Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PEMBAHASAN

A. Defenisi dan ruang lingkup safe motherhood


Safe motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar
kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang
sehat. Tujuan upaya safe motherhood adalah menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditujukan pada negara yang
sedang berkembang karena 99% kematian ibu didunia terjadi di negara-
negara tersebut.
Berbagai upaya terus di-usahakan dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe
Motherhood. Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar
seluruh perempuan menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil
dan bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu:
1. keluarga berencana
2. pelayanan antenatal
3. persalinan yang aman
4. pelayanan obstetri esensial
Menurut the International Classification of Diseases and Related
Health Problems, Tenth Revision, 1992 (ICD-10) WHO mendefinisikan
kematian ibu sebagai “kematian wanita hamil atau dalam 42 hari setelah
persalinan, tanpa memandang lama dan tempat terjadinya kehamilan yang
disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan
kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan”. Menurut pengertian ini
penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung maupun tak
langsung.
Penyebab kematian langsung yaitu setiap komplikasi persalinan
disetiap fase kehamilan (kehamilan, persalinan dan pasca persalinan), akibat
tindakan, kesalahan pengobatan atau dari kesalahan yang terjadi disetiap
rangkaian kejadian diatas. Contohnya seperti perdarahan,

1
preeklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau bedah kaisar,
perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati, dan
komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi penyebab langsung yang
berkontribusi pada 80% kematian.
Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain yang
telah ada sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak
berhubungan dengan penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh
kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.
B. Tujuan dan manfaat
Tujuan :
Melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara
mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Manfaat :
1. Mengetahui besarnya masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta
dampak yang diakibatkannya. Data menunjukan bahwa ¼ 5dari wanita
usia reproduktif dinegara berkembang mengalami kesakitan yang
berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Dampak sosial dan
ekonomi kejadian ini sangat besar, baik bagi keluarga, masyarakat,
maupun angkatan kerja disuatu negara. keberadaan seseorang ibu
merupakan tonggak utama untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan
kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi keluarganya.
2. Safe motherhood pada hakikatnya merupakan intervensi yang efisien dan
efektif dalam menurunkan angka kematian ibu.
C. Jenis kegiatan
1. Kegiatan dalam program KB
a. Pengertian KB
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan
untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan
membatasi kelahiran."

2
Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga.
Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi
atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan
sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal
adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970'an.
b. Tujuan Program KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia
perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki
kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa;
Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan
bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR
yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian
ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi.
KB dapat menurunkan angka kematian ibu karena dapat
merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak
kehamilan, menentukan jumlah anak. Sehingga tidak ada kehamilan
yang tidak diinginkan, “4 terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua,
terlalu sering hamil, dan terlalu banyak anak.
Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia
untuk semua pasangan dan individu. Dengan demikian, pelayanan
keluarga berencana harus menyediakan informasi dan konseling yang
lengkap dan juga pilihan metode kontrasepsi yang memadai, termasuk
kontrasepsi darurat. Pelayanan ini harus merupakan bagian dari
program komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi. Program
keluarga berencana memiliki peranan dalam menurunkan risiko

3
kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia
kehamilan, dan menjarangkan kehamilan.
Konsep KB pertama kali diperkenalkan di Matlab, Bangladesh
pada tahun 1976. KB bertujuan merencanakan waktu yang tepat untuk
hamil, mengatur jarak kehamil-an, dan menentukan jumlah anak.
Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi ke-ha-milan yang tidak
diinginkan sehingga ang-ka aborsi akan berkurang. Pelayanan KB
harus menjangkau siapa saja, baik ibu/ca-lon ibu maupun perempuan
remaja. Dalam memberi pelayanan KB, perlu diadakan kon-seling
yang terpusat pada kebutuhan ibu dan berbagai pilihan metode KB
termasuk kontrasepsi darurat. Angka kebutuhan tak terpenuhi (unmet
need) dalam pemakaian kontrasepsi masih tinggi. Ang-ka pemakaian
kontrasepsi (contraceptive prevalence rate) di Indonesia baru mencapai
54,2% pada tahun 2006. Bila KB ini terlaksana dengan baik maka
dapat menurunkan diperlukannya intervensi obstetri khusus.
2. Kegiatan dalam program pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini
komplikasi kehamilan. Selain itu, juga menjadi sarana edukasi bagi
perempuan tentang kehamilan. Komponen penting pelayanan antenatal
meliputi:
a. Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular
seksual.
b. Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi,
edema, dan pre-eklampsia.
c. Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan
bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.
d. Dalam masa kehamilan:
1) Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang
cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa tersebut.
2) Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan
kelahiran bayi.

4
3) Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya risiko
tinggi atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan/ persalinan dan
cara mengenali komplikasi tersebut secara dini. Petugas kesehatan
diharapkan mampu mengindentifikasi dan melakukan penanganan
risiko tinggi/komplikasi secara dini serta meningkatkan status
kesehatan wanita hamil.
Perawatan Ante Natal (ANC) adalah pemeriksaan yang sistematik
dan teliti pada ibu hamil dan perkembangan / pertumbuhan janin dalam
kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan
dalam kondisi yang terbaik.
Tujuan ANC:
1. Untuk dapat mendeteksi / mengoreksi / menatalaksanakan / mengobati
/ sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya
2. Untuk mempersiapkan ibu hamil baik fisik maupun mental dalam
menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan masa menyusui ;
3. Dapat mencegah masalah kesehatan yang beresiko dan dapat
menjaring kasus kehamilan resiko tinggi (KRT) dan non KRT
(normal) ; Sehingga kita dapat menghilangkan / menurunkan angka
kesakitan / kematian ibu dan janin serta untuk memperoleh ibu / janin
yang sehat fisik maupun mental secara optimal.
FUNGSI ANC :
1. Untuk dapat mendeteksi / mengoreksi / menatalaksanakan / mengobati
/ sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya,
dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai dari anamnese yang teliti
sampai dapat ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa sementara
beserta prognosanya, sehingga dapat memilah apakah ibu ini dan
janinnya tergolong KRT / non KRT dan apakah perlu segera dirawat
untuk pertolongan selanjutnya, sehingga didapatkan hasil ibu dan anak
sehat fisik serta mental yang optimal.
2. Untuk mempersiapkan fisik dalam memghadapi kehamilan, persalinan
dan nifas, perlu komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).

5
3. Semua klinik antenatal sekarang mempunyai kelas antenatal dengan
instruktur antenatal dengan peserta dari ibu hamil beserta suaminya.
Satu kelas berisi 6 – 20 orang peserta. KIE mengenai pengetahuan
obstetri fisiologi, patologi dan kedaruratan obstetri. Ini perlu untuk ibu
hamil tersebut dapat percaya diri dan bila ada kedaruratan dapat segera
ke RS terdekat dengan fasilitas yang lengkap kalau perlu diberitahu
cara-cara menuju Rumah Sakit tersebut dan syarat-syaratnya (biaya,
cara melapor dan sebagainya).
4. mengenai masa nifas dan menyusui. Dipersiapkan payudara untuk
menyusui anaknya seperti menarik puting susu sehingga menonjol
untuk kemudahan pengisapan si bayi, mengadakan masase ringan
disekeliling payudara, puting susu dibersihkan dengan kapas yang
dibasahi dengan air masak atau baby oil, memakai BH yang
menyokong payudara, Menasehati ibu hamil agar kalau berhubungan
dengan suaminya tidak mengisap air susu karena pada kehamilan 2
bulan sudah ada kolostrum (susu julong). Bila air susu keluar
prolaktin, akan merangsang keluarnya oksitosin sehingga timbul his
kemungkinan akan terjadi kelahiran abortus, partus imaturus atau
prematurus. Untuk meningkatkan jumlah air susu, ibu perlu
mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti susu, keju, yogourt,
daging, ikan, telur dan sayuran daun katu selama hamil dan masa nifas
serta masa menyusui.
pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu.
Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat
menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan
karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan.
Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih
tenaga profesional yang berkualitas & dapat dipercaya sesuai dengan
tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka

6
3. Kegiatan dalam program Persalinan yang bersih dan aman
Focus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman
serta mencagah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran
paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani
komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman
serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan
setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan,
ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan
aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi.
Dalam Persalinan :
a. Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang
memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman.
b. Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala dan
tanda komplikasi persalinan serta mampu melakukan penatalaksanaan
dasar terhadap gejala dan tanda tersebut.
c. Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan kom
plikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan
yang lebih mampu.
Sebagian besar komplikasi obstetri yang berkaitan dengan
kematian ibu tidak dapat dicegah dan diramalkan, tetapi dapat ditangani
bila ada pelayanan yang memadai. Kebanyakan pelayanan obstetri esensial
dapat diberikan pada tingkat pelayanan dasar oleh bidan atau dokter
umum. Akan tetapi, bila komplikasi yang dialami ibu tidak dapat ditangani
di tingkat pelayanan dasar, maka bidan atau dokter harus segera merujuk
dengan terlebih dahulu melakukan pertolongan pertama. Dengan
memperluas berbagai pelayanan kesehatan ibu sampai ke tingkat
masyarakat dengan jalur efektif ke fasilitas rujukan, keadaan tersebut
memastikan bahwa setiap wanita yang mengalami komplikasi obstetri
mendapat pelayanan gawat darurat secara cepat dan tepat waktu.

7
4. Kegiatan dalam program Pelayanan obstetri esensial
Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan
pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu
hamil yang membutuhkan.
Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan
risiko tinggi atau komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan
setiap ibu hamil. Pelayanan obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas
pelayanan kesehatan ‘untuk melakukan tindakan dalam mengatasi risiko
tinggi dan komplikasi kehamilan/persalinan.
Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya adalah tersedianya
pelayanan secara terus menerus dalam waktu 24 jam untuk bedah cesar,
pengobatan penting (anestesi, antibiotik, dan cairan infus), transfusi
darah, pengeluaran plasenta secara manual, dan aspirasi vakum untuk
abortus inkomplet. Tanpa peran serta masyarakat, mustahil pelayanan
obstetri esensial dapat menjamin tercapainya keselamatan ibu. Oleh
karena itu, diperlukan strategi berbasis masyarakat yang meliputi:
a. Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksanaan
pelayanan setempat, dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu.
b. Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun untuk
mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.
c. Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
tentang komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari
pertolongan.
Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana
Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka kematian ibu
dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada kegiatan
yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin
pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah
yang dikenal dengan sebutan "Making Pregnancy Safer (MPS)" melalui
tiga pesan kunci.

8
Tiga pesan kunci MPS :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat akses terhadap pencegahan kehamilan yang
3. Setiap wanita usia subur mempunyai tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran.

9
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dimana kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat
tinggi, khususnya di Indonesia. Berbagai penyebab utama nya seperti
perdarahan, infeksi dan eklampsi. Berbagai upaya terus di-usahakan dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu. Salah satu-nya adalah
mengimplementasikan program Safe Motherhood. Dimana safe
motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar
kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang
sehat.
Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Program itu terdiri dari empat pilar
yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan
pelayanan obstetri esensial.
B. Saran
Agar Safe Motherhood dapat berjalan dengan baik dan tercapainya
tujuan dari pelaksanaan Safe Motherhood maka diperlukan kerja sama
semua pihak baik pemerintah maupun peranserta masyarakat dalam
menyukseska program ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Maulidia, Rahma. 2012. Lack of education safe motherhood in girls boarding


school in ponorogo. Conference Proceedings.

Purnomo W. Prsentasi Safe motherhood (Upaya Penurunan Kematian Ibu dan


Bayi Baru Lahir). FKM Unair.

Suryanti romauli, 2009. kesehatan reproduksi. Yogyakarta: nuha medika.

Syarifudin. 2007. Kebidanan komunitas. Buku kedokteran EGC. Jakarta.

WHO SAFE MOTHERHOOD. Modul dasar bidan di masyarakat. Jakarta:


Penerbit buku kedokteran.

11

Anda mungkin juga menyukai