Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA


SEKOLAH
“BRACHIAL PALSY”
Dosen pengampu : Yuniarti, SKM, MPH

Oleh :
Kelompok 4

Bekty Eka Yuniavi P07124118174 Fauziah Wahdah P07124118192

Dewi Kurnia P07124118180 Fitria Nur Fadia P07124118196

Dini Ainia Rahmah P07124118182 Resma Arianti P07124118231

Eka Oktaviana A. A. P07124118184 Roinda Khoirotun N. P07124118237

Wahidatul Noor Laila P07124118255

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN

PRODI DIII KEBIDANAN SEMESTER III A

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
dengan judul “Brachial Palsy” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan
semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-
makalah selanjutnya.

Penyusun

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

C.Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Brachial Palsy ............................................................................. 3

B. Jenis-Jenis Brachial Palsy ............................................................................ 10

C. Penyebab Brachial Palsy ............................................................................. 12

D. Tanda Dan Gejala Brachial Palsy

E. Cara Penanganan Brachial Palsy

F. Penatalaksanaan Bayi Dengan Trauma Pada Fleksus Brachialis

G. Peran Bidan (Asuhan dan Konseling Keluarga)

BAB III KASUS

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 14

B. Saran .............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................iv


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neonatus adalah adalah bayi dari semenjak lahir hingga usia 28
hari dan pada masa ini terjadi suatu periode adaptasi kehidupan intra
uterus ke kehidupan intra uterin. Bayi baru lahir adalah adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir
2500 gram sampai 4000 gram.
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang
diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan
sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan
kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau
trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang
pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan
perawatan yang baik dan adekuat.
Trauma lahir merupakan perlakuan pada bayi baru lahir yang
terjadi dalam proses persalinan atau kelahiran. Luka yang terjadi pada saat
melahirkan amniosentesis, transfusi, intrauterin, akibat pengambilan darah
vena kulit kepala fetus, dan luka yang terjadi pada waktu melakukan
resusitasi aktif tidak termasuk dalam pengertian perlakukan kelahiran atau
trauma lahir. Pengertian perlakuaan kelahiran sendiri dapat berarti luas,
yaitu sebagai trauma mekanis atau sering disebut trauma lahir dan trauma
hipoksik yang disebut sebagai Asfiksia. Trauma lahir mungkin masih
dapat dihindari atau dicegah, tetapi ada kalanya keadaan ini sukar untuk
dicegah lagi sekalipun telah ditangani oleh seorang ahli yang terlatih.
Secara klinis trauma lahir dapat bersifat ringan yang akan sembuh sendiri
atau bersifat laten yang dapat meninggalkan gejala sisa.
Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula
trauma lahir yang bersifat hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya
terdapat hubungan antara hipoksik selama proses persalinan dengan
bertambahnya perdarahan dalam otak.
Salah satu trauma pada bayi baru lahir adalah trauma pada fleksus
brakhialis. Banyak factor yang mengakibatkan terjadinya trauma fleksus
brakhialis pada bayi baru lahir baik dari ibu maupun dari bayi sendiri.
Adanya trauma fleksus brakhialis ini menimbulkan kecemasan pada
orangtua bayi, jadi tenaga kesehatan harus mampu mengatasi kecemasan
orangtua bayi dan memberikan asuhan yang tepat pada bayi dengan
trauma fleksus brakhialis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan brachial palsy ?
2. Apa saja jenis-jenis brachial palsy ?
3. Apa saja penyebab brachial palsy ?
4. Apa saja tanda dan gejala brachial palsy ?
5. Bagimana cara penanganan brachial palsy ?
6. Bagaimana penatalaksaan bayi dengan trauma brachial palsy ?
7. Bagaimana peran bidan dalam memberikan asuhan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan brachial palsy.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis brachial palsy.
3. Untuk mengetahui apa saja penyebab brachial palsy.
4. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala brachial palsy.
5. Untuk mengetahui bagimana cara penanganan brachial palsy.
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksaan bayi dengan trauma
brachial palsy.
7. Untuk mengetahui bagaimana peran bidan dalam memberikan asuhan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Brachial Palsy
Fleksus brachialis adalah anyaman (latin : fleksus ) serat saraf yang
berjalan dari tulang belakang C5-T1, kemudian melewati bagian leher dan
ketiak, dan akhirnya keseluruh lengan ( atas dan bawah ). Serabut saraf
akan didistribusikan kebeberapa bagian lengan. Jaringan saraf dibentuk
oleh cervical yang bersambuangan dengan dada dan tulang belakang urat
dan pengadaan di lengan dan bagian bahu

Gambar. Brakial Palsi

Gambar Cedera plexus brachialis saat persalinan.

B. Jenis-Jenis Brachial Palsy


1. Paralisis Erb-Duchene
Upper radicular syndrome (Erb-Duchenne palsy)adalah lengan
berada dalam posisi abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam
pranasi, dan telapak tangan ke dorsal. Pada trauma lahir Erb, perlu
diperhatikan kemungkinan terbukannya pula serabut saraf frenikus yang
menginervasi otot diafragma.
Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau
perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa
hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang
kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan.Secara klinis di samping
gejala kelumpuhan Erb akan terlihat pula adanya sindrom gangguan nafas.
Penanganan pada kerusakan fleksus ini, antara lain meletakkan lengan atas
dalam posisi abduksi 900 dalam putaran keluar, siku dalam fleksi
900 dengan supinasi lengan bawah dan ekstensi pergelangan tangan, serta
telapak tangan menghadap depan. Kerusakan ini akan sembuh dalam
waktu 3-6 bulan. Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan
untuk mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah
kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot
Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada
posisi tertentu selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti program
latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan
yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi karakteristik
kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 900
disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900.
Gambar.Cedera persalinan yang menyebabkan Erb’s palsy

2. Lower Radicular Syndrome (Klumpke’s Palsy)


Kerusakan cabang-cabang C8 – Th1 pleksus brakialis
menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi
tidak dapat mengepal.
Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran
bayi menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Sering dijumpai pada
letak sungsang atau pada letak kepala bila terjadi distosia bahu.
Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi negatif, telapak
tangan terkulai lemah, sedangkan refleksi biseps dan radialis tetap positif.
Jika serabut simpatis ikut terkena, maka akan terlihat simdrom HORNER
yang ditandai antara lain oleh adanya gejala prosis, miosis, enoftalmus,
dan hilangnya keringat di daerah kepala dan muka homolateral dari trauma
lahir tersebut.
Penatalaksanaan trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan
memasang bidang pada telapak tangan dan sendiri tangan yang sakit pada
posisi netrak yang selanjutnya diusahakan program latihan.
Gambar.Clawlike hand deformity pada Klumpke palsy.

3. Paralisis Nervus Frenikus


Trauma lahir saraf frenikus terjadi akibat kerusakan serabut saraf
C3, 4, 5 yang merupakan salah satu gugusan saraf dalam pleksus brakialis.
Serabut saraf frenikus berfungsi menginervasi otot diafragma, sehingga
pada gangguan radiologik, yang menunjukkan adanya elevasi diafragma
yang sakit serta pergeseran mediastinum dan jantung ke arah yang
berlawanan.
Pada pemeriksaan fluoroskopi, disamping terlihat diafragma yang
sakit lebih tinggi dari yang sehat, terlihat pula gerakan paradoksimal atau
seesawmovements pada kedua hemidiafragma.
Gambaran yang akan tampak adalah waktu inspirasi diafragma
yang sehat bergerak ke bawah, sedang diafragma yang sakit bergerak ke
atas, gambaran sebaliknya tampak pada waktu ekspirasi. Pada
pemeriksaan fluoroskopi terlihat mediastinum bergeser ke posisi normal
pada waktu inspirasi.
Pengobatan ditujukan untuk memperbaiki keadaan umum bayi.
Bayi diletakkan miring ke bagian yang sakit, disamping diberikan terapi
O2. Pemberian cairan Intra Vena pada hari-hari pertama dapat
dipertimbangkan bila keadaan bayi kurang baik atau dikhawatirkan
terjadinya asidosis. Jika keadaan umum telah membaik, pemberian minum
per oral dapat dipertimbangkan.
Pada kasus demikian perlu pengawasan cermat kemungkinan
pneumonia hipostatik akibat gangguan fungsi diafragma pada bagian yang
sakit. Pemberian antibiotik sangat dianjurkan bila gangguan pernafasan
terlihat berat atau kelumpuhan saraf frenikus bersifat bilateral, maka dapat
dipertimbangkan penggunaan ventilator. Penggunaan pacu elektrik
diafragma dapat digunakan dianjurkan bila sarana memungkinkan serta
kontraksi otot diafragma cukup baik.
Tindakan bedah dapat dilakukan bila saat nafas sangat berat atau
sesak nafas bertambah berat walaupun telah dilakukan pengobatan
konservatif yang memadai. Walupun bayi tidak menunjukkan gejala sesak
berat tetapi pada pemeriksaan radiologi, 3 – 4 bulan kemudian fungsi
hemidiafragma yang sakit tidak menunjukkan kemajuan yang berarti,
maka perlu dipikirkan terhadap kemungkinan tindakan bedah.

Gambar. Paralisis Nervus Frenikus

C. Penyebab Brachial Palsy


Trauma fleksus brakhialis pada bayi dapat terjadi karena beberapa
faktor antara lain:
1. Faktor bayi sendiri : makrosomia, presentasi ganda, letak sunsang,
distosia bahu, malpresentasi, bayi kurang bulan
2. Faktor ibu : ibu (panggul ibu yang sempit), umur ibu yang sudah tua,
adanya penyulit saat persalinan
3. faktor penolong persalinan : tarikan yang berlebihan pada kepala dan
leher saat menolong kelahiran bahu pada presentasi kepala, tarikan yang
berlebihan pada bahu pada presentasi bokong.

D. Tanda dan Gejala Brachial Palsy


Tanda dan gejala trauma fleksus brachialis antara lain :

1. gangguan motorik pada lengan atas


2. paralisis atau kelumpuhan pada lengan atas dan lengan bawah
3. lengan atas dalam keadaan ekstensi dan abduksi
4. jika anak diangkat maka lengan akan lemas dan tergantung
5. reflex moro negative
6. tangan tidak bisa menggenggam
7. reflex meraih dengan tangan tidak ada
Gejala-gejala tersebut tergantung besar kecilnya kelumpuhan.

E. Cara Penanganan Barachial Palsy


Penanganan atau penatalaksanaan kebidanan meliputi rujukan untuk
membebat yang terkena dekat dengan tubuh dan konsultasi dengan tim
pediatric.Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk
mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah
kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan
antara lain dengan cara :

1. Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan
ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau
1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang
kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan.
2. Immobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas abduksi 90
derajat, siku fleksi 90 derajat disertai supine lengan bawah dan
pergelangan tangan dalam keadaan ekstensi
3. Beri penguat atau bidai selama 1 – 2 minggu pertama kehidupannya
dengan cara meletakkan tangan bayi yang lumpuh disebelah
kepalanya.
4. Rujuk ke rumah sakit jika tidak bisa ditangani.
Penatalaksanaan dengan bentuk kuratif atau
pengobatan.Pengobatan tergantung pada lokasi dan jenis cedera pada
pleksus brakialis dan mungkin termasuk terapi okupasi dan fisik dan
dalam beberapa kasus, pembedahan.Beberapa cedera pleksus brakialis
menyembuhkan sendiri.Anak-anak dapat pulih atau sembuh dengan 3
sampai 4 bulan.
Prognosis juga tergantung pada lokasi dan jenis cedera pleksus
brakialis menentukan prognosis.Untuk luka avulsion dan pecah tidak ada
potensi untuk pemulihan kecuali rekoneksi bedah dilakukan pada waktu
yang tepat.Untuk cedera neuroma dan neurapraxia potensi untuk
pemulihan bervariasi.Kebanyakan pasien dengan cedera neurapraxia
sembuh secara spontan dengan kembali 90-100% fungsi.
Penanganan lesi pleksus brachialis efektif bila cepat terdeteksi atau
dimulai pada usia antara 3 sampai 6 bulan. Ada dua terapi utama untuk lesi
pleksus brachialis yaitu :
1. latihan fisik melalui fisioterapi (occupational therapy)
2. Penanganan bedah
Penanganan awal penderita lesi plekus brachialis pada bayi lebih
difokuskan pada mempertahankan pergerakan seluruh sendi disamping
terapi fisik sebagai antisipasi bila tidak terjadi perbaikan spontan dari
fungsi saraf.Perbaikan spontan terjadi pada umumnya pada sebagian besar
kasus dengan terapi fisik sebagai satu-satunya penanganan.Ada atau
tidaknya fungsi motorik pada 2 sampai 6 bulan pertama merupakan acuan
dibutuhkannya penanganan bedah. Graft bedah mikro untuk komponen
utama pleksus brachialis dapat dilakukan pada kasus-kasus avulsi akar
saraf atau ruptur yang tidak mengalami perbaikan.
Penanganan sekunder dapat dilakukan pada pasien bayi sampai
orang dewasa. Prosedur ini lebih umum dilakukan daripada bedah mikro
dan dapat juga dilakukan sebagai kelanjutan bedah mikro. Penanganan
bedah ini meliputi soft-tissue release, osteotomi, dan transfer tendo.
Semua graft saraf yang dibuat pada operasi diimobilisasi selama 2 sampai
6 minggu. Rehabilitasi sempurna diharapkan mulai setelah 6 minggu.
Kemudian dilanjutkan dengan fisioterapi setelah 6 minggu dan follow up
setiap 3 bulan.

F. Penatalaksanaan Bayi Dengan Trauma Pada Fleksus Brakhialis


Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk
mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah
kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan
antara lain dengan cara:
1. Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan
ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau
1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang
kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan.
2. Immobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas abduksi
900, siku fleksi 900disertai supine lengan bawah dan pergelangan
tangan dalam keadaan ekstensi
3. Beri penguat atau bidai selama 1 – 2 minggu pertama kehidupannya
dengan cara meletakkan tangan bayi yang lumpuh disebelah
kepalanya.
4. Pembedahan. Regangan dan memar pada pleksus brakialis diamati
selama 4 bulan, bila tidak ada perbaikan, pleksus harus dieksplor.
Nerve transfer (neurotization) atau tendon transfer diperlukan
bilaperbaikan saraf gagal. Pembedahan ada dua jenis, yaitu :
a. Pembedahan Primer
Pembedahan dengan standart microsurgery dengan tujuan
memperbaiki injury pada plexus serta membantu reinervasi. Teknik
yang digunakan tergantung berat ringan lesi.

1) Neurolysis : melepaskan constrictive scar tissue disekitar saraf.


2) Neuroma Excision : bila neuroma besar harus dieksisi dan
saraf dilekaktkan kembali dengan teknik end-to-end atau nerve
grafts.
3) Nerve Grafting: bila “gap” antara saraf terlalu besar sehingga
tidak mungkin dilakukan tarika. Saraf yang sering dipakai
adalah n suralis, n lateral dan medial anterbrachial cutaneous
dan cabang terminal sensoris pada n interosseus posterior.
4) Intraplexual Neurotisation: menggunakan bagian dari root yang
masih melekat pada spinal cord sebagai donor untuk saraf yang
avulsi.
b. Pembedahan Sekunder
Tujuan untuk meningkatkan seluruh fungsi extremitas yang
terkena.Ini tergantung saraf yang terkena.Prosedurnya berupa
tendon transfer, pedicled muscle transfer, frre muscle transfers,
joint fusions dan rotational, wedge or sliding osteotomies.

G. Peran Bidan (asuhan dan konseling keluarga)


1. Menjelaskan kepada ibunya dan keluarganya tentang keadaan bayinya
saat ini agar mengurangi kecemasan ibu.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab, penanganan dan
komplikasi yang mungkin ditimbulkan dari bayi dengan fraktur
brachialis.
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan awal atau
pengobatan trauma
4. Melakukan penanganan awal untuk mencegah terjadinya komplikasi.
5. Mengajarkan ibu tentang perawatan bayi dengan trauma fleksus
brachialis.
6. Menganjuran orang tua untuk sebisa mungkin menghindari menyentuh
ekstremitas yang terkena selama minggu pertama karena adanya rasa
nyeri.
7. Mengarahkan ibu dan bapak atau keluarga disarankan agar berhati-hati
menjaga anggota atas atau tangan yang kurang rasa sensori (care of
anaesthetic limb).
8. Ibu dan bapak atau keluarga dinasihatkan agar jangan mengangkat
bayi dari bawah axilla.
9. Ibu dan bapak atau keluarga dinasihatkan agar mengelakkan dari
‘mishandling’ ketika mendukung bayi, mandi atau makan.
10. Ibu dan bapak atau keluarga dinasihatkan agar meletakkan gulungan
kain/blanket untuk menyokong bagian anggota atas yang terlibat
terutama ketika duduk atau berada di atas buaian.
11. Ibu dan bapak atau keluarga perlu melakukan ‘regular repositioning’
untuk mengelakkan dari pembentukan ‘torticollis’ atau ‘head
flattening’.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika

https://www.academia.edu/9066408/Trauma_pada_bayi_baru_lahir
BAB III

KASUS

Pengkajian
Tanggal / jam pengkajian : 28 Oktober 2018
Tanggal / jam masuk ruang bayi : 27 Oktober 2019

Ny.A G2P2A0 melahirkan bayinya pada tanggal 26 oktober 2018. Bayi berat lahir
3000 gr dengan Panjang badan 50 cm. Ibu mengatakan bawa bayinya sering
menangis dan rewel, tangan kanan bayinya tidak bereaksi terhadap rangsangan
yang diberikan, telapak tangan kanan bayinya tidak bisa menggenggam dan kedua
telapak tangan terkulai lemah seperti orang lumpuh.

A. Biodata
1. Bayi
Nama : An.T Bayi Ny.A
Umur : Trauma fleksus bracialis terjadi setelah bayi dilahirkan.
Jenis kelamin : Tidak ada perbedaan antara Laki-laki maupun perempuan
Tanggal lahir : ….
Anak ke : …..
Status anak : …..
No register : ……
2. Orang tua
Nama ibu : ….. Nama ayah : .....
Umur : ….. Umur : .....
Agama : ….. Agama : …..
Pendidikan: ….. Pendidikan : …..
Pekerjaan: ….. Pekerjaan : …..
Alamat : ……

Faktor ibu :

- Ibu sefalo pelvic disease (panggul ibu yang sempit)


- Umur ibu yang sudah tua
Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : mengalami penurunan
Suhu : dalam batas normal 36,50C
Nadi : pada menit menit pertama ± 180 x/menit lalu menurun 120 – 140
x/menit
Pernapasan : pada menit menit pertama ± 140 x/menit dan sampai pada 40-60
x/menit.
Ekstremitas atas
Bayi bergerak tidak aktif, lemah pada bagian atas, Gangguan motorik lengan
atas, Lengan atas dalam kedudukan ekstansi dan abduksi, Jika anak diangkat
maka lengan akan lemas tergantung, Refleks moro negative, Hiperekstensi dan
fleksi pada jari-jari, Refleks meraih dengan tangan tidak ada, Paralisis dari lengan
atas dan lengan bawah.
Pemeriksaan Refleks
a. Refleks morro
melakukan refleks moro dengan cara memukul keras-keras atau menarik alas
tidurnya serta mengangkat dan menurunkan tubuhnya secara mendadak, maka
kedua tangan serta kakinya akan merentang dan menutup lagi. Bersamaan dengan
itu, jemarinya pun menggenggam. Reflek morro negative.
b. Refleks leher asimetrik tonik/Tonic neck
Melakukan refleks tonic neck dengan cara baringkan si kecil, lalu miringkan
kepalanya ke kiri, maka tangan kiri bayi akan segera merentang lurus ke luar,
sedangkan tangan kanannya akan menekuk ke arah kepalanya. reflek tonic neck
negative.
· Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiografi
a) Foto vetebra vertical, Hasil tidak ada fraktur pada vertebra vertical
b) Foto bahu, hasil tidak ada fraktur scapula, klavekula dan hemerus
c) EMG – NVC
d) MRI dan CT SCAN
Analisa
Penanganan awal bayi dengan fraktur brakhialis.

Penatalaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini mengalami trauma pada
fleksus brachialix. Ibu mengerti dengan kondisi anaknya saat ini yang
mengalami trauma fleksus brakhialis
2. Menjelaskan pada ibu tentang penyebab, penanganan, dan komplikasi yang
mungkin ditimbulkan dari bayi dengan fraktur brakhialis.
Ibu mengerti tentang penyebab, penanganan, dan komplikasi dari trauma
fleksus brakhialis
3. R/ Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan ibu. Ibu mengerti.
4. R/ Informasi yangcadekuat dapat dapat menambah pengetahuan ibu dan ibu
lebih kooperatif. Ibu mengerti.
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan awal/pengobatan trauma
fleksus brachialis
6. Mengajarkan ibu cara perawatan bayi dengan trauma fleksus brakhialis. Ibu
mengerti cara perawatan bayi dengan trauma fleksus brakhialis
CATATAN PERKEMBANGAN
Disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan hasil dari pemberian terapi
S : Ibu mengatakan hari ini jadwalnya untuk kontrol bayinya sudah tidak rewel.
O: - Keadaan umum baik
- TTV dalam batas normal Suhu 36,5-37,5 ̊ c, Nadi 120-140 x/menit
Pernapasn 40-60 x/menit
- Ekstremitas atas : tidak terdapat keterbatasan gerak
A : Bayi dengan trauma fleksus brakhialis sudah tertangani
P: - Motivasi ibu untuk menyusui bayinya sesuai kebutuhan
- Motivasi ibu untuk selalu menjaga personal hygiene dirinya dan bayinya
- Motivasi ibu untuk memenuhi kebutuhan bayinya
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Brakial Palsi adalah kelumpuhan pada pleksus brakial.Fleksus
brachialis adalah anyaman (latin : fleksus ) serat saraf yang berjalan dari
tulang belakang C4-Th1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan
akhirnya keseluruh lengan ( atas dan bawah ). Serabut saraf akan
didistribusikan kebeberapa bagian lengan. Jaringan saraf dibentuk oleh
cervical yang bersambuangan dengan dada dan tulang belakang urat dan
pengadaan di lengan dan bagian bahu. Salah satu trauma pada bayi baru lahir
adalah trauma pada fleksus brakhialis. Banyak factor yang mengakibatkan
terjadinya trauma fleksus brakhialis pada bayi baru lahir baik dari ibu maupun
dari bayi sendiri. Adanya trauma fleksus brakhialis ini menimbulkan
kecemasan pada orangtua bayi.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai