Anda di halaman 1dari 12

Kerangka Acuan Kegiatan (KAK):

Pemantauan dan Pelaporan


Mini Lokakarya Stunting di Tingkat Kecamatan

1. Pendahuluan
Berdasarkan data dari BKKBN Pusat/Satuan Tugas (Satgas) PPS Pusat tingkat
penyelenggaraan mini lokakarya di Provinsi Nusa Tenggara Timur baru mencapai 19
persen. Pelaksanaan minilok yang didukung oleh dana BOBK ini baru terselenggara
407 kegiatan dari 2.126 yang ditargetkan (Materi Reorientasi Satgas PPS, 2023).
Capaiannya masih sangat rendah dibandingkan target pelaksanaannya.

Capaian yang masih rendah ini juga dibarengi dengan pelaksanaan yang belum
bersesuaian dengan Pedoman Operasional Penggerakan dalam Percepatan
Penurunan Angka Stunting di Lini Lapangan. Salah satunya adalah belum seluruh
pemangku kepentingan terkait mini lokakarya mengetahui bahwa mini lokakarya
dilakukan minimal sebanyak satu (1) kali dalam satu (1) bulan dan sewaktu-waktu jika
diperlukan. Dari hasil kuisioner Pemantauan dan Evaluasi pada bulan Oktober hingga
Desember 2022, sebanyak 5 persen responden menyatakan bahwa mini lokakarya
dilaksanakan sebanyak 6 kali dalam setahun, 14 persen menyatakan tergantung
anggaran, dan 82 persen menyatakan 12 kali dalam setahun. Selain itu ditemukan
adanya mini lokakarya di dua kecamatan yang disatukan pelaksanaannya dalam satu
kecamatan. Berdasarkan pedoman, mini lokakarya seharusnya dilakukan di masing-
masing kecamatan sehingga memudahkan pemantauan pelaksanaan percepatan
penurunan stunting di desa-desa yang termasuk dalam kecamatan tersebut. Di sisi
lain, capaian yang rendah ini juga berkaitan dengan anggaran yang terlambat turun.
Sebagaimana diungkapkan oleh 14 persen responden dalam pemantauan dan
evaluasi bahwa penyelenggaraan mini lokakarya juga terkait dengan anggaran.
Semakin cepat anggaran turun, maka mini lokakarya akan terlaksana sesuai target.

Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan, rata-rata mini lokakarya
umumnya juga belum dapat memenuhi output atau keluaran sebagaimana tertulis
dalam pedoman. Output dari kegiatan ini adalah;
(1) adanya laporan 3 standar dan 4 Pasti. Di dalam mini lokakarya juga diharapkan
adanya (2) proses verifikasi dan validasi data kasus stunting dan keluarga berisiko
Stunting (KBS). Hasil lain yang diharapkan adalah (3) adanya rencana kerja dan target
yang akan dilakukan dalam rangka pengawalan dan evaluasi pelaksanaan
pendampingan keluarga dan pembinaan tim pendamping keluarga. Jikapun ada,
keluaran ini belum terekam dan terdokumentasi. Oleh sebab itu perlu ada sebuah
mekanisme pemantauan dan pelaporan terhadap hasil-hasil dari mini lokakarya
sehingga dapat digunakan untuk perumusan kebijakan Percepatan Penurunan
Stunting baik di tingkat kabupaten ataupun provinsi.
2. Mini Lokakarya (Minilok) Stunting
Mini lokakarya (minilok) Stunting merupakan salah satu dari bagian dari Mekanisme
Operasional Penggerakan dalam Percepatan Penurunan Angka Stunting di Lini
Lapangan di tingkat kecamatan. Kegiatan ini merupakan pertemuan di kecamatan
yang diinisiasi dan dipimpin oleh camat dalam rangka mengawal dan mengevaluasi
pelaksanaan pendampingan keluarga dan hasil pemantauan pendampingan di tingkat
kecamatan agar terwujud 3 (tiga) standar dan 4 (empat) PASTI.

Mini Lokakarya juga seharusnya berjalan berangkaian dengan mekanisme


operasional Penggerakan dalam Percepatan Penurunan Angka Stunting di Lini
Lapangan di tingkat kecamatan, seperti Rapat Koordinasi Teknis Penyuluh (Rakortek
Penyuluh), Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan (Rakorcam), Rapat Koordinasi
Desa/kelurahan (Rakordeskel), dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Penyuluh KB
ataupun PLKB.

Mini Lokakarya Stunting diadopsi dari Mini Lokakarya Kampung KB yang sudah ada
sejak tahun 1980-an. Jadi, mekanismenya sebenarnya telah diketahui dan dipahami
oleh PKB/PLKB. Hanya isunya lebih fokus di Stunting dan pelaksanaan dilakukan di
Kecamatan. Inti dari Mini Lokakarya Stunting adalah melakukan musyawarah untuk
memecahkan masalah stunting. Mini Lokakarya Stunting berbeda dari Mini Lokakarya
Puskesmas.

3. Peserta

- Camat
- Kepala Puskesmas
- Dokter Puskesmas
- Bidan Puskesmas
- PKK Kecamatan
- Ahli Gizi Puskesmas
- TPPS desa/kelurahan
- Satuan Tugas (Satgas) PPS Kab/kota (TA)
- Satgas Teknis PPS (Penyuluh KB/Penyuluh Lapangan KB/Tim Pendamping
Keluarga(TPK)

4. Pelaksanaan Mini Lokakarya Stunting

4.1. Tempat: Kantor camat atau balai penyuluhan atau puskesmas dan atau
tempat lain yang memungkinkan untuk diadakan pertemuan.

4.2. Frekuensi: Paling sedikit dilaksanakan 1 (satu) bulan sekali atau sewaktu-
waktu jika diperlukan.
4.3. Anggaran: berasal dari dana BOKB. Dana ini bersifat stimulus untuk
penyediaan makanan dan minuman selama rapat, atau digunakan sebagai
penggantian ongkos transportasi jika mencukupi.

4.4. Mekanisme pelaksanaan

Secara singkat mekanisme pelaksanaan dari Mini Lokakarya dapat dilihat dalam
bagan di bawah ini:
Diskusi
-Verifikasi dan validasi data Keluarga Berisiko
Penutup
Stunting dan Kasus Kejadian Stunting
Paparan -Pengesahan data keluarga
-Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
-Kepala FKTP/FKRTL berisiko stunting dan kasus
pendampingan keluarga berisiko stunting.
kejadian Stunting serta Kasus
-Koordinator /Penyuluh -Pemantauan dan evaluasi pencatatan dan layak audit di tingkat
Arahan dan KB/PLKB pelaporan. kabupaten/kota
Pembukaan oleh
Camat -Pemecahan masalah terhadap hambatan
dan tantangan dalam pendampingan
-Pembacaan rencana tindak
keluarga berisiko stunting.
lanjut
-Penentuan kasus layak Audit di tingkat
Kabupaten/kota.
-Rencana tindak lanjut

Sumber: Materi Peran Satgas Stunting dalam Pelaksanaan Mekanisme Operasional Penggerakan daam Percepatan Penurunan Angka
Stunting, Reorientasi Satgas PPS, Februari 2023
Keterangan bagan:

No. Mekanisme Pelaksanaan Penjelasan Keterangan tambahan


1. Arahan dan pembukaan Camat memberikan penjelasan mengenai:
Camat - tujuan minilokakarya hari itu, sesuai RTL sebelumnya, apa
yang sudah dilakukan, apa yang belum dilakukan, apa yang
sedang dilakukan.
-hasil/keluaran yang diharapkan pada pertemuan tersebut.
2. Paparan:
-Kepala FKTP/FKRTL Menyampaikan pelaksanaan pencegahan stunting antara
lain:
1.Pemeriksaan kesehatan calon pengantin dan jumlahnya
yang telah dilakukan,
2.Pemeriksaan kesehatan Ibu hamil dan masa nifas dan
jumlahnya yang telah dilakukan,
3.Pemeriksaan kasus rujukan anak berisiko tinggi stunting
(jumlah yang dirujuk, kemana, bagaimana sistemnya),
4.Pelaksanaan Posyandu dan hasilnya (jumlah posyandu dan
jumlah kedatangan ke posyandu, jumlah timbangan & alat
ukur tinggi badan terstandar digital/manual yang ada per
desa/per kelurahan),
5.Pemberian tablet tambah darah, vitamin, pemberian
bantuan makanan tambahan (PMT) dan pelayanan lainnya,
termasuk pemberian edukasi kesehatan lingkungan
(jumlahnya masing-masing)
6.Pelaksanaan pembinaan kepada kader di masyarakat,
terutama Tim Pendamping Keluarga (jumlah pertemuan
yang dilakukan dan jumlah partisipan),
7.Kasus kejadian stunting, meliputi:
No. Mekanisme Pelaksanaan Penjelasan Keterangan tambahan
jumlah kasus stunting hasil ePPGBM per desa/kelurahan,
dan jumlah riil yang sudah ditangani perdesa/kelurahan
(berapa yang mendapatkan PMT, PKH, BAAS dll).
8. Sarana dan prasarana pendukung pelayanan pencegahan
stunting;
9.Hambatan dan tantangan pelaksanaan pelayanan kepada
keluarga berisiko stunting,
10.Pemberian materi penguatan tentang komposisi
makanan bagi ibu hamil, pemantauan tumbuh kembang
bayi dan balita, ASI ekslusif, dan MPASI.

Penyuluh KB/PLKB 1.Jumlah sasaran keluarga berisiko menurut sasaran (jumlah Data keluarga berisiko stunting
memberikan laporan sasaran di kecamatan dan jumlah yang telah/sedang adalah data yang berasal dari
pelaksanaan didampingi), PK21 dan/atau PK22.
pendampingan keluarga 2.Pelaksanaan pendampingan oleh Tim Pendamping
berisiko: Keluarga, baik penyuluhan rujukan maupun pemberian
bantuan kepada sasaran Percepatan Penurunan Stunting
(Catin, ibu hamil, ibu menyusui, baduta dan balita),
3.Target dan capaian pelaksanaan Program Banggara
kencana pendukung Percepatan Penurunan Stunting
(penyuluhan dan pelayanan kontrasepsi, penggerakan
kelompok Bina Keluarga), sebutkan jumlah
4.Pelaksanaan pembinaan kepada Tim Pendamping
Keluarga dan kader oleh penyuluh di tingkat desa (jumlah
kegiatan pembinaan, jumlah peserta yang datang),
5. Hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan
pendampingan dan percepatan penurunan stunting.
No. Mekanisme Pelaksanaan Penjelasan Keterangan tambahan

3. Diskusi
Verifikasi dan validasi Peserta saling mengkonfirmasi kebenaran data yang Bisa berupa:
data Keluarga Berisiko dipresentasikan. -Apakah data yang ditayangkan sudah -Informasi jumlah TPK yang telah
Stunting dan Kasus sesuai dengan data di lapangan? Jika ada perbedaan perlu menerima daftar nama keluarga
Kejadian Stunting. dibuat catatan perubahan data. Berisiko Stunting (KBS)
berdasarkan PK21/PK22

-Jumlah calon pengantin (catin),


ibu hamil (bumil), ibu pasca nifas
(bufas), jumlah baduta/balita,
jumlah baduta/balita stunting
yang telah didampingi oleh TPK
-Jumlah KBS yang sudah tidak
relevan dari daftar yang ada,
misalnya sudah melahirkan, dan
status gizi anak sudah sangat
baik, atau anak balita stuntignya
sudah lewat masa pemantauan,
dan keluarga tidak berniat punya
anak lagi.
-Perubahan jumlah KBS yang
tadinya dalam kondisi hamil dan
anaknya stunting (jika
dimungkinkan).
Pemantauan dan -Apakah jumlah pedampingan yang ditayangkan dalam
evaluasi pelaksanaan presentasi sudah benar?
pendampingan keluarga -Berapa banyak yang sudah didampingi?
berisiko stunting. -Apakah semua sudah didampingi? Jika belum, apakah ada
No. Mekanisme Pelaksanaan Penjelasan Keterangan tambahan
hambatannya? Jika sudah didampingi
-Apakah cara pendampingan sudah sesuai dengan
petunjuk/pedoman pendampingan keluarga berisiko?
-Apakah ada acara-cara lain yang dilakukan oleh TPK.
-Apakah penanganan baduta dan balita stunting sudah
mengikuti tata laksana yang ditetapkan?
-Berapa desa yang telah menerapkan tata laksana stunting
yang ditetapkan?
Pemantauan dan -Apakah TPK dan Faskes mencatat semua pendampingan?
evaluasi pencatatan dan -Apakah TPK mencatat keluarga berisiko yang memperoleh
pelaporan. bantuan? -Sebutkan bantuan yang diterima, termasuk dari
pihak lain (swasta, NGO, LSM dll) yang tidak melalui dinas
sosial?
-jika ada data bantuan lain selain dari pemerintah bisa
disebutkan perkiraan jumlahnya.

Pemecahan masalah -Partisipan mendiskusikan mengenai hambatan-hambatan


terhadap hambatan dan yang telah dibicarakan pada bagian sebelumnya.
tantangan dalam -Partisipan mencari jalan keluar, bagaimana mengatasi
pendampingan keluarga hambatan-hambatan tersebut.
berisiko stunting.

Penentuan kasus layak Berdasarkan data yang ada, bantuan yang telah diberikan,
Audit di tingkat lokus desa stunting, dan hasil diskusi ditentukan kasus yang
Kabupaten/kota. layak untuk dilakukan audit kasus stunting di tingkat
kabupaten/kota.
Rencana tindak lanjut. Mendiskusikan langkah apa yang perlu dilakukan dari data-
data yang ada.
No. Mekanisme Pelaksanaan Penjelasan Keterangan tambahan
4. Penutup
Pengesahan data Data keluarga berisiko stunting
keluarga berisiko yang dibacakan adalah data yang
stunting dan kasus telah diberi informasi tambahan
kejadian Stunting serta mengenai perubahan-
Kasus layak audit di perubahannya.
tingkat kabupaten/kota.

Pembacaan rencana Camat membacakan tindakan-tindakan apa yang perlu


tindak lanjut. dilakukan
5. Output/keluaran kegiatan
Mini lokakarya diharapkan dapat menghasilkan:
5.1. Laporan Pelaksanaan 3 Standar 4 Pasti
Tiga standar meliputi:
1. Tim pendamping yang terlatih, antara lain berisi:
o Jumlah TPK yang ada di kecamatan per desa
o Jumlah TPK yang aktif di kecamatan per desa
o Total jumlah yang sudah memperoleh pelatihan
o Topik/materi pelatihan/peningkatan kapasitas yang sudah pernah diberikan.
o Metode peningkatan kapasitas.

2. Tersedia alat ukur/aplikasi pengukuran untuk sasaran stunting, antara lain berisi:
o Jumlah alat ukur tinggi dan timbang serta lingkar kepala yang sesuai standar
yang dimiliki oleh Puskesmas dan posyandu
o Jumlah posyandu
o Jumlah posyandu yang telah menggunakan alat ukur terstandar setiap
bulannya
o Jika jumlahnya terbatas, metode rotasi alat ukur terstandar, apakah setiap
bulan atau hanya pada saat bulan tertentu saja.
o Jumlah posyandu yang masih menggunakan alat ukur nonstandar (dacing dll)

3. Tersedianya dan terlaksananya Prosedural Operasional Percepatan Penurunan


Stunting, antara lain berisi:
o Memiliki/tidak memiliki Standar Operasional Prosedur Percepatan penurunan
Stunting tingkat Kecamatan sesuai dengan peraturan pemerintah yang
berlaku.
o Jika sudah memiliki, seperti apa prosedurnya
o Jika belum memiliki, sebutkan alasannya
o Jika sudah memiliki, seperti apa pelaksanaannya, apakah sudah sesuai atau
belum.
o Jumlah desa yang telah melakukan tata laksana stunting

Empat Pasti
o Memastikan semua sasaran terdata,
o Memastikan semua sasaran memperoleh pelayanan,
o Memastikan semua sasaran memanfaatkan intervensi dari pelayanan
o Memastikan semua pelaksanaan dan pendampingan tercatat dan
terlaporkan.

5.2. Verifikasi dan validasi data kasus stunting dan keluarga berisiko
o Jumlah balita dan baduta stunting per desa, sumber data: Puskesmas atau
hasil resmi ePPGBM
o Jumlah balita dan baduta stunting per desa, sumber data: laporan TPK
berdasarkan pendampingan yang dilakukan/laporan puskesmas.
o Jumlah KBS dari PK21 dan/atau PK22, sumber data: BKKBN
o Jumlah calon pengantin (catin), ibu hamil (bumil), ibu pasca bersalin (bufas)
yang telah didampingi, sumber data: hasil pendampingan TPK.

5.3. Daftar rencana kerja dan target yang akan dilakukan dalam rangka
pengawalan dan evaluasi pelaksanaan pendampingan keluarga dan pembinaan tim
pendamping keluarga.
Informasi mengenai rencana kerja dan target yang dilakukan dalam rangka
pengawalan dan evaluasi pelaksaan pendapingan keluarga dan pembinaan tim
pendmping keluarga.
Laporan ini dibuat oleh sekretariat pelaksana TPPS tingkat kecamatan. Berdasarkan RAN
PASTI, sekretariat pelaksana TPPS tingkat kecamatan dijabat oleh Ka. UPT KB Kecamatan
atau Koordinator KB yang salah satunya adalah bertugas untuk membuat laporan
periodik kegiatan TPPS tingkat kecamatan, termasuk hasil mini lokakarya.

Anda mungkin juga menyukai