Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ijinNya
akhirnya tersusun buku Petunjuk Teknis Layanan Rehidrasi Oral
(LRO). Dalam proses penyusunan buku ini terlibat para ahli,
akademisi, lintas program dan lintas sector terkait.
Petunjuk Tekni ini merupakan acuan petugas dalam melaksanakan
Layanan Rehidrasi Oral Aktif. Dengan adanya petunjuk teknis ini
diharapkan petugas dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatanh
kabupaten/kota, dan puskesmas mampu melakukan manajemen dan
melaksanakan kegiatan Layanan Rehidrasi Oral sesuai dengan
ketentuan, sekaligus meningkatkan pengetahuan, serta membangun
sikap dan perilaku positif masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan diare.
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam Penyusunan Petunjuk
Teknis Layanan Rehidrasi Oral ini, semoga Allah SWT meridhoi
usaha kita semua dalam pengendalian diare di Indonesia.
Halaman
Kata Pengantar ……………………………………………………… i
Tim Penyusun ……………………………………………………….. iii
Daftar Isi ……………………………………………………………… v
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ……………………………………….. 1
B. Tujuan …………………………………………………. 3
C. Sasaran ……………………………………………….. 3
D. Dasar Hukum …………………………………………. 3
BAB II. PENANGANAN DIARE…………………………………… 5
A. Klasifikasi Diare ………………………………………. 5
B. Prinsip Penanganan Diare pada Anak …………….. 9
C. Prosedur Penanganan Diare ……………………….. 13
D. Rujukan Diare ………………………………………… 17
E. Perencanaan Obat Program ………………………... 18
BAB III. LAYANAN REHIDRASI ORAL AKTIF…………………… 21
A. Pengertian Layanan Rehidrasi Oral Aktif …………. 21
B. Kebijakan Layanan Rehidrasi Oral Aktif …………… 21
C. Strategi Layanan Rehidrasi Oral Aktif……………… 21
D. Fungsi Layanan Rehidrasi Oral Aktif ………………. 22
E. Sarana dan Prasarana Layanan Rehidrasi Oral Aktif 22
F. Kegiatan Layanan Rehidrasi Oral Aktif ……………. 24
G. Pencatatan dan Pelaporan Layanan Rehidrasi Oral
Aktif…………………………………………………….. 26
H. Evaluasi Layanan Rehidrasi Oral Aktif ……………. 28
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 29
LAMPIRAN
Contoh Tanya Jawab Seputar Rehidrasi Oral …………………… 30
Form Pencatatan dan Pelaporan…………………………………... 35
A. Latar Belakang
Sampai dengan saat ini, Diare masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya pada bayi dan
balita. Menurut WHO dan UNICEF, setiap tahunnya terjadi
sekitar 2 milyar kasus diare di dunia, dan sekitar 1,9 juta anak
balita diantaranya meninggal. Sebagian besar kasus diare
terjadi di negara berkembang. Dari semua kematian anak balita
karena diare, 78% terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di
Indonesia, diare merupakan penyebab nomor satu (proporsi)
kematian bayi (31,4%) dan kematian balita (25,2%) serta
penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua umur dalam
kelompok penyakit menular (Riskesdas 2007).
Pada tahun 2013, period prevalen diare untuk seluruh kelompok
umur di Indonesia sebesar 7.0%. Lima provinsi dengan period
prevalen dan insiden diare tertinggi, yaitu Papua (14,7% dan
6,3%), Nusa Tenggara Timur (10,9% dan 4,3%), Sulawesi
Selatan (10,2% dan 5,2%), Sulawesi Barat (10,1% dan 4,7%),
dan Sulawesi Tengah (8,8% dan 4,4%). Semakin rendah kuartil
indeks kepemilikan, semakin tinggi proporsi diare pada
penduduk. Petani/nelayan/buruh mempunyai proporsi tertinggi
(7,1%), jenis kelamin dan tempat tinggal menunjukkan proporsi
yang tidak jauh berbeda.
Insiden diare balita di Indonesia sebesar 6,7%. Lima provinsi
dengan insiden diare pada balita tertinggi adalah Aceh (10,2%),
Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan
Banten (8,0%). Anak balita merupakan kelompok umur paling
tinggi menderita diare, terutama 12-23 bulan (7,6%), laki-laki
(5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan kelompok kuintil
indeks kepemilikan terbawah (6,2%) (Riskesdas, 2013).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Terlaksananya kegiatan Layanan Rehidrasi Oral Aktif di
Puskesmas sesuai dengan ketentuan.
2. Tujuan khusus
a. Penanggung jawab/pengelola program/kegiatan pengendalian
diare di dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan
kabupaten/kota mampu melakukan manajemen dan
meningkatkan jumlah LROA di Puskesmas minimal sesuai
dengan target yang telah ditetapkan.
b. Petugas puskesmas mampu melaksanakan kegiatan LROA
di puskesmas sesuai dengan ketentuan (petunjuk teknis).
C. Sasaran
Penanggung jawab/pengelola program/kegiatan pengendalian
diare di dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan
kabupaten/kota, dan petugas puskesmas.
D. Dasar Hukum
1. UU. No.4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Thn 1984 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3273).
A. Klasifikasi Diare
1. Diare akut
Buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya
(pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi
cair dan berlangsung kurang dari 7 hari.
a. Etiologi
Secara klinis penyebab diare akut dibagi dalam 4 kelompok
yaitu infeksi, malabsorbsi, keracunan makanan, dan diare
terkait penggunaan antibiotika. Infeksi dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, fungi, parasit (protozoa, cacing). Dari
berbagai penyebab tersebut, yang sering ditemukan adalah
diare yang disebabkan oleh infeksi virus (Bagan 1).
2. Diare bermasalah
Diare bermasalah terdiri dari disentri, diare berkepanjangan
(prolonged diarrhea), diare persisten/kronik, diare dengan gizi
buruk (malnutrisi), dan diare dengan penyakit penyerta.
a. Disentri
1) Batasan
Diare berdarah tidak selalu disentri, tidak selalu karena
infeksi, bisa alergi pada bayi, IBD (Inflammatory Bowel
Disease). Disentri adalah diare dengan darah dan
lendir dalam tinja, dapat disertai dengan adanya
tenesmus. Disentri berat adalah disentri yang disertai
dengan komplikasi.
2. Zinc
Di negara berkembang, umumnya anak sudah mengalami
defisiensi Zinc. Bila anak diare, akan kehilangan zinc
bersama tinja, menyebabkan defisiensi menjadi lebih berat.
3. Pemberian ASI/Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk
memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar
tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering