Oleh :
Kelompok V
Dosen Pembimbing :
ETY APRIANTI,S.KM.,M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah penulisan ilmiah yang membahas tentang “Pelayanan Kesehatan
Pada Bayi dan balita”. Makalah ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua,
terutama mahasiswa Kebidanan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, masih banyak
kekurangan dan kelemahan didalam penulisan makalah kami, baik dalam segi bahasa dan
pengolahan maupun dalam penyusunan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran yang
sifatnya membangun demi mencapainya suatu kesempurnaan dalam makalah ini.
Padang, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi 6
B. Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 19
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, menegaskan bahwa seorang anak berhak untuk
hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal, terhindar dari kekerasan dan diskriminasi.
Selain itu, Undang Undang Perlindungan Anak juga mengamanahkan bahwa pemerintah,
masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak; Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak agar setiap anak
memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan.
Untuk menjamin kelangsungan hidup, tumbuh kembang , dan terlindung dari
diskriminasi,kekerasan seperti penculikan dan perdagangan bayi baru lahir, maka
pemenuhan Hak bayi mendapat kebutuhan dasar harus diberikan , seperti Inisiasi Menyusu
Dini (IMD), ASI Eksklusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi baru lahir
dari upaya penculikan dan perdagangan bayi. Program kesehatan anak merupakan salah satu
kegiatan dari penyelenggaraan perlindungan anak di bidang kesehatan, yang dimulai sejak
bayi berada di dalam kandungan, masa bayi, balita, usia sekolah dan remaja. Program
tersebut bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup bayi baru lahir, memelihara dan
meningkatkan kesehatan anak sesuai tumbuh kembangnya, dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup anak yang akan menjadi sumber daya pembangunan bangsa di masa
mendatang.
Ibu dan anak terutama bayi baru lahir merupakan kelompok masyarakat yang rentan dan
perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat, karena masih tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Serta balita.
Selain itu masalah kesehatan anak di Indonesia masih didominasi oleh tingginya angka
kematian bayi dan balita serta prevalensi balita gizi kurang. Oleh karena itu, telah ditetapkan
indikator Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2010 – 2014 sekaligus
disesuaikan dengan target pencapaian MDGs, yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB)
dari 34/1000 menjadi 23/1000 Kelahiran Hidup dan menurunkan prevalensi gizi kurang balita
menjadi 15 % pada tahun 2015, termasuk tidak terjadi lagi kasus penculikan dan perdagangan
bayi baru lahir ( zero toleran ) di Puskesmas dan Rumah Sakit.
Selain itu, kita juga menghadapi permasalahan lain yaitu: meningkatnya ibu dengan HIV /
AIDS, pembunuhan bayi/anak sendiri (infanticide), rendahnya kondisi sosio-ekonomi yang
memicu terjadinya kekerasan dan penelantaran anak termasuk perdagangan atau penculikan
bayi/anak, menjadi tantangan yang harus kita hadapi dalam mewujudkan, pelayanan
kesehatan yang komprehensif bagi anak.
Gambaran situasi tersebut diatas menunjukkan bahwa masalah kesehatan ibu dan anak
sangat kompleks. Selama ini pelayanan kesehatan yang dilakukan lebih terfokus pada upaya
agar bayi dapat lahir dengan selamat dan kelangsungan hidup anak (child survival), tetapi
belum terintegrasi secara penuh untuk mencapai tumbuh kembang anak secara optimal,
termasuk perlindungan dari penculikan dan perdagangan bayi. Kasus penculikan bayi
menujukkan peningkatan dari 72 kasus di tahun 2008 menjadi 102 di tahun 2009, diantaranya
25% terjadi di rumah sakit, rumah bersalin, dan puskesmas.(komnas perlindungan anak,
2009).
Kementerian Kesehatan telah menetapkan berbagai Peraturan Menteri Kesehatan dan
menyusun Pedoman Pelayanan Kesehatan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir di Puskesmas dan
jaringannya. Pedoman tersebut dipergunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan, diantaranya Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN), Pedoman
Asuhan Bayi Baru Lahir, Pedoman Asuhan Keperawatan bagi Ibu dan Bayi, dan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA), yang hanya mengatur standar pelayanan yang bersifat
teknis medis, dan belum sepenuhnya berorientasi pada perlindungan anak. Untuk mencegah
terjadinya kasus penculikan dan perdagangan bayi baru lahir dan meningkatkan
pengetahuan petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya tentang perlindungan anak,
maka perlu disusun suatu Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis
Perlindungan Anak.
B. Rumusan masalah
1. Apa-apa saja pelayanan kesehatan yang di berikan pada bayi?
2. Apa saja pelayanan kesehatan yang diberikan pada balita?
C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir dan balita berbasis perlindungan anak, di
Puskesmas dan jaringannya.
2. Tujuan khusus :
1) Meningkatnya pemahaman tenaga kesehatan tentang upaya perlindungan bagi ibu
bersalin dan bayi baru lahir serta balita
2) Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi bayi baru lahir berbasis
perlindungan anak dan balita
3) Tersedianya buku panduan penyelenggaraan pelayanan kesehatan bayi baru lahir berbasis
perlindungan anak dan balita
BAB II
TINJAUAN TEORI
Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur, dicap/diberi tanda identitas, diberi salep
mata dan penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri. Satu jam kemudian diberikan imunisasi
Hepatitis B (HB 0) pada paha kanan.
1.) Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan imunisasi Hepatitis B
(HB 0).
2.) Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2-3
jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan atau perawat.
3.) Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di
paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami
oleh sebagian BBL.
4.) Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata (Oxytetrasiklin 1%).
5.) Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan Vitamin K1
yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati.
3. Pencegahan infeksi
Pemotongan tali pusat pada BBL normal dilakukan sekitar 2 menit setelah bayi baru lahir
atau setelah penyuntikan oksitosin 10 IU intramuskular kepada ibu. Hindari pembungkusan
tali pusat atau jika di bungkus tutupi dengan kassa steril dalam keadaan longgar, agar tetap
terkena udara dan akan lebih mudah kering.
5. Kunjungan Neonatal
Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu:
1.) Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir
2.) Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
3.) Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat.
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku
KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap
bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-
turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam
setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik
halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan). Pelayanan
SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.
b. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Balita
Pelayanan kesehatan pada balita yang lain adalah:
1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat
digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus
disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi
posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau
tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian
makan pada anak. KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan
untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak
untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI
eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke
Puskesmas/ Rumah Sakit. KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi
orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
1.) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,
meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare,
pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan
Pendamping ASI.
2.) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
3.) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan
penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
2. Pelayanan kesehatan dengan Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik Pada Anak
Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian makanan yang
bergizi mutlak sangat diperlukan. Anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya
mempunyai beberapa fase yang sesuai dengan umur si anak, yaitu fase pertumbuhan cepat
dan fase pertumbuhan lambat. Bila kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka akan terjadi
gangguan gizi pada anak tersebut yang mempunyai dampak dibelakang hari baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak tersebut maupun gangguan intelegensia.
4. Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
1.) Penimbangan berat badan
2.) Penentuan status pertumbuhan
3.) Penyuluhan
4.) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan
deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.
7. Pelayanan Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin kepada
anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi
penyakit-penyakit: sebagai berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Polio, Campak
dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar
dari cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari kematian.
Vaksin yang di gunakan adalah :
1) BCG : Untuk mencegah penyakit tuberculosis
Imunisasi BCG (Bacicile Calmette Guerin) untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat
sebab TBC yang primer atau ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG.
Contohnya: TBC pada selaput otak, TBC milier pada lapang paru ,TBC tulang . Vaksin BCG
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang dilemahkan, diberikan melalui
intradermal dengan dosis 0,05 ml
Efek samping imunisasi BCG yaitu terjadinya ulkus pada daerah suntikan,reaksi panas. .
Rekomendasi :
1. Imunisasi BCG diberikan saat bayi berusia ≤ 2 bulan
2. Jangan melakukan imunisasi pd bayi dg imunodefisiensi (HIV,gizi buruk)
3. Pada bayi yg kontak erat dg penderita TB,diberi INH profilaksis,jika kontak sdh tenang dpt
diberi BCG
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11
bulan setelah lahir.
Pelaksana pelayanan kesehatan bayi :
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan
Pelayanan kesehatan pada bayi tersebut meliputi :
1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2,3, 4, DPT/HB 1, 2, 3, Campak) sebelum
bayi berusia 1 tahun
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDDTK)
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan)
4. Konseling ASI ekskulusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda –tanda sakit dan
perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA
5. Penanaganan dan rujukan kasus bila di perlukan
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah dokter spesialis
anak, dokter, bidan dan perawat.
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat.
Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar
kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang
intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk
mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya
deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat
penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang
lebih berat.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat.
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku
KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap
bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-
turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam
setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik
halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan). Pelayanan
SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.
B. Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari
tentang pelayanan kesehatan pada bayi dan balita.
Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi
semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari
DAFTAR PUSTAKA
Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics). EGC.
Jakarta.
https://novafebriantiyusuf.wordpress.com/2013/07/18/pelayanan-kesehatan-pada-bayi-dan-
balita/ (https://novafebriantiyusuf.wordpress.com/2013/07/18/pelayanan-kesehatan-pada-bayi-
dan-balita/)
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2008. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta 2008.
BLOG DI WORDPRESS.COM.