
10-25% dengan alat bantu buku KIA dan format pertumbuhan.

K. PERENCANAAN MONITORING DAN EVALUASI


1. Variable yang akan di monitor adalah :
a. Input : tim pelaksana, sasaran, metode, sarana dan prasarna, dana,
b. Proses : pelaksanaan kegiatan
c. Output : keberhasilan kegiatan sesuai dengan imdikator
2. Metode
1. Kehadiran sasaran di lakukan dengan cek dokumen daftar hadir di monitor setiap
kegiatan selesai
2. Pengetahuan di lakukan dengan memberikan kuesioner setelah kegiatan di lakukan
monitoring setiap setelah kegiatan diberikan oleh narasumber (pemateri)
3. Keterampilan dengan melakukan observasi dengan alat bantu check list di monitoring
setiap 1 bulan.
4. Kenaikan berat badan di pantau dengan observasi berat badan dan tinggi badan,
monitoring dilakukan setiap bulan dan di evaluasi pada bulan ke 3 (tiga)

II. PENGORGANISASIAN

Tenaga Tugas
Bidan coordinator 1. Mengkoordinir tim dalam pelaksanaan
kegiatan dan proses pelatihan pembinaan kader
kesehatan.
2. Menyusun rancangan pedoman pelaksanaan
kegiatan
3. Menyusun pedoman pelatihan pijat bayi,
checklist dan lembar observasi.
4. Melakukan evaluasi hasil pelatihan pijat bayi
5. Menyusun form observasi kepatuhan pijat bayi

6. Merancang program dan jadwal observasi Tim


pelaksana dan Kader untuk mengevaluasi
kepatuhan ibu bayi melakukan
pijat bayi.
1. Membantu ketua mempersiapkan sasaran
Bidan 2. Melatih tehnik pijat bayi
3. Menyiapkan tempat pelatihan
4. Membantu melakukan pelatihan dan evaluasi
keterampilan kader menggunakan checklist pijat
bayi OBISA
5. Membantu melakukan observasi
keterampilan kader dalam mengajarkan ibu bayi
melakukan pijat bayi
6. Membantu proses pengumpulan data meliputi
pengukuran berat badan dan panjang badan bayi.

Ahli gizi 1. Membantu peneliti mempersiapkan materi tentang


nutrisi, pemantauan pertumbuhan
2. Membantu proses pengumpulan data meliputi
pengukuran antropometri
CONTOH TUGAS KELOMPOK
PERENCANAAN MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
DI PUSKESMAS “G W”

PENGUATAN PROGRAM STIMULASI PIJAT BAYI ORAH BIJA SASAK (OBISA)


MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN TENAGA KESEHATAN,
KADER DAN ORANG TUA BAYI DENGAN GIZI KURANG
DI PUSKESMAS “GW”

DISUSUN OLEH :
ST. HALIMATUSYAADIAH, SST,M.KES
NIDN : 4023058001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PROFESI
2022
PENGUATAN PROGRAM STIMULASI PIJAT BAYI ORAH BIJA SASAK (OBISA)
MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN TENAGA KESEHATAN,
KADER DAN ORANG TUA BAYI DI PUSKESMAS “GW”

III. PERENCANAAN

L. LATAR BELAKANG
Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih
diperhatikan pada kelompok bayi dan balita. Pada usia 0 - 2 tahun merupakan masa tumbuh
kembang yang optimal (golden period) terutama untuk pertumbuhan janin sehingga bila
terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya dan akan
berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus (Achadi, 2014).
Provinsi NTB berada di urutan ke 23 dari 33 provinsi dengan kejadian gizi buruk
sebesar 3,0% dan gizi kurang 17,2 % dan prevalensi berat badan kurang sangat tinggi di NTB
melebihi 30 % (Unicef Indonesia, 2012 dan Kemenkes RI, 2017).
Stunting di Lombok Barat masih tinggi sekitar 33,6% dan berdasarkan hasil
penimbangan di bulan Februari 2021 jumlah anak stunting mencapai 15.055 anak sehingga
sangat diperlukan intervensi untuk mencapai target nasional yaitu 14% pada tahun 2024.
Prevalensi stunting di Kabupaten Lombok Barat (e PPGBM) di bulan Agustus 2021 di angka
22,57 persen sedangkan kasus underweight di Lombok Barat (e PPGBM) di bulan Agustus
2021 di angka 17,8 persen. Penyebab stunting itu sendiri akibat rendahnya asupan gizi dan
status kesehatan . Puskesmas “G W” merupan salah satu lokus stunting yang mendapatkan
penanganan terkait kasus stunting di NTB (Riskesdas, 2018).
Berkenaan dengan hal di atas, penanganan secara nonfarmakologis sangat
diperlukan untuk membantu meningkatkan berat badan bayi dan mencegah terjadinya kurang
gizi pada bayi. Pijat bayi adalah bagian dari terapi sentuhan yang dilakukan pada bayi
sehingga dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan, mempertahankan
perasaan aman pada bayi dan mempererat tali kasih orang tua dengan bayi (Roesli, 2013).
Upaya untuk mengatasi masalah stunting, gizi kurang pada bayi dan balita, perlu
dukungan berbagai pihak baik dari pusat pelayanan kesehatan (PUKESMAS) maupun dari
peran serta masyarakat dalam bentuk adanya layanan khusus stimulasi pijat bayi (OBISA)
pada poli Tumbuh kembang, peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga Kesehatan
(bidan) dan kader yang tergabung dalam posyandu sehingga dapat melatih para orang tua bayi
melakukan stimulasi pijat bayi OBISA).

M. TUJUAN PENGABDIAN MASYARAKAT


3. Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk penguatan program stimulasi pijat bayi Orah Bija
Sasak (OBISA) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tanaga kesehatan, kader
dan orang tua bayi di wilayah kerja Puskesmas “G W” Kabupaten Lombok Barat.
4. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan, kader kesehatan
dan ibu bayi dalam bentuk perubahan teknik pijat bayi sesuai pedoman pijat bayi
OBISA (orah bija sasak).
f. Tenaga kesehatan, Kader Kesehatan dan ibu bayi mempunyai pengetahuan manfaat
pijat bayi.
g. Dilakukan Praktek dan simulasi pijat bayi OBISA (orah bija sasak). sebagai upaya
upaya untuk opimalisasi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
h. Meningkatkan kenaikan berat badan bayi setelah orang tua bayi dengan gizi kurang
melakukan OBISA (orah bija sasak).

N. Sasaran
4. Bidan Desa sebanyak 4 orang
5. Kader masing – masing desa 10 orang
6. Ibu yang memiliki bayi dengan status gizi kurang sebanyak 20 orang

O. Sarana dan Prasarana


5. Bahan dan alat pijat Bayi
d. Minyak kelapa murni
e. Handuk
f. Bantal bayi
6. Bahan dan alat pengukuran status gizi
c. Timbangan bayi digital dengan merk terrailon dengan ketelitian o,1 kg
d. Meteran badan bayi
7. Bahan PMT bayi
8. Alat untuk pelatihan Pijat bayi dan konseling pemberian makanan bayi
n. Buku Pedoman pijat bayi
o. Phantom/ boneka bayi
p. LCD
q. LAPTOP
r. Kartu Konseling
s. Pencil / balpoint
t. CD
u. Matras
v. Pengeras suara
w. Ruangan untuk kapasitas 15 orang 6 x 5 m
x. Leaflet atau buklet
y. Form penilaian pertumbuhan
z. Bantal

P. Tempat dan Waktu


3. Kegiatan pendampingan bidan desa dan kader dilaksanakan di aula Puskesmas
Pelaksanaan pendampingan bidan desa akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan pada
tanggal : 19 dan 21 Agustus 2022, selanjutnya pendampingan dilakukan untuk kader
pada tanggal : 22 – 24 Agustus 2022.
4. Pendampingan untuk ibu bayi dengan gizi kurang di laksanakan pada posyandu
dilaksananakan pada tanggal : 25 – 27 Agustus 2022.

Q. Sumber Daya Manusia


4. 1 orang Bidan koordinator
5. 3 orang Bidan puskesmas yang telah kompeten dalam melaksanakan orah bija sasak
(OBISA)
6. 1 orang ahli gizi

R. Metode
6. Ceramah :
Metode ceramah digunakan pada saat pemberian informasi mengenai status gizi bayi
yang mengalami gizi kurang. Menjelaskan tentang faktor penyebabnya, akibat yang dapat
dialami oleh bayi yang mengalami gizi kurang dan menjelaskan tentang seribu hari pertama
kehidupan yang menentukan masa depan dan menjelaskan
tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah akibat yang ditimbulkan oleh gizi
kurang.

7. Diskusi tanya jawab


Metode diskusi tanya jawab digunakan terintegrasi pada saat ceramah dan juga
sebagai salah satu metode saat dibutuhkan konsultasi.
8. Konseling
Konseling adalah cara bekerja sama dengan orang, di mana kita berusaha memahami
perasaanmereka, serta membantu mereka memutuskanapa yang dilakukan. Konseling dapat
digunakan untuk memberikan saran sesuai dengan permasalahan masing-masing dan
mendorong ibu untuk lebih banyak bercerita tentang kehidupan bayi, dirinya dan
keluarganya, sehingga dapat mendorong ibu untuk dapat mengambil keputusan sesuai
dengan saran dan informasi yang diberikan.
9. Demonstrasi
Demonstrasi digunakan sebagai metode pendidikan kesehatan dengan topik pijat bayi
berbasis budaya local Sasak (OBISA).
10. Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan antropometri yaitu penimbangan berat badan dilakukan untuk penilaian
hasil kegiatan. Dilakukan 2 kali yaitu sebelum kegiatan dan setelah kegiatan Kemudian
dikonversi menjadi indeks score berdasarkan berat badan berdasarkan umur dan panjang
badan berdasarkan umur.

S. PENDANAAN
Pendanaan diperoleh dari dana DIPA 2022 dengan rician sebagai berikut :
6. Honor Narasumber
7. Transport
8. Konsumsi
9. Bahan PMT
10. Alat dan bahan untuk pelaksanaan OBISA

T. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN


Rencana pelaksanaan kegiatan pada program ini yaitu :
6. Penguatan program stimulasi pijat bayi OBISA dan pemberdayaan bidan, kader
posyandu dan keluarga bayi/balita. Dalam kegiatan ini bidan dan kader akan dibekali
materi pelatihan tentang tumbuh kembang balita (Gizi dan Nutrisi; pemantauan tumbuh
kembang);
7. Pelatihan pijat bayi berbasis budaya local (OBISA) dengan metode simulasi dan
demonstrasi pada phantom bayi.
8. Praktek keterampilan pijat bayi pada bayi di lingkungan Posyandu masing- masing
9. Konseling dan praktek pijat bayi pada ibu bayi/balita di lingkungan posyandu masing-
masing.
10. Melalukan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita sebelum dan setelah dilakukan
pemijatan.

U. INDIKATOR / PENILAIAN KEGIATAN


5. Kehadiran bidan desa, kader dan ibu yang memiliki bayi dengan status gizi kurang dapat
mencapai 80 % dari total jumlah sasaran yang di pantau dengan dokumentasi daftar hadir
6. Terjadi peningkatan pengetahuan sesudah diberikan pendampingan materi sebanyak 75
% di lakukan dengan mengisi kuesioner pre test dan post test
7. Terjadi perubahan perilaku sasaran yakni bidan, kader dan ibu dapat melakukan orah bija
sasak setelah diberikan pendampingan (OBISA) sebanyak 75 % dengan pengamatan/
observasi dengan alat bantu check list OBISA
8. Terjadi peningkatan berat badan bayi setelah ibu melakukan orah bija sasak sebesar
10-25% dengan alat bantu buku KIA dan format pertumbuhan.

V. PERENCANAAN MONITORING DAN EVALUASI


3. Variable yang akan di monitor adalah :
d. Input : tim pelaksana, sasaran, metode, sarana dan prasarna, dana,
e. Proses : pelaksanaan kegiatan
f. Output : keberhasilan kegiatan sesuai dengan imdikator
4. Metode
5. Kehadiran sasaran di lakukan dengan cek dokumen daftar hadir di monitor setiap
kegiatan selesai
6. Pengetahuan di lakukan dengan memberikan kuesioner setelah kegiatan di lakukan
monitoring setiap setelah kegiatan diberikan oleh narasumber (pemateri)
7. Keterampilan dengan melakukan observasi dengan alat bantu check list di monitoring
setiap 1 bulan.
8. Kenaikan berat badan di pantau dengan observasi berat badan dan tinggi badan,
monitoring dilakukan setiap bulan dan di evaluasi pada bulan ke 3 (tiga)

IV. PENGORGANISASIAN

Tenaga Tugas
Bidan coordinator 7. Mengkoordinir tim dalam pelaksanaan
kegiatan dan proses pelatihan pembinaan kader
kesehatan.
8. Menyusun rancangan pedoman pelaksanaan
kegiatan
9. Menyusun pedoman pelatihan pijat bayi,
checklist dan lembar observasi.
10. Melakukan evaluasi hasil pelatihan
pijat bayi
11.Menyusun form observasi
kepatuhan pijat bayi
12.Merancang program dan jadwal observasi Tim
pelaksana dan Kader untuk mengevaluasi
kepatuhan ibu bayi melakukan
pijat bayi.
7. Membantu ketua mempersiapkan sasaran
Bidan 8. Melatih tehnik pijat bayi
9. Menyiapkan tempat pelatihan
10.Membantu melakukan pelatihan dan
evaluasi keterampilan kader menggunakan
checklist pijat bayi OBISA
11.Membantu melakukan observasi
keterampilan kader dalam mengajarkan ibu
bayi melakukan pijat bayi
12.Membantu proses pengumpulan
data meliputi pengukuran berat badan dan
panjang badan bayi.
Ahli gizi 3. Membantu peneliti mempersiapkan materi tentang
nutrisi, pemantauan pertumbuhan
4. Membantu proses pengumpulan data meliputi
pengukuran antropometri
V. P3 (PENGGERAKKAN, PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN)
A. PENGGERAKKAN, PELAKSANAAN
1. Pertemuan program ini dilakukan secara bertahap dengan rincian sebagai berikut :
a) Sasaran bidan

1) Pertemuan I : bidan di lakukan dengan review materi pertumbuhan, gizi seimbang,


pengukuran antropometri dan teori orah bija sasak dilakukan pada pertemuan 1 yang
dilaksanakan selama 4 jam dimulai dengan pretest dan berakhir dengan post test.
2) Pertemuan II : dilanjutkan dengan sesi praktik dengan metode demontrasi dan bidan
desa didampingi oleh bidan puskesmas, lalu pada jam terakhit dilakukan penilaian
dengan observasi berdasarkan ceklist yang telah disusun bidan coordinator.
b) Kader
1) Pertemuan I : kader mendapatkan materi pertumbuhan, gizi seimbang, pengukuran
antropometri dan teori orah bija sasak dilakukan pada pertemuan 1 yang dilaksanakan
selama 4 jam dimulai dengan pretest dan berakhir dengan post test.
2) Pertemuan II : dilanjutkan dengan sesi praktik dengan metode demontrasi dan kader
didampingi oleh bidan desa bersama bidan puskesmas, lalu pada jam terakhit dilakukan
penilaian dengan observasi berdasarkan ceklist yang telah disusun bidan coordinator.
c) Ibu yang memiliki bayi dengan gizi kurang diberikan pendampigan dengan metode
demonstrasi yang didampingi oleh kader dan bidan desa untuk mempraktikkan orah bija
sasak.

2. Kader telah melakuan Kunjungan ke bayi untuk mengobservasi berat badan dan tinggi
badan telah dilakukan setiap bulan dan dipantau oleh bidan desa.

B. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


a. Sarana dan prasarana berdasarkan kualitas dan kualitas terpenuhi 90 %
b. Dana telah terpakai sesuai dengan rencana anggaran belanja sebesar 92 %
c. Kehadiran bidan desa sebanyak 90 %
d. Kehadiran kader 90 %
e. Kehadiran ibu 80 % walaupun masih ada beberapa ibu yang terlambat hadir.
f. Terjadi peningkatan pengetahuan sebanyak 75 %
g. Terjadi peningkatan 80 % pada keterampilan orah bija sasak (OBISA) oleh bidan desa,
75 % pada kader dan 70 % pada ibu yang memiliki bayi gizi kurang.
h. Metode yang digunakan sudah sesuai dengan sasaran.

Anda mungkin juga menyukai