Disusun oleh :
Ucu Iar Wiarsih
NIP. 19650613 1978703 2 006
A. Pendahuluan
Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh
pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan
infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu
dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Anak tergolong stunting apabila panjang
atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau
tinggi anak seumurnya.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi
yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak
balita.
Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari
dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang
anak. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan
anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa.
Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit. Anak stunting
berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan,
stunting dan berbagai bentuk masalah gizi diperkirakan berkontribusi pada
hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya (World Bank 2014).
B. Latar Belakang
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, 37,2% atau sekitar 9 juta
balita menderita stunting. Sebanyak 228 kabupaten/kota mempunyai prevalensi
stunting di atas 40 (tergolong sangat tinggi). 190 kabupaten/kota mempunyai
prevalensi stunting antara 30-40% (tergolong tinggi). Hanya 8 kabupaten/kota
(1,6%) yang mempunyai prevalensi stunting di bawah 20%, (tergolong sedang dan
rendah).
Penanggulangan stunting harus mengakamodir semua faktor penyebab
(dasar, tak langsung, langsung), sehingga diperlukan kontribusi gizi yang harus
dilakukan dengan serius. Kontribusi gizi ada dua yaitu intervensi gizi spesifik dan
intervensi sensitif. Intervensi gizi spesifik adalah upaya-upaya untuk mencegah dan
mengurangi gangguan secara langsung melalui program pembangunan sektor
kesehatan. Kegiatan yang dapat dilakukan berupa imunisasi, pemberian makanan
tambahan ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu.
Sasaran penerima program dan kegiatan adalah kelompok 1.000 hari pertama
kehidupan (HPK) baik pada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak 0-23 bulan.
Sedangkan intervensi gizi sensitif adalah upaya-upaya untuk mencegah dan
mengurangi gangguan secara tidak langsung melalui program pembangunan non
kesehatan seperti penyediaan air bersih, penyediaan bahan pangan, keluarga
berencana, penanggulangan kemiskinan, dan kesetaraan gender dengan sasaran
masyarakat umum tidak harus 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa upaya penanggulangan stunting
melalui pendekatan lintas sektor menjadi solusi sebagai sebuah langkah konkrit.
Pendekatan lintas sektor ini melibatkan berbagai pihak antara lain pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, lembaga sosial kemasyarakatan dan keagamaan,
akademisi, dan media massa. Memang upaya penanggulangan stunting tidak
mudah dilakukan, karena banyak melibatkan pihak dengan kepentingan. Namun
upaya penaggulangan stunting melalui pendekatan lintas sektor dapat dijadikan
momentum untuk menghilangkan ego sektoral yang selama ini melekat di
Perangkat Daerah.
C. DASAR HUKUM
Surat Keputusan Walikota Banjar Nomor xxxxxxxxxxxxx tanggal 15 Desember
2021 tentang Dokumen Pelaksanaan Anggaran satuan Kerja Perangkat Daerah
(DPA_SKPD) Tahun Anggaran 2022 dengan nomor :
DPA/A.1/1.02.0.00.0.00.01.0000/0001/2022 Tanggal 03 Januari 2022.
F. Sasaran
Sasaran kegiatan Sosialisasi Penanggulangan Stunting adalah kader
kesehatan wilayah kerja BLUD UPTD Puskesmas Langensari 1 Kota Banjar.
G. Matrik Pelaksanaan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des
H. Peserta
Peserta Sosialisasi Penanggulangan Stunting sebanyak 148 orang terdiri kader
kesehatan wilayah kerja BLUD UPTD Puskesmas Langensari 1 Kota Banjar.
I. Materi
1. Sosialisasi materi Stunting
2. Pemaparan Data Stunting
3. Pemaparan mengenai cara pengukuran tinggi badan dan berat badan kepada
kader ketika di posyandu
J. Narasumber
1. Ketua PJ Upaya Kesehatan Masyarakat
2. Pemegang Program Gizi
K. Pelaksana
Sosialisasi Penanggulangan Stunting ini merupakan program kerja BLUD UPTD
Puskesmas Langensari 1 Kota Banjar dalam hal ini Pokja UKM. Adapun pelaksana
kegiatan ini adalah Tim yang ditunjuk oleh Penanggungjawab UKM BLUD UPTD
Puskesmas Langensari 1 Kota Banjar.
L. Sumber Anggaran
Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi Penanggulangan Stunting Tahun 2022 dibiayai
dari DAK Non Fisik Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp. xxxxxxxx,-
(xxxxxxxxxxxxxxx). (Rincian Biaya terlampir)
M. Penutup
Demikian kerangka acuan kegiatan (KAK) ini disusun sebagai pedoman
dalam pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi Penanggulangan Stunting.