Anda di halaman 1dari 9

PERTEMUAN KE 5

Sumber pencemaran tanah


Sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga merupakan
sumber pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida
belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun ketanah
dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran
pada tanah.
Komponen-komponen bahan pencemaran tanah:
1. Limbah domestik
a. Limbah padat berupa senyawa anorganik, yang mana tidak dapat diuraikan oleh
mokroorganisme. Contoh : plastik, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan.
b. Limbah cair, yang mana jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah
bahkan dapat membunuh mikroorganisme didalam tanah. Contoh : tinja, deterjen, oli,
dan cat.
2. Limbah industri
Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi sisa-sisa
pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Contoh : tembaga, timbal,
perak, khrom, arsen dan boron merupakan zat yang sangat beracun terhadap
mikroorganisme.
3. Limbah pertanian
Berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah atau tanaman. Contoh : pupuk
urea dan pestisida untuk pemberantasan hama tanaman.
Dampak pencemaran tanah terhadap masyarakat dan lingkungan
1. Dampak pada kesehatan masyarakat
 Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik
untuk semua populasi.
 Timbal, sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak,
serta kerusakan ginjal.
 Merkuri(air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal
Pada umumnya,pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
2. Dampak pada lingkungan atau ekosistem
 Kesuburan tanah menjadi menurun
 Kehilangan nutrisi
 Erosi tanah
 Keseimbangan ekosistem terganggu
 Sanitasi tanah meningkat
 Polusi udara meningkat
 Mengubah struktur tanah
 Penguraian didalam tanah terganggu
Upaya penanggulangan pencemaran tanah
1. Remidiasi
Kegiatan ini untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis
remidiasi tanah, yaitu in-situ (on-site) dan ex-situ (off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan dilokasi, terdiri dari pembersihan, venting
(injeksi), dan bioremediasi
Pembersihan off-site ialah meliputi penggalian tanah yang tercemar kemudian dibawah
kedaerah yang aman setelah itu didaerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan dibak/tanki yang kedap kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tanki tersebut, selanjutnya zat pencemar dipompakan
keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah.
2. Bioremediasi
Adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme
(jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
PERTEMUAN KE 6

Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau
morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu
disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

faktor komponen lingkungan seringkali mengandung atau memiliki potensial timbuilnya


penyakit. Hubungan interaktif manusia serta perilakunya dengan kompenen lingkungan yang
memiliki potensi bahaya penyakit dikenal sebagai proses kejadian penyakit atau patogenesis
penyakit.

Teori simpul
Mengacu kepada gambaran skematik tersebut di atas, maka patogenesis penyakit dapat
diuraikan ke dalam 5 (lima) simpul, yakni :
1. Simpul 1: sumber penyakit
Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit. Berbagai agent penyakit yang
baru maupun lama dapt dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Mikroba, seperti virus, amuba, jamur, bakteri, parasit, dan lain-lain.
b. Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energi kebisingan, kekuatan cahaya.
c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, Merkuri, Cadmium, CO, H2S dan
lain-lain.
2. Simpul 2: media transmisi penyakit
Adal lima komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media transmisi penyakit,
yaitu air, udara, tanah/pangan, binatang/serangga, manusia/langsung. Media transmisi
tidak akan memiliki potensi penyakit jika di dalamnya tidak mengandung bibit penyakit
atau agent penyakit.
3. Simpul 3: perilaku pemajanan (behavioural exposure)
Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan
yang mengandung potensi bahaya penyakit (agent penyakit). Masing-masing agent
penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara yang khas.
Ada 3 jalan masuk kedalam tubuh manusia, yakni :
a. Sistem pernafasan
b. Sistem pencernaan
c. Masuk melalui permukaan kulit
4. Simpul 4: kejadian penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif penduduk dengan lingkungan
yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan sakit kalau salah
satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan dengan rata-rata penduduk
lainnya.
5. Simpul 5: variabel suprasistem
Kejadian penyakit masih dipengaruhi oleh kelompok variabel simpul 5, yakni variabel
iklim, topografi, temporal, dan suprasistem lainnya, yakni keputusan politik berupa
kebijakan makro yang bisa mempengaruhi semua simpul.
Agent penyebab penyakit berbasis lingkungan
1. Bahan kimia toksik
Bahan kimia merupakan komponen penting dalam tubuh manusia. Namun tidak semua zat
kimia dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dosis yang tepat itulah yang membedakan mana
racun dan mana obat (krieger, 2001 dalamAbdurahman, 2010).
Zat toksik adalah mempunyai sifat toksik. Bahan beracun dapat dikelompokan ke dalam
organik dan anorganik.
Zat toksik organik :Berasal dari jasad hidup organisme, Mengandung karbon, seringkali
bermolekul besar yang dapat disintesis atau diisoliasi oleh alam.
Zat toksik anorganik :Zat kimia spesifik2, Umumnya bermolekul kecil, Zat toksik menurut
sasaran.
2. Agent penyakit : fisik
Gangguan fungsi atau kelainan morfologi pada organ atau jaringan tubuh lain seringkali
berubh fungsi akibat keterpaparan manusia terhadap agen yang dikelompokan sebagai
agen fisik. Contoh agent fisik : sinar ultraviolet, sinar inframerah, radioaktif, radiasi suhu
panas, elektromagnetik, Cahaya dll.
3. Agent penyakit mikroorganisme
Mikroorganisme atau makhluk hidup memiliki ukurn sangat kecil danberdasarkan ukuran
dan sifat-sifat lainnya mikroogranisme dpat dikelompokanke adalam 4 kelompok yakni
virus, bakteri, jamur dan parasit.
PERTEMUAN KE 7

Port d entry agent penyakit kedalam tubuh

Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Mikrobadapat


masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor
yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam
tubuh. Masing-masing agent penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara yang
khas. Adanya port de entry (pintu masuk) tempat masuknya kuman dapat melalui sistem
pernafasan, sistem pencernaan dan masuk melalui permukaan kulit.
a. Saluran pernafasan : paling sering
b. Saluran pencernaan : bakteri masuk melalui air , makanan, jari kotor dan sebagainya.
Bakteri yang masuk biasanya tahan terhadap asam lambung , enzim dan empedu.
c. Kulit (membran kulit keratin) : patogen dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit
terutama untuk kulit yang berkeratin, beberapa patogen menginfeksi folikel rambut dan
kelenjar keringat. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman
infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk.
Upaya penanggulangan penyakit berbasis lingkungan

1. Lakukan trik 3M Plus yakni menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu
sekali atau menaburinya bersama bubuk abate buat membunuh Jentik Nyamuk Aedes
Aegypti, menutup rapat-rapat ruangan penampungan air biar Nyamuk Aedes Aegypti tak
mampu bertelur ditempat itu. Mengubur & membuang beberapa barang second seperti
kaleng seken yg bakal menampung air hujan yg mengizinkan Nyamuk Aedes Aegypti tak
sanggup berkembang biak ditempat itu. Bubuk abate biasa diperoleh dari Pegawai sanitasi
puskesmas.
2. Biasakan warga tidur memanfaatkan kelambu buat mencegah gigitan nyamuk. Bila ga ada
kelambu warga akan memanfaatkan anti nyamuk adalah obat nyamuk atau cairan obat
nyamuk yg disemprotkan diruangan. Jangan Sampai biasakan menggantung baju
disembarang ruangan. Tatalah gantungan pakaian dgn baik supaya tak jadi ruang istirahat
atau bersarangnya Nyamuk Aedes Aegypti.
3. Pola Hidup Bersih Sehat ( PHBS ) dibidang kesehatan lingkungan, merupakan meliputi
kebersihan : lingkungan ruang tinggal, fasilitas air bersih, jamban keluarga, saluran
pembuangan air limbah, ruang pembuangan sampah, sensor jentik terhadap lokasi
penampungan air dirumah.
PERTEMUAN KE 8

Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthopoda yang dapat
memindahkan/menularkan agen infeksi dari sumber infeksi kepada host yang rentan.

Hampir semua bibit penyakit (agent penyakit) ditularkan melalui vektor. Bibit penyakit itu
sendiri berupa bakteri,virus,protozoa,cacing,dan rickettsia. yang umumnya arthropoda seperti
kutu atau nyamuk; dan manusia host. Dengan kata lain penyakit yang disebabkan oleh vektor
adalah penyakit yang tertular kepada manusia atau hewan lain oleh serangga atau arthropoda
lainnya.

Dalam menyebarkan penyakit,vektor harus melalui proses transmisi. Adapun proses transmisi
dalam penyebaran penyakit yang dilakukan oleh vektor adalah :

1. Kontak langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang
lain melalui kontak langsung. Contoh: scabies dan pedikulus
2. Transmisi mekanis
Vektor yang karena kebetulan,memindahkan bibit penyakitnya secara mekanis,sehingga
terjadi penularan. Misalnya Musca domestika (lalat rumah) yang secara kebetulan hinggap
pada feses,memindahkan Shigella dysentriae dan feses ke makanan yang terbuka sehingga
terjadi penularan penyakit disentri. Vektor dapat memindahkan bibit penyakit melalui
bagian mulutnya,badan,kaki atau bulunya atau setelah melalui usus.
3. Transmisi biologis
Bibit penyakit hanya bisa menimbulkan penyakit bila berhasil melibatkan vektor dalam
siklus hidupnya. Dalam kapasitasnya sebagai host intermediate,berkaitan dengan peran
vektor dalam pertumbuhan dan pertambahan jumlah bibit penyakit,peran vektor dibagi
dalam :
a. Transmisi propagatif, dalam tubuh vektor bibit penyakit bertambah jumlahnya tetapi
tidak terjadi perubahan bentuk.
b. Transmisi Cyclo-developmental, Bibit penyakit mengalami perubahan bentuk dan
strukturnya dalam siklus hidupnya,tetapi jumlahnya tidak bertambah.
c. Transmisi Cyclo- propagatif, Bibit penyakit mengalami perubahan bentuk maupun
strukturnya dalam jumlahnya bertambah sebagai kelanjutan dan siklus hidupnya.
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh vektor :
1. Malaria
2. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau demam berdarah haemorrhagic fever (DHF).
3. Filariasis (kaki gajah)
4. Japanese Encephalitis (JE)
5. Chikungunya atau CHIK
6. Pest pubo
7. Trypanasmasis Afrika ( penyakit tidur )
8. Penyakit saluran pencernaan makanan
a) Cholera
b) Dysentri
c) Epidemik thipus
PERTEMUAN KE 9

Pengendalian vektor nyamuk.

Pengendalian nyamuk bisa dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan cara
hilangkan sarang nyamuk, membersihkan kontainer, tambak dan sebagainya, membersihkan
lingkungan. Pengendalian fisika dengan cara penyinaran radiasi. Pengendalian hayati dengan
cara memakai predator atau parasit.
Pengendalian biologi adalah pengendalian vektor nyamuk dengan menggunakan
bakteri pathogen B. Thuringiensis, cara ini adalah cara yang paling efektif dan potensial serta
tidak mempunyai efek samping. Dengan menggunakan B. Thuringiensis yang diisolasi di
dalam habitat tanah dan dibiakkan dalam media lokal air cucian beras terhadap larva nyamuk
aedes aegpty dan anopheles aconitus kita dapat membuat perkembangan larva nyamuk aedes
aegpty dan anopheles aconitus akan menurun secara signifikan.
Pengendalian cara terpadu terhadap vektor nyamuk dalam hal ini dengan melibatkan
masyarakat dan pemerintah dalam hal ini lintas sektoral yaitu dengan melakukan beberapa
kegiatan seperti secara rutin melakukan pembersihan lingkungan seperti jumat bersih
disekolah dan kantor dan kegiatan penyemprotan atau pengasapan yang melibatkan
masyarakat dan pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan.

Pengendalian vektor lalat

a) Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat


Untuk mengurangi sumber yang menarik lalat dapat dicegah dengan melakukan :
kebersihan lingkungan, membuat saluran air limbah, menutup tempat sampah, untuk
industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang dengan alat
pembuang bau (Exhaust)
b) Mengurangi sumber yang menarik bagi lalat
Dalam kondisi tertentu lalat akan ditarik pada hasil dari makanan ikan dan tepung
tulang, sirop gula, tempat pembuatan susu air kotor dan bau buah yang manis khususnya
mangga.
c) Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengan dung kuman penyakit.
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai binatang,
sampah basah, lumpur organik maupun orang sakit mata.
d) Melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat.
Dapat dilakukan dengan makanan dan peralatan makanan yang digunakan harus anti
lalat, makanan disimpan dilemari makan, makanan perlu dibungkus, jendela dan tempat-
tempat terbuka dipasang kawat kasa, pintu dipasang dengan sistem yang dapat menutup
sendiri, pintu masuk dilengkapi dengan goranti lalat, penggunaan kelambu atau tudung saji
dapat digunakan untuk : menutup bayi agar terlindung dari lalat, nyamuk dan serangga
lainnya, menutup makanan atau peralatannya, kipas angin elektrik dapat dipasang untuk
menghalangi lalat masuk memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap.
e) Pemberantasan lalat secara langsung.
Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung adalah cara fisik, cara
kimiawi dan cara biologi. Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan
aman tetapi kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan tinggi. Cara ini hanya cocok pada
skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang
menjual daging, sayuran, serta buah-buahan. Lalat dalam jumlah yang besar dapat
ditangkap dengan alat ini.
Pengendalian hewan pengerat
Hewan pengerat dalam hal ini adalah tikus. Pengendalian tikus secara kimiawi
dilakukan dengan menggunakan umpan beracun atau perangkap berumpan racun mempunyai
efek sementara, racun perut (Rodentisia campuran antikoagulan kronik) adalah umpan
beracun yang hanya dianjurkan digunakan didaerah/tempat yang tidak dapat dicapai oleh
hewan somestik dan anak-anak. Pengendalian tikus dengan umpan beracun sebaliknya
sebagai pilihan terakhir. Bila tidak teliti cara pengendalian ini sering menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat bangkai tikus yang tidak segera ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai