Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan.
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam,
telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu
memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar
dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-
tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran
seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari
usia bayi sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa
ibunya. (Asfryati, 2003, h.27).
Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu
sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa,
bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain
seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya

B TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan
yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat
pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia, serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Tujuan Khusus
1.1 Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap, dan
prilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan
menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan
kesehatan keluarga.
1.2 Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan
anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga
serta di sekolah TK.
1.3 Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak
balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.
1.4       Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi, dan anak balita.
1.5 Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat,
keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah
kesehata ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalaui
peningkatan peran ibu dalam keluarga.
B. RUANG LINGKUP PELAYANAN
1.     Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak
balita, dan anak prasekolah.
2.     Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
3.     Pemantauan tumbuh kembang balita.
4.     Imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil
5.    Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.
6.     Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, dan anak prasekolah untuk
macam-macam penyakit ringan.
C. 7.     Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan
pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama
periode neonatal (0-30 hari).
8.     Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan kader-
kader kesehatan.

D. BATASAN OPERASIONAL
. 1. Pelayanan antenatal:

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama
masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai
standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang
ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.


2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid  (TT) bila
diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin,


protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi
tinggi dan atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B,
HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila
dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula
bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan
ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
-     Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
-     Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
-     Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan
kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan
komplikasi.
2.Pelayanan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi
pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan
kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :
 Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan.
 Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14 hari).

 Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (29 – 42


hari).

Pelayanan yang diberikan adalah :


1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. 2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera setelah
melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama.
6. Pelayanan KB pasca salin

D. Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0
sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan
rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam setelah
lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai
dengan hari ke 7 setelah lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai
dengan hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan


kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada
neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan
pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat,
yang meliputi :
1. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisis :

-     Lihat postur, tonus, dan aktifitas bayi.


-     Lihat pada kulit bayi.
-     Hitung pernafasan dan lihat tarikan dinding dada ketika bayi sedang tidak menangis.
-     Hitung detak jantung dengan stetoskop. Stetoskop diletakkan pada dada kiri bayi
setinggi apeks.
-     Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer.
-     Lihat dan raba bagian kepala.
-     Lihat pada mata.
-     Lihat bagian dalam mulut (lidah, selaput lendir)
Jika bayi menangis, masukkan satu jari yang menggunakan sarung tangan ke dalam dan raba
langit-langit.
-     Lihat dan raba pada bagian perut
Lihat pada tali pusat.
Lihat pada punggung dan raba tulang belakang.
-     Lihat pada lubang anus, hindari untuk memasukkan alat atau jari dalam melakukan
pemeriksaan anus.
-     Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar.
-     Lihat dan raba pada alat kelamin bagian luar.
Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air kecil.
-     Timbang bayi.
Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil timbangan dikurangi selimut.
-     Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi.
Jelaskan cara dan alat.
-     Menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya.
1. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM

 Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat
badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
 Pemberian Vitamin K1, Imunisasi Hepatitis B-0 bila belum diberikan pada waktu
perawatan bayi baru lahir
 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah termasuk perawatan
tali pusat dengan menggunakan Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi
Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM
untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib dilaksanakan yaitu  :
Cakupan Kunjungan ibu hamil K4
a.       Pengertian :
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan frekuenasi kunjungan
minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1 kali,  trimester II minimal
1 kali dan trimester III minimal 2 kali . Standar 5 T yang dimaksud   adalah :
1.      Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan
2.      Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah
3.      Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus
4.      Pemberian imunisasi TT
5.      Pemberian tablet besi

b.      Definisi operasional


Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai standar K4 
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk sasaran ibu hamil
c.       Cara perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu hamil yang telah memperoelh pelayanan ANC sesuai standar K
4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
d.      Sumber data :
1.      Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4 diperoleh dari
catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.
2.      Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat Statistik atau
BPS kabupaten atau propinsi jawa timur.
e.       Kegunaan
1.      Mengukur mutu pelayanan ibu hamil
2.      Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan standar
dan paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4
Perkiraan penduduk
3.      Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan ibu hamil
E. LANDASAN HUKUM
a. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri RI No.
883/MenKes/SKB/VII/1998 tentang Tarip dan Tata Laksana Pelayanan
Kesehatan Di Puskesmas.
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi ketenagaan yang harus ada pada Poli KIA puskesmas dinoyo
1. Tenaga Medis
Dokter umum yang memiliki pendidikan, pelatihan dan pengalaman
mengenai perawatan maternal, perinatal dan PONED.
2. Tenaga Kebidanan
Pelayanan kebidanan dan keperawatan di kamar bersalin dilakukan oleh
bidan / perawat yang memiliki pendidikan, pelatihan dan pengalaman
mengenai perawatan maternal, perinatal dan PONED.
3. Tenaga Kesehatan Lain
Harus disediakan tenaga kesehatan lain seperti ahli gizi, ahli farmasi,
yang bekerja sesuai dengan kompetensinya.

2.2 DISTRIBUSI KETENAGAAN


NAMA SERTIFIKAT YANG JUMLAH
PENDIDIKAN
JABATAN HARUS DIMILIKI KEBUTUHAN
Bidan D III Kebidanan  APN
Koordinator  CTU
 Resusitasi Neonatus
 Management MP ASI
 PPGDON
 Manajemen Asfiksia
 BCLS
Dokter pelaksana S I Kedokteran  APN
 CTU
 Resusitasi Neonatus
 Management MP ASI
 Management Asfiksia
 PPGDON
 BTLS
 ATLS
 BCLS
 ACLS
Bidan Pelaksana D III Kebidanan  APN
 CTU
 Resusitasi Neonatus
 Management MP ASI
 PPGDON
 Manajemen Asfiksia
 BCLS

BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1 DENAH RUANGAN


(ada pada lampiran)

3.2 STANDAR FASILITAS


3.2.1 STANDAR PEMERIKSAAN DI RUANG KIA
Alat keperawatan dan rumah tangga di ruang KIA :
NO NAMA BARANG RATIO JUMLAH

1. Lemari Peralatan 1 set

2. Termometer 1

3. Bengkok 8
4. Tensimeter 2 set

5. Lampu sorot 2

6. Meja obstetry gynekologi 1

7. Stetoskop 2 set

8.
• Fetoskop/stetoskop janin atau dopler
1 set

9. Respiratory rate timer 1


Pita pengukur fundus
• Buku register
1
• Timbangan
• Tempat sampah kering (non infeksi)dengan alas
plastik
10. • Tempat sampah basah (infeksius) dengan alas
plastik
• Lampu periksa dengan batere
• Penekan lidah/ Tong spatel

11. Tempat tidur pasien 1

12. Tensimeter 1

13. Termometer 1

14. Cucing 1

15. Spuit 1

16. Tempat sampah injak 2

17. Baskom air 2

18. Waslap 1

19. 1

20.

21. Doppler 1

22.

23.

24. Skoret / Apron

25. 1

26. 1
27. Timbangan berat badan 1

28. Pengukur tinggi badan 1

29.

30. Sarung tangan disposible

31. Sarung tangan steril

32.

3.2.2 STANDAR PERALATAN KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN DI RUANG NIFAS

RATIO PUSKESMAS
NO. NAMA BARANG
PASIEN : ALAT DINOYO
1. Tempat tidur pasien 2

2. Bed dorong bayi 2

3. Incubator 1

4. Standar infuse 2

5. Almari pasien 2

6. White board 2

3.2.3 STANDAR LINEN DI RUANG KAMAR BERSALIN

PUSKESMAS
NO. NAMA BARANG RATIO
DINOYO
1. Gurita 1

2. Gordyn 1

3. Selimut biasa 1

4. Sarung bantal 1

5. Alas untuk tindakan 1

6. Tissue towel 1

7. Alat Pelindung Diri 2 set

3.2.4 STANDAR ALAT KEBIDANAN


Kapasitas : 2 pasien

NO. NAMA BARANG JUMLAH KONDISI

1. Tensimeter 3 Baik

2. Stetoskope 4 Baik

3. Timbangan BB 1 Baik

4. Timbangan bayi 1 Baik

5. Tabung O2 1 Baik

6. Ambubag dewasa 1 Baik

7. Ambubag Bayi 1 Baik

8. Partus set 2 set Baik

9. Hecting set 2 set Baik

10. Bak instrumen 9 Baik

11. Bengkok 8 Baik

12. Pispot 1 Baik

13. Termometer 5 Baik

14. Respiratory rate timer 1 Baik

15. Stetoskope 5 Baik

16. Standar infus 1 Baik


17. Nasal kanule bayi 1 Baik

18. Nasal kanule dewasa 1 Baik

21. Masker ikat 1 box Baik

22. Masker karet 1 b0x Baik

23. Nasal kateter no.16 1 Baik

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 KONSEP PELAYANAN SECARA UMUM


- Dilakukan secara kerja sama tim (team work)
- pelayanan dilakukan sesuai standart profesi
- peralatan yang tersedia memenuhi persyaratan
- semua tindakan terdokumentasi dengan baik
- system monitor dan evaluasi berjalan dengan baik

4.2 PROSEDUR PELAYANAN


Prosedur pelayanan maternal dan perinatal adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien
 Pasien baru :
a. Bisa berasal dari rujukan bidan praktek mandiri atau pasien datang sendiri
b. Dilakukan pengkajian berdasarkan SOAP dan ditulis di rekam medis baru secara
lengkap
 Pasien lama :
a. Bisa berasal dari rujukan bidan praktek mandiri atau pasien datang sendiri
b. Dilakukan pengkajian berdasarkan SOAP dan ditulis di rekam medis lama secara
lengkap
2. Tindakan pertama dilakukan oleh bidan jaga
3. Setelah itu di informasikan ke dokter jaga
4. Apabila akan dilakukan tindakan/rujukan maka pasien dan keluarga diberikan
informasi mengenai tindakan/rujukan yang akan dilakukan (teknik, lokasi, dll),
setelah setuju maka informed consent ditandatangani
5. Pada kasus – kasus dengan resiko tinggi sebelum diberikan informasi, pasien harus
ditangani terlebih dahulu
6. Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium
7. Pelayanan yang diberikan meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative
8. Pulang dan kunjungan ulang / control
 Pasien dipulangkan setelah mendapat persetujuan dokter
 Pada saat pulang ibu diberikan catatan mengenai kesehatan ibu dan bayi
menggunakan buku KIA dan surat kontrol untuk memberikan informasi tentang
obat yang diminum dirumah, nutrisi dan jadwal kontrol

4.3 JENIS PELAYANAN


1. Pelayanan maternal mencakup :
- Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
- Pelayanan persalinan normal
- Pelayanan ibu nifas normal
- Pelayanan KB
2. Pelayanan perinatal mencakup :
- Pelayanan bayi baru lahir
3. Pelayanan ginekologi
BAB V
LOGISTIK

5.1 PENGADAAN BARANG OPERASIONAL


1. BARANG UMUM (ALAT TULIS)
NO. PERSEDIAAN BARANG JUMLAH BARANG
1. Bolpoint hitam 5
2. Spidol board marker hitam 1
3. Spidol marker hitam 1
4. Buku tulis isi 38 3
5. Penggaris 30 cm 1
6. Buku folio isi 100 3
7. Kertas HVS F4 1
8. Isolasi 2 cm 1
9. Isi stapler kecil 3
10. Clip K 1
11. Map plastic 5
12. Spidol kecil 1
13. Pensil Blue red 1
14. Pensil 2
15. Penghapus 1
16. Tipex 1
17. Stapler kecil 2
18. Carter 1
19. Gunting kecil 1

2. BARANG UMUM (RUMAH TANGGA)


NO. PERSEDIAAN BARANG JUMLAH BARANG
1. Alcohol 70%
2. Alkohol Swab
3. Bayfresh
4. Betadine
5. Detergent 800 gr
6. Kapas gulung
7. Kasa gulung
8. Kertas Lakmus
9. Keset
10. Kresek hitam besar
11. Kresek kuning besar
12. Masker ikat
13. Masker karet
14. Oksigen K
15. Sabun tangan
16. Sabun cussons
17. Sarung tangan disposible
18. Sarung tangan rumah tangga
19. Sarung tangan steril
20. Sedotan bengkok
21. Senter sedang
22. Shampoo bayi K
23. Slem suiqker
24. Spons
25. Spuit 1cc
26. Spuit 3cc
27. Spuit 5cc
28. Tempat sampah injak sedang
29. Tensimeter
30. Thermometer digital
31. Thermometer raksa
32. Timbangan berat badan
33. Umbilical
34. Wash hand
35. Waslap

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Sasaran keselamatan pasien di kamar bersalin meliputi 6 sasaran keselamatan pasien


seperti yang tertuang pada peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 yaitu terdiri dari :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-Alert)
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di kamar
bersalin meliputi semua aspek/tahapan diagnosis dan tindakan. Kesalahan
identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur di kamar bersalin. Maksud sasaran ini adalah
untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai
individu yang akan menerima pelayanan dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan terhadap
individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah;
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau
pemberian tindakan di kamar bersalin meliputi :
1. Mencatat identitas pasien sesuai KTP dan meminta fotocopy KK dan KTP
2. Menanyakan dan meminta kartu berobat untuk mencari rekam medis bagi pasien
lama atau membuat rekam medis baru bagi pasien baru.
3. Memasang gelang identitas pasien yang sesuai dengan data yang tertulis di rekam
medis.
4. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi.
5. Kamar bersalin menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh
dengan cara menanyakan riwayat jatuh, catatan penggunaan obat dan telaah
terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan
yang digunakan oleh pasien dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau tindakan di kamar bersalin.

Pelayanan di kamar bersalin puskesmas dinoyo menerapkan 7 langkah menuju keselamatan


pasien yang mengacu pada peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011
1. MEMBANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
A. Bagi Puskesmas
Pastikan puskesmas memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus dilakukan staf
segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus
dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
1) Pastikan puskesmas memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan akuntabilitas
individual bilamana ada insiden.
2) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di puskesmas.
3) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
B. Bagi Kamar Bersalin
1) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian mereka
dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
2) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di puskesmas anda untuk
memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta
pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.
2. MEMIMPIN DAN MENDUKUNG STAF
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di
puskesmas
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas
1) Pastikan ada anggota pimpinan yang bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien
2) Identifikasi di tiap bagian puskesmas, orang-orang yang dapat diandalkan untuk menjadi
“penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien
3) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda minilokakarya maupun rapat tinjauan
manajemen puskesmas
4) Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf puskesmas anda dan
pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
B. Untuk Kamar Bersalin
1) Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan
Keselamatan Pasien
2) Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan
menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
3. MENGINTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas
1) Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan
nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien
dan staf;
2) Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat
dimonitor oleh kepala puskesmas
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara
proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
B. Untuk Kamar Bersalin
1) Bentuk forum-forum di puskesmas untuk mendiskusikan
isu-isu Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik
kepada manajemen yang terkait;
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko di puskesmas
3) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk
menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah
yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut;
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan
ke proses asesmen dan pencatatan risiko di puskesmas
4. MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta puskesmas
mengatur pelaporan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam
maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke Kepala Dinas Kesehatan
B. Untuk Kamar Bersalin
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah
dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan
pelajaran yang penting.
5. MELIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas
1) Pastikan puskesmas memiliki kebijakan yang secara jelas
menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses
asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.
2) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang
benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
3) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf
agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
B. Untuk Kamar Bersalin
1) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan
pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden
2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga
bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka
informasi yang jelas dan benar secara tepat
3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati
kepada pasien dan keluarganya.
6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN
PASIEN
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas
1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab.
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA)
yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per
tahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)
untuk proses risiko tinggi.
B. Untuk Kamar Bersalin
1) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis
insiden.
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak
di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih
luas.
7. MENCEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM
KESELAMATAN PASIEN
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1 PENGERTIAN
Keselamatan kerja merupakan suatu system dimana puskesmas membuat
kerja/aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi atau pun puskesmas.

7.2 TUJUAN
a. Terciptanya budaya keselamatan kerja
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
c. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya
d. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

7.3 TATA LAKSANA KESELAMATAN KERJA PEGAWAI


a. Setiap petugas kesehatan maupun non kesehatan dalam menjalankan tugas
memperhatikan prinsip pencegahan infeksi, yaitu :
- Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi
- Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kaca mata, sepatu boot, celemek,
masker, caps kepala)
- Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur
yang ada, misalnya : memasang infuse, menyuntik, memasang kateter, menjahit
luka, dll
- mencuci tangan dengan sabun antiseptic sebelum dan sesudah menangani pasien
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
c. Mengelola alat dengan memperhatikan prinsip UPI yaitu :
- Dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit
- Cuci dengan menggunakan sabun dan bilas dengan menggunakan air bersih
yang mengalir, Gunakan sarung tangan rumah tangga supaya tidak tertusuk
instrument yang tajam
- Sterilisasi
* menggunakan otoklaf 106 kPa (15lbs/in) 1210 C (2500 F) tanpa bungkus 20
menit, jika terbungkus 30 menit
* menggunakan oven 1700 C ( 3400 F )selama 60 menit, 1600 C ( 3200 F )
selama 120 menit
d. Melakukan upaya kewaspadaan standar meliputi :
 Mencuci tangan
- Setelah menyentuh darah, duh tubuh, sekresi, ekskresi dan benda-
benda yang terkontaminasi
- Segera setelah melepas sarung tangan
- Sebelum dan setelah memeriksa pasien satu ke pasien lain
 Sarung tangan
- Untuk kontak dengan darah, duh tubuh, sekresi, bahan-bahan yang
terkontaminasi
- Untuk kontak dengan membran mukosa dan kulit yang tak utuh
(non-intact skin) : koyak, terkelupas, dan lain-lain
 Masker, kacamata, pelindung wajah
- Melindungi membran mukosa mata, hidung, dan mulut ketika
terjadi
kontak dengan darah dan duh tubuh
 Gaun Operasi
- mecegah agar pakaian tidak terkontaminasi darah maupun duh
tubuh
selama melakukan tindakan
 Kain linen
- Tangani linen yang telah terkontaminasi sedemikian rupa agar tidak
menyentuh kulit maupun membran mukosa
- jangan lakukan pembilasan awal untuk kain linen yang
terkontainasi
 Peralatan untuk perawatan pasien
- Tangani alat yang telah terkontaminasi sedemikian rupa sehingga
tidak menyetuh kulit atau membran mukosa dan untuk mencegah
agar baju maupun lingkungan tidak terkontaminasi
- Bersihkan peralatan pakai ulang (reusable) sebelum digunakan
kembali

 Membersihkan lingkungan
- Perawatan rutin, membersihkan dan disinfeksi perlengkapan dan
perabotan di ruang asuhan pasien
 Benda – benda tajam
- Hendaknya selalu memakai autodisable syringe
- Jangan memasang kembali tutup jarum suntik yang telah
digunakan
- Jangan melepas jarum dari alat suntik/semprit sekali pakai
(diposable)
- Jangan membengkokkan atau mematahkan jarum bekas pakai
dengan tangan
- Letakkan benda-benda tajam yang telah digunakan ke dalam
wadah anti tusukan
 Resusitasi pasien
- Gunakan pelindung mulut, kantung resusitasi atau alat pernapasan
lainnya untuk menghindari pemberian resusitasi dari mulut ke
mulut
 Penempatan pasien
- Tempatkan pasien yang dapat mengkontaminasi lingkungan
maupun yang tidak terjamin kebersihannya pada ruang
khusus/terpisah

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

8.1 PERSALINAN DAN PERINATOLOGI


1. Pemberi Pelayanan Persalinan Normal
Judul Pemberi Pelayanan Persalinan Normal

Dimensi Mutu Kompetensi tehnis


Tujuan Tersedianya pelayanan persalinan normal oleh tenaga yang kompeten
Definisi operasional Pemberi pelayanan persalinan normal adalah dokter umum terlatih
dan bidan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jenis tenaga yang memberikan persalinan normal
Denominator Tidak ada
Sumber data Kepegawaian
Standar Dokter umum, bidan
Penanggung jawab Kepala instalasi kamar bersalin

2. Pemberi Pelayanan Persalinan Dengan Penyulit


Judul Pemberi Pelayanan Persalinan Dengan Penyulit

Dimensi Mutu Kompetensi tehnis


Tujuan Tersedianya pelayanan persalinan dengan penyulit oleh tenaga yang
kompeten
Definisi operasional  Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit adalah dokter
umum terlatih dan bidan
 Penyulit dalam persalinan antara lain meliputi ketuban pecah dini,
perdarahan antepartum
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Tersedianya dokter umum terlatih, bidan
Denominator Tidak ada
Sumber data Kepegawaian, rekam medis
Standar Dokter umum, bidan
Penanggung jawab Kepala instalasi kamar bersalin

3.Pertolongan Persalinan

Judul Pertolongan Persalinan Normal

Dimensi Mutu Efektifitas,keselamatan dan efisiensi


Tujuan Tergambarnya pertolongan persalinan di
rumah sakit yang sesuai dengan indikasi
dan efisien.
Definisi Opersaional Seksio cesaria adalah tindakan persalinan
melalui pembedahan abdominal baik
elektif maupun emergency.
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Periode Analis 3 bulan
Numerator Proses pertolongan persalinan normal
Denominator Tidak ada
Sumber Data Rekam medis,observasi
Standart Sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal
(APN)
Penanggung jawab Kepala Instalasi Peristi.

4.Kepuasan Pelanggan

Judul Kepuasan Pelanggan

Dimensi Mutu Kenyamanan


Tujuan Tergambarnya persepsi pasien terhadap
mutu pelayanan persalinan
Definisi Operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan
puas oleh pelanggan terhadap pelayanan
persalinan
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Periode Analisis 3 bulan
Numenator Jumlah kumulatif hasil penilaian
kepuasan dari pasien yang di survei
(dalam prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang di survei
(minimal 50)
Sumber Data Survei
Standar ≥80%
Penanggung Jawab Ketua komite mutu dan keselamatan
pasien

BAB IX
PENUTUP
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan.
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam,
telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

KEPALA UPT PUSKESMAS DINOYO

dr. BAYU TJAHJAWIBAWA


Nip. 19660116 200212 1 003

Anda mungkin juga menyukai