Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan Praktik
Kebidanan Fisiologis Holistik Remaja dan Pranikah yang berjudul Asuhan
Kebidanan Fisiologis Holistik Remaja Dan Pra Nikah Pada Nn. S Di UPT Puskesmas
Tanjung Hulu Tahun 2022 dalam kegiatan praktik klinik Program Profesi Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Pontianak”.
Dalam penyusunan Laporan Kasus ini, penulis menemukan berbagai
hambatan dan kesulitan. Namun penulis banyak mendapatkan bimbingan dari Ibu
Dessy Hidayati Fajrin, S.ST, M.Kes selaku Pembimbing yang telah memberikan
arahan, perhatian serta masukan kepada penulis.
Dengan terselesaikannya Laporan kasus ini, perkenankan pula penulis
untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Didik Hariyadi, S. Gz, M. Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak.
2. Eko Budi Santoso, SKM.M.PH selaku Kepala UPT Puskesmas Tanjung
Hulu
3. Reny Susilawati Ningsih AMd. Keb selaku Clinical Instruktur UPT
Puskesmas Tanjung Hulu.
4. Dini Fitri Damayanti, S. SiT, M. Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
5. Riska Regia Catur Putri,S.S.T.,M.K.M selaku Ketua Program Profesi Bidan
6. Keluarga dan suami yang selalu memberikan inspirasi, motivasi, cinta serta
doa yang tulus dan ikhlas dalam menjalani pendidikan.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Kasus ini berguna bagi pembaca
dan tenaga kesehatan umumnya serta penulis dan tenaga bidan khususnya.

Pontianak, 08 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5


A. Konsep Calon Pengantin .......................................................................... 5
B. Imunisasi TT catin ................................................................................... 6
C. Imunisasi TT catin Pada Usia Pranikah Berdasarkan EBM ....................... 7

BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................... 11


BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 15
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Calon pengantin merupakan kelompok sasaran yang startegis dalam
upaya peningkatan kesehatan masa sebelum hamil. Menjelang pernikahan,
banyak calon pengantin yang tidak mempunyai cukup pengetahuan dan
informasi tentang kesehatan reproduksi dalam berkeluarga, sehingga setelah
menikah kehamilan sering tidak direncanakan dengan baik serta tidak di
dukung oleh status kesehatan yang optimal. Hal ini tentu saja dapat
menimbulkan dampak negatif seperti adanya resiko penularan penyakit,
komplikasi kehamilan, kecatatan bahkan kematian ibu dan bayi. Pemberian
komunikasi informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi kepada calon
pengatin sangat diperlukan untuk memastikan setiap calon pengantin
mempunyai pengetahuan yang cukup dalam merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan keluarga yang sehat (Kemenkes RI, 2018).
Program khusus bagi calon pengantin perempuan yang digalakkan oleh
pemerintah bekerjasama dengan Kementerian Agama yaitu pemberian
imunisasi TT. Kegiatan ini bertujuan untuk menjamin atau melindungi calon
ibu terhadap infeksi tetanus. pemberian imunisasi TT pada calon pengantin
juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh untuk mempersiapkan kehamilan
guna melindungi janin hingga mampu menurunkan angka resiko terkena
tetanus neonatorum. Infeksi tetanus merupakan salah satu penyebab kematian
ibu dan kematian bayi (Santy, 2022)
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan imunitas
tubuh seseorang terhadap suatu penyakit tertentu sehingga yang bersangkutan
jika pada satu saat kelak terpajan penyakit tersebut ia akan bertahan dan tidak
menjadi sakit. Kekebalan atau daya tahan tubuh seseorang yang diperoleh dari
pemberian imunisasi dapat merupakan kekebalan pasif maupun aktif. Salah
satu kegiatan Imunisasi ini adalah imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dimana
kegiatan imunisasi TT ini adalah merupakan proses untuk membangun dan
meningkatkan kekebalan tubuh sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi
tetanus. Vaksin TT adalah merupakan vaksin yang mengandung atau berisi
kuman toksoid tetanus yang telah dimurnikan yang terabsorbsi atau terserap ke
dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Pemeriksaan kesehatan pranikah atau yang
lebih spesifik dalam hal ini yaitu pemberian imunisasi toksoid pada
kebanyakan calon pengantin perempuan masih dianggap belum begitu penting
bagi CATIN (calon pengantin) (Raidanti & Wahidin, 2019).
Target pemberian vaksin ini tidak hanya pada perempuan yang akan
menikah saja, tetapi juga pada wanita usia subur. Imunisasi ini dahulu
ditujukan bagi kaum wanita di daerah pedesaan dan terpencil. Namun demikian
di lapangan justru kaum wanita pedesaan lebih banyak untuk melakukan
imunisasi dibandingkan di daerah perkotaan karena beberapa wanita tidak
mendapat suntik tetanus toksoid karena pernikahan yang terpaksa (sedang
dalam keadaan hamil) dan takut bahan berbahaya yang terdapat di dalam
vaksin tetanus toksoid tersebut. Suntik tetanus toksoid yang terakhir kali
wanitadapatkan ialah pada saat kelas 6 SD dan harus diulang kembali. Bukan
hanya sekali namun dua kali dengan jeda waktu satu bulan. Tujuannya
dilakukan imunisasi ini adalah untuk memberikan perlindungan terhadap
penyakit tetanus, baik saat terjadi luka di hubungan suami-istri yang pertama
kali maupun saat mengandung dan melahirkan bayi. Betapa pentingnya suntik
tetanus toksoid ini, pemerintah memasukkannya dalam salah satu syarat untuk
mengurus surat pernikahan di catatan sipil (Ponda & Wahyuni, 2019).
Cakupan imunisasi Td pada status Td1 sampai Td5 pada wanita usia
subur tahun 2019 masih sangat rendah yaitu kurang dari 10% jumlah seluruh
WUS. Cakupan Td5 sebesar 8,02% dengan cakupan tertinggi di Provinsi Jawa
Timur sebesar 51,61%. Angka ini menunjukkan bahwa kesadaran akan
pentingnya imunisasi TT bagi wanita usia subur masih sangat kurang.
Rendahnya cakupan imunisasi TT calon pengantin disebabkan ketidaktahuan
calon pengantin tentang program imunisasi TT secara jelas. Diantara sampel
yang diteliti mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui tujuan dan manfaat
imunisasi TT. Mereka datang ke Puskesmas untuk imunisasi sebagai syarat
yang harus diikuti sebelum menikah. Rendahnya pengetahuan calon pengantin
tentang imunisasi TT dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah,
kurangnya informasi serta kurangnya rasa keingintahuan pada calon pengantin
(Santy, 2022).
Berdasarkan Profil Kesehatan di Dinas Kalimantan Barat tahun 2020
cakupan imunisasi TT catin sebesar 985, Tahun 2021 cakupan imunisasi TT
catin sebesar 1.102, Angka tersebut masih berada di bawah target yang
diharapkan. Sedangkan pada UPT Puskesmas Tanjung Hulu tahun 2020
cakupan imunisasi TT catin sebesar 39, Tahun 2021 cakupan imunisasi
imunisasi TT catin sebesar 48 Angka tersebut masih berada dibawah target
yang diharapkan. Rendahnya target pencapaian imunisasi TT pada WUS
(wanita usia subur) masih memerlukan perhatian yang serius bagi pengelola
imunisasi sehingga dapat memberikan manfaat dan mengurangi risiko infeksi
tetanus. Salah satu faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target cakupan
imunisasi tetanus pra nikah tersebut adalah minimnya aksesibilitas, dukungan
tenaga kesehatan dan persepsi calon pengantin wanita terhadap pentingnya
imunisasi TT pra nikah bagi dirinya. Aksesibilitas memiliki hubungan dengan
pelaksanaan imunisasi TT pra nikah, jaringan jalan merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap kelancaran pelayanan umum, tersedianya prasarana
jalan baik kualitas maupun kuantitas sangat menentukan mudah dan tidaknya
suatu daerah dijangkau (tingkat aksesibilitas) (Raidanti & Wahidin, 2019).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada laporan
Pendahuluan ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik
pada Usia Pranikah ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada Usia Pranikah
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data dasar secara lengkap pada
Asuhan Kebidanan pada Usia Pranikah
b. Mampu menginterprestasi data serta menemukan diagnose kebidanan,
masalah dan kebutuhan Asuhan Kebidanan pada Usia Pranikah
c. Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Usia Pranikah
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Guna menambah pengalaman dan mengasah kemampuan penulis dalam
menerapkan secara nyata ilmu yang sudah didapat mengenai Asuhan
Kebidanan Pada Remaja
2. Bagi Lahan Praktik
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi lahan praktek dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pelaksanan Asuhan
kebidanan pada pemeriksaan calon pengantin (Skrining Pranikah)
3. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes kemenkes Pontianak
Sebagai sumber referensi, sumber bacaan dan bahan pengajaran terutama
yang berkaitan dengan asuhan kebidanan Asuhan Kebidanan Pada Usia
Pranikah sesuai standar pelayanan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Calon Pengantin


1. Pengertian
Calon pengantin adalah pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan. Calon pengantin dapat dikatakan sebagai pasangan yang
belum mempunyai ikatan, baik secara hukum Agama ataupun Negara dan
pasangan tersebut berproses menuju pernikahan serta proses memenuhi
persyaratan dalam melengkapi datadata yang diperlukan untuk pernikahan
(Kemenkes RI, 2018).
2. Tujuan asuhan pranikah
Menurut (Kemenkes RI, 2018), penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan
untuk: Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas; Mengurangi angka kesakitan dan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir; Menjamin tercapainya kualitas hidup dan
pemenuhan hak-hak reproduksi; dan Mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman,
dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
3. Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang dimaksud dilakukan
pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No. 97 tahun
2014). Menurut (Kemenkes RI, 2018) dan PMK No. 97 tahun 2014,
kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan
pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal
meliputi pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju
nafas) dan pemeriksaan status gizi (menanggulangi masalah kurang
energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia)
b. Pemeriksaan penunjang :
1) Pemeriksaan darah rutin (Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan
golongan darah. Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui
status anemia seseorang)
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan (Meliputi gula darah sewaktu,
skrining thalassemia, malaria (daerah endemis), hepatitis B,
hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella, ciromegalovirus, dan
herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta pemeriksaan
lainnya sesuai dengan indikasi ).

B. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)


Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status
T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana
dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh.
Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid
dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin. Efek
samping imunisasi TT Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti
nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping
tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan
tindakan atau pengobatan.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)
Sumber:(Sunarsih, 2022).
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila
telah mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.

C. Imunisasi TT catin Usia Pranikah Berdasarkan EBM ( Evidence Based


Midwifery)
Konseling mengenai imunisasi TT yang diberikan pada calon pengantin
wanita merupakan komunikasi dua arah secara interpersonal dengan suasana
tenang, dimana calon pengantin wanita dapat langsung menanyakan kepada
konselor tentang imunisasi TT. Jika dilihat dari pendidikan responden, rata-
rata memiliki tingkat pendidikan menengah. Individu dengan lulusan SMA
sederajat diharapkan memiliki daya terima akan informasi lebih baik
dibandingkan dengan individu berpendidikan dasar. Hasil penelitian
menunjukkan adanya kenaikan rata-rata tingkat pengetahuan calon pengantin
tentang imunisasi TT setelah mendapatkan konseling. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya bahwa ada pengaruh pemberian promosi
kesehatan menggunakan metode konseling terhadap peningkatan pengetahuan
ibu hamil tentang munisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Padang. Didapatkan hasil dari 70 sampel yang diteliti, nilai mean rank sebelum
konseling 15,79 dan setelah di berikan konseling 18,93 serta nilai p=0,000
(<0,05). Pengetahuan seseorang bertumpu pada keterampilan komunikasi dari
sumber informasi, suasana, dan hubungan antar manusia (Santy, 2022).
Orang berusia 19 tahun. Jika orang berusia 19 tahun belum pernah
divaksinasi pertusis, tetanus, atau difteri, orang-orang ini harus menerima
serangkaian tiga vaksin yang mengandung toksoid tetanus dan difteri, yang
mencakup setidaknya 1 dosis Tdap. Jadwal yang lebih disukai adalah 1 dosis
Tdap, diikuti oleh 1 dosis Td atau Tdap setidaknya 4 minggu sesudahnya, dan
1 dosis Td atau Tdap 6-12 bulan kemudian. Orang berusia 19 tahun yang tidak
diimunisasi penuh terhadap tetanus dan difteri harus menerima 1 dosis Tdap,
lebih disukai sebagai dosis pertama dalam seri catch-up; jika tambahan tetanus
toksoid yang mengandung dosis diperlukan, baik Td atau Tdap dapat
digunakan. Wanita hamil serta remaja usia pranikah yang telah menyelesaikan
jadwal imunisasi masa kanak-kanak dan terakhir divaksinasi >10 tahun
sebelumnya harus menerima dosis booster vaksin yang mengandung toksoid
tetanus untuk mencegah tetanus neonatorum. Risiko tetanus neonatorum
minimal jika wanita yang sebelumnya tidak divaksinasi telah menerima
setidaknya 2 dosis vaksin yang mengandung toksoid tetanus selama kehamilan;
setidaknya 1 dari dosis yang diberikan selama kehamilan harus Tdap, diberikan
sesuai dengan panduan yang diterbitkan. Jika diperlukan >1 dosis, Td atau
Tdap dapat digunakan. Seri primer 3-dosis harus diselesaikan pada interval
yang direkomendasikan (MD & dkk, 2020)
Berdasarkan tabel.4 dapat dilihat bahwa responden yang diberikan
imunisasi TT Catin paling banyak mendapat dukungan keluarga yakni
sebanyak 63 orang. Sedangkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,00 (<0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang dignifikan antara faktor
dukungan keluarga terhadap pemberian Imunisasi TT Catin. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Mislianti dan Khoidar Amirus (2012). Penelitian ini
menyatakan bahwa pengetahuan yang baik tentang manfaat imunisasi TT,
dukungan yang positif dari keluarga serta peran petugas kesehatan dalam
memberikan informasi mengenai pentingnya imunisasi TT dapat
meningkatkan cakupan imunisasi TT pada WUS yang akan berdampak untuk
mencegah kejadian tetanus neonatorum. Dukungan keluarga merupakan hal
yang sangat penting, karena jika tindakan imunisasi dilakukan tanpa ada
dukungan, maka calon pasien yang akan diberikan imunisasi tidak akan
bersedia dalam menerima tindakan imunisasi, akhirnya calon pengantin tidak
melakukan imunisasi TT Catin. Seharusnya ini hal yang penting sebagai
pertahanan bagi calon ibu untuk mempersiapkan kehamilan (Aldriana, 2022).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,001 dengan p value< 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
dukungan tenaga kesehatan dengan pelaksanaan imunisasi TT pra nikah di
Puskesmas Sukamulya Kecamatan Sukamulya Kab. Tangerang Tahun 2017.
Hasil uji analisis menunjukan nilai Odss Ratio (OR) = 3,500, artinya dukungan
tenaga kesehatan kurang berpeluang 3,500 kali untuk tidak melakukan
imunisasi TT pra nikah dibandingkan dengan pasien yang memiliki dukungan
tenaga kesehatan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada bahwa
dukungan tenaga kesehatan adalah faktor lain yang dapat mempengaruhi
perilaku pelaksanaan imunisasi TT. Dukungan mereka berguna pada saat
pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal
penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara
menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien dan
secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang
telah mampu berorientasi dengan program kesehatannya. Imunisasi TT pra
nikah akan terjadi jika faktor pendukung yang memungkinkan, salah satunya
yaitu dukungan dari tenaga kesehatan setempat. Responden yang mendapatkan
dukungan tenaga kesehatan yang baik akan cenderung melakukan imunisasi
TT pra nikah dibanding responden yang tidak mendapatkan dukungan tenaga
kesehatan. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden di tempat penelitian
menganggap tenaga kesehatan lebih banyak tahu tentang masalah kesehatan
dirinya sehingga dalam pengambilan keputusan mengenai hal yang harus
dilakukan tentang kesehatan lebih banyak dilibatkan (Raidanti & Wahidin,
2019).
Sebanyak 810 peserta terdaftar dan secara acak dialokasikan ke
kelompok vaksin (MenACYW-TT, n = 403; MCV4-DT, n = 407). Dari jumlah
tersebut, 809 (99,9%) peserta menerima vaksin yang dialokasikan dan 798
(98,5%) peserta memberikan sampel darah pada kunjungan Hari ke-30 dan
menyelesaikan uji coba. Informasi kejadian buruk yang diminta (AE)
dikumpulkan selama 7 hari setelah vaksinasi dalam kartu buku harian.
Informasi AE yang tidak diminta dikumpulkan dari Hari 0 hingga Hari 30 (+14
hari). Imunogenisitas Respon imun non-inferioritas ditunjukkan untuk booster
vaksin konjugat MenACYW-TT dibandingkan dengan booster MCV4-DT
berdasarkan proporsi peserta yang mencapai serorespons vaksin hSBA untuk
serogrup A, C, W, dan Y pada hari ke 30 pasca -vaksinasi booster (Tabel 2)
(Anez & dkk, 2020).
Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa rentang usia calon
pengantin18 tahun sampai dengan 24 tahun, dimana 6 catin (33,3%) berusia 20
tahun. IMT/ Indeks Masa Tubuh catin dapat disimpulkan sebagian besar dalam
batas normal sebanyak 14 catin (77,7%) dan sebanyak 4 catin (22,3%) dengan
kategori moderate obesity. Haemoglobin darah /Hb pada pemeriksaan
laboratorium dapat disimpulkan 16 catin (88,8%) dengan Hb normal dan
sisanya 2 catin (11,2) dengan anemia ringan. Berdasarkan tabel 2. dapat
disimpulkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pra nikah sebelum
pemberian pendidikan kesehatan melalui konseling dan didapatkan sebagain
besar dalam kategori cukup (61%), dan sesudah pemberian pendidikan
kesehatan melalui konseling sebagain besar dalam kategori baik (55%).
Pemeriksaan kesehatan/ premarital chekup dan pendidikan pra nikah yang
dilaksanakan di tingkat masyarakat merupakan salah satu solusi untuk
menjawab permasalahan remaja dalam menyiapkan keluarga yang sehat
dengan persiapan bereproduksi yang sehat, karena selama ini kegiatan
menyiapkan kehidupan berumah tangga termasuk didalamnya kesehatan
reproduksi pada calon pengantin baru didapatkan pada saat mereka mendaftar
sebagai catin di kantor urusan agama (KUA). Pendidikan pra nikah adalah
pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan penumbuhan
kesadaran kepada remaja usia nikah tentang kehidupan rumah tangga dan
keluarga (Permatasari & Mildiana, 2021)
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN KEBIDANAN

Tanggal Kunjungan : 22 Oktober 2022


Nomor Register : 1020331
A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
Nama : Nn. S
Umur : 21 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu
Pendidikan : DIII
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat rumah : Komplek Villa Elektrik No. 88
RIWAYAT KESEHATAN
Alasan kunjungan : Pasien mengatakan ingin melakukan konsultasi dan suntik TT
Catin sebagai syarat menikah.
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 Tahun
Siklus : Teratur, 28 hari
Lamanya : 6- 7 hari
Sifat Darah : Encer
Fluor Albus : Tidak
Dismenorhoe : Tidak
Masalah Lain : Tidak Ada
Haid terakhir haid : 08 oktober 2022
b. Pola Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Frekuensi : Makan 2 kali sehari, minum 5-7 gelas dalam sehari
Macam : Makan sepiring nasi, lauk pauk dan sayuran, makan dengan
porsi 1 piring, ditambah cemilan
Jumlah : Tidak tentu
Keluhan : Tidak ada
2) Pola eliminasi
Frekuensi : BAB 1 kali dalam 1 hari, BAK 3-5 kali sehari
Warna : Tergantung makanan dan minuman
Bau : Seperti biasa
Konsistensi : BAB Lunak , BAK jernih
Jumlah : Sesuai kondisi
3) Pola aktivitas
Kegiatan sehari-hari : Kar yawan dealer mot or, ker ja mulai
:09.00 s/d jam 17.00 Wib
Istirahat / tidur : 6 -7 jam sehari
Personal Hygiene
Kebiasaan mandi : 2 kali/hari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : dibersihkan
Kebiasaan mengganti pakaian dalam : setiap habis mandi
Jenis pakaian dalam yang digunakan : Bahan katun, yang dapat
menyerap keringat biasa
c. Pengetahuan remaja tentang kebersihan organ reproduksi : tidak tau
d. Riwayat Kesehatan
1) Status vaksinasi
Tetanus Toxoid : Sudah pernah saat SD kelas 6
Hepatitis : Belum pernah
HPV : Belum pernah
TORCH : Belum pernah
Rubella : Belum pernah
2) Riwayat Penyakit
Diabetes Melitus : Tidak ada
Lupus : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Renal Disease : Tidak ada
Kelainan Jantung : Tidak ada
a. Riwayat Bedah : Tidak ada
b. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
c. Riwayat Sosial : Komunikasi pasien dengan bidan tampak sopan,
Pernikahan ini disetujui oleh kedua belah pihak yang sudah pacaran
selama 2 tahun. Rencana setelah menikah akan tinggal dirumah sendiri.
Calon suami bekerja sebagai wiraswasta dan rencana tidak menunda
kehamilan.
2. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : composmentis
LILA : 24.5 cm
IMT : 22,17
2) Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70
Nadi : 82 kali / menit
Pernapasan : 21 kali / menit
Suhu : 36.10 C
3) TB : 153 cm BB : 51 kg
4) Kepala dan Leher
Hipegmentasi : Tidak ada
Mata : simetris, tidak pucat /tidak ikterik
Mulut : Tampak bersih, gigi putih bersih ada satu geraham
yang bolong, dan tidak ada stomatitis / sariawan
Leher : Tidak ada benjolan kelenjar tiroid
5) Payudara
Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol
Masa / Tumor : tidak ada
6) Abdomen
Bentuk : Simetris
Bekas Luka : Tidak ada
Massa/ Tumor : tidak ada
7) Ekstremitas
Edema : tidak ada
Varices : tidak ada
Reflek Patela : + (positif)
2. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin :12,2 gr/dl
Urin, (PP – test) : negatif
Hepatitis : NR (Non Reaktif) Normal
HIV : Negatif
Spilis : Negatif
3. Analisis
Nn. A Usia 21 tahun Calon Pengantin Dengan Imunisasi TT
4. Penetalaksanaan
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan
b. Melakukan informed consent sebelum pemberian imunisasi TT
c. Memberikan Konseling sesuai kebutuhan seperti :
1) Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
2) Pengetahuan Tentang Kehamilan
3) Penyakit – Penyakit yang harus diwaspadai
4) Kesehatan Jiwa Calon Pengantin
5) Imunisasi TT
d. Memberikan imunisasi TT dilengan astas dengan dosis 0.5 cc,secara IM
e. Memberikan tablet tambah darah 10 tablet
f. Menjelaskan manfaat tablet tambah darah dan cara mengkomsumsi tablet
tambah darah
g. Memberikan penyuluhan tentang penundaan kehamilan
h. Memberitahu klien kunjungan ulang TT 2 satu bulan bulan lagi pada
tanggal 22 November 2022
BAB IV
PEMBAHASAN

Dewasa ini, pasangan calon pengantin yang akan menikah harus menyiapkan
banyak hal. Pasangan yang akan menikah sudah akrab dengan premarital test atau
tes kesehatan pranikah. Dimana pasangan calon pengantin akan melakukan tes
kesehatan dengan lengkap. Salah satu yang harus dipenuhi dan merupakan aturan
wajib dari pemerintah adalah imunisasi tetanus toksoid (TT). Calon pengantin yang
perduli akan kesehatan tentunya akan mendapatkan imunisasi tetanus toksoid.
Suntik ini direkomendasikan bagi calon pengantin wanita. Target pemberian vaksin
ini tidak hanya pada perempuan yang akan menikah saja, tetapi juga pada wanita
usia subur. Imunisasi ini dahulu ditujukan bagi kaum wanita di daerah pedesaan
dan terpencil. Namun demikian di lapangan justru kaum wanita pedesaan lebih
banyak untuk melakukan imunisasi dibandingkan di daerah perkotaan karena
beberapa wanita tidak mendapat suntik tetanus toksoid karena pernikahan yang
terpaksa (sedang dalam keadaan hamil) dan takut bahan berbahaya yang terdapat di
dalam vaksin tetanus toksoid tersebut (Permatasari & Mildiana, 2021).
Untuk pasien Nn. S yang datang ke Puskesmas Tanjung Hulu yang ingin
konsultasi dan dilakukan pemberian imunisasi TT sebagai salah satu syarat untuk
menikah yang dalam hal ini masih terdapat kesenjangan dari EBM dibawah ini.
Pelaksanaan imunisasi tetanus toksoid (TT) bagi calon pengantin
sebenarnya telah diatur pemerintah yaitu dalam ketetapan Departemen Agama:
No.2 Tahun 1989 No.1621/PD.0304. EI tanggal 6 maret 1989 tentang
pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi calon pengantin, yang secara subtansi
peraturan ini mengatur bahwa setiap calon pengantin harus sudah di imunisasi
tetanus toksoid sekurang – kurangnya 1 bulan sebelum pasangan tersebut
mendaftarkan diri untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasarkan surat
keterangan imunisasi yang tertera dalam kartu imunisasi calon pengantin (CATIN)
dan merupakan persyaratan administratif yang sebenarnya harus dipernuhi oleh
setiap calon pengantin (Raidanti & Wahidin, 2019).
Program khusus bagi calon pengantin perempuan yang digalakkan oleh
pemerintah bekerjasama dengan Kementerian Agama yaitu pemberian imunisasi
TT. Kegiatan ini bertujuan untuk menjamin atau melindungi calon ibu terhadap
infeksi tetanus. pemberian imunisasi TT pada calon pengantin juga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh untuk mempersiapkan kehamilan guna melindungi
janin hingga mampu menurunkan angka resiko terkena tetanus neonatorum.
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi tetanus toxoid.
Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi tetanus toxoid dalam tubuhnya akan
membentuk antibodi tetanus. Didapatkan upaya mengendalikan infeksi tetanus
yang merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka
dilaksanakan program imunisasi tetanus toksoid difteri bagi wanita usia subur
(WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
penyelenggaraan imunisasi mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu hamil
merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan
tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang usia perlindungan. Pelaksanaan
imunisasi TT bagi calon pengantin telah diatur dalam ketetapan Kementerian
Agama No. 2 Tahun 1989 tentang imunisasi TT calon pengantin bahwa setiap calon
pengantin sudah diimunisasi TT sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pasangan
tersebut mendaftarkan diri untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasarkan
surat keterangan imunisasi/kartu imunisasi calon pengantin (Santy, 2022).
Imunisasi merupakan pencegahan yang efektif, mudah dan murah untuk
mencegah terjadinya penyakit menular yang berbahaya. Melalui imunisasi,
seseorang akan menjadi kebal terhadap penyakit infeksi tertentu. Imunisasi
memberikan perlindungan, pencegahan, bahkan kekebalan dan memperkecil
kemungkinan penularan penyakit, sehingga anak dapat terhindar dari penyakit
tertentu yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Program imunisasi
dirasakan sangat penting bagi masyarakat, terutama bagi ibu hamil, bayi baru lahir,
anak sekolah, dan wanita usia subur, termasuk calon pengantin. Bayi dan anak
merupakan kelompok anak yang sangat rentan terhadap penyakit karena daya tahan
tubuhnya yang masih rendah. Oleh karena itu, pemerintah mewajibkan pemberian
imunisasi dasar pada bayi dan TT imunisasi kepada calon pengantin dan ibu (Marni
& Yanti, 2019).
dosis tunggal vaksin tetanus toksoid, pengurangan toksoid difteri, dan
pertusis aselular (Tdap) telah direkomendasikan oleh Komite Penasehat Praktik
Imunisasi (ACIP) untuk remaja dan dewasa. Setelah menerima Tdap, dosis booster
vaksin tetanus dan difteri toksoid (Td) direkomendasikan setiap 10 tahun atau bila
diindikasikan untuk manajemen luka. Selama pertemuan ACIP Oktober 2019,
organisasi memperbarui rekomendasinya untuk mengizinkan penggunaan Td atau
Tdap di mana sebelumnya hanya Td yang direkomendasikan. Situasi ini termasuk
dosis booster Td sepuluh tahun, profilaksis tetanus ketika diindikasikan untuk
manajemen luka pada orang yang sebelumnya telah menerima Tdap, dan untuk
beberapa dosis dalam jadwal imunisasi catch-up untuk orang berusia 7 tahun
dengan riwayat vaksinasi yang tidak lengkap atau tidak diketahui. Mengizinkan
Tdap atau Td digunakan dalam situasi di mana Td hanya sebelumnya
direkomendasikan meningkatkan fleksibilitas titik perawatan penyedia. Laporan ini
memperbarui rekomendasi dan panduan ACIP terkait penggunaan vaksin Tdap
(MD & dkk, 2020).
Perawatan kesehatan pranikah merupakan suatu upaya untuk menghindari
kesakitan kematian ibu. Meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat,
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP) juga berdampak terhadap penurunan
angka kesakitan dan kematian ibu akibat kehamilan yang tidak direncanakan.
Upaya peningkatan pengetahuan pasangan calon pengantin perlu dilakukan upaya
promosi tentang pemeriksaan kesehatan pranikah dan sebelum meningkatkan
pengetahuan perlu kita teliti kebutuhan pasangan calon pengantin terhadap
pemeriksaan kesehatan pranikah (Anez & dkk, 2020).
Nn. S mendapatkan konsenling pranikah mengenai pengetahuan kesehatan
reproduksi, pengetahuan tentang kehamilan, penyakit yang harus diwaspadai,
kesehatan jiwa pada pengantin, dan imunisasi TT, tidak terdapat kesenjangan antara
tinjuan kasus dan tinjuan teori.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pengkajian data mengenai
asuhan kebidanan pada usia pranikah yaitu:
1. Berdasarkan data subjektif Nn “S” datang ke Puskesmas Tanjung
Hulu dengan alasan ingin berkonsultasi untuk suntik TT sebagai syarat
untuk mengurus pernikahan.
2. Berdasarkan data subjektif dan data objektif dapat dirumuskan diagnosa Nn
“S” usia pranikah dengan imunisasi TT
3. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada usia pranikah yang berdasarkan
manajemen asuhan kebidanan mengenai pada Nn. “S” di Puskesmas Tanjung
Hulu sesuai dengan Evidence Based Midwifery

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan penulis dapat mengerti mengenai asuhan kebidanan usia
pranikah, mampu menganalisa keadaan pada usia pranikah dan mengerti
tindakan segera yang harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan usia pranikah.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktek dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pelaksanan Asuhan
kebidanan pada usia pranikah sesuai standar pelayanan.
3. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Diharapkan dapat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai sumber referensi,
sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan pada usia pranikah
DAFTAR PUSTAKA

Aldriana, N. (2022). DETERMINAN PEMBERIAN IMUNISASI TT CATIN DI


ROKAN HULU. Maternity And Neonatal : Jurnal Kebidanan.
Anez, G., & dkk. (2020). Immunogenicity and safety of a booster dose of a quadrivalent
meningococcal tetanus toxoid conjugate vaccine (MenACYW-TT) in adolescents
and adults: a Phase III randomized study. HUMAN VACCINES &
IMMUNOTHERAPEUTICS.
Kemenkes RI. (2018).
Marni, L., & Yanti, E. (2019). Association of Knowledge and Attitude Between Women
of Childbearing Age about Tetanus Toxoid Immunization with Tetanus Toxoid
Immunization Status for Future Bride and Groom . International Journal of
Research & Review.
MD , F., & dkk. (2020). Use of Tetanus Toxoid, Reduced Diphtheria Toxoid, and
Acellular Pertussis Vaccines: Updated Recommendations of the Advisory
Committee on Immunization Practices — United States, 2019. US Department of
Health and Human Services/Centers for Disease Control and Prevention.
Permatasari, R., & Mildiana, Y. (2021). PERSIAPAN KELUARGA SEHAT DENGAN
PREMARITAL CHECK UP CALON PENGANTIN DI WILAYAH
PUSKESMAS TEMBELANG KABUPATEN JOMBANG. Jurnal Pengabdian
Masyarakat.
Ponda, F., & Wahyuni, T. (2019). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan
Keluarga tentang Imunisasi TT pada Calon Pengantin dengan Kepedulian
Melakukan Imunisasi di Wilayah Kerja PUSKESMAS Gunung Samarinda
Balikpapan.
Raidanti, D., & Wahidin. (2019). Hubungan Aksesibilitas, Dukungan Tenaga Kesehatan
dan Persepsi Terhadap Pelaksaan Imunisasi Tt Pra Nikah Di Puskesmas
Sukamulya Kecamatan Sukamulya Kab. Tangerang Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Delima.
Santy, P. (2022). PENGARUH KONSELING IMUNISASI TT TERHADAP
PENGETAHUAN CALON PENGANTIN (CATIN). MANUJU: MALAHAYATI
NURSING JOURNAL.
WHO. (2018).
CRITICAL APPRAISAL JURNAL
PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGIS REMAJA DAN PRANIKAH

Nama : Lidia
Tempat Praktek : Puskesmas Tanjung Hulu
Pembimbing : Dessy Hidayati Fajrin, S.ST, M.Kes

Judul : Association of Knowledge and Attitude Between Women of


Childbearing Age about Tetanus Toxoid Immunization with Tetanus Toxoid Immunization
Status for Future Bride and Groom
Asosiasi Pengetahuan dan Sikap Antara Imunisasi dengan Imunisasi Tetanus Toxoid
Wanita Usia Subur tentang Tetanus Toxoid Status untuk Calon Pengantin
A. Kritis pada Pembelajaran melalui Literatur dengan menggunakan Lembar
Kerja EBM (Evidence Based Medicine)
1. Apakah hasil penelitian valid?
Apakah pasien Ya, Pada penelitian ini menggunakan studi cross-sectional design simple
pada penelitian random sampling sesuai dengan kriteria dalam penelitian.
dirandomisasi? Bukti dalam jurnal :
Bahan dan Metode : Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain
penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
simple random sampling.
Materials and Methods : The study was conducted using a cross sectional study
design. Sampling technique was done with simple random sampling.
Apakah cara Tidak.
melakukan Bukti dalam jurnal :
randomisasi Bahan dan Metode: Pengambilan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
dirahasiakan? Kampung Baru Padusunan Barat
Materials and Methods (paragraph 2): Data were collected in working area of
Kampung Baru Padusunan Primary Health Care, West Sumatera Province
Indonesia.
Apakah follow- Follow up kepada pasien tidak dijelaskan dalam jurnal karena dilakukan karena
up Kepada Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.
pasien cukup
panjang dan
lengkap?
Apakah pasien Ya, pasien ini dianalisis didalam kelompok.
dianalisis di Bukti dalam jurnal :
dalam grup di Analisis data : Analisis data menggunakan uji chi-square. Nilai P dua sisi <0,05
mana mereka dianggap signifikan secara statistik. Semua data dianalisis menggunakan
dirandomisasi? program SPSS 21.0.
Data analysis: Data analysis used chi-square test. A two-tailed P-value of
<0.05 was considered statistically significant. All data were analysed using
SPSS 21.0 program.
Apakah pasien, Tidak karena pasien diberikan kuesioner sehingga pasien mengetahui bahwa
klinisi dan akan dilakukan penelitian
peneliti blind Bukti :
terhadap terapi ? Teknik pengumpulan : data menggunakan kuesioner dengan wawancara.
Data collection technique: used questionnaire with interview.
Apakah grup Ya, Setiap pasien diberikan perlakuan yang sama yaitu dengan mengisi
pasien kuesioner.
diperlakukan Bukti :
sama selain Teknik pengumpulan : data menggunakan kuesioner dengan wawancara.
terapi yang Data collection technique: used questionnaire with interview.
diberikan?
Apakah Ya, pasien memiliki karakterisik grup pasien yang sama yaitu wanita usia subur
karakteristik usia 21-35 tahun.
grup pasien Bukti :
sama pada awal Hasil : Dapat dilihat pada tabel 1 Karakteristik responden
penelitian, Result : Characteristic of respondents (Table 1)
selain dari terapi
yang diberikan?
2. Apakah hasil penelitian penting?

Seberapa penting Penting agar dapat mengetahui pengetahuan dan sikap Wanita
hasil penelitian ini? usia subur terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid
Bukti :
RR = 1,49 artinya kemungkinan pengetahuan WUS terhadap
Imunisasi TT mengalami 1,49 kali dibanding sikap WUS
terhadap imunisasi TT
RRR = 0.33 artinya pengetahuan dan sikap dijadikan sebagai
prioritas, maka jumlah insiden yang tidak melakukan
Imunisasi TT dpt diturunkan sebesar 33% dari insidens
sebelumnya. Bila RRR> 50% menunjukan bermakna secara
klinis.

Seberapa tepat Tepat sesuai dengan penjelasan yang terdapat dalam jurnal
estimasi dari efek dibagian diskusi.
terapi? Diskusi : Penelitian sebelumnya menemukan bahwa ibu yang
mendengar tentang TT 1,54 kali lebih mungkin untuk
diimunisasi daripada yang tidak, sedangkan ibu yang
mengetahui penggunaan toksoid tetanus 2,15 kali lebih
mungkin untuk diimunisasi daripada yang tidak, dan mereka
yang tahu. setidaknya satu dari gejala tetanus adalah 1,86 kali
lebih mungkin telah diimunisasi daripada mereka yang tidak,
masing-masing mengendalikan variabel lain yang konstan.
Discussion : Previous study found mothers who heard of TT
were 1.54 more likely to have been immunized than those
who did not, while mothers who knew the use of tetanus
toxoid were 2.15 times more likely to have been immunized
than those who did not, and those who knew at least one of
the tetanus symptoms were 1.86 times more likely to have
been immunized than those who did not, respectively
controlling other variables constant.vegetables

Ada efek Tidak ada efek


Terekspos 39 (a) 54 (b)

Tidak Terekspos 27 (c) 56 (d)

Absolute Risk
Relative Risk Neumber Needed
Reduction
Reduction (RRR) to Treat (NNT)
(ARR)
CER EER CER-EER/CER CER-EER 1/ARR
0,32 0,41 0,21 0,09 11,1
95% CI
3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari?
Apakah hasilnya dapat Ya
diterapkan kepada pasien Alasan :
kita? Dapat diterapkan kepada pasien kita sesuai dengan karakteristik
pasien yang terdapat dalam tempat kerja kita.
Apakah karakteristik Tidak
pasien kita sangat Alasan :
berbeda dibandingkan Karakteristik pasien sama yaitu Wanita usia subur usia 21-35
pasien pada penelitian tahun
sehingga hasilnya tidak
dapat diterapkan?
Apakah hasilnya Ya
mungkin dikerjakan di Alasan :
tempat kerja kita? Dapat dikerjakan ditempat kerja kita sesuai dengan keadaan
lingkungan kita

Apa kemungkinan benefit Benefit : Dengan adanya telaah jurnal ini, kita mengetahui
dan harm dari terapi pentingnya pengetahuan imunisasi TT sebelum menikah
tersebut? Harm : Tidak ada konflik kepentingan.

Metode I : f Risiko terhadap pasien kita, relatif terhadap pasien pada


penelitian
Diekspresikan dalam bentuk desimal: 11,1
NNT/f = 11,1/2=5
Apakah value dan Dengan adanya telaah jurnal ini, kita memiliki penilaian yang
preferensi pasien jelas bahwa pengetahuan dan sikap tentang imunisasi TT catin
dipenuhi dengan terapi sangat penting demi kelangsungan kesehatan reproduksi kita
ini?
Apakah kita dan pasien Penilaian dapat terlihat jika pasien memenuhi kriteria sesuai
kita mempunyai penilaian dengan kondisi pasien.
yang jelas dan tepat akan
value dan preferensi
pasien kita?
Apakah value dan Dipenuhi jika pasien tersebut besedia dalam melakukan
preferensi pasien kita penelitian.
dipenuhi dengan terapi
yang akan kita berikan?

Anda mungkin juga menyukai